You are on page 1of 16

PELATIHAN KEPEMIMPINAN KENABIAN UNTUK MENINGKATKAN

KOMITMEN MENGAJAR GURU

PROPHETIC LEADERSHIP TRAINING TO INCREASE THE TEACHER’S TEACHING


COMMITMENT

Ela Minchah Laila Alawiyah


Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Muhammadiyah Magelang, Magelang
Email: emlaa@ymail.com

Sukarti
Ratna Syifa’a Rachmahana
Fakultas Psikologi dan Ilmu Sosial Budaya Universitas Islam Indonesia, Yogyakarta

ABSTRACT
This study aims to determine whether prophetic leadership training can increase the teacher’s teaching
commitment, 22 subjects in this study were all of the teachers at Islamic Elementary School “H” Yogyakarta.
The design of study using The One Group Pretest-Posttest Design. The data are analyzed quantitavely using
wilcoxon signed ranks test. The results show that prophetic leadership training can increase the teacher’s
teaching commitment at islamic integrated elementary school “H”, demonstrated by the comparison of the
teaching commitment before the training (pretest) and after the training (posttest) showing the value of 0,000
Sig (Sig value < 0,05). The result shows that the hypothesis that there are differences in teacher’s teaching
commmitment before and after training is acceptable. The teacher’s teaching commitment a month after
training (follow up) values 0,006 (Sig value < 0,05), meaning that the hypothesis of teacher’s teaching
commitment difference before the training (pretest) and a month after training (follow up) is acceptable.
Furthermore, the teacher’s teaching commitment after training (posttest) and a month after training (follow
up) showing the value of 0,426 Sig (Sig value > 0,05). The result shows the hypothesis that there are
differences in teacher’s teaching commitment after (posttest) and a month after training (follow up) is
unacceptable. So the conclusion of this study is prophetic leadership training can increase the teacher’s
teaching commitment.

Key words: Teacher’s Teaching Commitment, Prophetic Leadership.

ABSTRAK
Penelitian ini bertujuan untuk menguji apakah Pelatihan Kepemimpinan Kenabian dapat meningkatkan
komitmen mengajar guru, 22 subjek dalam penelitian ini adalah guru-guru di SDIT “H” Yogyakarta. Desain
penelitian yang digunakan adalah The one Group Pretest-postest Design. Analisis data yang digunakan
adalah analisis kuantitatif dengan menggunakan wilcoxon signed ranks test. Hasil penelitian yaitu pelatihan
kepemimpinan kenabian dapat meningkatkan komitmen mengajar guru SDIT “H”, ditunjukkan dari
perbandingan komitmen mengajar guru sebelum pelatihan (pretest) dan setelah setelah pelatihan (pascates)
diketahui nilai Sig 0,000 (nilai sig < 0,05). Hal ini berarti hipotesis diterima yaitu ada perbedaan komitmen
mengajar guru yang signifikan antara sebelum pelatihan (pretest) dan setelah pelatihan (pascates), kemudian
komitmen mengajar guru dilihat lagi hasilnya satu bulan setelah pelatihan (follow up) diketahui nilai Sig
0,006 (nilai Sig < 0,05). Hal ini berarti hipotesis diterima yaitu ada perbedaan komitmen mengajar guru
yang signifikan antara sebelum pelatihan (pretest) dan satu bulan setelah pelatihan (follow up). Komitmen
mengajar guru setelah pelatihan kepemimpinan kenabian (pascates) dan satu bulan setelah pelatihan (follow

18 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 |


Pelatihan Kepemimpinan Kenabian Untuk Meningkatkan Komitmen Mengajar Guru

up) diketahui nilai Sig 0,426 (nilai Sig > 0,05). Hal ini berarti hipotesis ditolak yaitu tidak ada perbedaan
komitmen mengajar guru yang signifikan setelah pelatihan (pascates) dengan satu bulan setelah pelatihan
(follow up). Kesimpulan dari penelitian ini adalah pelatihan kepemimpinan kenabian dapat meningkatkan
komitmen mengajar guru SDIT “H”

Kata kunci: Komitmen Mengajar Guru, Kepemimpinan Kenabian.

Perkembangan sebuah bangsa tidak pada pendidikan anak usia dini, pendi-
lepas dari peran pendidikan sebagai dikan dasar, dan pendidikan menengah.
upaya untuk mampu bertahan dalam Berdasarkan Undang-undang tersebut,
kompetisi global. Pendidikan pun tidaklah maka keberadaan guru perlu mendapat-
lepas dari proses belajar mengajar. Proses kan perhatian serius dengan rumusan
belajar mengajar yang berkualitas dapat aturan yang jelas agar kualitas pendidikan
diselenggarakan di kelas dengan benar- di Indonesia menjadi lebih baik.
benar efektif dan berguna untuk mencapai Adz-Dzakiey (2009) mengemuka-
kemampuan pengetahuan, sikap, dan kan bahwa guru juga merupakan pemim-
ketrampilan yang diharapkan jika guru pin. Dalam perspektif Pendidikan Islam,
sebagai pendidik memiliki komitmen guru memiliki beberapa sebutan dengan
yang tinggi untuk mewujudkannya (Park peran-perannya yang khas, antara lain: 1)
& Henkin, 2005). ustadz, yakni guru dituntut untuk
Guru merupakan salah satu aset komitmen terhadap profesionalisme dalam
penting dalam proses belajar mengajar, mengemban tugasnya. 2) muallim, yakni
karena guru merupakan orang yang guru dituntut untuk mampu menjelaskan
bertanggung jawab untuk membantu para hakekat ilmu pengetahuan yang diajar-
peserta didik secara optimal dalam kannya, serta menjelaskan dimensi teoritis
pendidikan serta membimbing mereka dan praktisnya, dan berusaha membang-
untuk mencapai kedewasaan masing- kitkan peserta didik untuk mengamal-
masing. Guru merupakan orang yang kannya. 3) murabby, yakni mendidik dan
memainkan peran penting dalam perkem- menyiapkan peserta didik agar mampu
bangan peserta didik. Oleh karena itu berkreasi, sekaligus mengatur dan
penting bagi guru untuk memiliki komit- memelihara hasil kreasinya untuk tidak
men dalam melaksanakan tugas-tugasnya menimbulkan malapetaka bagi dirinya,
dengan sebaik mungkin (Erawan, 2010). masyarakat dan alam sekitarnya. 4)
Undang-undang Republik Indonesia mursyid, yakni berusaha menularkan
No. 14 Tahun 2005 menyebutkan bahwa penghayatan akhlak dan kepribadian
guru adalah pendidik profesional dengan kepada peserta didik, baik berupa etos
tugas utama mendidik, mengajar, ibadah, kerja, belajar, maupun dedikas-
membimbing, mengarahkan, melatih, inya lillahi ta’ala. 5) mudarris, yakni guru
menilai, dan mengevaluasi peserta didik bertugas mencerdaskan peserta didiknya.

