Professional Documents
Culture Documents
Identification and Level of Knowledge on Risk Factors Among Public Primary School Students on Pediculosis
Capitis Infection in Medan Polonia District
1*
Juliyanti Tarigan, 2 Siti Elsina Lubis, 3*Eka Samuel P. Hutasoit
1, 2
Departemen Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin, F. Kedokteran Universitas Methodist Indonesia, Medan
3
Departemen Ilmu Penyakit Kandungan dan Kebidanan, F. Kedokteran Universitas Methodist Indonesia,
Medan
e-mail: 1juliyanti_trg@yahoo.com, 2elsina.lubis@gmail.com, 3eka.hutasoit16@gmail.com
Abstract. Pediculosis capitis infection is a worldwide public health concern affecting mostly primary school-
children. Despite this worldwide spread, incidence studies remain few. The aim of this study is to identify the
most commonly encountered pediculosis capitis phase and to assess the knowledge of risk factor of primary
school students on pediculosis capitis infection. This is a cross-sectional study conducted in 5 schools in Medan
Polonia District on 100 pupils. The pupils aged between 9 and 12 years, they were screened for the presence of
eggs and nymph/adult lice using a fine-tooth head louse comb and magnifying glass, and afterward the
questionnaire is filled by each pupil. The most commonly encountered pediculosis capitis phase is adult lice
found in 37 pupils (59,0%), and majority 73 pupils (73,0%) of public primary school in Medan Polonia District
have limited knowledge on pediculosis capitis risk factors. The risk factors are: sharing of combs (72,0%),
sharing of bed or pillow (53,0%), family size (77,0%), long hair (53,0%), straight hair (81,0%). The most
commonly encountered pediculosis capitis phase is adult lice and majority of public primary school students in
Medan Polonia District have limited knowledge of risk factors on pediculosis capitis. Thus creating awareness
among students about promoting personal hygiene is very important.
Abstrak. Infeksi pedikulosis kapitis merupakan masalah kesehatan dunia paling sering terjadi pada anak
sekolah dasar. Walaupun kasusnya banyak terjadi, penelitian masih terbatas. Tujuan penelitian untuk
mengidentifikasi fase pedikulosis kapitis yang terbanyak ditemukan dan mengetahui tingkat pengetahuan faktor
risiko siswa-siswi sekolah dasar terhadap infeksi pedikulosis kapitis. Penelitian cross-sectional diadakan di 5
sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan Polonia dan melibatkan 100 murid. Usia 9-12 tahun, diperiksa
untuk melihat adanya telur dan nimfa atau kutu dewasa menggunakan sisir serit dan kaca pembesar, kemudian
kuesioner diisi oleh setiap murid. Fase terbanyak adalah kutu dewasa 37 orang (59,0%) dan mayoritas murid
sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan Polonia memiliki tingkat pengetahuan faktor risiko cukup terhadap
infeksi pedikulosis kapitis, 73 orang (73,0). Faktor-faktor risiko antara lain: penggunaan sisir bersama (72,0%),
penggunaan tempat tidur/bantal bersama (53,0%), kepadatan tempat tinggal (77,0%), rambut panjang (53,0%),
rambut lurus (81,0%). Fase pedikulosis kapitis terbanyak ditemukan kutu dewasa dan mayoritas murid di
sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan Polonia memiliki tingkat pengetahuan faktor risiko terhadap infeksi
pedikulosis kapitis yang cukup. Sehingga menciptakan kesadaran di kalangan siswa tentang mempromosikan
kebersihan pribadi sangat penting.
