You are on page 1of 8

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Arsitektur adalah seni yang dilakukan oleh setiap individu untuk berimajinasikan diri
mereka dan ilmu dalam merancang bangunan. Dalam artian yang lebih luas, arsitektur
mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan binaan, mulai dari level
makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan, arsitektur lanskap, hingga ke level
mikro yaitu desain bangunan, desain prabot dan desain produk. Arsitektur juga merujuk
kepada hasil-hasil proses perancangan tersebut.
Pada tahun antara 1960-1970 gerakan Arsitektur Modern (dikenal dengan nama
Modern Movement) mulai memperlihatkan tanda-tanda berakhir. Gerakan yang bertahan
selama tiga generasi ini telah melewati tiga tahap perkembangan yaitu Early Modernism,
High Modernism, dan Late Modernism (Trachtenberg, 1987). Early Modernism diwarnai
dengan karya-karya Frank Lloyd Wright (1869-1959) yang kebanyakan merupakan rumah
tinggal serta lahirnya sekolah arsitektur The Chicago School di Amerika Serikat. Tahap ini
juga diwarnai oleh karya-karya Louis Sullivan, arsitek besar yang terkenal dengan dictum
Form Follows Function-nya. High Modernism yang lahir setelah Perang Dunia I diisi oleh
arsitek-arsitek besar dunia yang pindah dari negara asalnya ke Amerika Serikat, yaitu
Ludwig Mies van der Rohe, Le Corbusier, dan Walter Gropius. Mereka dikenal dengan
sebutan arsitek Avant-garde yang karya-karyanya memiliki nilai kemanusiaan,
ekspresionisme, dan idealisme.
Late Modernism lahir setelah Perang Dunia II, ditandai dengan karya-karya bangunan
pencakar langit (sky craper) dengan melibatkan teknologi canggih (hi-tech). Beberapa
arsitek yang terkenal pada periode ini adalah Hugh Stubbins, I.M. Pei, Raymond Hood,
dan tiga serangkai Skidmore, Owings, dan Merril. Berakhirnya era Arsitektur Modern ini
diawali dengan dihancurkannya Pruitt-Igoe Housing di kota St. Louis, negara bagian
Missouri, Amerika Serikat, pada tanggal 15 Juli 1972 jam 15.32 (Jenks, 1984). Kematian
Arsitektur Modern yang lahir pada tahun 1890an ini sangat ironis, karena perumahan
Pruitt-Igoe dibangun berdasarkan ide dari CIAM (Congres Internationaux d’Architecture
Moderne) dan telah memenangkan penghargaan dari AIA (the American Institute of
Architecs) pada tahun 1961. Padahal keberadaan CIAM sendiri dimaksudkan sebagai
wadah yang membuat aturan perancangan dan mengontrol pelaksanaan pembangunannya
(Giedeon,1982). Kegagalan bangunan tersebut membuktikan bahwa dasar filosofi dan teori
Arsitektur Modern sudah tidak relevan lagi dengan tuntutan zaman. Doktrin-doktrin seperti
Rasionalisme, Behaviorisme, dan Pragmatisme yang mendasari pertumbuhan Arsitektur
Modern dianggap sudah tidak rasional lagi.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, kami merumuskan rumusan masalah
sebagai berikut.
1. Apa yang dimaksud dengan Arsitektur Post Modern?
2. Bagaimana lahirnya arsitektur Post Modern?
3. Bagaimana ciri-ciri aliran post modern yang berkembang?
4. Apakah interpretasi Arsitektur Post Modern?
5. Apakah pokok-pokok pikiran arsitektur post modern?
6. Apa saja penerapan metode pendekatan post modern dalam bangunan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Arsitektur Post Modern

Arsitektur post modern perkembang di akhir abad ke 20. post modern merupakan pemahaman
idealisme barat yang berlandaskan dari pemikiran skeptis, subjektif atau relativitas. post modern
merupakan kecurigaan terhadap alasan-alasan yang berkembang dalam pemikiran general
manusia. post modern adalah sensitifitas pada ideologi dalam memberikan kontrolnya pada politik
dan ekonomi. Berikut terdapat beberapa pendapat para ahli mengenai arsitektur Post Modern,
Menurut Jean Baudrillard dalam buku Dr. Munir Fuady,2005 : “Postmodern adalah meleburnya
batas wilayah dan pembedaan antar budaya tinggi dengan budaya rendah, antara penampilan dan
kenyataan, dan segala oposisi biner lainnya yang selama ini dijuntung tinggi oleh teori sosial dan
filsafat konvensional. Dengan demikian, postmodern secara umum adalah proses dediferensiasi
dan munculnya peleburan di segala bidang”

Menurut Jean Francois Lyotard dalam buku Dr. Munir Fuady,2005 : “Post modern merupakan
intensifikasi yang dinamis, yang merupakan upaya terus menerus untuk mencari kebaruan,
eksperimentasi dan revolusi kehidupan, yang menentang dan tidak percaya pada segala bentuk
narasi besar, berupa penolakannya terhadap filsafat metafisis, filsafat sejarah, dan segala bentuk
pemikiran totalitas, seperti Hegelian, Liberalisme, Marxisme, dan lain-lain. Postmodern dalam
bidang filsafat dapat diartikan segala bentuk refleksi kritis atas paradigma modern dan atas
metafisika pada umumnya” (Jean Francois Lyotard)

Menurut (1992) mendefinisikan Postmodern secara gamblang dalam istilah yang berlawanan
antara lain: Pertama, postmodernisme merupakan kritik atas masyarakat modern dan kegagalannya
memenuhi janji-janjinya. Juga postmodern cenderung mengkritik segala sesuatu yang
diasosiasikan dengan modernitas.Yaitu pada akumulasi pengalaman peradaban Barat adalah
industrialisasi, urbanisasi, kemajuan teknologi,

negara bangsa, kehidupan dalam jalur cepat. Namun mereka meragukan prioritasprioritas modern
seperti karier, jabatan, tanggung jawab personal, birokrasi, demokrasi liberal, toleransi,
humanisme, egalitarianisme, penelitian objektif, kriteria evaluasi, prosedur netral, peraturan
impersonal dan rasionalitas. Kedua, teoritisi postmodern cenderung menolak apa yang biasanya
dikenal dengan pandangan dunia (world view), metanarasi, totalitas, dan sebagainya.

