You are on page 1of 7

Identifikasi dan Tingkat Pengetahuan Faktor Risiko Siswa Siswi Sekolah Dasar Negeri Terhadap Infeksi

Pedikulosis Kapitis di Kecamatan Medan Polonia

Identification and Level of Knowledge on Risk Factors Among Public Primary School Students on Pediculosis
Capitis Infection in Medan Polonia District

1*
Juliyanti Tarigan, 2 Siti Elsina Lubis, 3*Eka Samuel P. Hutasoit

1, 2
Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, F. Kedokteran Universitas Methodist Indonesia, Medan
3
Departemen Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan, F. Kedokteran Universitas Methodist Indonesia,
Medan
e-mail: 1juliyanti_trg@yahoo.com, 2elsina.lubis@gmail.com, 3eka.hutasoit16@gmail.com

Abstract. Pediculosis capitis infection is a worldwide public health concern affecting mostly primary school-
children. Despite this worldwide spread, incidence studies remain few. The aim of this study is to identify the
most commonly encountered pediculosis capitis phase and to assess the knowledge of risk factor of primary
school students on pediculosis capitis infection. This is a cross-sectional study conducted in 5 schools in Medan
Polonia District on 100 pupils. The pupils aged between 9 and 12 years, they were screened for the presence of
eggs and nymph/adult lice using a fine-tooth head louse comb and magnifying glass, and afterward the
questionnaire is filled by each pupil. The most commonly encountered pediculosis capitis phase is adult lice
found in 37 pupils (59,0%), and majority 73 pupils (73,0%) of public primary school in Medan Polonia District
have limited knowledge on pediculosis capitis risk factors. The risk factors are: sharing of combs (72,0%),
sharing of bed or pillow (53,0%), family size (77,0%), long hair (53,0%), straight hair (81,0%). The most
commonly encountered pediculosis capitis phase is adult lice and majority of public primary school students in
Medan Polonia District have limited knowledge of risk factors on pediculosis capitis. Thus creating awareness
among students about promoting personal hygiene is very important.

Keywords : Head lice, infestation, knowledge

Abstrak. Infeksi pedikulosis kapitis merupakan masalah kesehatan dunia paling sering terjadi pada anak
sekolah dasar. Walaupun kasusnya banyak terjadi, penelitian masih terbatas. Tujuan penelitian untuk
mengidentifikasi fase pedikulosis kapitis yang terbanyak ditemukan dan mengetahui tingkat pengetahuan faktor
risiko siswa-siswi sekolah dasar terhadap infeksi pedikulosis kapitis. Penelitian cross-sectional diadakan di 5
sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan Polonia dan melibatkan 100 murid. Usia 9-12 tahun, diperiksa
untuk melihat adanya telur dan nimfa atau kutu dewasa menggunakan sisir serit dan kaca pembesar, kemudian
kuesioner diisi oleh setiap murid. Fase terbanyak adalah kutu dewasa 37 orang (59,0%) dan mayoritas murid
sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan Polonia memiliki tingkat pengetahuan faktor risiko cukup terhadap
infeksi pedikulosis kapitis, 73 orang (73,0). Faktor-faktor risiko antara lain: penggunaan sisir bersama (72,0%),
penggunaan tempat tidur/bantal bersama (53,0%), kepadatan tempat tinggal (77,0%), rambut panjang (53,0%),
rambut lurus (81,0%). Fase pedikulosis kapitis terbanyak ditemukan kutu dewasa dan mayoritas murid di
sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan Polonia memiliki tingkat pengetahuan faktor risiko terhadap infeksi
pedikulosis kapitis yang cukup. Sehingga menciptakan kesadaran di kalangan siswa tentang mempromosikan
kebersihan pribadi sangat penting.