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 19


Ela Minchah Laila Alawiyah, Sukarti, & Ratna Syifa’a Rachmahana

6) muaddib, yakni guru adalah orang guru dalam menampilkan kemampuannya


yang beradab sekaligus memiliki peran sebagai pengajar. Jika seorang guru
dan fungsi untuk membangun peradaban memiliki komitmen mengajar yang tinggi
yang berkualitas di masa depan. maka kemungkinan besar hasil yang
Tugas utama guru adalah mendidik, dicapai guru lebih mampu mengatasi
mengajar, membimbing, meng-arahkan, permasalahan yang timbul di sekolah.
melatih, menilai, dan meng-evaluasi Erawan (2010) mengungkapkan
peserta didik. Dalam penelitian ini bahwa aspek-aspek komitmen mengajar
peneliti membatasi masalah penelitian ini guru antara lain: (a) Aspek affective, yakni
mengenai komitmen guru dalam mela- guru mau menerima nilai-nilai dan tujuan
kukan tugasnya sebagai pendidik, yakni mengajar, (b) Aspek normative, yakni
mengajar. Istilah komitmen meng-ajar guru merujuk pada apa yang dirasakannya
guru dapat disebut dengan “teaching terkait dengan tanggung jawab dan
commitment” (Colladarci dalam Erawan, kewajibannya sebagai pendidik, dan (c)
2010). Aspek continuance, yakni guru mau
Ching dan Kee (2012) meng- bertahan dalam pekerjaannya terutama
ungkapkan bahwa komitmen mengajar dalam mengajar terkait dengan manfaat &
guru adalah salah satu kunci ikatan psiko- peluang yang didapatkan guru dari
logis antara guru dengan pekerjaannya mengajar.
sebagai pengajar. Komitmen mengajar Guru yang memiliki komitmen
guru memengaruhi kualitas, nilai, sikap mengajar rendah cenderung kurang
dan keterampilan yang dimiliki guru. peduli dengan ketrampilan yang dimiliki-
Crosswell dan Elliott (2012) menambah- nya, kurang memiliki disiplin dan
kan bahwa komitmen mengajar guru tanggung jawab akan pekerjaannya,
diidentifikasikan sebagai salah satu faktor sedangkan guru yang memiliki komitmen
kunci keberhasilan pendidikan, komitmen mengajar tinggi akan berusaha lebih baik
mengajar guru merupakan hubungan dalam mengajar dan berusaha semaksimal
antara guru dengan performansi kerja mungkin demi kepentingan pendidikan.
guru serta kemampuannya untuk ber- Kualitas guru dapat memberikan kontri-
inovasi dan mengembangkankan ide-ide busi bagi sekolah demi keberhasilan
baru sehingga dapat berpengaruh pada pendidikan (Erawan, 2010).
prestasi peserta didik. Guru sebagai pemimpin hendaknya
Colladarci (Erawan, 2010) meng- mampu menjadi teladan bagi peserta
ungkapkan bahwa komitmen mengajar didiknya. Namun, data hasil observasi
guru merupakan indikator dari kelekatan dan wawancara peneliti selama Praktik
guru secara psikologis dengan peker- Kerja Profesi Psikolog di SDIT “H” pada
jaannya sebagai guru. Komitmen meng- tanggal 20 Oktober 2011 hingga 20
ajar memengaruhi intensitas dan stabilitas Januari 2012 menunjukkan bahwa guru-

