You are on page 1of 23

BAB I

PENDAHULUAN

Bukti audit sangat besar pengaruhnya terhadap kesimpulan yang ditarik oleh auditor
dalam rangka memberikan pendapat atas laporan keuangan yang diauditnya. Oleh karena itu
auditor harus mengumpulkan dan mengevaluasi bukti yang cukup dan kompeten agar
kesimpulan yang diambilnya tidak menyesatkan bagi pihak pemakai dan juga untuk menghindar
dari tuntutan pihak – pihak yang berkepentingan di kemudian hari apabila pendapat yang
diberikannya tidak pantas. Tipe bukti audit berupa dokumentasi (bukti dokumenter) juga
penting bagi auditor. Namun, dokumentasi pendukung yang dibuat dan hanya digunakan dalam
organisasi klien merupakan bukti audit yang kualitasnya lebih rendah karena tidak adanya
pengecekan dari pihak luar yang bebas.

Bukti audit yang diperoleh selama pekerjaan lapangan harus didokumentasi- kan dengan baik
dalam kertas kerja audit, disertai dengan keterangan mengenai klasifikasi bukti auditnya. Hal
tersebut dimaksudkan agar auditor mudah dalam melakukan analsisis dan evaluasi lebih lanjut,
sehingga proses pengembangan temuan audit dapat dilakukan dengan baik berdasarkan unsur-
unsurnya.

Kertas kerja (working paper) merupakan mata rantai yang menghubungkan catatan klien
dengan laporan audit. Oleh karena itu, kertas kerja merupakan alat penting dalam profesi
akuntan publik. Dalam proses auditnya, auditor harus mengkumpulkan atau membuat berbagai
tipe bukti. Untuk mendukung simpulan dan pendapatnya atas laporan keuangan auditan. Untuk
kepentingan pengumpulan dan pembuata bukti itulah auditor membuat kertas kerja. SA Seksi
339 kertas kerja memberikan panduan bagi auditor dalam penyusunan kertas kerja dalam audit
atas laporan keuangan atau perikatan audit lainnya, berdasarkan seluruh standar auditing yang
ditetapkan Ikatan Akuntan Indonesia.

Kertas kerja audit (KKA) merupakan media yang digunakan auditor untuk
mendokumentasikan seluruh catatan, bukti dan dokumen yang dikumpulkan dan simpulan yang
dibuat auditor dalam setiap tahapan audit. Kertas kerja audit akan berfungsi mendukung
laporan hasil audit. Begitu pentingnya KKA ini sehingga KKA harus dijaga mutunya melalui
proses review secara berjenjang.
BAB. II
PEMBAHASAN
BUKTI AUDIT, TUJUAN AUDIT, PROGRAM AUDIT, DAN KERTAS KERJA

PENGERTIAN BUKTI AUDIT

Bukti Audit adalah informasi yang digunakan oleh Auditor untuk menentukan apakah
informasi yang diaudit telah dinyatakan sesuai dengan criteria yang ditetapkan. Informasi ini
sangat bervariasi sesuai kemampuannya dalam meyakinkan Auditor bahwa laporan keuangan
telah disajikan sesuai dengan prinsip-prinsip akuntansi yang berlaku umum. Bukti Audit
mencakup informasi yang sangat persuasif, misalnya perhitungan auditor atas sekuritas yang
dapat diperjualbelikan, dan informasi yang kurang persuasif, misalnya respons atas pertanyaan-
pertanyaan dari para karyawan klien.

AUDIT TOP-DOWN DAN AUDIT BOTTOM-UP

Pendekatan Auditor biasanya datang dari dua arah secara simultan. Pada satu sisi, auditor
bertolak dari pemahaman mereka atas bisnis dan industri yang dikombinasikan dengan
pemahaman atas keunggulan kompetitif klien untuk mengembangkan harapan yang berkenaan
dengan laporan keuangan. Pada sisi lain, auditor juga mengaudit pencatatan transaksi-transaksi
individual dan kumpulan dari transaksi-transaksi tersebut. Salah satu tantangan dalam audit ini
adalah menyeimbangkan dua pendekatan yaitu:

1. Bukti Audit Top-Down, yaitu berfokus pada upaya auditor dalam memperoleh
pemahaman tentang bisnis dan industry, sasaran dan tujuan manajemen, bagaimana
manajemen menggunakan sumber dayanya untuk mencapai sasaran, keunggulan
kompetitif organisasi di pasaran, proses bisnis inti, serta laba dan arus kas yang
dihasilkan. Prosedur audit Top-Down memberikan bukti tentang risiko bisnis strategis
yang dihadapi klien, bagaimana klien menanggapi risiko tersebut , dan kelangsungan
hidup entitas.
2. Bukti Audit Bottom-UP, yaitu berfokus pada pengujian secara langsung atas transaksi,
saldo akun, serta sistem yang mencatat transaksi tersebut yang pada akhirnya
menghasilkan saldo akun. Bukti Bottom-UP meliputi beberapa bentuk penarikan sampel
transaksi, atau penarikan sampel terinci yang mendukung saldo akun (misalnya, setiap
item-item dalam persediaan atau piutang usaha) dan mengevaluasi kewajaran penyajian
dari setiap rincian yang terakumulasi dalam laporan keuangan.