Kata Kunci: Kutu kepala, infestasi, pengetahuan


A. Pendahuluan prevalensi pedikulosis kapitis juga akan berdampak
pada berkurangnya rasa percaya diri, stigma sosial
yang negatif, kurangnya kualitas tidur dan rasa
Infeksi pedikulosis kapitis merupakan masalah gatal yang mengganggu kenyamanan belajar (11).
kesehatan dunia yang terjadi tidak hanya di negara Pada penelitian sebelumnya didapatkan bahwa
tertinggal, tetapi juga di negara berkembang dan tingginya kejadian Pedikulosis di Afrika salah
negara industri (1). Penyakit ini sering diabaikan satunya disebabkan belum tersedianya infomasi
terutama di negara di mana terdapat prioritas tentang ektoparasit secara sistematis di lingkungan
kesehatan lain yang lebih serius karena dianggap sekolah (12). Pengetahuan yang baik dapat
ringan dan mortalitasnya yang rendah, namun meningkatkan kesehatan (13). Pengetahuan
penyakit ini di antara anak-anak sekolah di seluruh terhadap pedikulosis kapitis sangat penting karena
dunia telah menyebabkan morbiditas yang dapat mencegah adanya transmisi atau penularan
signifikan (2). Pedikulosis kapitis diklasifikasikan kepada orang lain, kontak dari kepala ke kepala
sebagai satu dari enam penyakit kulit parasit yang merupakan penularan atau transmisi
epidermal (Epidermal Parasitic Skin Disease) terbanyak (14).
dengan subkategori penyakit tropis yang terabaikan
(Neglected Tropical Disease). Enam penyakit kulit B. Metode
parasit epidermal tersebut antara lain: Skabies,
pedikulosis (pedikulosis kapitis, pedikulosis Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian
korporis dan pedikulosis pubis), tungiasis (sand ini adalah penelitian deskriptif observasional,
flea disease), Hookworm-related Cutaneous Larva dengan menggunakan pendekatan cross sectional.
Migrans (HrCLM)(3). Penyakit ini merupakan Teknik pengambilan sampel yang digunakan pada
masalah kesehatan global yang paling sering terjadi penelitian ini adalah probability sampling dengan
pada siswa sekolah dasar (4). Karena siswa sekolah menggunakan proportionate stratified random
dasar berada dalam ruangan kelas yang sama sampling. Penelitian inidilakukan di seluruh
sehingga memiliki faktor risiko yang tinggi sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan Polonia.
terhadap terjadinya transmisi pedikulosis Penelitian ini dilakukan pada 12 Mei – 26 Juni
kapitisyang berulang (5). Pedikulosis kapitissangat 2018.Subjek penelitian adalah 100 sampel. Kriteria
menular dan umumnya sering terjadi pada anak inklusi dalam penelitian ini adalah siswa-siswi
usia 3 – 12 tahun (6). Di Indonesia data mengenai kelas 4, kelas 5 dan kelas 6 Sekolah Dasar Negeri
pedikulosis kapitismasih kurang, namun di Kecamatan Medan Polonia yang dianggap sudah
berdasarkan dari survei penelitian sebelumnya yang mengerti kuesioner yang diberikan, sedangkan
dilakukan pada sebuah sekolah dasar di Jatinangor kriteria eksklusi dalam penelitian ini adalah siswa –
ditemukan siswa yang terinfeksi pedikulosis siswi sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan
kapitis55,3% (7). Di Kota Sabang, Provinsi Aceh Polonia yang tidak hadir pada saat penelitian
menunjukkan bahwa infestasi kutu kepala masih berlangsung. Data yang diperoleh atau digunakan
menjadi masalah kesehatan dengan angka disajikan dalam bentuk tabel dan diagram distribusi
prevalensi infestasi terjadi sebesar 27.1%. proporsi dan uraian.
