You are on page 1of 25

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. PUSKESMAS
1. Definisi
Puskesmas adalah fasilitas pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan
upaya kesehatan masyarakat dan upaya kesehatan perseorangan tingkat
pertama, dengan lebih mengutamakan upaya promotif dan preventif, untuk
mencapai derajat kesehatan masyarakat yang setinggi - tingginya di wilayah
kerjanya.1
Puskesmas adalah unit pelaksanaan teknis dinas kesehatan
kabupaten/kota yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan
kesehatan di suatu wilayah kerja.5
2. Visi misi
Visi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah tercapainya Kecamatan Sehat menuju terwujudnya Indonesia Sehat.
Misi pembangunan kesehatan yang diselenggarakan oleh puskesmas
adalah mendukung tercapainya misi pembangunan kesehatan nasional.5
3. Tujuan Puskesmas
Pembangunan kesehatan yang diselenggarakan di Puskesmas bertujuan
untuk mewujudkan masyarakat yang:
a. Memiliki perilaku sehat yang meliputi kesadaran, kemauan dan kemampuan
hidup sehat
b. Mampu menjangkau pelayanan kesehatan bermutu
c. Hidup dalam lingkungan sehat, dan
d. Memiliki derajat kesehatan yang optimal, baik individu, keluarga, kelompok
dan masyarakat.5

4. Struktur organisasi puskesmas


Menurut keputusan menteri kesehatan Republik Indonesia nomor
128/MenKes/RI/SK/II/2004, struktur organisasi puskesmas tergantung dari
kegiatan dan beban tugas masing-masing puskesmas. Penyusunan struktur
organisasi puskesmas di satu kabupaten / kota dilakukan oleh Dinas Kesehatan

5
kabupaten/kota, sedangkan penetapannya dilakukan dengan peraturan daerah.
Sebagai acuan dapat dipergunakan pola struktur organisasi puskesmas sebagai
berikut :5
a. Kepala puskesmas
b. Unit tata usaha yang bertanggung jawab membantu kepala puskesmas dalam
pengelolaan:
(1) Data dan informasi
(2) Perencanaan dan penilaian
(3) Keuangan
(4) Umum dan kepegawaian
c. Unit pelaksana teknis fungsional puskesmas
Upaya kesehatan masyarakattermasuk pembinaan terhadap Upaya
Kesehatan Berbasis Masyarakat (UKBM) dan Upaya kesehatan perorangan.5
d. Jaringan pelayanan puskesmas
Unit puskesmas pembantu, Unit puskesmas keliling, dan Unit bidan di
desa/komunitas.5
5. Peran pokok petugas puskesmas
Dalam menjalankan perannya sebagai penyedia pelayanan kesehatan
Puskesmas didukung oleh beberapa petugas yang mempunyai fungsi masing–
masing antara lain :7
a. Petugas Medis
(1) Dokter Umum : melakukan pelayanan medis di poli umum, puskel,
pustu, posyandu.
(2) Dokter Gigi : melaksanakan pelayanan medis di poli gigi, puskel.
(3) Dokter Spesialis : khusus untuk puskesmas rawat inap bagus juga ada
kunjungan dokter spesialis sebagai dokter konsultan, misalnya : dokter
ahli anak, kandungan dan penyakit dalam.
b. Petugas Para Medis
(1) Bidan: pelayanan kesehatan ibu dan anak (KIA), pelaksana asuhan
kebidanan.
(2) Perawat Umum: pendamping tugas dokter umum, pelaksana asuhan
keperawatan umum.
(3) Perawat Gigi: pendamping tugas dokter gigi, pelaksana asuhan
keperawatangigi.
(4) Perawat Gizi: pelayanan penimbangan dan pelacakan masalah gizi
masyarakat.
6
(5) Sanitarian: pelayanan kesehatan lingkungan pemukiman dan institusi
lainnya.
(6) Sarjana Farmasi: pelayanan kesehatan obat dan perlengkapan kesehatan.
(7) Sarjana Kesehatan Masyarakat: pelayanan administrasi, penyuluhan,
pencegahan dan pelacakan masalah kesehatan masyarakat.
c. Petugas Non Medis
(1) Administrasi: pelayanan administrasi pencatatan dan pelaporan kegiatan
puskesmas.
(2) Petugas Kebersihan: melakukan kegiatan kebersihanruangan dan
lingkungan puskesmas.
(3) Sopir: mengantar, membantu seluruh kegiatan pelayanan puskel di luar
gedung puskesmas.7
6. Prinsip-prinsip penyelenggaraan puskesmas meliputi:
a. Prinsip paradigma sehat
Mendorong seluruh pemangku kepentingan untuk berkomitmen dalam upaya
mencegah dan mengurangi resiko kesehatan yang dihadapi individu,
keluarga, kelompok dan masyarakat.5
b. Prinsip pertanggungjawaban wilayah
Puskesmas menggerakkan dan bertanggung jawab terhadap pembangunan
kesehatan di wilayah kerjanya.5
c. Prinsip kemandirian masyarakat
Puskesmas mendorong kemandirian hidup sehat bagi individu, keluarga,
kelompok, dan masyarakat.5
d. Prinsip pemerataan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan yang dapat diakses dan
terjangkau oleh seluruh masyarakat di wilayah kerjanya secara adil tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, agama, budaya dan kepercayaan.5
e. Prinsip teknologi tepat guna, dan
Puskesmas menyelenggarakan Pelayanan Kesehatan dengan memanfaatkan
teknologi tepat guna yang sesuai dengan kebutuhan pelayanan, mudah
dimanfaatkan dan tidak berdampak buruk bagi lingkungan.5
f. Prinsip keterpaduan dan kesinambungan.