20 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


Pelatihan Kepemimpinan Kenabian Untuk Meningkatkan Komitmen Mengajar Guru

guru cenderung kurang optimal dalam arti bahwa kemampuan tersebut di-
bekerja terutama saat mengajar, beberapa perjuangkan melalui kekuatan pencerah-
guru terlambat datang ke sekolah dan an jiwa dan pembersihan ruhani. Sebe-
terlambat memulai jam pelajaran. Guru lum memengaruhi orang lain, pemimpin
kurang tegas saat mengajar, beberapa dalam kepemimpinan kenabian telah
guru kurang memiliki rasa tanggung mampu memengaruhi dan mengatur
jawab dan disiplin terhadap kewajiban dirinya. Kekuatan pencerahan jiwa
sebagai guru. Beberapa guru merasa mengandung arti orang yang mem-
belum pantas disebut sebagai guru pengaruhi berarti sudah atau sedang
profesional karena cenderung kurang mempraktikkan apa yang dipengaruhkan
dapat aktif ketika mengajar di dalam sebagai wujud dari jiwanya yang telah
kelas. Saat kelas tampak kurang kondusif, tercerahkan (Budiharto & Himam, 2006),
guru tetap memberikan penjelasan dengan kata lain proses memengaruhi
mengenai materi pelajaran tanpa mem- dijalankan dengan keteladanan.
berikan peringatan, sehingga para peserta Pelatihan Kepemimpinan Kenabi-an
didik bebas bermain atau keluar-masuk yang akan dilaksanakan di SDIT “H”
kelas (Alawiyah, 2012). merupakan sebuah kegiatan belajar
Akibat dari kecenderungan kurang terencana yang mengacu pada aspek-
optimal saat mengajar, terlambat memulai aspek kepemimpinan kenabian (Budiharto
jam pelajaran, kurang tegas saat meng- & Himam (2006), yaitu: (a) Sidiq yang
ajar, kurang memiliki rasa tanggung berarti benar, lurus, dan jujur. Jujur
jawab dan disiplin terhadap kewajiban meliputi jujur kepada Tuhan, diri sendiri/
sebagai guru, para peserta didik bebas nurani, orang lain, dan jujur terhadap
bermain atau keluar-masuk kelas. Peneli- tugas dan tanggung jawab. Sabar dan
tian ini dimaksudkan untuk memberikan konsisten termasuk sidiq. (b) Amanah
intervensi berupa Pelatihan Kepemim- memiliki makna profesional, bisa
pinan Kenabian kepada guru-guru di SDIT dipercaya, loyal/ committed terhadap
“H” sebagai upaya untuk menguji apakah nurani, terhadap Tuhan, terhadap pemim-
Pelatihan Kepemimpinan Kenabian dapat pin, pengikut, dan rekan kerjanya, selama
meningkatkan komitmen mengajar guru pimpinan, pengikut, dan rekan kerja loyal
di SDIT “H”. kepada Tuhannya. (c) Tabligh, berasal
Kepemimpinan kenabian adalah dari kata balagha yang berarti sampai,
kemampuan mengendalikan diri dan maksudnya menyampaikan informasi
memengaruhi orang lain dengan tulus seperti adanya. Tabligh dalam kepemim-
untuk mencapai tujuan bersama sebagai- pinan juga bermakna open management,
mana dilakukan oleh para Nabi. Kemam- serta beramar ma’ruf nahi munkar
puan mengendalikan diri sebagaimana (mengajak melakukan kebaikan dan
dilaksanakan oleh para Nabi mempunyai menjauhi kejahatan). Perilaku pemimpin

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 21


Ela Minchah Laila Alawiyah, Sukarti, & Ratna Syifa’a Rachmahana

tabligh antara lain adalah berani menya- yakni Rosulullah SAW dan menerap-
takan kebenaran dan bersedia mengakui kannya dalam kehidupan.
kekeliruan. Apa yang benar dikatakan Pelatihan Kepemimpinan Kenabian
benar, apa yang salah dikemukakan salah. dirancang berdasarkan teori experiential
Jika tidak tahu menyetakan tidak tahu. (d) learning yang menyatakan bahwa pelatih-
Fathonah berarti cerdas yang dibangun an mampu mengubah struktur kognitif,
dari ketakwaan kepada Tuhan, dan sikap serta ketrampilan yang dimiliki oleh
memiliki ketrampilan yang teruji. Perilaku peserta. Melalui pelatihan pertama-tama
pemimpin yang fathonah terekspresi pada peserta diarahkan untuk menyadari suatu
etos kerja dan kinerja pemimpin yang ketrampilan dikuasai dan menyadari
memiliki skill yang teruji dan terampil, komponen-komponen atau langkah-lang-
serta mampu untuk memecahkan masalah kah yang perlu dilakukan supaya suatu
secara cepat dan tepat. ketrampilan dapat dikuasai dengan baik
Diharapkan pelatihan ini mampu (Andansari, 2010).
untuk mengembangkan pengetahuan, Pelatihan Kepemimpinan Kenabian
kecakapan dan kemampuan mengenai melibatkan aktivitas yang nyata setelah
keteladanan dari kepemimpinan kenabian mendapatkan materi dan ketrampilan
secara umumnya dan secara khusus yang diperoleh. Salah satu kelebihan
mampu untuk meningkatkan komitmen dalam pelatihan adalah dalam pelatihan
mengajar guru di SDIT “H”. individu tidak belajar seorang diri, akan
Peneliti memilih Pelatihan Kepe- tetapi belajar dalam suatu kelompok,
mimpinan Kenabian sebagai inter-vensi karena pelatihan diikuti oleh lebih dari
untuk meningkatkan komitmen mengajar satu peserta. Menurut experiential
guru karena di dalam aspek Pelatihan learning, individu akan dapat menerima
Kepemimpinan Kenabian terda-pat aspek materi dan ketrampilan dengan lebih baik
amanah yang erat kaitannya dengan jika berada dalam suatu kelompok
masalah komitmen. Kata kunci amanah dibandingkan dengan saat menerima
memiliki relevansi dengan istilah materi seorang diri (Johnson & Johnson,
berkomitmen tinggi (highly commited). 2001).
Target yang ingin dicapai dalam sesi Metode pelaksanaan pelatihan
amanah adalah para peserta pelatihan yang digunakan peneliti mencakup
memiliki kesadaran atas tanggung diskusi, keteladanan, umpan balik dan
jawabnya sebagai guru, sehingga peserta gladian. Metode instruksi melatih
mampu meningkatkan komitmen meng- kemampuan verbal peserta, dan diskusi
ajar guru di SDIT “H”, di samping itu guru meningkatkan kesadaran peserta terhadap
sebagai pemimpin perlu memiliki ketrampilan yang dilatihkan, dalam hal ini
wawasan mengenai karakteristik ideal adalah kemampuan untuk meningkatkan
komitmen mengajar guru. Keteladanan