Keputusan Penting Tentang Bukti Audit

Ketika merencanakan Audit, auditor harus membuat empat keputusan penting tentang
lingkup dan pelaksanaan audit. Keputusan tersebut meliputi:

1. Sifat Pengujian Audit


Sifat pengujian audit mengacu pada sifat dan efektivitas pengujian audit yang
akan dilaksanakan. Pertama, prosedur audit tersebut harus dapat memberikan bukti
tentang kinerja kompetitif suatu entitas atau terkait dengan tujuan audit spesifik yang
ingin dicapai auditor. Akhirnya bukti tersebut harus relevan dengan asersi laporan
keuangan manajemen. Auditor juga harus mempertimbangkan biaya relatif serta
efektivitas prosedur dalam kaitannya dengan tujuan audit yang spesifik. Auditor dapat
memilih melaksanakan pengujian guna memperoleh pemahaman yang diperlukan
dalam audit, melaksanakan pengujian pengendalian, atau melaksanakan pengujian
substantif. Setiap keputusan tersebut mencerminkan pertimbangan audit yang penting
tentang sifat pengujian audit tersebut.
2. Saat Pengujian Audit
Saat mengacu pada kapan auditor akan melaksanakan pengujian audit serta
menarik kesimpulan audit. AU 313.02,Substantive Test Prior to Balance Sheet Date (SAS
45) menyatakan bahwa pengujian audit pada tanggal interim dapat memberikan
pertimbangan awal tentang masalah-masalah signifikan yang dapat mempengaruhi
laporan keuangan pada akhir tahun buku (sebagai contoh, transaksi-transaksi pihak-
pihak yang memiliki hubungan istimewa) selain itu, banyak perencanaan audit yang
meliputi upaya memperoleh pemahaman tentang pengendalian internal, mengukur
risiko pengendalian, dan penerapan pengujian substantive atas transaksi, dapat
dilaksanakan sebelum tanggal neraca.
3. Luas pengujian Audit
Luas prosedur Audit berkaitan dengan keputusan auditor tentang berapa banyak
bukti audit yang harus diperoleh. Bukti yang lebih banyak diperlukan untuk mencapai
suatu tingkat risiko deteksi yang rendah dibandingkan dengan tingkat risiko yang tinggi.
Sebagai contoh, seorang auditor dapat mengirim permintaan konfirmasi sebanyak 50%
dari akun yang ada dalam akun piutang usaha atau hanya 10% saja dari akun-akun yang
ada.
4. Penetapan Staf Audit
Auditor harus ditugaskan pada tugas-tugas yang telah ditetapkan dan disupervisi
sesuai dengan tingkat pengetahuan, keterampilan, dan kemampuannya. Sehingga
mereka dapat mengevaluasi bukti audit yang sedang diperiksa. (AU 316.27),
consideration of fraud in a financial statement Audit SAS no 82, menyatakan bahwa
auditor dapat menanggapi risiko salah saji material yang disebabkan oleh kecurangan
dengan cara penugasan personel. Tanggung jawab yang ditetapkan harus disesuaikan
dengan pengetahuan, keterampilan, dan kemampuan personel yang ditugaskan sesuai
dengan penilaian auditor atas tingkat risiko yang berkaitan dengan tnggung jawab
tersebut. Singkatnya auditor membuat empat pilihan penting yang berkaitan dengan
bukti audit; 1) bukti apa yang akan diperoleh (sifat), 2) bilamana akan memperoleh bukti
(saat), 3) berapa banyak bukti yang akan diperoleh (luas), 4) siapa yang akan ditugaskan
untuk memperoleh bukti (penetapan staf audit).

TUJUAN UMUM
Pada dasarnya tujuan umum audit adalah untuk menyatakan pendapat atas kewajaran ,
dalam semua hal yang material , posisi keuangan dan hasil usaha serta arus kas sesuai dengan
prinsip akuntansi yang berlaku umum. Untuk mencapai tujuan ini , auditor perlu menghimpun
bukti kompeten yang cukup. Untuk menghimpun bukti kompeten yang cukup , auditor perlu
mengidentifikasikan dan menyusun sejumlah tujuan audit spesifik untuk setiap akun laporan
keuangan. Dengan melihat tujuan audit spesifik tersebut , auditor akan dapat
mengidentifikasikan bukti apa yang dapat dihimpun , dan bagaimana cara menghimpun bukti
tersebut.

Tujuan Audit Spesifik dan Bukti Audit


Tujuan audit spesifik lebih diarahkan untuk pengujian terhadap pos pos yang terdapat
dalam laporan keuangan yang merupakan asersi manajemen. Dalam bab sebelumnya telah
disebutkan bahwa asersi manajemen dalam laporan keuangan menjadi pedoman bagi auditor
untuk merencanakan pengumpulan bukti audit. Lima asersi manajemen yang digariskan dalam
standar auditing yang berlaku umum (GAAS) adalah sebagai berikut:
1. Tujuan Audit untuk Keberadaan dan Keterjadian
Berkaitan dengan masalah keberadaan dan keterjadiaan biasanya auditor akan
memastikan hal-hal sebagai berikut:
- Validitas/pisah batas, semua transaksi tercatat benar-benar telah terjadi selama
periode akuntansi.
- Validitas, semua aktiva, kewajiban, ekuitas adalah valid dan telah dicatat sebagaimana
mestinya dalam neraca.