7
Puskesmas mengintegrasikan dan mengoordinasikan penyelenggaraan UKM
dan UKP lintas program dan lintas sektor serta melaksanakan Sistem
Rujukan yang didukung dengan manajemen Puskesmas.5
7. Fungsi puskesmas
Puskemas sebagai penyedia pelayanan kesehatan ditingkatKecamatan
mempunyai 3 (tiga)fungsi yaitu :5
a. Pusat penggerak pembangunan berwawasan kesehatan
Puskesmas selalu berupaya menggerakkan dan memantau
penyelenggaraan pembangunan lintas sektor termasuk oleh masyarakat
dan dunia usaha di wilayah kerjanya, sehingga berwawasan serta
mendukung pembangunan kesehatan.Di samping itu aktif memantau dan
melaporkan dampak kesehatan dari penyelenggaraan setiap pembangunan
di wilayah kerjanya.Khusus untuk pembangunan kesehatan, upaya yang
dilakukan puskesmas adalah mengutamakan pemeliharaan kesehatan dan
pencegahan penyakit tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan
pemulihan kesehatan.5
b. Pusat pemberdayaan masyarakat
Puskesmas selalu berupaya agar perorangan terutama pemuka
masyarakat, keluarga dan masyarakat termasuk dunia usaha memiliki
kesadaran, kemauan dan kemampuan melayani diri sendiri dan
masyarakat untuk hidup sehat, berperan aktif dalam memperjuangkan
kepentingan kesehatan termasuk sumber pembiayaannya, serta ikut
menetap, menyelenggarakan dan memantau pelaksanaan program
kesehatan. Pemberdayaan perorangan, keluarga dan masyarakat ini
diselenggarakan dengan memperhatikan kondisi dan situasi, khususnya
sosial budaya masyarakat setempat.5
c. Pusat strata pelayanan kesehatan strata pertama
Puskesmas bertanggung jawab menyelenggarakan pelayanan
kesehatan tingkat pertama secara menyeluruh, terpadu dan
berkesinambungan. Pelayanan kesehatan tingkat pertama yang menjadi
tanggung jawab puskesmas meliputi:5
(1) Pelayanan kesehatan perorangan
8
Pelayanan kesehatan perorangan adalah pelayanan yang
bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan
pemulihan kesehatan perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan
kesehatan dan pencegahan penyakit. Pelayanan perorangan tersebut
adalah rawat jalan dan untuk puskesmas tertentu di tambahkan
dengan rawat inap.5
(2) Pelayanan kesehatan masyarakat
Pelayanan kesehatan masyarakat adalah pelayanan yang
bersifat publik dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan
kesehatan serta mencegah penyakit tanpa mengabaikan
penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan.5
Pelayanan kesehatan masyarakat tersebut antara lain promosi
kesehatan, pemberantasan penyakit, penyehatan lingkungan,
perbaikan gizi, peningkatan kesehatan keluarga, keluarga
berencana, kesehatan jiwa masyarakat serta berbagai program
kesehatan masyarakat lainnya.5
8. Upaya kesehatan puskesmas
Puskesmas menyelenggarakan upaya kesehatan masyarakat tingkat
pertama dan upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama yang
dilaksanakan secara terintegrasi dan berkesinambungan.1
Untuk melaksanakan upaya kesehatan masyarakat dan perseorangan
tersebut maka Puskesmas harus menyelenggarakan manajemen Puskesmas,
pelayanan kefarmasian, pelayanan keperawatan kesehatan masyarakat dan
pelayanan laboratorium.1
a. Upaya Kesehatan Masyarakat/UKM
Upaya kesehatan masyarakat tingkat pertama meliputi upaya
kesehatan masyarakat esensial dan upaya kesehatan masyarakat
pengembangan. Upaya kesehatan masyarakat esensial harus
diselenggarakan oleh setiap Puskesmas untuk mendukung pencapaian