22 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


Pelatihan Kepemimpinan Kenabian Untuk Meningkatkan Komitmen Mengajar Guru

berkaitan dengan demonstrasi ketrampil- mengajar guru akan ditingkatkan melalui


an khusus atau perilaku orang lain dalam pemberian materi pelatihan yang
kelompok, kemudian diamati oleh peserta terkandung dalam aspek-aspek kepemim-
pelatihan. Teknik ini digunakan untuk pinan kenabian.
mendorong peserta pelatihan meniru Berdasarkan uraian di atas, maka
melakukan perilaku yang diharapkan. peneliti berasumsi bahwa Pelatihan
Pelatihan Kepemimpinan Kenabian Kepemimpinan Kenabian penting untuk
secara tipikal meningkatkan latihan dilakukan di SDIT “H” dalam rangka
terhadap ketrampilan yang ditargetkan. meningkatkan komitmen mengajar guru.
Pengulangan perilaku atau bermain Tujuan dari penelitian ini adalah untuk
peran, dapat dilakukan dengan latihan menguji apakah pelatihan ini dapat
sederhana dari perilaku yang ditargetkan memberikan dampak yaitu penanganan
atau mungkin dikombinasikan dengan atau intervensi pada guru dalam upaya
bermain peran. Hal yang penting adalah meningkatkan komitmen guru dalam
umpan balik, yakni berasal dari komentar mengajar di SDIT “H”. Hipotesis dalam
yang diberikan trainer maupun teman penelitian ini adalah:
kelompok mengenai perilaku yang 1. Ada perbedaan komitmen mengajar
ditampilkan dengan benar dan perilaku guru yang signifikan antara sebelum
yang sebaiknya diubah, sehingga peserta pelatihan dan sesudah pelatihan.
pelatihan dapat belajar dari keberhasilan 2. Ada perbedaan komitmen mengajar
dan kesalahannya. Peserta juga diminta guru yang signifikan antara sebelum
untuk mengemukakan masalah-masalah pelatihan dan satu bulan setelah
yang dihadapinya, khususnya dalam pelatihan.
situasi mengajar. Teknik ini bertujuan 3. Ada perbedaan komitmen mengajar
untuk mendorong peserta mengekspre- guru yang signifikan antara sesudah
sikan diri dan mengembangkan perilaku pelatihan dan satu bulan setelah
asertifnya. Pada pelaksanaannya, pelatih- pelatihan.
an ini menggunakan modul sebagai
sarana penyampaian pelatihan. Modul ini METODE PENELITIAN
disusun dari aspek-aspek kepemimpinan
kenabian yaitu sidiq, amanah, tabligh, Subjek Penelitian
fathonah disertai dengan adanya modi- Subjek yang diberi pelatihan dalam
fikasi beberapa materi terkait dengan penelitian ini adalah guru-guru SDIT “H”
kompetensi guru. Yogyakarta, yakni berjumlah 22 orang.
Pelatihan Kepemimpinan Kenabian Adapun karakteristiknya adalah (a)
diharapkan mampu meningkatkan sikap Tingkat pendidikan memiliki jenjang dari
dan ketrampilan yang ditargetkan yakni S1 hingga Strata 2 (S2), (b) Usia berkisar
komitmen mengajar guru. Komitmen antara 22-45 tahun, (c) Mengajar di SDIT

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 23


Ela Minchah Laila Alawiyah, Sukarti, & Ratna Syifa’a Rachmahana

“H”, dan (d) Memiliki skor komitmen oleh para observer berjumlah 6 orang.
mengajar yang rendah/ sedang. Adapun lembar observasi terdiri dari
lembar naratif dan check list. Untuk
Rancangan Penelitian mengevaluasi intervensi, peserta diberi-
Rancangan penelitian ini adalah kan lembar kerja peserta yang berisi
quasi eksperimen, dengan rancangan pertanyaan dan kolom jawaban yang
pretest-pascates. Para guru diukur komit- memudahkan subjek penelitian dalam
men mengajarnya dengan menggunakan menyerap materi pelatihan serta diberi
skala komitmen mengajar guru. Seluruh lembar evaluasi peserta. Lembar evaluasi
subjek penelitian dimasukkan ke dalam pelatihan terdiri dari lembar evaluasi
satu kelompok, yaitu kelompok eksperi- reaksi peserta ketika mengikuti pelatihan,
men tanpa kelompok kontrol (One Group pengetahuan yang didapat, dan hasil yang
Pretest-Posttest Design). Kelompok eks- didapat dari pelatihan yang diikuti.
perimen diberi perlakuan berupa Pelati-
han Kepemimpinan Kenabian. Prosedur Penelitian
Tahap Persiapan Penelitian. Sebe-
Metode pengumpulan data lum melaksanakan pelatihan peneliti me-
Metode pengumpulan data dalam lakukan beberapa tahap. Pertama, per-
penelitian ini menggunakan skala komit- ijinan. Informed consent bagi peserta
men mengajar guru yang mengacu pada terdapat penjelasan mengenai tujuan dan
aspek-aspek dalam komitmen, yakni proses penelitian yang akan dilaksanakan
Aspek Affective, Aspek Continuance, dan di SDIT “H”. Subjek penelitian diminta
Aspek Normative yang telah disusun oleh membaca dan menandatangani kese-
Bahry (2012) dan dimodifikasi oleh diaannya dalam mengikuti pelatihan.
peneliti. Skala Komitmen Mengajar guru Kedua, penyusunan modul. Modul
bersifat favourable dan unfavourable. yang disusun oleh peneliti adalah hasil
Bentuk skala komitmen mengajar guru ini pengembangan dari aspek-aspek kepe-
memiliki 7 tipe pilihan jawaban bergerak mimpinan kenabian yaitu sidiq, amanah,
dari Sangat Tidak Sesuai (STS) hingga tabligh, fathonah. Peneliti melakukan uji
Sangat Sesuai (SS). Alat ukur Komitmen coba dan beberapa kali perombakan
Guru dalam Mengajar digunakan pada terhadap modul karena disesuaikan
saat pretest, pascates dan follow-up agar dengan kondisi lapangan. Setelah modul
hasilnya dapat diperbandingkan. disetujui oleh penilai professional dan
Selain itu untuk melengkapi data trainer maka peneliti menggandakan
peserta, juga digunakan observasi dan modul tersebut.
wawancara. Lembar observasi dan Ketiga, persiapan trainer. Trainer
wawancara dibuat oleh peneliti yang diisi yang akan memberikan pelatihan adalah