Umumnya anak-anak yang positif terinfestasi kutu
kepala sudah berada pada derajat infestasi kutu C. Hasil Penelitian dan Pembahasan
kepala sangat aktif dan dapat ditemukan lebih dari
10 ekor nimfa atau kutu kepala yang hidup di Responden yang terpilih dalam penelitian ini
rambut dan kulit kepalanya (8). Kutu kepala bisa adalah siswa-siswi sekolah dasar negeri di
menyebabkan gangguan psikologis dan Kecamatan Medan Polonia sebanyak 100
mengganggu proses belajar pada anak sekolah. orang.Dimana jumlah laki-laki sebanyak 34 orang
Jenis kelamin, umur, frekuensi mandi dalam dan perempuan sebanyak 66 orang. Tabel 1 dan
seminggu dan beberapa faktor yang lainnya gambar 1 memperlihatkan bahwa dari 100 orang
merupakan faktor-faktor yang berhubungan dengan yang diperiksa dari sekolah dasar negeri di
terjadinya pedikulosis kapitis (9). Selain itu, Kecamatan Medan Polonia, 64 orang mengalami
penggunaan tempat tidur / bantal bersama, infeksi pedikulosis kapitis dengan mayoritas
penggunaan sisir / aksesoris rambut bersama dan identifikasi fase pedikulosis kapitis yang ditemukan
panjang rambut merupakan faktor-faktor yang adalah pada fase kutu dewasa sebanyak 37 orang
berhubungan dengan kejadian pedikulosis kapitis (59,0%), kemudian fase nimfa sebanyak 18 orang
pada santri pesantren Rhodlotul Quran, Semarang. (29,0%) dan fase telur sebanyak 9 orang (14,0%).
Faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya Dengan demikian, mayoritas responden yang
penyakit pedikulosis kapitis juga dapat dipengaruhi diperiksa yang mengalami infeksi pedikulosis
oleh: sosial - ekonomi, tingkat pengetahuan, kapitis, fase pedikulosis kapitis yang paling
personal hygiene buruk, kepadatan tempat tinggal banyak ditemukan adalah pada fase kutu dewasa 37
dan karakteristik individu seperti umur, panjang orang (59,0%).
rambut dan tipe rambut (10). Tingginya angka
Tabel 1. Siswa-siswi yang mengalami infeksi melakukan pengobatan saat terkena kutu kepala 57
pedikulosis kapitis dengan identifikasi fase orang (89%), mayoritas responden menggunakan
Pedikulosis kapitis yang terbanyak ditemukan topi orang lain 36 orang (56,0%).

Nama Identifikasi Pedikulosis Jumlah Tabel 2. Jawaban responden yang terinfestasi kutu
Sekolah Kapitis Paling Banyak Terinfestasi kepala terhadap tingkat pengetahuan faktor risiko
Ditemukan (orang) pedikulosis kapitis
Telur Nimfa Kutu
Dewasa No Pernyataan Ya % Tidak %
SDN A 2 1 2 5
Penggunaan sisir
SDN B 0 4 6 10 1 46 72% 18 28
bersama
SDN C 3 6 16 25
Penggunaan aksesoris
SDN D 3 5 9 17 2 29 45% 35 55%
rambut bersama
SDN E 1 2 4 7
Penggunaan tempat tidur
Jumlah 9 18 37 64 3 34 53% 30 47%
/ bantal bersama
Kepadatan tempat
4 tinggal (≥4 orang dalam 49 77% 15 23%
satu keluarga)
6 Rambut panjang 34 53% 30 47%
7 Tipe rambut lurus 52 81% 12 19%
Frekuensi mencuci
8 55 86% 9 14%
rambut≥ 3 kali seminggu
14% Penggunaan pakaian
9 orang lain yang belum 16 25% 48 75%
59% 29% dicuci
Penggunaan shampo saat
10 61 95% 3 5%
keramas
Mengeringkan rambut
11 50 78% 14 22%
setelah keramas
Telur Menggunakan handuk
12 57 89% 7 11%
sendiri
Nimfa Pernah menggunakan
13 10 84% 54 16%
obat kutu rambut