9
standar pelayanan minimal kabupaten/kota bidang kesehatan. Upaya
kesehatan masyarakat esensial meliputi:1
(1) pelayanan promosi kesehatan;
(2) pelayanan kesehatan lingkungan;
(3) pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga berencana;
(4) pelayanan gizi; dan
(5) pelayanan pencegahan dan pengendalian penyakit.1
Upaya kesehatan masyarakat pengembangan merupakan upaya
kesehatan masyarakat yang kegiatannya memerlukan upaya yang
sifatnya inovatif dan/atau bersifat ekstensifikasi dan intensifikasi
pelayanan, disesuaikan dengan prioritas masalah kesehatan, kekhususan
wilayah kerja dan potensi sumber daya yang tersedia di masing-masing
Puskesmas. Upaya kesehatan pengembangan dipilih dari daftar upaya
kesehatan pokok Puskesmas yang telah ada, yakni:1
(1) Upaya Kesehatan Sekolah
(2) Upaya Kesehatan Olah Raga
(3) Upaya Perawatan Kesehatan Masyarakat
(4) Upaya Kesehatan Kerja
(5) Upaya Kesehatan Gigi dan Mulut
(6) Upaya Kesehatan Jiwa
(7) Upaya Kesehatan Mata
(8) Upaya Kesehatan Usia Lanjut
(9) Upaya Pembinaan Pengobatan Tradisional
b. Upaya Kesehatan Perseorangan/UKP
Upaya kesehatan perseorangan tingkat pertama dilaksanakan sesuai
dengan standar prosedur operasional dan standar pelayanan dalam bentuk
rawat jalan, pelayanan gawat darurat, pelayanan satu hari (one day care),
home care, dan/atau rawat inap berdasarkan pertimbangan kebutuhan
pelayanan kesehatan.1
10
B. Upaya Perbaikan Gizi
1. Pengertian
Pelayanan gizi adalah rangkaian kegiatan untuk memenuhi kebutuhan
gizi perorangan dan masyarakat melalui upaya pencegahan, peningkatan
penyembuhan, dan pemulihan yang dilakukan di masyarakat dan fasilitas
pelayanan kesehatan.1,8
2. Tujuan
Program ini bertujuan untuk meningkatkan status gizi masyarakat
melalui usaha pemantauan status gizi kelompok–kelompok masyarakat yang
mempunyai risiko tinggi (seperti ibu hamil dan balita) dan pemberian
makanan tambahan (PMT) baik yang bersifat penyuluhan maupun
pemulihan.8
3. Sasaran
Sasarannya adalah ibu hamil, ibu menyusui, dan anak–anak yang
berusia di bawah lima tahun. Penduduk yang tinggal di daerah rawan pangan
perlu mendapat perhatian Puskesmas.8
4. Ruang Lingkup Kegiatan
a. Menimbang berat badan balita untuk memantau pertumbuhan anak, yang
dilakukan secara rutin setiap bulan, baik di Puskesmas maupun di
Posyandu. Indikator keberhasilan pemantauan status gizi balita digunakan
SKDN yang ditulis di buku Kartu Menuju Sehat (KMS), dengan penjelasan
sebagai berikut:8
(1) S = jumlah semua balita
(2) K = anak yang mempunyai KMS
(3) D = balita yang datang teratur ke tempat penimbangan
(4) N = balita yang datang teratur dan berat badan (BB) naik
b. Pemeriksaan HB (dan BB) pada ibu hamil secara rutin. Kunjungan ibu
hamil ke Puskesmas untuk ANC dilakukan minimal empat kali sepanjang
kehamilannya.8
c. PMT untuk balita yang kurang gizi. Penyuluhan PMT dilakukan melalui
demonstrasi pemilihan bahan makanan yang bergizi dan cara memasaknya.
PMT pemulihan dilakukan melalui pemberian makanan yang sifatnya
suplementasi (vitamin A, sulfas ferrosus, susu, dan sebagainya).8

11
d. Memberikan penyuluhan gizi kepada masyarakat, yang diintegrasikan ke
dalam program KIA baik di Posyandu maupun di gedung Puskesmas.8
e. Pembagian vitamin A untuk bayi 2x setahun, suplemen tablet besi (sulfas
ferrosus) untuk ibu hamil yang datang ke Puskesmas untuk ANC, dan
pemberian obat cacing untuk anak yang kurang gizi karena gangguan
parasit cacing.8
5. Kegiatan program gizi yang dilakukan harian adalah sebagai berikut:
a. Peningkatan pemberian ASI Eksklusif adalah Pemberian ASI tampa
makanan dan minuman lain pada bayi berumur nol sampai dengan 6
bulan.8
b. Pemberian MP-ASI anak umur 6- 24 bulan adalah pemberian
makanan pendamping ASI pada anak usia 6-24 bulan dari keluarga
miskin selama 90 hari.8
c. Pemberian tablet besi (90 tablet) pada ibu hamil adalah pemberian
tablet besi (90 tablet) selama masa kehamilan.8
d. Pemberian PMT pemulihan pada Keluarga Miskin adalah balita
keluarga miskin yang ditangani di sarana pelayanan kesehatan sesuai
tatalaksana gizi di wilayah puskesmas.8
e. Kegiatan investigasi dan intervensi yang dilakukan setai saat jika
ditemukan masalah gizi misalnya ditemukan adanya kasus gizi buruk.8
6. Kegiatan Progrogram Gizi Bulanan yang dilakukan bulanan adalah sebagai
berikut:
a. Pemantauan Pertumbuhan Berat Badan Balita (Penimbangan Balita)
adalah pengukuran berat badan balita untuk mengetahui pola
pertumbuhan dan perkembangan berat badan balita.8
b. Kegiatan konseling gizi dalam rangka peningkatan pendidikan gizi dan
Perberdayaan Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/ Masyarakat.8
c. Kegiatan yang dilakukan setiap smester (6 bulan sekali) adalah Pemberian
Kapsul Vitamin A (Dosis 200.000 SI) pada balita adalah pemberian
kaspusl vitamin A dosis tinggi kepada bayi dan anak balita secara periodik
yaitu untuk bayi diberikan setahun sekali pada bulan Februari dan