24 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


Pelatihan Kepemimpinan Kenabian Untuk Meningkatkan Komitmen Mengajar Guru

seorang tenaga psikolog profesional yang orang praktisi yang telah memiliki
sudah terbiasa memberikan pelatihan pengalaman dalam Pelatihan Kepemim-
kepemimpinan kenabian. Keempat, per- pinan Kenabian yakni dilaksa-nakan pada
siapan tempat pelatihan. Peneliti mem- tanggal 1 Juni 2012 dan 3 Juli 2012.
persiapkan tempat pelatihan 2 hari
Tahap pelaksanaan penelitian, sub-
sebelum pelatihan berlangsung dengan
jek diberi intervensi berupa Pelatihan
dibantu oleh beberapa observer dan staf
Kepemimpinan Kenabian. Pelatihan
sekolah.
berlangsung selama dua hari, hari
Kelima, melakukan analisis kebu- pertama berlangsung selama 8 jam
tuhan. Asesmen berupa observasi dan dimulai dari pukul 07.00 dan berakhir
wawancara dalam rangka kroscek data pukul 15.00 siang. Hari pertama diisi
dilakukan kembali oleh peneliti satu dengan 4 materi yaitu Membangun
bulan sebelum diadakan pelatihan. Komitmen Belajar, Menjadi Guru yang
Keenam, uji coba alat ukur. Uji coba Skala Profesional, Pemimpin Ideal dan Self
Komitmen Mengajar Guru dilakukan pada Awareness, dan Pengembangan Potensi
tanggal 6-20 Juli 2012 kepada 50 orang, Kepemimpinan Kenabian bagian I (Sidiq-
dari 30 aitem yang diujicobakan, terdapat Amanah), dengan diselingi oleh istirahat.
16 item tidak valid atau gugur, kemudian Hari kedua berlangsung selama 5 jam,
didapat 14 item valid dengan koefisien mulai dari pukul 07.00 pagi dan berakhir
validitas berkisar antara 0,374-0,750. pukul 12.00 siang. Materinya adalah
Dengan angka koefisien reliabilitas α pengembangan potensi Kepemimpinan
sebesar 0,884, maka dapat dikatakan Kenabian bagian II (Tabligh-Fathonah),
bahwa Skala Komitmen Mengajar Guru Action Plan dan Evaluasi. Metode
memiliki reliabilitas yang tinggi. pelatihan yang dipakai peneliti adalah
diskusi, ceramah, games, dan penayangan
Keenam, uji kelayakan modul
gambar/ video.
pelatihan. Uji Kelayakan Modul/ Profes-
sional Judgement dilakukan oleh dua

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 25


Ela Minchah Laila Alawiyah, Sukarti, & Ratna Syifa’a Rachmahana

Tabel 4. Sesi Pelatihan Kepemimpinan Kenabian


Sesi Tujuan
Membangun  Peserta memiliki harapan dan komitmen selama pelatihan
Komitmen belajar berlangsung
Menjadi Guru yang  Peserta memiliki komitmen dan kompetensi dalam
Professional menjalankan tugasnya
 Peserta menyadari kurangnya optimal dalam bekerja
terutama saat mengajar
Pemimpin Ideal dan  Peserta termotivasi untuk bisa sukses seperti idolanya
Self Awareness  Peserta memahami perannya di dalam kelas sebagai
pemimpin
Pengembangan  Mensyukuri peristiwa yang menyenangkan, dan
Potensi Kepemimpin- memaafkan peristiwa menyedihkan apa adanya
an Kenabian  Peserta memiliki komitmen dan tanggung jawab untuk
(Sidiq-Amanah) melaksanakan kewajibannya sebagai guru
Pengembangan  Peserta mampu menerapkan komunikasi asertif dalam
Potensi Kepemimpin- komunikasi sehari-hari di sekolah, khususnya di kelas
an Kenabian  Peserta mampu untuk menerapkan tahapan pemecahan
(Tabligh-Fathonah) masalah dalam kehidupan dan pekerjaan
Action Plan  Peserta mampu menetapkan visi & misi hidup yang selaras
dengan keyakinan kepada Allah SWT
 Peserta memiliki komitmen dan perilaku selaras dengan
keyakinan pada Allah SWT
 Peserta mampu menetapkan rencana aksi untuk
mengembangkan potensi dirinya

ANALISIS DATA 2012. Konstansi adalah skor hasil


pascates dikurangi dengan hasil pretest
Teknik analisis yang digunakan setiap subjek. Pretest dan pascates ini juga
dalam penelitian ini adalah wiecoxon berguna untuk mengukur perubahan
signet rank test. akibat efek dari perlakuan (Bowling
2002), jadi skor yang diperoleh adalah
HASIL PENELITIAN peningkatan atau penurunan dari
komitmen guru dalam mengajar akibat
Deskriptif diberi perlakuan. Hasil yang didapat dari
Pretest menginformasikan kemam- pretest, yakni:
puan awal subjek sebelum dilakukan
penelitian, yakni pada tanggal 11 Agustus