Kutu dewasa Pernah memiliki masalah
14 rambut karena kutu 38 59% 26 41%
kepala
Gambar 1. Diagram pie distribusi proporsi Merasa gatal di rambut
15 52 81% 12 19%
identifikasi pedikulosis kapitis dengan fase dalam 2 minggu terakhir
yang paling banyak ditemukan Saat menyisir pernah
16 ditemukan telur, nimfa, 56 87% 8 13%
Berdasarkan Tabel 2 responden memiliki kebiasaan kutu kepala
yang baik meliputi: penggunaan shampo saat Teman sekelas pernah
17 54 84% 10 16%
keramas 61 orang (95%), mengeringkan rambut terinfeksi kutu kepala
setelah keramas 50 orang (78%), menggunakan Melakukan pengobatan
18 7 11% 57 89%
handuk sendiri 57 orang (89%), mengganti sprei, saat terkena kutu kepala
sarung bantal >1 kali dalam seminggu 42 orang Penggunaan topi orang
19 36 56% 28 44%
(66%). lain
Ada beberapa faktor lainnya juga yang Mengganti sprei, sarung
20 42 66% 22 34%
dapat meningkatkan risiko terinfeksi pedikulosis bantal >1 kali seminggu
kapitis, yaitu: mayoritas responden pernah
memiliki masalah rambut karena kutu kepala 38 Berdasarkan tabel 3 dan gambar 2 dapat diketahui
orang (59,0%), merasa gatal di rambut dalam 2 bahwa mayoritas siswa-siswi sekolah dasar negeri
minggu terakhir 52 orang (81,0%), mayoritas di Kecamatan Medan Polonia memiliki tingkat
responden menjawab bahwa saat menyisir pernah pengetahuan faktor risiko terhadap pedikulosis
ditemukan telur, nimfa, kutu kepala 56 orang kapitis dalam kategori cukup, yaitu sebesar 73,0%,
(87,0%), mayoritas responden menjawab bahwa kategori baik sebesar 22,0% dan kategori kurang
teman sekelas pernah terinfeksi kutu kepala 54 5,0%.
orang (84,0%), mayoritas responden tidak
Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan di sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan
faktor risiko terhadap infeksi pedikulosis kapitis Polonia.
Di Manaus, Negara bagian Amazona, Brazil, dari
Pengetahuan Jumlah (N) Persentase (%) 53 sampel positif terinfeksi pedikulosis kapitis, 37
Baik 22 22 orang ditemukan telur non-viable, 3 orang
Cukup 73 73 ditemukan fase terbanyak kutu dewasa dan 13
Kurang 5 5 orang telur yang viable (15).
Jumlah 100 100 Telur dengan jarak 1 cm dari kulit kepala dan
gemuk padat, mengkilap dan berwarna coklat ke
warna kopi dengan operculum yang intak dianggap
viable (16).
Penelitian yang dilakukan di Provinsi Manisa,
Turki mengklasifikasikantingkat infestasi menurut
jumlah kutu dewasa atau nimfa: infestasi ringan
80.0% (n=1-3), sedang (n=4-6), dan infestasi berat
73.0%
(n≥7).Dari 560 siswa-siswi dari 2 sekolah dasar di
70.0%
Provinsi Manisa, Turki, 69 orang ditemukan positif
60.0% terinfestasi kutu kepala, dengan penyisiran awal
ditemukan tingkat infestasi terbanyak adalah
50.0% infestasi ringan (59.4%) dengan rata-rata yang
Persentase

ditemukan pada fase nimfa (17).


40.0% Penelitian di Sivas, Turki pada tahun 2012, dari 35
Baik
siswa yang terinfestasi pedikulosis kapitis, 16
30.0% orang di antaranya hanya ditemukan telur, 11 orang
22.0% Cukup
ditemukan pada semua fase pedikulosis kapitis,5
20.0% Kurang orang hanya ditemukan fase nimfa dan 3 orang
10.0% 5.0%
lainnya ditemukan pada fase kutu dewasa.