12
Agustus dan untuk anak balita enam bulan sekali dan secara serentak
dalam bulan Februari dan Agustus.8
7. Kegiatan yang dilakukan setiap tahun (setahun sekali adalah) sebagai berikut.
a. Pemantauan Status Gizi balita
b. Pemantaun konsumsi gizi
c. Pemantauan penggunaan garam beryodium
Pelaksana program Gizi di Puskesmas dilakukan oleh tenaga gizi
berpendidikan D1 (Asisten Ahli Gizi) dan DIII (Ahli Madya Gizi)
serta S1/D4 Gizi (Sarjana Gizi) yang khusus dipersiapkan atau mahir
dalam Usaha Perbaikan Gizi Keluarga/Masyarakat atau sebagai tenaga
profesinal di bidang gizi. Pelaksana Program Gizi dapat juga dilakukan
oleh tenaga kesehatan lain yang telah dilatih dalam pelaksanaan
program gizi puskesmas.8
C. Status Gizi
1. Definisi
Status gizi adalah keadaan tubuh sebagai akibat konsumsi dan zat – zat
gizi. Status gizi merupakan gambaran dari keadaan keseimbangan dalam
variabel tertentu, atau perwujudan dari nutriture dalam bentuk variabel
tertentu.9
2. Penilaian Status Gizi
Penilaian status gizi ada dua yaitu penilaian status gizi secara langsung dan
tidak langsung.
a. Penilaian langsung
(1) Antropometri
Pemeriksaan antropometris secara umum artinya penilaian
ukuran tubuh manusia. Ditinjau dari sudut pandang gizi, maka
antropometri gizi berhubungan dengan berbagai macam pengukuran
dimensi tubuh dan komposisi tubuh dari berbagai tingkat usia dan
tingkat gizi.9
Antropometri secara umum digunakan untuk melihat
ketidakseimbangan asupan protein dan energi. Ketidakseimbangan
ini terlihat pada pola pertumbuhan fisik dan proporsi jaringan tubuh
seperti lemak, otot, dan jumlah air dalam tubuh.9
13
Penilaian antropometris yang penting dilakukan ialah
penimbangan berat dan pengukuran tinggi badan, lingkar lengan, dan
lipatan kulit triseps.9
Pemeriksaan ini penting, terutama pada anak yang berkelas
ekonomi dan sosial rendah. Pengamatan anak dipusatkan terutama
pada percepatan tumbuh Indeks massa tubuh (IMT) merupakan
indikator yang paling sering digunakan dan praktis untuk mengukur
tingkat populasi berat badan lebih dan obes pada orang dewasa.10
(2) Klinis
Pemeriksaan klinis adalah metode yang sangat penting untuk
menilai status gizi masyarakat. Metode ini didasarkan atas
perubahan-perubahan yang terjadi yang dihubungkan dengan
ketidakcukupan zat gizi. Hal ini dapat dilihat pada jaringan epitel
(supervicial epithelial tissues) seperti kulit, mata, rambut, dan
mukosa oral atau pada organ-organ yang dekat dengan permukaan
tubuh seperti kelenjar tiroid.11
Penggunaan metode ini umumnya untuk survei klinis secara
cepat (rapid clinical surveys). Survei ini dirancang untuk mendeteksi
secara cepat tanda-tanda dari kekurangan salah satu atau lebih zat
gizi. Disamping itu digunakan untuk mengetahui tingkat status gizi
seseorang dengan melakukan pemeriksaan fisik yaitu tanda (sign)
dan gejala (symptom).11
Pemeriksaan klinis meliputi pemeriksaan fisik secara
menyeluruh, termasuk riwayat kesehatan. Riwayat kesehatan yang
perlu ditanyakan adalah kemampuan mengunyah dan menelan,
keadaan nafsu makan, makanan yang digemari dan yang dihindari,
serta masalah saluran pencernaan.11
(3) Biokimia
Pemeriksaan biokimia adalah pemeriksaan spesimen yang diuji
secara laboratoris yang dilakukan pada berbagai macam jaringan

14
tubuh. Jaringan tubuh yang digunakan antara lain: darah, urine, tinja
dan juga beberapa jaringan tubuh seperti hati dan otot.9
Uji biokimiawi yang penting ialah pemeriksaan kadar
hemoglobin, pemeriksaan apusan darah untuk malaria, pemeriksaan
protein. Ada dua jenis protein, viseral dan somatik, yang layak
dijadikan parameter penentu status gizi. Pemeriksaan tinja cukup
hanya pemeriksaan occult blood dan telur cacing saja.9
Metode ini digunakan untuk suatu peringatan bahwa
kemungkinan akan terjadi keadaan malnutrisi yang lebih parah lagi.
Banyak gejala klinis yang kurang spesifik, maka penentuan kimia
faali dapat lebih banyak menolong untuk menentukan kekurangan zat
gizi yang spesifik.19

(4) Biofisik
Pemeriksaan biofisik merupakan salah satu penilian status gizi
dengan melihat kemampuan fungsi jaringan dan melihat perubahan
struktur jaringan dan melihat perubahan struktur jaringan yang dapat
digunakan dalam keadaan tertentu, seperti kejadian buta senja.9
b. Penilaian tidak langsung
(1) Survei konsumsi makanan
Survei konsumsi makanan merupakan salah satu penilaian
status gizi dengan melihat jumlah dan jenis makanan yang
dikonsumsi oleh individu maupun keluarga. Data kuantitatif dapat
mengetahui jumlah dan jenis pangan yang dikonsumsi, sedangkan
data kualitatif dapat diketahui frekuensi makan dan cara seseorang
maupun keluarga dalam memperoleh pangan sesuai dengan
kebutuhan gizi.10
(2) Faktor Ekologi
Penilaian status gizi dengan menggunakan faktor ekologi
masalah gizi dapat terjadi karena intreraksi beberapa faktor ekologi,
seperti faktor biologis, faktor fisik dan lingkungan budaya penilaian

15
berdasarkan faktor ekologi digunakan untuk mengetahui penyebab
kejadian gizi salah (malnutrition) disuatu masyarakat yang nantinya
akan sangat berguna untuk melakukan intervensi gizi.10
c. Indeks antropometri
(1) Berat badan menurut umur
Berat badan menurut umur adalah gambaran status gizi secara
umum. Berat badan dan umur merupakan hal wajib yang harus
dicatat pada saat pemeriksaan anak, karena akan berpengaruh pada
penentuan dosis obat yang akan diberikan.11
(2) Tinggi badan menurut umur
Pengaruh defisiensi gizi terhadap tinggi badan akan terlihat
dalam waktu yang lama, sehingga tinggi badan menurut umur
menggambarkan status gizi yang kronis. Pada keadaan normal, tinggi
badan tubuh searah dengan pertambahan umur.11
(3) Berat badan menurut tinggi badan
Dalam keadaan normal perkembangan berat badan akan searah
dengan pertumbuhan tinggi badan dengan kecepatan tertentu indeks
BB/TB merupakan indikator yang baik untuk menilai status gizi
masa sekarang.11
D. Gizi Buruk
1. Definisi
Gizi buruk merupakan status kondisi seseorang yang kekurangan
nutrisi, atau nutrisinya di bawah standar rata-rata. Status gizi buruk dibagi
menjadi tiga bagian,yakni gizi buruk karena kekurangan protein (disebut
kwashiorkor), karena kekurangan karbohidrat atau kalori (disebut marasmus),
dan kekurangan kedua-duanya. Gizi buruk ini biasanya terjadi pada anak balita
(bawah lima tahun).12
.2. Klasifikasi
Terdapat 3 tipe gizi buruk adalah marasmus, kwashiorkor, dan marasmus
kwashiorkor. Perbedaan tipe tersebut didasarkan pada ciri-ciri atau tanda
klinis dari masing-masing tipe yang berbeda-beda.13