26 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


Tabel 2. Deskripsi Data Pretest
Empirik Hipotetik
Variabel
Min Max Rerata SD Min Max Rerata SD
Komitmen
Mengajar 48 87 39 6,5 14 98 84 14
Guru

Tabel 3. Hasil Pretest Subjek Penelitian


Rentang Hasil Kategori Jumlah Peserta %
X < 42 Rendah - 0
42 ≤ X < 70 Sedang 8 36%
X > 70 Tinggi 14 64%

Setelah diberikan pelatihan, maka perlakuan. Setelah pascates I selesai maka


tahapan selanjutnya adalah pascates atau follow-up (pascates II) dilakukan dengan
pascates I yakni tanggal 12 Agustus 2012, jarak waktu 1 bulan setelah pascates I
dalam tahap ini subjek kembali diberikan yakni tanggal 15 September 2012. Hal ini
skala yang sama dengan yang diberikan dimaksudkan agar bisa mengetahui
saat prates yaitu skala komitmen mengajar perubahan yang terjadi setelah masa
guru, yang dimaksudkan untuk menge- pelatihan sampai dengan kembali bekerja
tahui apakah terjadi peningkatan maupun (Noe, 1998).
penurunan setelah subjek diberi

Tabel 5. Deskripsi Data Pascates


Empirik Hipotetik
Variabel
Min Max Rerata SD Min Max Rerata SD
Komitmen
Mengajar 64 97 33 5,5 14 98 84 14
Guru

Tabel 6. Kategori Hasil Tes Pada Tahap pascates Subjek Penelitian


Rentang Hasil Kategori Jumlah %
X < 42 Rendah - 0
42 ≤ X < 70 Sedang 3 13%
X > 70 Tinggi 19 87%

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 27


Ela Minchah Laila Alawiyah, Sukarti, & Ratna Syifa’a Rachmahana

Tabel 7. Deskripsi Data Follow Up


Empirik Hipotetik
Variabel
Min Max Rerata SD Min Max Rerata SD
Komitmen
Mengajar 72 94 22 3,6 14 98 84 14
Guru

Tabel 8. Kategori Hasil Tes Pada Tahap Follow-up Subjek Penelitian


Rentang Hasil Kategori Jumlah %
X < 42 Rendah - 0
42 ≤ X < 70 Sedang - 0%
X > 70 Tinggi 22 100%

Hasil uji hipotesis setelah Pelatihan Kepemimpinan Kenabi-


Analisis data yang digunakan an (pascates).
untuk pengujian hipotesis penelitian ini Komitmen mengajar guru dilihat
adalah dengan Teknik analisis yang lagi hasilnya satu bulan setelah pelatihan
digunakan teknik analisis wilcoxon signed (follow-up) diketahui nilai Sig 0,006 (nilai
ranks test, yaitu membandingkan nilai Sig < 0,05) yang berarti hipotesis
awal (pretest) dengan nilai akhir (pascates diterima yaitu ada perbedaan komitmen
I) dan membandingkan nilai awal (pretest) mengajar guru yang signifikan antara
dengan nilai akhir (pascates II/ follow up). sebelum pelatihan (pretest) dan satu bulan
Analisis penelitian ini menggunakan SPSS setelah pelatihan (follow-up). Komitmen
seri 16.0. mengajar guru setelah Pelatihan
Berdasarkan analisis hasil penelitian Kepemimpinan Kenabian (pascates) dan
yang telah dilakukan secara keseluruhan satu bulan setelah pelatihan (follow-up)
menggunakan wilcoxon signed ranks test, diketahui nilai Sig 0,426 (nilai Sig >
didapatkan data prates dan pascates skala 0,05) yang berarti hipotesis ditolak yaitu
komitmen mengajar guru diketahui Sig tidak ada perbedaan komitmen mengajar
0,000 (nilai Sig < 0,05) berarti hipotesis guru yang signifikan setelah pelatihan
diterima sehingga menunjukkan ada (pascates) dengan satu bulan setelah
perbedaan komitmen mengajar guru yang pelatihan (follow-up). Hal tersebut dapat
signifikan sebelum pelatihan (pretest) dan dilihat dengan grafik berikut:

28 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


Pelatihan Kepemimpinan Kenabian Untuk Meningkatkan Komitmen Mengajar Guru

120

100
skor skala komitmen
80 mengajar guru sebelum
pelatihan
60
skor skala komitmen
40 mengajar setelah pelatihan