Pada saat auditor memeriksa siklus penjualan dan penagihan, ia harus mengikuti tiga
alur transaksi utama, yaitu: penjualan kredit, penagihan, dan penyesuaian penjualan.
Waktu dan perhatian yang diberikan kepada tujuan audit ini tergantung pada kepentingan
dan materialitis transaksi pada proses bisnis inti entitas.

2. Tujuan Audit Untuk Kelengkapan


Berkaitan dengan masalah kelengkapan, auditor biasanya akan memastikan hal-hal
sebagai berikut:
- Kelengkapan/pisah batas, semua transaksi yang terjadi dalam periode itu telah
dicatat.
- Kelengkapan, semua saldo yang tercantum dalam neraca meliputi semua aktiva,
kewajiban, dan ekuitas sebagaimana mestinya.
Dalam konteks siklus penjualan dan penagihan, biasanya auditor akan menekankan
perhatian tentang transaksi penjualan, penerimaan kas, dan penyesuaian penjualan serta
akumulasinya pada saldo piutang usaha. Masalah pisah batas seringkali di review oleh para
auditor karena transaksi-transaksi yang tidak tercatat merupakan kesalahan pencatatan
pada periode yang salah.

3. Tujuan Audit Untuk Hak dan Kewajiban


Biasanya Auditor menguji kepemilikan , kesesuaian atas hak entitas terhadap aktiva,
serta hak kepemilikan yang jelas terhadap aktiva. Apabila ingin mempertimbangkan
kelangsungan usaha dan arus kas, auditor akan mengukur risiko kemungkinan klien telah
menggadaikan atau menjual piutang.

4. Tujuan Audit untuk Penilaian atau Alokasi


Berkaitan dengan masalah penilaian atau alokasi, biasanya auditor akan memastikan
hal-hal sebagai berikut:
- Penerapan GAAP, bahwa saldo telah dinilai sebagaimana mestinya untuk
mencerminkan penerapan GAAP dalam hal penilaian kotor dan alokasi jumlah tertentu
antarperiode (seperti penyusutan dan amortisasi)
- Pembukuan dan Pengikhtisaran, transaksi telah dibukukan dan diikhtisarkan
sebagaimana mestinya dalam jurnal dan buku besar.
- Nilai bersih yang dapat direalisasikan, saldo-saldo yang telah dinilai sebagimana
mestinya pada nilai bersih yang dapat direalisasikan.

Terdapat beberapa tujuan audit pokok atas asersi penilaian atau alokasi dimana masing-
masing mencerminkan jenis salah saji yang berbeda dan akan memerlukan bukti audit yang
berbeda pula.

5. Tujuan Audit Untuk Penyajian dan Pengungkapan


Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan , biasanya Auditor akan
memastikan hal-hal sebagai berikut:
- Pengklasifikasian, Transaksi dan saldo telah diklasifikasikan sebagaimana mestinya
dalam laporan keuangan.
- Pengungkapan, Semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh GAAP telah
tercantum dalam laporan keuangan.

Berkaitan dengan masalah penyajian dan pengungkapan, auditor menekankan perhatian


secara khusus pada klasifikasi dan pengungkapan yang tepat atas transaksi pihak-pihak yang
memiliki hubungan istimewa (related party) dalam siklus penjualan dan penagihan.
Tujuan audit spesifik dibuat sedemikian rupa agar sesuai untuk setiap klien. AU 326.09,
Evidential Matter (SAS Nos. 31,48, dan 80) menyebutkan bahwa auditor harus
mempertimbangkan keadaan dimana klien beroperasi, sifat kegiatan ekonominya, dan praktik
akuntansi yang unik untuk industry tersebut. Sebagai contoh, tujuan spesifik tambahan akan
diperlukan apabila sebagian dari transaksi dan piutang entitas dinyatakan dalam valuta asing.
Demikian juga, jumlah tujuan spesifik untuk setiap kategori asersi akan beragam sebagaimana
ditunjukkan dalam daftar sebelumnnya.

Bukti Audit, Informasi Penguat, dan Prosedur Audit

Setelah Auditor mengembangkan tujuan audit spesifik untuk saldo akun atau golongan
transaksi yang material, selanjutnya ia akan mengembangkan prosedur audit yang dapat
digunakan sebagai pedoman dalam mengumpulkan bahan bukti kompeten yang cukup. Telah
disebutkan bahwa materialitas dan risiko, factor-faktor ekonomi, serta ukuran dan karakteristik
populasi mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kecukupan bukti audit. Sedangkan
faktor-faktor yang dapat mempengaruhi pertimbangan auditor tentang kompetensi bukti audit
adalah relevansi, sumber, ketepatan waktu, dan objektivitas.

Keputusan Bukti Audit

Keputusan utama yang dihadapi para auditor adalah menentukan jenis dan jumlah bukti
audit yang tepat untuk dikumpulkan agar dapat memberikan keyakinan yangt memadai bahwa
berbagai komponen dalam laporan keuangan serta dalam keseluruhan laporan lainnya telah
disajikan secara wajar.