16
a. Marasmus
Marasmus adalah gangguan gizi karena kekurangan karbohidrat.
Gejala yang timbul diantaranya muka seperti orangtua (berkerut), tidak
terlihat lemak dan otot di bawah kulit (kelihatan tulang di bawah kulit),
rambut mudah patah dan kemerahan, gangguan kulit, gangguan pencernaan
(sering diare), pembesaran hati dan sebagainya. Anak tampak sering rewel
dan banyak menangis meskipun setelah makan, karena masih merasa lapar
Berikut adalah gejala pada marasmus adalah :13
(1) Anak tampak sangat kurus karena hilangnya sebagian besar lemak dan
otot-ototnya, tinggal tulang terbungkus kulit.
(2) Wajah seperti orang tua
(3) Iga gambang dan perut cekung
(4) Otot paha mengendor (baggy pants)
(5) Cengeng dan rewel, setelah mendapat makan anak masih terasa lapar.13
b. Kwashiorkor
Penampilan tipe kwashiorkor seperti anak yang gemuk (suger baby),
bilamana dietnya mengandung cukup energi disamping kekurangan
protein, walaupun dibagian tubuh lainnya terutama dipantatnya terlihat
adanya atrofi. Tampak sangat kurus dan atau edema pada kedua punggung
kaki sampai seluruh tubuh.13
Manifestasinya yaitu :
(1) Perubahan status mental : cengeng, rewel, kadang apatis
(2) Rambut tipis kemerahan seperti warna rambut jagung dan mudah
dicabut, pada penyakit kwashiorkor yang lanjut dapat terlihat rambut
kepala kusam.
(3) Wajah membulat dan sembab
(4) Pandangan mata anak sayu

17
(5) Pembesaran hati, hati yang membesar dengan mudah dapat diraba dan
terasa kenyal pada rabaan permukaan yang licin dan pinggir yang
tajam.
(6) Kelainan kulit berupa bercak merah muda yang meluas dan berubah
menjadi coklat kehitaman dan terkelupas.13
c. Marasmik-Kwashiorkor
Gambaran klinis merupakan campuran dari beberapa gejala klinik
kwashiorkor dan marasmus. Makanan sehari-hari tidak cukup mengandung
protein dan juga energi untuk pertumbuhan yang normal. Pada penderita
demikian disamping menurunnya berat badan <60% dari normal
memperlihatkan tanda-tanda kwashiorkor, seperti edema, kelainan rambut,
kelainan kulit, sedangkan kelainan biokimiawi terlihat pula.13
3. Faktor Penyebab Gizi Buruk
Ada 2 faktor penyebab dari gizi buruk adalah sebagai berikut :
a. Penyebab Langsung. Kurangnya jumlah dan kualitas makanan yang
dikonsumsi, menderita penyakit infeksi, cacat bawaan dan menderita
penyakit kanker. Anak yang mendapat makanan cukup baik tetapi sering
diserang atau demam akhirnya menderita kurang gizi.13
b. Penyebab tidak langsung, ketersediaan Pangan rumah tangga, perilaku,
pelayanan kesehatan. Sedangkan faktor-faktor lain selain faktor kesehatan,
tetapi juga merupakan masalah utama gizi buruk adalah kemiskinan,
pendidikan rendah,ketersediaan pangan dan kesempatan kerja. Oleh karena
itu untuk mengatasi gizi buruk dibutuhkan kerjasama lintas sektor
Ketahanan pangan adalah kemampuan keluarga dalam memenuhi
kebutuhan pangan seluruh anggota keluarganya dalam jumlah yang cukup
baik maupun gizinya.13
4. Tata Laksana Anak Gizi Buruk
a. Mencegah dan mengatasi hipoglikemia

18
(1) Berikan 50 ml glukosa (2 sendok munjung)/dextrose 10% oral. Jika
tidak bisa dimasukkan secara oral, masukkan dengan NGT.
(2) Catat nadi, pernafasan dan kesadaran tiap 30 menit.14

b. Mencegah dan mengatasi hipotermia


(1) 2 jam kemudian, cegah hipotermia dengan selimuti hangat seluruh tubuh
termasuk kepala, hindari hembusan angin dalam ruang perawatan. Bila
suhu baik, tetap selimuti & pertahankan kehangatan. Cek suhu tiap 30
menit per rektal.
(2) Berikan F-75 dengan dosis ¼ dari dosis sehari yaitu 25 ml/kgBB dengan
dosis total sehari 1000 ml/kgBB
(3) Catat nadi, pernafasan, kesadaran, suhu dan asupan F75 tiap 30
menit. 14
c. Mencegah dan mengatasi dehidrasi
d. Memperbaiki gangguan keseimbangan elektrolit
(1) 10 jam kemudian, cegah dehidrasi dan atasi gangguan elektrolit dengan
pemberian F75 tiap 2 jam dan resomal dengan dosis 5 ml/kgBB tiap 2
jam. F75 dan resomal diberikan selang seling.
(2) Catat nadi, pernafasan, kesadaran dan asupan F75 tiap 2 jam.
(3) Bila anak dapat menghabiskan sebagian besar F75, ubah pemberian
menjadi setiap 3 jam.
(4) Bila anak masih menetek berikan ASI (jika tidak, ganti resomal) antara
pemberian F75.
(5) Bila anak dapat menghabiskan F75, ubah pemberian menjadi tiap 4 jam.
(6) Bila anak masih menetek berikan ASI (jika tidak, ganti resomal) antara
pemberian F75.14
e. Mengobati infeksi Berikan antibiotik dengan spektrum luas (Kotrimoksasol).