Beberapa alasan penting yang menyebabkan hasil
0.0% berbeda pada penelitian dapat disebabkan oleh
Baik Cukup Kurang wilayah sosioekonomi, kelompok umur yang
Tingkat Pengetahuan diteliti, jenis kelamin, jenis pemeriksaan yang
berbeda (pemeriksaan visual dengan pemeriksaan
menggunakan sisir serit) dan pertimbangan bahwa
telur sebagai tanda terinfestasi (18).
Diperoleh bahwa tingkat pengetahuan faktor risiko
Gambar 2. Diagram bar distribusi frekuensi tingkat responden terhadap infeksi pedikulosis kapitis
pengetahuan faktor risiko siswa-siswi sekolah dasar seperti yang terlihat di gambar 2 menunjukkan
negeri terhadap pedikulosis kapitis di kecamatan bahwa kategori tingkat pengetahuan yang paling
medan polonia banyak dimiliki responden adalah pada kategori
cukup yaitu sebanyak 73 orang (73,0%) lebih tinggi
Dalam penelitian ini, dilakukan penelitian daripada responden yang memiliki pengetahuan
untuk mengidentifikasi dan mengetahui tingkat baik dan kurang. Hasil penelitian yang berjudul
pengetahuan faktor risiko siswa-siswi sekolah dasar hubungan tingkat pengetahuan mengenai
negeri terhadap infeksi pedikulosis kapitis di pedikulosis kapitis dengan karakteristik demografi
Kecamatan Medan Polonia. Pemeriksaan visual dan santri pesantren menunjukkan santri dengan tingkat
sisir serit serta kaca pembesar dilakukan terhadap pengetahuan cukup berjumlah 15 orang (9,9%),
100 siswa-siswi sekolah dasar negeri di Kecamatan sedangkan santri dengan tingkat pengetahuan
Medan Polonia untuk mengidentifikasi fase kurang berjumlah 136 orang (90,1%). Hal ini
pedikulosis kapitis yang paling banyak ditemukan. sejalan dengan penelitian ini bahwa tingkat
Distribusi frekuensi siswa-siswi yang mengalami pengetahuan faktor risiko siswa-siswi terhadap
infeksi pedikulosis kapitis adalah setengah lebih pedikulosis kapitis masih perlu ditingkatkan agar
responden positif terinfestasi Pediculus humanus tercapai tingkat pengetahuan yang baik, di mana
var. capitis, yaitu sebanyak 64 orang dengan pengetahuan yang baik akan meningkatkan
identifikasi fase pedikulosis kapitis yang paling kesehatan dan mencegah terinfestasi pedikulosis
banyak ditemukan pada siswa-siswi yang kapitis (11).
terinfestasi dilihat pada gambar 1 adalah pada fase Mayoritas 64 orang responden yang positif
kutu dewasa, yaitu sebanyak 37 orang (59%), pada terinfeksi pedikulosis kapitis, 46 orang
fase nimfa 18 orang (29%) dan pada fase telur 9 menggunakan sisir / aksesoris rambut bersama
orang (14%). Hal ini menunjukkan bahwa dengan orang lain (72,0%). Hal ini dapat menjadi
pedikulosis kapitis merupakan masalah kesehatan faktor risiko terinfeksi pedikulosis kapitis karena
tidak pernahnya sisir tersebut dibersihkan sehingga tercipta kesan yang salah terhadap kebersihan
kutu kepala (Pediculus humanus capitis) dapat pribadi yang baik dengan meningkatkan frekuensi
bergerak dengan cepat dan mudah berpindah dari mencuci rambut.Sebagai alternatif, anak-anak yang
satu hospes ke hospes lain (19). positif terinfeksi kutu kepala mencuci rambutnya
Pada penelitian ini melalui kuesioner mayoritas lebih sering sebagai akibat dari pruritus yang terus
responden yang terinfestasi pedikulosis kapitis menerus (25).