Berbagai keputusan auditor dalam pengumpulan bukti audit dapat dipilah kedalam
empat sub keputusan berikut ini:

a. Prosedur-prosedur audit apakah yang akan digunakan

b. Ukuran sampel sebesar apakah yang akan dipilih untuk prosedur tertentu

c. Item-item manakah yang akan dipilih dari populasi

d. Kapankah berbagai prosedur itu akan dilakukan.

Jenis-jenis Bukti Audit

Dalam menentukan prosedur audit mana yang akan digunakan, auditor dapat
memilihnya dari delapan kategori bukti yang luas, yang disebut tipe - tipe atau jenis - jenis bukti
audit. Menurut Fachrudin (2007 : 7), ada beberapa jenis bahan bukti yang dapat dipilih oleh
auditor dalam rangka mengevaluasi bukti audit, yaitu :

a. Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah suatu pemeriksaan langsung atas aset yang berwujud,
seperti : persediaan barang, uang kas, kertas berharga ; seperti saham, wesel tagih, aset
tetap berwujud ; seperti bangunan, mesin, kendaraan dan peralatan kantor.
Pemeriksaan fisik adalah untuk memeriksa kuantitas, deskripsi, kondisi dan kualitas dari
aset yang diperiksa. Dalam pemeriksaan fisik ini indera yang digunakan dapat lebih dari
satu indera dari panca indera yang kita miliki.
b. Konfirmasi
Konfirmasi adalah jawaban atas permintaan auditor baik tertulis maupun lisan
mengenai keakuratan suatu informasi dari pihak ketiga yang independen (sebaiknya
tertulis). Jawaban tersebut seyogyanya langsung disampaikan kepada auditor. Proses
konfirmasi adalah sebagai berikut :
1) Informasi dikirimkan ke pihak ketiga yang independen.
2) Pihak ketiga memeriksa akurasi informasi tersebut
3) Pihak ketiga langsung mengirimkan hasil pemeriksaannya kepada auditor.
Konfirmasi terdiri atas 2 tipe :
a) Konfirmasi positif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab baik
informasi yang diterimanya akurat maupun tidak akurat.
b) Konfirmasi negatif. Pada konfirmasi ini, pihak ketiga diminta untuk menjawab jika
informasi yang diterimanya tidak akurat.
c. Prosedur Analiis
Prosedur analitis menggunakan perbandingan - perbandingan dan hubungan -
hubungan untuk mengetahui apakah suatu angka atau data merupakan angka atau data
yang logis. Prosedur analitis pada garis besarnya dapat dilakukan dengan lima cara :
1) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan tahun yang
diaudit dengan tahun sebelumnya.
2) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan perusahaan yang
diaudit dengan data perusahaan yang sejenis untuk tahun/periode yang sama.
3) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan
anggarannya.
4) Membandingkan data yang di laporan keuangan dengan data atau informasi
yang diketahui auditor atau hasil perhitungan auditor.
5) Membandingkan data keuangan yang ada di laporan keuangan dengan data non
– keuangan yang ada kaitannya (relationship)
d. Dokumen
Menurut sumbernya, bukti dokumenter dapat dibagi menjadi 2 golongan, yaitu :
1) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang dikirimkan
langsung kepada auditor, misalnya konfirmasi yang merupakan penerimaan
jawaban tertulis dari pihak yang independen di luar klien yang berisi verifikasi
ketelitian yang diminta oleh auditor.
2) Bukti dokumenter yang dibuat oleh pihak luar yang independen yang disimpan
dalam arsip klien, misalnya rekening koran bank, faktur dari penjual, order
pembelian dari pelanggan, dan lain - lain. Untuk menentukan tingkat kepercayaan
terhadap jenis bukti dokumenter ini, auditor harus mempertimbangkan apakah
dokumen tersebut dapat dengan mudah diubah atau dibuat oleh karyawan dalam
organisasi klien.
e. Tanya Jawab (wawancara, interview, Inquiries)
Tanya jawab dapat dilakukan secara lisan maupun tertulis. Tanya jawab
dilakukan kepada personil atau pihak perusahaan. Apa saja yang kurang jelas, boleh
ditanyakan kepada pihak perusahaan, misalnya mengenai metode pencatatan, proses
produksi, proses pembayaran gaji/upah dan sebagainya. Tetapi dalam tanya jawab ini
harus hati – hati, karena pihak perusahaan bukanlah pihak yang independen, sehingga
kemungkinan memperoleh jawaban yang bias tetap ada. Dalam tanya jawab sebaiknya
dilakukan dengan menggunakan alat komunikasi yang dimengerti oleh pihak yang
ditanya, sehingga informasi yang diperoleh lebih baik. Sebagian hasil tanya jawab ini
mungkin saja dapat diperkuat atau di cek kesesuaiannya dengan bukti lain seperti
observasi atau dokumen dapat dicek kesesuaiannya dengan tanya jawab.
f. Observasi
Observasi adalah penggunaan penglihatan dan indera lain untuk menilai atau
memeriksa kegiatan – kegiatan tertentu, misalnya jika di catatan kepegawaian ada 15
personil di bagian akuntansi, auditor dapat berkunjung ke bagian akuntansi untuk
melihat apakah ada 15 orang yang bekerja di bagian akuntansi. Jika kurang dari 15
orang, perlu ditanyakan apakah ada personil yang cuti atau sedang keluar kantor.
Demikian juga, jika di catatan tidak ada barang setengah jadi (work in proccess), auditor
dapat berkunjung ke pabrik untuk melihat bagaimana proses produksi di perusahaan,
untuk memastikan tidak adanya barang setengah jadi. Juga, misalnya menurut catatan
dan informasi di perusahaan mesin yang baru dibeli perusahaan, kapasitasnya dapat
menghasilkan 1.000 unit produk per jam. Untuk memeriksa hal diatas, auditor dapat
meminta untuk melakukan observasi beroperasinya mesin tersebut.
g. Pengerjaan Kembali
Pengerjaan kembali adalah mengulangi apa yang telah dilakukan atas suatu data
atau informasi. Misalnya suatu faktur penjualan, jumlah rupiah di faktur tersebut Rp. 5
juta. Auditor akan menghitung kembali dengan mengalikan kuantitas barang yang dijual
dengan harga per unit dari barang tersebut, kemudian menguranginya jika ada diskon
dan sebagainya, sehingga diperoleh angka Rp. 5 juta.
h. Bukti dari spesialis
Spesialis adalah seorang yang memiliki keahlian atau pengetahuan khusus dalam
bidang selain akuntansi dan auditing, misalnya pengacara, insinyur, geologist, ahli teknik
dan lain – lain. Pada umumnya spesialis yang digunakan auditor bukan orang yang
mempunyai hubungan dengan klien. Auditor harus membuat surat perjanjian kerja
dengan spesialis, tetapi tidak boleh menerima begitu saja hasil – hasil penemuan
spesialis tersebut.
Data Akuntansi dan Informasi Penguat