20
skor skala komitmen
0 mengajar 1 bulan setelah
pelatihan

Grafik 1. Perbandingan Skor Skala Komitmen Mengajar Guru Pretest-Posttest-


Follow Up

PEMBAHASAN Apabila sekolah atau organisasi


ingin maju, maka dibutuhkan komitmen
Problematika seperti kurang tinggi- terutama dari orang-orang yang memiliki
nya komitmen mengajar guru bisa terjadi peran penting di sekolah seperti guru.
dalam sebuah lembaga pendidikan, Guru-guru perlu memiliki komitmen yang
seperti yang terjadi pada SDIT “H” di tinggi terutama dalam mengajar agar
mana para gurunya terdiri dari berbagai dapat melaksanakan pengajaran dengan
macam karakter dan latar belakang baik baik. Komitmen mengajar guru yang
ekonomi, pendidikan, suku, aliran agama tinggi dapat meningkatkan kualitas guru
dan lain-lain. Rendahnya komitmen me- dalam mengajar, dengan kualitas guru
ngajar guru dapat disebabkan beberapa yang baik maka dapat memberikan
hal antara lain karena kurang optimalnya kontribusi bagi sekolah demi keberhasilan
guru dalam mengajar, kurang tegasnya pendidikan (Erawan, 2010).
guru, kecenderungan kurangnya disiplin Penelitian ini bertujuan untuk
terha-dap pekerjaan, beberarapa guru memberikan intervensi berupa Pelatihan
datang terlambat ke sekolah dan terlam- Kepemimpinan Kenabian kepada guru-
bat memulai pelajaran, kurang memiliki guru di SDIT “H” sebagai upaya untuk
tanggung jawab terhadap tugas, dan menguji apakah Pelatihan Kepemimpinan
kurangnya keinginan guru dalam Kenabian dapat meningkatkan komitmen
meningkatkan keterampilan mengajarnya. mengajar guru di SDIT “H”. Pelatihan
Kepemimpinan Kenabian dalam peneli-

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 29


Ela Minchah Laila Alawiyah, Sukarti, & Ratna Syifa’a Rachmahana

tian ini merupakan pelatihan yang disaji- peningkatan skor skala komitmen meng-
kan dengan konsep kepemimpinan ber- ajar guru di SDIT “H”, sehingga diketahui
dasarkan cara Nabi Muhammad SAW bahwa Pelatihan Kepemimpinan Kenabi-
memimpin umatnya, yakni belajar dari an memiliki pengaruh untuk meningkat-
keteladanan sifat-sifat Nabi Muhammad kan komitmen mengajar guru di SDIT
SAW yang disajikan dalam sesi-sesi “H”.
seperti sidiq, amanah, tabligh, fahonah. Berdasarkan proses Pelatihan
Pelatihan Kepemimpinan Kenabian Kepemimpinan Kenabian yang telah
dirancang berdasarkan teori experiential dilakukan dalam penelitian ini mem-
learning yang menyatakan bahwa pela- berikan pengaruh pada peningkatan
tihan mampu mengubah struktur kognitif, komitmen mengajar guru SDIT “H”. Hal
sikap serta keterampilan yang dimiliki ini terlihat saat setelah pelatihan, guru-
oleh peserta. Experiential learning ada guru lebih bersemangat hadir ke sekolah,
lima tahapan, yaitu experiencing, hadir dan memulai pelajaran dengan
publishing, processing, generalizing dan tepat waktu, lebih terlihat tegas dan
applying (Aryani & Supriyanto, 2003). disiplin dengan aturan yang ada di
Guru SDIT H yang mengikuti seluruh sesi sekolah dan kini guru lebih terlihat lebih
pelatihan berjumlah 22 orang, sedangkan bertanggung jawab terhadap kewajiban
beberapa guru lainnnya yang tidak utamanya mengajar.
mengikuti sesi pelatihan secara lengkap Hasil penelitian menunjukkan data
diperbolehkan untuk tetap mengikuti prates dan pascates skala komitmen
beberapa sesi selanjutnya namun data mengajar guru diketahui Sig 0,000 (nilai
tidak disertakan dalam analisis penelitian. Sig < 0,05) berarti hipotesis diterima
Pada saat Pelatihan Kepemimpinan yaitu ada perbedaan komitmen mengajar
Kenabian berlangsung, beberapa guru guru yang signifikan sebelum pelatihan
baru merasakan tahapan experiencing, (prates) dan setelah Pelatihan Kepemim-
publishing, processing, generalizing, pinan Kenabian (pascates). Komitmen
sehingga waktu proses pemberian skala mengajar guru dilihat lagi hasilnya satu
pascates ada beberapa guru belum terlihat bulan setelah pelatihan (follow-up)
perubahan yang menonjol dalam komit- diketahui nilai Sig 0,006 (nilai Sig <
men mengajarnya, sedangkan setelah satu 0,05) yang berarti hipotesis diterima yaitu
bulan pelatihan berjalan seluruh guru ada perbedaan komitmen mengajar guru
sudah masuk pada tahapan applying, yang signifikan sebelum pelatihan (prates)
yang mana mereka menerapkan komit- dan satu bulan setelah pelatihan (follow-
men yang telah mereka sepakati pada saat up). Komitmen mengajar guru setelah
pelatihan. Pelatihan Kepemimpinan Kenabi-an
Berdasarkan hasil pengukuran satu (pascates) dan satu bulan setelah
bulan setelah pelatihan diketahui ada pelatihan (follow-up) diketahui nilai Sig