menjawab menggunakan tempat tidur / bantal Faktor yang mempengaruhi pedikulosis kapitis
bersama, yaitu sebanyak 34 orang (53,0%). sangat banyak sekali, walaupun personal hygiene
Kebiasaan tidur bersama dapat menjadi jalur seseorang baik tetapi masih tinggal serumah
transmisi perpindahan kutu kepala dari satu orang dengan penderita pedikulosis kapitis dalam
ke orang lain. Kutu dapat berpindah dari kepala dan lingkungan yang sangat padat dan tidak melakukan
rambut ke sarung bantal saat kita tidur malam dan pengobatan pedikulosis kapitis secara bersamaan
mampu bertahan hingga 9 jam sebelum akhirnya akan membuat penularan pedikulosis kapitis selalu
menemukan dan kembali ke rambut (20). terjadi. Selain faktor tingkat pengetahuan dan
Sama seperti penelitian yang dilakukan di Iran, personal hygiene, tingginya kejadian pedikulosis
faktor khusus seperti penggunaan tempat tidur kapitis juga dapat ditemukan akibat pengaruh dari
bersama membantu penyebaran infeksi pedikulosis musim, umur, status sosio ekonomi, panjang
kapitis.Sehingga sesuai dengan penelitian ini, rambut, lokasi tempat tinggal berada di desa atau di
penggunaan tempat tidur / bantal bersama dapat kota, adanya edukasi dan kontrol sikap terhadap
menjadi salah satu faktor risiko terinfeksi pedikulosis kapitis oleh orang tua kebiasaan
pedikulosis kapitis (21). interaksi dengan hewan peliharaan juga dapat
Dari penelitian yang telah dilakukan diperoleh menyebabkan pedikulosis kapitis (26).
bahwa mayoritas responden memiliki risiko infeksi
pedikulosis kapitis karena memiliki anggota D. Kesimpulan
keluarga di rumah ≥4 orang, yaitu sebanyak 49
orang (77,0%). Penelitian yang dilakukan pada Identifikasi pedikulosis kapitis yang paling banyak
tahun 2015 di Iran melaporkan bahwa tingginya
ditemukan adalah pada fase kutu dewasa, yaitu
infestasi pedikulosis kapitis berkaitan dengan
sebanyak 37 orang (59,0%).Frekuensi tertinggi
kepadatan tempat tinggal di rumah (22).
tingkat pengetahuan siswa-siswi sekolah dasar
Mayoritas responden dari 64 siswa yang terinfestasi
negeri terhadap infeksi pedikulosis kapitis
pedikulosis kapitis memiliki jenis rambut lurus, termasuk dalam kategori cukup yaitu sebanyak 73
yaitu sebanyak 52 orang (81%).Hal ini berbeda orang (73,0%).Faktor-faktor risiko antara lain:
dengan penelitian (23) yang melaporkan bahwa
penggunaan sisir / aksesoris rambut bersama
perempuan dengan rambut panjang, gelap dan
(72,0%), penggunaan tempat tidur / bantal bersama
bergelombang lebih mudah terinfeksi, sedangkan
(53,0%), kepadatan tempat tinggal (77,0%),
pada penelitian lainnya menemukan tidak ada
karakteristik rambut panjang (53,0%), tipe rambut
perbedaan antara warna dan struktur rambut dengan lurus (81,0%).
infestasi pedikulosis kapitis.Laporan berbeda ini
dapat berkaitan dengan beberapa faktor yang
memiliki pengaruh komparatif terhadap infestasi E. Daftar Pustaka
pedikulosis kapitis, seperti berbagai bentuk dan
jenis rambut di antara etnis yang berbeda, variasi 1. Salehi S, Ban M, Motaghi M.A study of head
dalam kebiasaan budaya dan kondisi sosioekonomi lice infestation (Pediculosis capitis) among
yang berbeda (18). primary school students in the villages of
Penelitian ini juga sesuai dengan penelitian yang Abadan in 2012. International journal of
dilakukan sebelumnya juga mengatakan bahwa community based nursing and midwifery.