Ketika auditor mengembangkan perencanaan audit serta merancang prosedur audit


untuk mencapai tujuan audit spesifik, ia harus mempertimbangkan sifat bukti yang akan
diperoleh. Bukti audit yang mendukung laporan keuangan terdiri dari data akuntansi yang
mendasari, dan informasi penguat yang tersedia bagi auditor.

Bagi yang menekuni bidang auditing, tentunya lebih akrab dengan komponen dasar dari
data akuntansi yang mendasari yaitu (jurnal, buku besar, kertas kerja, rekonsiliasi dan
sebagainya) semuanya tergolong sebagai bukti yang mendukung laporan keuangan . dewasa ini
data-data tersebut seringkali ada dalam bentuk data elektronik.

Bukti documenter telah digunakan secara luas dalam auditing dan dapat dikaitkan
dengan setiap tujuan audit spesifik, tergantung pada situasi yang ada. Dokumen yang dimaksud
dapat berasal dari luar entitas, dari dalam entitas dengan pengesahan atau tanda tangan.
PROGRAM AUDIT

Standar Auditing yang berlaku umum menyatakan bahwa dalam merencanakan audit,
auditor harus mempertimbangkan sifat, luas, dan saat pekerjaan yang harus dilaksanakan serta
harus mempersiapkan suatu program audit tertylis untuk setiap audit.

Maksud suatu program audit adalah mengatur secara sistematis prosedur audit yang
akan dilaksankan selama audit berlangsung. Program audit tersebut menyatakan bahwa
prosedur audit yang diyakini oleh auditor merupakan hal yang penting untuk mencapai tujuan
audit. Program audit juga mendokumentasikan strategi audit. Biasanya auditor berusaha
menyeimbangkan prosedur audit top-down dan bottom-up ketika mengembangkan suatu
program audit. Jenis pengujian yang termasuk dalam program audit meliputi :

Prosedur Analitis
Prosedur ini meneliti hubungan yang dapt diterima antara data keuangan dan data non-
keuangan untuk mengembangkan harapan atas saldo laporan keuangan.
Prosedur Awal
Yakni prosedur untuk memperoleh pemahaman atas (1) faktor persaingan bisnis dan
industri klien, (2) struktur pengendalian internnya. Auditor juga melaksanakan prosedur awal
untuk memastikan bahwa catatan-catatan dalam buku pembantu sesuai dengan akun
pengendali dalam buku besar.
Pengujian Estimasi Akuntansi
Pengujian ini meliputi pengujian subtantif atas saldo.
Pengujian pengendalian
Adalah pengujian pengendalain intern yang ditetapkan oleh strategi audit dari auditor.
Pengujian transaksi
Adalah pengujian substantif yang terutama meliputi tracing atau vouching transaksi
berdasarkan bukti dokumenter yang mendasari.
Pengujian Saldo
Berfokus pada perolehan bukti secara langsung tentang saldo akun serta item-item yang
membentuk saldo tersebut.
Pengujian penyajian dan pengungkapan
Mengevaluasi penyajian secara wajar semua pengungkapan yang dipersyaratkan oleh
GAAP.