30 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


Pelatihan Kepemimpinan Kenabian Untuk Meningkatkan Komitmen Mengajar Guru

0,426 (nilai Sig > 0,05) yang berarti keinginan untuk lebih terampil dalam
hipotesis ditolak yaitu tidak ada mengajar yang tinggi.
perbedaan komitmen mengajar guru yang
signifikan setelah pelatihan (pascates) Saran
dengan satu bulan setelah pelatihan Saran dalam penelitian ini antara
(follow up). Berdasarkan data tersebut lain hendaknya para guru dapat dapat
dapat disimpulkan bahwa Pelatihan konsisten dalam menjalankan komitmen
Kepemimpinan Kenabian dapat mening- yang sudah dibuat saat pelatihan. Melihat
katkan komitmen mengajar guru. tanggapan positif dari guru terhadap
Setelah dilakukan evaluasi pada program Pelatihan Kepemimpinan Ke-
penelitian, maka didapatkan beberapa nabian, maka sekolah dapat menerapkan
keterbatasan penelitian, antara lain: 1). program serupa misalnya dengan cera-
Desain eksperimen tidak terdapat mah/siraman islami setiap minggunya.
kelompok kontrol, peneliti menggunakan Sekolah juga hendaknya meninjau kem-
desain The One Group Pretest-pascates, bali serta melaksanakan standar operating
2). Alat ukur skala komitmen mengajar procedure maupun deskripsi pekerjaan
guru yang dipakai memiliki aitem yang guru. Bagi Psikolog, hendaknya hasil
sedikit dengan nilai reliabilitas 0,884 penelitian ini selanjutnya dapat dijadikan
sehingga diharapkan pada penelitian dasar ilmiah untuk kajian program
selanjutnya peneliti lebih mampu Pelatihan Kepemimpinan Kenabian seba-
memodifikasi skala dengan reliabilitas gai suatu usaha preventif dan kuratif dalam
yang lebih tinggi, 3). Kurangnya koor- usaha meningkatkan komitmen mengajar
dinasi antara kepala sekolah dengan guru guru, Program Pelatihan Kepemimpinan
yang lain mengenai wajibnya mengikuti Kenabian ini dapat ditetapkan sebagai
kegiatan dalam pelatihan tersebut. penanganan pada lembaga pendidikan
atau organisasi yang kurang memiliki
SIMPULAN DAN SARAN komitmen pada anggotanya. Bagi peneliti
selanjutnya perlu mengupayakan agar
Simpulan semua guru dalam satu sekolah mengikuti
Simpulan dalam penelitian ini pelatihan agar hasil pelatihan dapat lebih
adalah Pelatihan Kepemimpinan Kenabi- optimal.
an dapat meningkatkan komitmen meng-
ajar guru di SDIT “H”, hal tersebut dapat
ditinjau dari adanya peningkatan pada DAFTAR PUSTAKA
beberapa hal seperti guru kini lebih
memiliki keinginan untuk bertanggung Adz-Dzakiey. M.H.B. (2009). Kepemim-
jawab dalam proses belajar-mengajar di pinan Kenabian. Yogyakarta:
sekolah, lebih disiplin, dan memiliki Islamika.

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 31


Ela Minchah Laila Alawiyah, Sukarti, & Ratna Syifa’a Rachmahana

Andansari, N. (2010). Pelatihan Kepe- Kepemimpinan Profetik. Jurnal


mimpinan Kenabian untuk Mening- Psikologi (Fakultas Psikologi
katkan Kemampuan Pemecahan Universitas Gadjah Mada). 33 (2),
Masalah pada Karyawan BMT X. 121-132.
Tesis (Tidak diterbitkan). Magister
Profesi Psikologi. Yogya-karta: Ching, S.L & Kee, D.M.H. (2012). Work
Universitas Islam Indonesia. Values-Career Commitment
Relationship of Generation Y
Alawiyah, E. M. L. (2012). Laporan Kasus Teachers in Malaysia. International
Sistem Praktik Kerja Profesi Psikolog Conference on Economics Market-
Magister Profesi Psikologi. Laporan ing and Management. IPEDR. 28
Peneltian (Tidak diterbitkan). (3), 242-246.
Yogyakarta: Universitas Islam
Indonesia. Colladarci, T. (2010). Teachers' Sense of
Efficacy and Commitment to
Ariyani, D. & Supriyanto, S. (2003). Teaching. Journal of Experimental
Peningkatan Efektivitas Tim Kerja Education, 60 (4), 323-337.
Asuhan Keperawatan Melalui Meto-
de Arung Alam. Jurnal Administrasi, Crosswell, L. & Elliott, B. (2012).
Kebijakan, Kesehatan. 1 (3), 140- Committed Teachers, Passionate
145. Surabaya: Universitas Air- Teachers: The Dimension of
langga Passion Associated with Teacher
Commitment and Engagement.
Bahry, S. (2012). Manajemen Kelas Paper presented at the International
ditinjau dari Kepribadian dan Symposium on Teacher Commit-
Komitmen Kerja Guru di Sekolah ment at the European Conference
Menengah Atas. Tesis (Tidak diter- on Eduactional Research, Lille,
bitkan). Yogyakarta: Fakultas Psiko- France.
logi Universitas Gadjah Mada.
Erawan, P. (2010). A Comparison of
Bowling, A. (2002). Research Methods in Teaching Efficacy, Commitment to
Health: Investigating Health and Teaching Profession and Satis-
Health Services 2nd Edition. faction with Program Effectiveness
Buckingham Philadelphia: Open of Teacher Students Under the 5
University Press. Year-Program Curriculum and
Those Under the 4+1 Year-Program
Budiharto, S. & Himam, F. (2006). Curriculum. European Journal of
Konstruk Teoritis dan Pengukuran Social Sciences, 14 (2), 250-261.

32 | Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014


Pelatihan Kepemimpinan Kenabian Untuk Meningkatkan Komitmen Mengajar Guru

Park, S., Henkin,A.B., & Egley, R. (2005).


Johnson, D, W & Johnson, F, P. (2001). Teacher Team Commitment,
Joining Together Group Theory and teamwork and Trust: Exploring
Group Skills. Boston: Allyn & Associations. Journal of Educational
Bacon. Administration, 43 (4/5), 462- 479.

Mkumbo, K.A.K. (2012). Teachers’ Widhiarso, W. (2009). Meninjau Skala


Commitment to, and Experiences Kepatutan Sosial Melalui Teori
of, the Teaching Profession in Respons Butir. Laporan Penelitian
Tanzania: Findings of Focus Group (Tidak diterbitkan). Yogyakarta:
Research. International Educational Fakultas Psikologi Universitas
Studies, 5 (3), 222-227. Gadjah Mada.

Jurnal Intervensi Psikologi, Vol 6 Juni 2014 | 33

You might also like