Professional Documents
Culture Documents
Hipertensi dikenal sebagai salah satu penyebab utama kematian di Negara Amerika Serikat.
Sekitar seperempat jumlah penduduk dewasa menderita hipertensi, dan insidensinya lebih tinggi
dikalangan Afro-Amerika setelah usia remaja. Penderita hipertensi tidak hanya beresiko tinggi
terhadap kelainan di jantung, tetapi juga menderita penyakit lain seperti gangguan pada saraf,
ginjal, dan pembuluh darah.
Hipertensi didefinisikan sebagai peningkatan tekanan darah sistolik ≥140 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg pada pemeriksaan yang berulang.
Tujuan
Definisi
Hipertensi atau yang dikenal juga dengan istilah tekanan darah tinggi merupakan suatu gangguan
sistem peredaran darah yang menyebabkan kenaikan tekanan darah diatas nilai normal.
Seseorang dikatakan hipertensi bila memiliki tekanan darah sistolik ≥ 140 mmHg atau tekanan
darah diastolik ≥90 mmHg pada pemeriksaan yang berulang (PERKI,2015)
Klasifikasi
Menurut The Eight Report of The Joint National Committee on Prevention, Detection,
Evaluation, and Treatment of High Blood Pressure (JNC VIII), klasifikasi hipertensi pada orang
dewasa dapat dibagi menjadi kelompok normal, prehipertensi, hipertensi derajat I dan derajat II.
(Tabel 2.)
Epidemiologi
Angka kejadian kasus hipertensi masih menjadi masalah kesehatan di dunia. Jumlah
kasus yang terdata pada tahun 2015 sebanyak 970 juta orang, sedangkan jumlah kasus di
Amerika terdata sebanyak 77,9 orang dewasa terkena hipertensi dengan perbandingan 1 dari 3
orang terkena hipertensi. Estimasi jumlah kasus hipertensi pada tahun 2025 akan semakin naik
menjadi 1,56 miliyar kasus hipertensi di dunia.
Etiologi
Sebagian besar penderita hipertensi tidak menimbulkan gejala yang spesifik. Namun,
berdasarkan penyebabnya hipertensi dibagi menjadi dua yakni hipertensi primer dan hipertensi
sekunder. Hipertensi primer penyebabnya tidak diketahui secara pasti, biasanya disebabkan
karena faktor genetik, sedangkan hipertensi sekunder biasanya disebabkan karena adanya
kerusakan atau disfungsi organ seperti tercantum dibawah ini :
Patofisiologi
Ginjal berperan penting dalam regulasi atau pengendalian tekanan darah melalui sistem
Renin Angiotensin Aldosteron System (RAAS). Ketika tekanan arteri turun sangat rendah, ginjal
nantinya akan mengeluarkan suatu enzim protein yang disebut dengan renin. Renin disekresikan
oleh sel jukstaglomerulus ginjal dimana nantinya renin ini akan mengubah angiotensinogen
menjadi angiotensin I. Angiotensin I memiliki efek vasokonstriktor ringan namun belum cukup
untuk menyebabkan perubahan bermakna pada sirkulasi, sehingga nantinya angiotensin 1 diubah
menjadi angiotensin II dengan bantuan angiotensin converting enzyme (ACE). Efek dari
angiotensin II ini nantinya akan meningkatkan resistensi perifer dan volume darah dengan cara
stimulasi sekresi aldosterone sehingga terjadi peningkatan reabsorpsi natrium.
Diagnosis
Pada dasarnya, hipertensi tidak memberikan gejala yang spesifik. Umunya pada saat anamnesis,
keluhan yang sering diutarakan oleh penderita berkaitan dengan :
a. Peningkatan Tekanan darah : sakit kepala paling sering didaerah occipital dan dikeluhkan
pada saat bangun pagi dan berkurang secara spontan setelah beberapa jam, dizziness,
mudah lelah.
b. Gangguan vaskuler : penglihatan agak berkurang/kabur karena perubahan di retina,
angina pectoris.
Anamnesis lain yang menunjang :
- Riwayat hipertensi dalam keluarga disertai riwayat peningkatan tekanan darah
secara menetap.
- ada tidak riwayat Infeksi saluran kemih berulang, bisa dikaitkan dengan
Pyelonefritis kronis.
- Nokturia mengesankan adanya gangguan ginjal
- Adanya faktor resiko seperti merokok, diabetes mellitus, dyslipidemia.
- Gaya hidup seperti diet, aktivitas fisik, pekerjaan, dll.
Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan penunjang
Tatalaksana
Terapi Farmakologi
Terapi Non farmakologis
disamping pengobatan farmakologis, modifikasi kebiasaan hidup harus selalu dilakukan pada
penatalaksaan penderita hipertensi. Modifikasi kebiasaan hidup dilakukan pada setiap penderita
hipertensi, meskipun cara ini tidak dapat dilakukan sebagai cara tunggal untuk setiap derajat
hipertensi, akan tetapi bermanfaat untuk membantu menurunkan tekanan darah, membantu
memperbaiki efikasi obat antihipertensi dan cukup potensial dalam menurunkan faktor resiko
kardiovaskuler. Modifikasi kebiasaan hidup untuk pencegahan dan penatalaksanaanhipertensi
adalah sebagai berikut :
1. Menurunkan berat badan (index massa tubuh diusahakan 18,5-24,9 kg/m2) diperkirakan
dapat membantu menurunkan TDS 5-20 mmHg/10 kg BB
2. Diet dengan asupan cukup kalium dan calcium dengan mengkonsumsi makanan berserat
seperti buah, sayur, serta rendah lemak hewani dan mengurang lemak jenuh. Diharapkan
dapat membantu meurunkan TDS sebanyak 8-14 mmHg
3. Mengurangi konsumsi natrium tidak lebih dari 100mmol/hari (6 gram NaCl), diharapkan
dapat menurunkan TDS 2-8 mmHg.
4. Meningkatkan aktivitas fisik misalnya dengan berjalan minimal 30 menit/hari.
5. Berhenti merokok dan konsumsi alkohol.