KERTAS KERJA
Berdasarkan SAS 41, working Papers (AU 339.03), menguraikan kertas kerja (working
papers) sebagai catatan yang di simpan oleh auditor tentang prosedur audit yang diterapkan,
pengujian ayng dilaksanakan, informasi yang diperoleh, dan kesimpulan tentang masalah yang
dicapai dalam audit. Kertas kerja memberikan :
 Dukungan utama bagi laporan audit
 Cara untuk melakukan koordinasi dan supervisi audit
 Bukti bahwa audit dilaksanakan sesuai dengan GAAS

Isi Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit meliputi semua berkas yang dibuat mulai dari perencanaan sampai
dengan konsep laporan hasil audit, antara lain terdiridari: program audit, hasil pemahaman
terhadap pengendalian intern, analisis,memorandum, surat konfirmasi, pernyataan dari klien,
ikhtisar dan salinan/copy dari dokumen yang dikumpulkan, daftar atau komentar yang dibuat
atau diperoleh auditor, draft laporan hasil audit, dan sebagainya. Kertas kerja tidak hanya
berwujud kertas, tetapi dapat pula berupa pita magnetis, film, atau media yang lain. Kertas
kerja berupa salinan/copy dokumen auditi diberi cap “COPY SESUAI ASLINYA, DIBERIKAN
UNTUK AUDITOR” dan ditanda tangani/paraf oleh petugas/counterpart yang ditugaskan
manajemen.

Secara lebih rinci dokumen yang terdapat pada kertas kerja audit harus meliputi aspek-
aspek berikut:

a. Perencanaan
b. Pengujian dan evaluasi terhadap kecukupan dan efektivitas sistempengendalian
internal
c. Prosedur audit yang dilakukan, informasi yang diperoleh, analisa yangdibuat dan
kesimpulan yang dicapai oleh auditor
d. Review atas KKA
e. Pelaporan hasil audit
f. Monitoring tindak lajut terhadap hasil audit

Persyaratan Kertas Kerja Audit

Kertas kerja audit memperlihatkan kecakapan teknis dan keahlianprofesional dari


auditor yang menyusunnya. Seorang auditor yang kompeten dalam melaksanakan tugasnya
akan menghasilkan kertas kerja yang bermanfaat.Agar bermanfaat, kertas kerja harus lengkap,
teliti, ringkas, jelas dan rapi:

a. Kertas kerja yang lengkap :


1) Berisi semua informasi utama, dengan pengertian semua informasipenting harus
dicantumkan dalam kertas kerja
2) Tidak memerlukan penjelasan tambahan. Auditor harus mempertimbang-kan
bahwa kertas kerja akan direviu dan digunakan oleh seniornya untukpenyusunan
laporan dan reviu hasil audit.
b. Auditor harus memperhatikan ketelitian dalam penulisan dan perhitungan sehingga
bebas dari kesalahan.
c. Kertas kerja harus dibatasi pada informasi pokok saja yang diperlukan dan relevan
dengan tujuan audit dan disajikan secara ringkas, tidak memuat data yang tidak perlu.
d. Kertas kerja harus mampu menyajikan informasi yang jelas dan sistematis, penggunaan
istilah yang menimbulkan arti ganda perlu dihindari.
e. Kerapian dalam pembuatan dan keteraturan dalam penyusunan kertas kerja diperlukan
untuk mempermudah ketua tim dan supervisor mereviu hasil pekerjaan dan menyusun
laporan hasil audit
Jenis Kertas Kerja
Terdapat banyak jenis kertas kerja yang ada di dalam suatu audit. Jenis-jenis tersebut
meliputi (1) kertas kerja neraca saldo, (2) skedul dan analisis, (3) memoranda audit dan
dokumentasi informasi penguat, dan (4) ayat jurnal penyesuaian dan reklasifikasi.
 Kertas Kerja Neraca Saldo
Pada contoh kertas kerja neraca saldo tersedia kolom-kolom untuk saldo buku
besar tahun berjalan (sebelum penyesuaian dan reklasifikasi audit), penyesuaian, saldo
setelah penyesuaian, reklasifikasi, dan saldo akhir (telah diaudit). Dicantumkannya saldo
akhir (yang tealh diaudit) tahun sebelumnya akan mempermudah pelaksanaan proses
analitis tertentu.
Kertas kerja neraca saldo merupakan kertas kerja yang paling penting di dalam
audit karena :
1. Menjadi mata rantai penghubung antara akun buku besar klien dan item-item yang
dilaporkan dalam laporan keuangan
2. Memberikan dasar untuk pengendalian seluruh kertas kerja individual
3. Megindetifikasi kertas kerja spesifik yang memuat bukit audit bagi setiap item laporan
keuangan
Tidak adanya nomor akun untuk Kas menunjukkan bahwa item laporan
keuangan ini merupakan gabungan dari beberapa akun buku besar kas. Dalam kasus
seperti ini, kertas kerja awal dengan indeks A harus memuat skedul kelompok yang
menunjukkan akun buku besar apa yang telah digabungkan untuk item atau pos laporan
keuangan ini.
 Skedul dan Analisis
Istilah skedul kertas kerja (working paper schedule) dan analisis kertas kerja
(working paper analysis) digunakan secara bergantian untuk menggambarkan setiap
kertas kerja yang memuat bukti yang mendukung item-item dalam kertas kerja neraca
saldo. Dalam paragraf sebelumnya telah disebutkan bahwa apabila beberapa akun buku
besar digabung untuk tujuan pelaporan, maka harus disusun sebuah skedul kelompok
(group schedule) atau sering juga disebut sebagai skedul utama (lead schedule). Selain
menunjukkan akun masing-masing buku besar yang adat dalam kelompok tersebut,
skedul utama juga mengindentifikasi skedul atau analisis kertas kerja individu yang
memuat bukti audit yang diperoleh untuk masing-masing akun dalam kelompok
tersebut.
Setiap skedul atau analisis seringkali menunjukkan komposisi saldo akun pada
tanggal neraca (atau pada tanggal lain menurut kepentingan audit) seperti yang
terdapat pada kertas kerja A-1 pada contoh kertas kerja kas terintegrasi. Contoh lain
berupa sebuah daftar saldo pelanggan yang terdiri dari saldo akun pengendali piutang
usaha serta sebuah daftar investasi yang terdiri dari saldo akun sekuritas yang dapat
diperdagangkan.
 Memoranda Audit dan Informasi Penguat
Memoranda audit (audit memoranda) merujuk pada data tertulis yang disusun
oleh auditor dalam bentuk naratif. Memoranda meliputi komentar-komentar atas
pelaksanaan prosedur-prosedur audit yang meliputi (1) lingkup pekerjaan, (2) temuan-
temuan, dan (3) kesimpulan audit. Sebagai contoh, auditor dapat menulis sebuah memo
yang berisikan ikhtisar dari lingkup konfirmasi, tanggapan konfirmasi, temuan-temuan,
dan kesimpulan audit berdasarkan bukti-bukti yang diperoleh.
Selain itu, auditor juga dapat menyusun memoranda audit untuk
mendokumentasikan informasi penguat sebagai berikut :
 Salinan risalah rapat dewan direksi
 Reprensentasi tertulis dari manajemen dan para pakar yang berasal dari luar
organisasi
 Salinan kontrak-kontrak penting
 Ayat Jurnal Penyesuaian dan Ayat Jurnal Reklasifikasi
Ayat jurnal penyesuaian (adjusting entries) merupakan koreksi atas kesalah
klien sebagai akibat pengabaian atau salah penerapan GAAP. Oleh karena itu, pada
akhirnya ayat jurnal penyesuaian secara sendiri-sendiri atau bersama-sama akan
dianggap material, dengan harapan akan dicatat oleh klien sehingga saldo buku besar
dapat disesuaikan. Sebaliknya, ayat jurnal reklasifikasi berkaitan dengan penyajian
laporan keuangan yang benar dengan saldo akun yang sesuai. Pada dasarnya ayat jurnal
reklasifikasi hampir sama dengan ayat jurnal penyesuaian, namun pengaruh material
pada ayat jurnal reklasifikasi masih harus dibuat terlebih dahulu.
Ikhtisar ayat jurnal penyesuaian dan ayat jurnal reklasifikasi pada awalnya
dirancang sebagai “ayat jurnal yang diusulkan”, karena pertimbangan akhir yang harus
dibuat auditor atas ayat jurnal tersebut mungkin tidak akan terjadi sampai audit
tersebut berakhir. Pada akhirnya susunan setiap ayat jurnal yang diusulkan tersebut
harus dicatat dalam kertas kerja. Namun, apabila klien menolak untuk membuat ayat
jurnal penyesuaian dan ayat jrunal reklasifikasi yang dianggap penting oleh auditor,
maka auditor akan melakukan modifikasi seperlunya atas laporan auditor.