19
f. Memperbaiki kekurangan zat gizi mikro : Berikan vitamin A secara oral
pada hari ke 1.
g. Memperbaiki makanan untuk stabilisasi dan transisi
(1) Beri makanan dengan jumlah sedikit tapi sering yang rendah osmolaritas
dan laktosa.
(2) Bila masih ASI, tetap berikan ASI.14
h. Memberikan makanan untuk tumbuh kejar
(1) Bila nafsu makan kembali dan edema hilang, ganti F75 dengan F100 2
hari berturut-turut.
(2) Lalu naikkan dosis F100 sebanyak 10ml sampai anak tidak mampu
menghabiskan/tersisa sedikit.
(3) Setelah transisi bertahap, beri anak makan yang sering dengan jumlah
tidak terbatas (sesuai kemampuan anak).14
i. Memberikan stimulasi untuk tumbuh kembang
(1) Stimulasi sensorik dan emosional dengan ungkapan kasih sayang,
lingkungan yang ceria, bermain selama 15-30 menit/hari.
(2) Keterlibatan ibu untuk menghibur, memberi makan, memandikan dan
bermain.
(3) Rujuk ke fisioterapi.14
j. Mempersiapkan untuk tindak lanjut dirumah
(1) Pemberian makanan seimbang dengan bahan lokal yang terjangkau
minimal 5 kali sehari, termasuk makanan selingan/snacks tinggi kalori
diantara waktu makan (pisang, roti).
(2) Bantu dan bujuk anak untuk menghabiskan makanannya.
(3) Beri anak makanan tersendiri/terpisah, sehingga asupan makanan anak
dapat dicek.
(4) Beri supemen mikronutrien dan elektrolit.
(5) ASI diteruskan sebagai tambahan.14
E. Mutu Pelayanan
20
1. Pengertian Mutu
Direktorat Jendral Pelayanan Medik Departemen Kesehatan
mengemukan mutu adalah suatu derajat kesempurnaan pelayan rumah sakit
untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan
yang sesuai standar profesi, sumberdaya yang tersedia di rumah sakit secara
wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan memuaskan sesuai
norma, etika hukum dan sosio budaya dengan memperhatikan keterbatasan dan
kemampuan pemerintah dan masyarakat konsumen.15
Mutu adalah penentuan pelanggan, pasar atau ketetapan
manajemen.Mutu dinilai berdasarkan atas pengalaman nyata pelanggan
terhadap produk dan jasa pelayanan, mengukurnya, mengharapkannya,
dijanjikan atau tidak, sadar atau hanya dirasakan, operasional teknik atau
subjektif sama sekali dan selalu menggambarkan target yang bergerak dalam
pasar yang kompetitif.2
Dalam memberikan pelayanan kesehatan mutu memberi peranan
penting. Batasan tentang mutu pelayanan banyak macamnya, yaitu:
a. Beberapa diantara nya yang dipandang penting adalah:16
1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dari penampilan sesuatu yang
sedang diamati.
2) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program .
3) Mutu adalah totalitas dari wujud serta ciri suatu barang atau
dihasilkan, yang didalamnya terkandung sekaligus pengertian akan
adanya rasa aman atau terpenuhinya kebutuhan para pengguna barang
atau jasa yang dihasilkan tersebut.
4) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.16
b. Batasan mutu yang dipandang cukup penting adalah:17
1) Mutu adalah tingkat kesempurnaan dan penampilan seseuatu yang
sedang diamati.
2) Mutu adalah sifat yang dimiliki oleh suatu program.