rambut panjang menjadi faktor risiko terinfestasi 2014 Jul;2(3):196.
pedikulosis kapitis, di mana frekuensi siswa yang 2. Hardiyanti NI, Kurniawan B, Mutiara H,
terinfestasi lebih rendah pada siswa yang memiliki Suwandi JF. Penatalaksanaan Pediculosis
rambut pendek dibandingkan siswa yang memiliki capitis.Jurnal Majority. 2015 Dec 1;4(9):47-
rambut panjang (24). 52.
Responden yang terinfestasi kutu kepala memiliki 3. Feldmeier H, Heukelbach J. Epidermal
kebiasaan baik dengan frekuensi mencuci rambut parasitic skin diseases: a neglected category of
rambut≥ 3 kali seminggu ada 55 orang dari 64 poverty-associated plagues. Bulletin of the
orang yang terinfestasi kutu kepala (86%). Hal ini World Health Organization. 2009;87:152-9.
dapat dijelaskan oleh kesalahan klasifikasi yang 4. Shirvani ZG, Ardestani MS. Evaluation of a
diferensial.Tanggapan terhadap pertanyaan tentang health education program for head lice
kebersihan pribadi dapat menyebabkan misleading infestation in female primary school students
karena responden yang diwawancarai enggan in Chabahar City, Iran. Archives of Iranian
mengakui praktik yang tidak pantas, sehingga medicine. 2013;16(1):42.
5. Rassami W, Soonwera M. Epidemiology of Korean children.Parasitology research. 2010
pediculosis capitis among schoolchildren in Nov 1;107(6):1415-9.
the eastern area of Bangkok, Thailand. Asian 17. Kurt Ö, Balcıoğlu IC, Limoncu ME,
Pacific journal of tropical biomedicine. 2012 Girginkardeşler N, Arserim SK, Görgün S,
Nov;2(11):901. Oyur T, Karakuş M, Düzyol D, Gökmen AA,
6. Rukke BA, Soleng A, Lindstedt HH, Ottesen Kitapçıoğlu G. Treatment of head lice
P, Birkemoe T. Socioeconomic status, family (Pediculus humanus capitis) infestation: Is
background and other key factors influence regular combing alone with a special detection
the management of head lice in Norway. comb effective at all levels?. Parasitology
Parasitology research. 2014 May research. 2015 Apr 1;114(4):1347-53.
1;113(5):1847-61. 18. Değerli S, Malatyali E, Çeliksöz A, Özçelik S,
7. Karimah A, Hidayah RM, Dahlan A. Mumcuoğlu KY.The prevalence of Pediculus
Prevalence and Predisposing Factors of humanus capitis and the coexistence of
Pediculosis Capitis on Elementary School intestinal parasites in young children in
Students at Jatinangor. Althea Medical boarding schools in Sivas, Turkey.Pediatric
Journal. 2016 Jun 30;3(2):254- dermatology. 2012 Jul;29(4):426-9.
8. Nindia Y. Prevalensi Infestasi Kutu Kepala 19. Maryanti E, Lesmana SD, Novira M.
(Pediculus Humanus Capitis) Pada Anak Hubungan Faktor Risiko dengan Infestasi
Sekolah Dasar Di Kota Sabang, Provinsi Pediculus humanus capitis pada Anak Panti
Aceh. Asuhan di Kota Pekanbaru. Jurnal Kesehatan
9. Gulgun M, Balci E, Karaoglu A, Babacan O, Melayu. 2018 Apr 25;1(2):73-80.
Türker T. Pediculosis capitis: prevalence and 20. Heukelbach J, Oliveira FA, Speare R. A new
its associated factors in primary school shampoo based on neem (Azadirachta indica)
children living in rural and urban areas in is highly effective against head lice in vitro.