Menyusun kertas Kerja


Teknik-teknik dasar yang harus diperhatikan untuk menyusun kertas kerja yang baik
adalah sebagai berikut ini :
1. Judul (heading). Setiap kertas kerja harus memuat nama klien, judul deskriptif yang
dapat mengidentifikasi isi dari kertas kerja tersebut, seperti “Rekonsilisasi Bank-City
Nasional Bank”, serta tanggal neraca atau periode yang menjadi ruang lingkup audit.
2. Nomor Indeks (index number). Setiap kertas kerja diberi nomor indeks atau nomor
referensi untuk tujuan identifikasi atau pengarsipan, seperti A-1, B-1, dan seterusnya.
3. Referensi silang (cross-referencing). Data dalam kertas kerja yang diambil dari kertas
kerja lainnya atau yang digunakan dalam kertas kerja lain harus diberi referensi silang.
4. Tanda koreksi (tick marks). Tanda koreksi berupa simbol-simbol seperti tanda
pengecekan () yang digunakan dalam kertas kerja, menunjukkan dalam auditor telah
melaksanakan sejumlah prosedur pada item-item dimana tanda pengecekan tersebut
diberikan, atau dapat juga berarti bahwa informasi tambahan tentang item tersebut
dapat diperoleh pada bagian lain dalam kertas kerja tersebut.
5. Tanda tangan dan tanggal (signature and dates). Setelah menyelesaikan masing-masing
tugasnya, penyusun maupun pe-review kertas kerja tersebut harus membubuhkan paraf
dan tanggal pada kertas kerja tersebut. Hal ini diperlukan untuk menetapkan tanggung
jawab atas pekerjaan dan review yang dilaksanakan.
Me-review Kertas Kerja
Terdapat beberapa tingkatan dalam melakukan review kertas kerja dalam suatu kantor
CPA. Review tingkat pertama dilakukan oleh supervisor dari penyusun, seperti atasan atau
manajernya. Review dilakukan apabila pekerjaan pada segmen tertentu dalam suatu audit telah
diselesaikan. Pihak yang melakukan review terutama menekankan perhatian pada lingkup
pekerjaan yang dilakukan, bukti dan temuan yang diperoleh, serta kesimpulan yang tela dicapai
oleh penyusun. Review lainnya dilakukan atas kertas kerja apabila pekerjaan lapangan telah
diselesaikan semuanya.