21
3) Mutu adalah totalitas dan wujud serta ciri suatu barang atau jasa, yang
didalamnya terkandung sekaligus pengertian rasa aman dan
pemenuhan kebutuhan para pengguna.
4) Mutu adalah kepatuhan terhadap standar yang telah ditetapkan.17
2. Batasan Mutu Pelayanan16,17
Batasan mutu pelayanan kesehatan adalah :
2. Derajat kepuasan pasien yaitu kepuasan bersifat umum yakni sesuai
dengan tingkat kepuasan rata-rata penduduk.
3. Upaya yang telah dilakukan yaitu batasan untuk melindungi kepentingan
pemakai jasa pelayanan kesehatan, yang pada umumnya awam terhadap
tindakan kedokteran, ditetapkanlah upaya yang dilakukan tersebut harus
sesuai dengan kode etik serta standar pelayanan profesi.16,17
3. Komponen Mutu Pelayanan Kesehatan16
Terdapat 5 faktor pokok yang berperan penting dalam menentukan
keberhasilan manajemen mutu pelayanan kesehatan, yaitu :
a. Masukan (input)
b. Proses (process)
c. Keluaran (output)
d. Hasil (outcome)
e. Dampak (impact)
Input (masukan) adalah segala sesuatu yang dibutuhkan untuk dapat
melaksanakan pekerjaan manajemen. Input berfokus pada sistem yang
dipersiapkan dalam organisasi dari menejemen termasuk komitmen, prosedur
serta kebijakan sarana dan prasarana fasilitas dimana pelayanan diberikan.16
Proses (process) adalah langkah yang harus dilakukan untuk mencapai
tujuan yang telah ditetapkan.
Output adalah hasil dari suatu pekerjaan manajemen. Hasil (outcome)
merupakan hasil dari suatu proses manajemen. Dampak (impact) adalah akibat
yang ditimbulkan oleh output. Untuk manajemen kesehatan dampak yang
diharapkan adalah untuk meningkatkan derajat kesehatan.16
4. Dimensi – Dimensi Kualitas Pelayanan17
Ada lima dimensi mutu pelayanandiantaranya adalah sebagai berikut:
a. Berwujud (tangible) yaitu kemampuan dalam menunjukan eksistensinya
kepada pihak eksternal. Meliputi fasilitas fisik (gedung, gudang, dan lain-
lain), teknologi, serta penampilan pegawai.
22
b. Kehandalan (reliability), yaitu dimensi yang mengukur kemampuan untuk
memberikan pelayanan sesuai dengan yang dijanjikan secara akurat dan
terpercaya.
c. Ketanggapan (responsiveness) yaitu suatu kebijakan yang membantu dan
memberikan pelayanan yang cepat dan tepat pada pelanggan dengan
menyampaikan informasi yang jelas.
d. Jaminan dan kepastian (assurance) yaitu pengetahuan,
kesopansantunandan kemampuan para pegawai perusahaan untuk
menumbuhkan rasa percaya para pelanggan terhadap perusahaan. Hal ini
meliputi komponen komunikasi, kredibilitas, kompetensi dan sopan
santun.
e. Empati, yaitu memberikan perhatian yang tulus dan bersifat individual
atau pribadi yang diberikan kepada para pelanggan dengan berupaya
memahami keinginan konsumen.17
5. Ruang Lingkup Kegiatan16,18
Ruang lingkup kegiatan dalam mutu pelayanan kesehatan adalah sebagai
berikut :
a. Membangun kesadaran mutu
Merupakan upaya penggeseran cara pandang peran dan fungsi
organisasi pelayanan kesehatan yang biasa dilakukan menjadi pelayanan
yang sesuai standart.

b. Pembentukan tim jaminan mutu


Tim jaminan mutu dapat terdiri dari sub tim pembuat standart, sub
tim pelaksana dan sub tim penilai kepatuhan terhadap standar dan
evaluasi.
c. Pembuatan alur kerja dan standart pelayanan
Alur pelayanan di tempel didinding agar mudah diketahui dan
sebagai petunjuk jalan bagi pasien maupun pengunjung unit pelayanan
kesehatan.
d. Penilaian kepatuhan terhadap standar

23
Dibutuhkan daftar tilik untuk mengukur kelengkapan sarana dan
prasarana, pengetahuan pemberi pelayanan, standar kompetensi teknis
petugas dan persepsi penerima pelayanan.
e. Penyampaian hasil kerja
Data temuan diolah dan dianalisa kemudian di sajikan di lokakarya
mini jika nilai dibawah 80% maka keadaan ini perlu diperbaiki dengan
melakukan intervensi terhadap rendahnya tingkat kepatuhan terhadap
standart
f. Survey Pelanggan
Dilakukan dengan metode survey pada klien atau pasien.
g. Penyusunan rencana kegiatan menggunakan siklus problem solving.16,18

Sebab potensial

Prioritas
Sebab paling
masalah
mungkin

Masalah
Alternatif
Identifikasi pemecahan
masalah masalah

Pengawasan Keputusan
pemecahan
Gambar 2.1. Siklus Problem Soving
Pengendalian masalah
Rencana
6. Faktor Yang penilaian
Mempengaruhi mutu Penerapan
pelayanan2
Beberapa faktor yang dapat mempengaruhi mutu pelayanan kesehatan
meliputi:
a. Kompetensi teknik (Technical Competence)

24
b. Akses terhadap pelayanan (acces to service)
c. Efektifitas pelayanan (Effectiveness)
d. Hubungan antar manusia (Interpersonal relations)
e. Kelangsungan pelayanan (Continuity of care)
f. Keamanan pelayanan (Safety)
g. Kenyamanan pelayanan (Amenities) dan
h. Ketepatan waktu (Timeless).2
7. Analisis Penyebab Masalah Pada Manajemen Mutu17
Permasalahan yang dapat timbul pada mutu pelayanan kesehatan di
puskesmas dapat dibedakan menjadi dua yaitu:

a. Simple problem(masalah sederhana)