Kayseri, Turkey. Central European journal of Parasitology Research. 2006 Sep 1;99(4):353.
public health. 2013 Jun 1;21(2):104. 21. Vahabi A, Shemshad K, Sayyadi M, Biglarian
10. Rahman ZA, Malik DA. Faktor Faktor Yang A, Vahabi B, Sayyad S, Shemshad M,
Berhubungan Dengan Kejadian Pediculosis Rafinejad J. Prevalence and risk factors of
Capitis Pada Santri Pesantren Rhodlotul Pediculus (humanus) capitis (Anoplura:
Quran Semarang. Jurnal Kedokteran Pediculidae), in primary schools in Sanandaj
Diponegoro. 2014;3(1). City, Kurdistan Province, Iran. Trop Biomed.
11. Alatas SS. Hubungan Tingkat Pengetahuan 2012 Jun 1;29(2):207-11.
Mengenai Pedikulosis Kapitis dengan 22. Dehghanzadeh R, Asghari-Jafarabadi M,
Karakteristik Demografi Santri Pesantren X, Salimian S, Hashemi AA, Khayatzadeh S.
Jakarta Timur. eJournal Kedokteran Impact of family ownerships, individual
Indonesia. 2013 Apr 6:53-7. hygiene, and residential environments on the
12. Setyoasih A, Suryani D. Hubungan antara prevalence of pediculosis capitis among
Pengetahuan, Personal Hygiene, dan Infestasi schoolchildren in urban and rural areas of
Pediculus humanus var. capitis pada northwest of Iran. Parasitology research. 2015
Santriwati Muhammadiyah Boarding School Nov 1;114(11):4295-303.
Prambanan Sleman Yogyakarta. Jurnal 23. Borges R, Mendes J. Epidemiological aspects
Kedokteran dan Kesehatan. 2017 Aug of head lice in children attending day care
18;12(2):190-201. centres, urban and rural schools in Uberlandia,
13. Notoatmodjo S. Promosi kesehatan dan central Brazil. Memórias do Instituto Oswaldo
perilaku kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta. Cruz. 2002 Mar;97(2):189-92.
2012:45-62. 24. El Raheem TA, El Sherbiny NA, Elgameel A,
14. Bohl B, Evetts J, McClain K, Rosenauer A, El-Sayed GA, Moustafa N, Shahen S.
Stellitano E. Clinical practice update: Epidemiological comparative study of
pediculosis capitis. Pediatric nursing. 2015 pediculosis capitis among primary school
Sep 1;41(5):227. children in Fayoum and Minofiya
15. Nunes SC, Moroni RB, Mendes J, Justiniano governorates, Egypt. Journal of community
SC, Moroni FT. Head lice in hair samples health. 2015 Apr 1;40(2):222-6.
from youths, adults and the elderly in Manaus, 25. Manrique-Saide P, Pavía-Ruz N, Rodríguez-
Amazonas State, Brazil. Revista do instituto Buenfil JC, Herrera Herrera R, Gómez-Ruiz
de medicina tropical de são paulo. 2015 P, Pilger D. Prevalence of pediculosis capitis
Jun;57(3):239-44. in children from a rural school in Yucatan,
16. Oh JM, Lee IY, Lee WJ, Seo M, Park SA, Lee Mexico. Revista do Instituto de Medicina
SH, Seo JH, Yong TS, Park SJ, Shin MH, Pai Tropical de São Paulo. 2011 Dec;53(6):325-7.
KS. Prevalence of pediculosis capitis among 26. Anggraini A, Anum Q, Masri M. Hubungan
Tingkat Pengetahuan dan Personal Hygiene
terhadap Kejadian Pedikulosis Kapitis pada
Anak Asuh di Panti Asuhan Liga Dakwah
Sumatera Barat. Jurnal Kesehatan Andalas.
2018 Mar 10;7(1):131-6.

You might also like