Pengarsipan Kertas Kerja


Pada umumnya kertas kerja diarsipkan menurut dua kategori sebagai berikut; (1) file
permanen dan (2) file tahun berjalan. File permanen (permanent file) memuat data yang
diharapkan tetap bermanfaat bagi auditor dalam banyak perikatan dengan klien di masa
mendatang. Sebaliknya, file tahun berjalan (current file) memuat informasi penguat yang
berkenaan dengan pelaksanaan program audit tahun berjalan saja.
Pada umumnya item-item yang dijumpai dalam berkas permanen ialah :

 Salinan anggaran dasar dan anggaran rumah tangga klien


 Bagan akun dan manual atau pedoman prosedur
 Struktur organisasi
 Tata letak pabrik, proses produksi, dan produk-produk utama
 Ketentuan-ketentuan dalam modal saham dan penerbitan obligasi
 Salinan kontrak jangka panjang, seperti sewa guna usaha, rencana pensiun, perjanjian
pembagian laba dan bonus
 Skedul amortisasi kewajiban jangka panjang serta penyusutan aktiva pabrik
 Ikhtisar prinsip-prinsip akuntansi yang digunakan oleh klien

Kepemilikan dan Penyimpanan Kertas kerja


Kertas kerja menjadi milik kantor akuntan, bukan milik klien atau pribadi auditor.
Namun hak kepemilikikan oleh kantor akuntan tersebut masih tunduk pada pembatasan-
pembatasan yang diatur dalam kode etik profesi auditor itu sendiri. Peraturan 301, code of
professional conduct dari AICPA menentukan bahwa seorang CPA dilarang untuk
mengungkapkan setiap informasi rahasia yang diperoleh selama pelaksanaan penugasan
profesional tanpa seizin klien, kecuali untuk kondisi tertentu sebagaimana ditetapkan dalam
peraturan.
Penyimpanan kertas kerja terletak pada tangan auditor, dimana ia bertanggung jawab
untuk menyimpannya dengan aman. Kertas kerja yang tergolong sebagai file permanen akan
disimpan untuk waktu yang tak terbatas. Sedangkan kertas kerja yang tergolong sebagai file
tahun berjalan akan disimpan selama file tersebut dibuuhkan oleh auditor untuk melayani klien
atau diperlukan untuk memenuhi persyaratan hukum sebagai retensi catatan. Ketentuan
mengenai batasan waktu penyimpanan jarang yang melampui waktu enam bulan.

Hal-hal yang membuat auditor dapat memberikan informasi tentang klien kepada pihak
lain adalah :

a. Jika klien tersebut menginginkannya,.


b. Jika misalnya praktek kantor akuntan dijual kepada akuntan publik lain, jika kertas
kerjanya diserahkan kepada pembeli harus atas seijin klien.
c. Dalam perkara pengadilan (dalam perkara pidana).
d. Dalam program pengendalian mutu, profesi akuntan publik dapat menetapkan
keharusan untuk mengadakan peer review di antara sesama akuntan publik. Untuk me-
review kepatuhan auditor terhadap standar auditing yang berlaku, dalam peer review
informasi yang tercantum dalam kertas kerja diungkapkan kepada pihak lain (kantor
akuntan public lain) tanpa memerlukan izin dari klien yang bersangkutan dengan kertas
kerja tersebut.
BAB. III
KESIMPULAN
Auditor harus merencanakan audit dengan memikirkan akhir audit tersebut. Tujuan
audit secara menyeluruh adalah memberikan pendapat atas laporan keuangan yang dicapai
melalui pengumpulan dan mengevaluasi bukti audit. Bab ini me-review keputusan-keputusan
penting yang harus dibuat oleh auditor berkenaan dengan sifat, saat, serta luasnya prosedur
audit maupun penetapan staf audit. Selain itu, auditor harus dapat menetapkan tujuan audit
spesifik dari asersi laporan keuangan manajemen, karena setiap tujuan audit biasanya
memerlukan bukti dan prosedur audit yang berbeda pula.
Melihat perkembangan perekonomian dunia. Saat ini, ada banyak perusahaan yang
menggunakan bentuk elektronik dalam hal pegolahan setiap data perusahaan. Maka
diharapakn setiap auditor mampu untuk me-review pengaruh pemrosesan data elektronik pada
pertimbangan profesional dalam kaitannya dengan perencanaan dan pengumpulan bukti audit.

Setiap prosdur yang dilaksanakan, bukti yang diperoleh serta evaluasi auditor atas bukti
tersebut harus didokumentasikan dalam program audit dan kertas kerja yang nantinya aka
memberikan dukungan atas laporan auditor serta sebagai bukti kepatuhan auditor terhadap
GAAS.
REFERENSI

Arens. Alvin A, Elder. Randal j, Auditing dan jasa assurance, 2006, Erlangga, Jakarta

http://triyatmoko.wordpress.com/2009/02/24/bukti-audit-tujuan-audit-program-audit-dan-kertas-
kerja-audit/

http://rezekiamalia.blogspot.com/2012/06/makalah-bukti-audit-dan-kertas-kerja.html

You might also like