Berikut adalah ciri-ciri masalah pada simple problem, yaitu :
(1) Kecil
(2) Berdiri sendiri
(3) Tidak ada hubungan dengan masalah lain
(4)Tidak mengandung konsekuensi yang besar
(5)Pemecahannya tidak memerlukan pemikiran yang luas, dimana
pemecahannya diilakukan secara individual oleh pimpinan atas dasar
instuisi, pengalaman, kebiasaan dan fakta yang sederhana.17
Pada simple problem masalah yang didapat dari perbandingan
antara Standart Operasional Prosedur (SOP) dengan kenyataan yang ada
yang dilakukan petugas dalam pelayanan.17
b. Complex problem (masalah rumit)
Berikut adalah ciri-ciri pada masalah complex problem, yaitu :
1) Masalahnya besar
2) Tidak berdiri sendiri
3) Saling berkaitan denganmasalah lain
4) Mengandung konsekuensi yang besar
5) Pemecahannya memerlukan pemikiran luas, dimana pemecahannya
dilakukan secara tim, pimpinan dibantu staf.17
8. Prinsip perbaikan mutu2
a. Jaminan mutu berorientasi pada pemenuhan harapan dan kebutuhan
pelanggan (pasien) dan masyarakat
b. Jaminan mutu berfokus pada sistem dan proses
25
c. Jaminan mutu menggunakan data untuk menganalisis proses pemberian
pelayanan
d. Jaminan mutu mendorong diterapkannya pendekatan tim untuk
pemecahan masalah dan perbaikan mutu yang berkesinambungan.2
F. Standar Operasional Prosedur (SOP)
1. Definisi
Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah suatu pedoman tertulis
yang dipergunakan untuk mendorong atau menggerakan suatu kelompok
untuk mencapai tujuan organisasi.5
Menurut Depkes RI Standar Operasional Prosedur (SOP) adalah
ptotap yang merupakan tata atau tahapan yang harus dilalui dalam suatu
proses kerja tertentuyang dapat diterima oleh seseorang yang berwenang
atau yang bertanggungjawab untuk mempertahankan tingkat penampilan
atau kondisi tertentu sehingga suatu kegiatan dapat terselesaikan secara
efektif dan efesien.5
2. Tujuan SOP
Berikut adalah tujuan dari SOP, yaitu :
a. Menjaga konsistensi dan tingkat kerja petugas atau tim dalam organisasi
atau unit.
b. Mengetahui dengan jelas peran dan fungsi tiap posisi dalam organisasi.
c. Menjelaskan alur tugas wewenang dan tanggungjawab dari petugas
terkait.
d. Melindungi organisasi dan staf dari malpraktek atau kesalahan
administrasi lain.
e. Untuk menghindari kesalahan, keraguan, duplikasi.
3. Fungsi SOP
Fungsi dari SOP adalah :
a. Memperlancar tugas petugas atau tim
b. Sebagai hukum bila ada penyimpangan
c. Mengetahui dengan jelas hambatan bila ada dan mudah dilacak
d. Mengarahkan petugas untuk sama-sama disiplin dalam bekerja
e. Sebagai pedoman dalam melaksanakan tugas rutin.5
4. Prinsip SOP
Beberapa prinsip SOP yaitu :
a. Harus ada pada setiap kegiatan pelayanan

26
b. Bila berubah, harus sesuai standart profesi atau perkembangan iptek serta
perturan yang berlaku
c. Memuat segala indikasi dan syarat-syarat yang harus dipenuhi pada setiap
upaya
d. Harus di dokumentasikan.5
G. Indeks Kepuasan Masyarakat
Indeks Kepuasan Masyarakat adalah data dan informasi tentang tingkat
kepuasan masyarakat yang diperoleh dari hasil pengukuran secara kuantitatif dan
kualitatif atas pendapat masyarakat dalam memperoleh pelayanan dari aparatur
penyelenggara pelayanan publik dengan membandingkan antara harapan dan
kebutuhannya.19
Monitor tolak ukur standar operasional prosedur adalah tingkat kepatuhan
atau compliance rate (CR). Dikatakan baik apabila prosentase lebih dari 80%.
Nilai CR =

Unsur pelayanan yang harus ada untuk dasar pengukuran indeks kepuasan
masyarakat,yaitu:19
1. Prosedur pelayanan, yaitu kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan
kepadamasyarakat dilihat dari sisi kesederhanaan alur pelayanan.
2. Persyaratan Pelayanan, yaitu persyaratan teknis dan administratif yang
diperlukan untukmendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya.
3. Kejelasan petugas pelayanan, yaitu keberadaan dan kepastian petugas
yangmemberikan pelayanan (nama, jabatan serta kewenangan dan tanggung
jawabnya).
4. Kedisiplinan petugas pelayanan, yaitu kesungguhan petugas dalam
memberikanpelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai
ketentuan yang berlaku.
5. Tanggung jawab petugas pelayanan, yaitu kejelasan wewenang dan tanggung
jawabpetugas dalam penyelenggaraan dan penyelesaian pelayanan.
6. Kemampuan petugas pelayanan, yaitu tingkat keahlian dan ketrampilan yang
dimiliki petugas dalam memberikan/ menyelesaikan pelayanan kepada
masyarakat.
7. Kecepatan pelayanan, yaitu target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam
waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan.
27
8. Keadilan mendapatkan pelayanan, yaitu pelaksanaan pelayanan dengan tidak
membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani.
9. Kesopanan dan keramahan petugas, yaitu sikap dan perilaku petugas dalam
memberikan pelayanan kepada masyarakat secara sopan dan ramah serta
saling menghargai dan menghormati.
10. Kewajaran biaya pelayanan, yaitu keterjangkauan masyarakat terhadap
besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan.
11. Kepastian biaya pelayanan, yaitu kesesuaian antara biaya yang dibayarkan
dengan biaya yang telah ditetapkan.
12. Kepastian jadwal pelayanan, yaitu pelaksanaan waktu pelayanan, sesuai
dengan ketentuan yang telah ditetapkan.
13. Kenyamanan lingkungan, yaitu kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang
bersih, rapi, dan teratur sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada
penerima pelayanan.
14. Keamanan Pelayanan, yaitu terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit
PUSKESMAS
penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga
masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-
PENYULUHAN GIZI
resiko yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan.19
H. Kerangka Teori
Input :
Proses :
Man SIMPLE PROBLEM
P1 : SOP dan Kuesioner
Money
P2 :
Material
Kepatuhan petugas Output : Cakupan
Methods penyuluhan gizi

Kuesioner kepuasan
Marketing
pelanggan Outcome Mutu
Environment Pelayanan
P3 :

Daftar Tilik SOP

Kuesioner Tingkat
Kepuasan Pelanggan

TINGKAT KEPUASAN PASIEN


KEPATUHAN
PETUGAS
28 COMPLEX
PROBLEM

Masalah mutu
Gambar 2.2 Kerangka Teori

I. Kerangka Konsep

Tingkat kepatuhan petugas Kepuasan pasien terhadap


terhadap SOP penyuluhan gizi penyuluhan gizi

Mutu Pelayanan

Gambar 2.3 Kerangka Konsep

29

You might also like