Nama Identifikasi Pedikulosis Jumlah Tabel 2. Jawaban responden yang terinfestasi kutu
Sekolah Kapitis Paling Banyak Terinfestasi kepala terhadap tingkat pengetahuan faktor risiko
Ditemukan (orang) pedikulosis kapitis
Telur Nimfa Kutu
Dewasa No Pernyataan Ya % Tidak %
SDN A 2 1 2 5
Penggunaan sisir
SDN B 0 4 6 10 1 46 72% 18 28
bersama
SDN C 3 6 16 25
Penggunaan aksesoris
SDN D 3 5 9 17 2 29 45% 35 55%
rambut bersama
SDN E 1 2 4 7
Penggunaan tempat tidur
Jumlah 9 18 37 64 3 34 53% 30 47%
/ bantal bersama
Kepadatan tempat
4 tinggal (≥4 orang dalam 49 77% 15 23%
satu keluarga)
6 Rambut panjang 34 53% 30 47%
7 Tipe rambut lurus 52 81% 12 19%
Frekuensi mencuci
8 55 86% 9 14%
rambut≥ 3 kali seminggu
14% Penggunaan pakaian
9 orang lain yang belum 16 25% 48 75%
59% 29% dicuci
Penggunaan shampo saat
10 61 95% 3 5%
keramas
Mengeringkan rambut
11 50 78% 14 22%
setelah keramas
Telur Menggunakan handuk
12 57 89% 7 11%
sendiri
Nimfa Pernah menggunakan
13 10 84% 54 16%
obat kutu rambut
Kutu dewasa Pernah memiliki masalah
14 rambut karena kutu 38 59% 26 41%
kepala
Gambar 1. Diagram pie distribusi proporsi Merasa gatal di rambut
15 52 81% 12 19%
identifikasi pedikulosis kapitis dengan fase dalam 2 minggu terakhir
yang paling banyak ditemukan Saat menyisir pernah
16 ditemukan telur, nimfa, 56 87% 8 13%
Berdasarkan Tabel 2 responden memiliki kebiasaan kutu kepala
yang baik meliputi: penggunaan shampo saat Teman sekelas pernah
17 54 84% 10 16%
keramas 61 orang (95%), mengeringkan rambut terinfeksi kutu kepala
setelah keramas 50 orang (78%), menggunakan Melakukan pengobatan
18 7 11% 57 89%
handuk sendiri 57 orang (89%), mengganti sprei, saat terkena kutu kepala
sarung bantal >1 kali dalam seminggu 42 orang Penggunaan topi orang
19 36 56% 28 44%
(66%). lain
Ada beberapa faktor lainnya juga yang Mengganti sprei, sarung
20 42 66% 22 34%
dapat meningkatkan risiko terinfeksi pedikulosis bantal >1 kali seminggu
kapitis, yaitu: mayoritas responden pernah
memiliki masalah rambut karena kutu kepala 38 Berdasarkan tabel 3 dan gambar 2 dapat diketahui
orang (59,0%), merasa gatal di rambut dalam 2 bahwa mayoritas siswa-siswi sekolah dasar negeri
minggu terakhir 52 orang (81,0%), mayoritas di Kecamatan Medan Polonia memiliki tingkat
responden menjawab bahwa saat menyisir pernah pengetahuan faktor risiko terhadap pedikulosis
ditemukan telur, nimfa, kutu kepala 56 orang kapitis dalam kategori cukup, yaitu sebesar 73,0%,
(87,0%), mayoritas responden menjawab bahwa kategori baik sebesar 22,0% dan kategori kurang
teman sekelas pernah terinfeksi kutu kepala 54 5,0%.
orang (84,0%), mayoritas responden tidak
Tabel 3. Distribusi frekuensi tingkat pengetahuan di sekolah dasar negeri di Kecamatan Medan
faktor risiko terhadap infeksi pedikulosis kapitis Polonia.
Di Manaus, Negara bagian Amazona, Brazil, dari
Pengetahuan Jumlah (N) Persentase (%) 53 sampel positif terinfeksi pedikulosis kapitis, 37
Baik 22 22 orang ditemukan telur non-viable, 3 orang
Cukup 73 73 ditemukan fase terbanyak kutu dewasa dan 13
Kurang 5 5 orang telur yang viable (15).
Jumlah 100 100 Telur dengan jarak 1 cm dari kulit kepala dan
gemuk padat, mengkilap dan berwarna coklat ke
warna kopi dengan operculum yang intak dianggap
viable (16).
Penelitian yang dilakukan di Provinsi Manisa,
Turki mengklasifikasikantingkat infestasi menurut
jumlah kutu dewasa atau nimfa: infestasi ringan
80.0% (n=1-3), sedang (n=4-6), dan infestasi berat
73.0%
(n≥7).Dari 560 siswa-siswi dari 2 sekolah dasar di
70.0%
Provinsi Manisa, Turki, 69 orang ditemukan positif
60.0% terinfestasi kutu kepala, dengan penyisiran awal
ditemukan tingkat infestasi terbanyak adalah
50.0% infestasi ringan (59.4%) dengan rata-rata yang
Persentase