Postmodern dalam arsitektur adalah istilah yang memiliki arti yang berbeda dalam konteks yang
berbeda, dilihat dari tiga sudut yakni: sebagai periode sejarah dengan hubungan khusus ke
modern;
sebagai golongan paradikma siknifikan untuk pertimbangan persoalan dan obyek budaya; dan
sebagai kelompok tema.
Post modern dalam arti lebih rinci adalah : Menembus batas, melewati spesies.
“Meninjau masa lalu”.
Meninjau masa datang dengan ironi
Arsitektur yang menyatukan seni dan ilmu.
Koreksi dari kesalahan arsitektur moderen.
Arsitektur yang melepaskan diri dari aturan moderenisme.
Anak dari arsitektur moderen.
Regionalisme yang mengganti internasionalisme.
Representasi fiksional yang menggantikan bentuk geometris.
Representasi fiksional untuk menunjukkan eksklusivitas bangunan dalam istilah fungsi dan
bekerja dalam seni bangunan.

Bukan simbol dari mesin dan konstruksi sebagai bagian dari proses arsitektur, namun terdiri
dari semua tanda terdekat dari desain yang berurutan.

Keindahan dan estetika menggantikan teknologi, menggambarkan dunia imajinasi lebih untuk
membawa kepada dunia baru yang lebih berani.

Berusaha mengembalikan ingatan masa lalu, mengekploitasi sejarah untuk menimbulkan efek-
efek yang lebih menarik.

Dapat melihat bangunan lebih relatif dengan aspek sejarah, regional, serta memberikan
penghargaan yang lebih pada lingkungan.
Menyangkal referensi sendiri yang dapat menemukan style dari moderen.

Membangun cita rasa keindahan baru yang jauh dari realitas hidup, fiksi lebih baik dari
fungsionalitas.
Lembaga teori di New York pada tahun 1967-1985 dan Venice, keduanya menjalankan publikasi
yang sangat banyak yang menawarkan program pengajaran, konfrensi, simposium, panel dan
pameran hal tersebut juga dilakukan oleh Insitute Architecture and Urban Studies (IAUS) di
Manhattan. IAUS menerbitkan surat kabar Skyline dua jurnal, dan serangkaian buku dibawah
terbitan opposition. Penekanan berat lembaga tersebut pada teori berkarakteristik post modern.

Postmodern bisa dimengerti sebagai filsafat, pola berpikir, pokok berpikir, dasar berpikir, ide,
gagasan, teori. Masing-masing mengherankan bila ada yang menggelarkan pengertian sendiri
tentang dan mengenai Postmodern, dan karena itu tidaklah mengherankan bila ada yang
mengatakan bahwa postmodern itu berarti ‘sehabis modern’ (modern sudah usai); ‘setelah modern’
(modern masih berlanjut tapi tidak lagi populer dan dominan); atau yang mengartikan sebagai
‘kelanjutan modern’ (modern masih berlangsung terus, tetapi dengan melakukan
penyesuaian/adaptasi dengan perkembangan dan pembaruan yang terjadi di masa kini).

B. Lahirnya Arsitektur Post-Modern Istilah Post-Modern sebenarnya sudah dikenal sejak


pertengahan tahun 1970an, tidak hanya di dunia arsitektur tetapi juga pada dunia seni lukis, tari,
patung, film, dan bahkan ideologi. Pada dasarnya Post-Modern merupakan reaksi (anti-thesis) dari
Modernisme (thesis) yang sudah berjalan sangat lama. Irwing Howe menggambarkannya sebagai
“the radical breakdown of the modernist”, jadi keduanya memang tidak bisa dipisahkan satu sama
lain dan berkelanjutan. Post-Modern bukanlah gerakan revolusioner yang ingin lepas dan
membuang nilai-nilai Modernisme (Stern,1980). Perkembangan Post-Modernisme bahkan sangat
dipengaruhi oleh Modernisme. Di dunia arsitektur sendiri gerakan ini sering disebut sebagai
Beyond the Modern Movement karena memang berkembang setelah Modern Movement. Tetapi
ada juga yang menyebutnya sebagai Super-mannerism karena merupakan kelanjutan dari
Mannerisme pada era Renaissance di Italy yang melahirkan arsitek-arsitek besar seperti Michel
Angelo (1475-1564), Andrea Palladio (1508-1580), Donato Bramante (1444-1514) dan Giulio
Romano. Charles Jenks seorang tokoh pencetus lahirnya Post-Modern menyebutkan adanya 3
alasan yang mendasari timbulnya Post-Modernisme, yaitu : 1. Kehidupan kita sudah berkembang
dari dunia serba terbatas ke desa-dunia (world village) yang tanpa batas. Perkembangan ini
disebabkan oleh cepatnya komunikasi dan tingginya daya tiru manusia (instant eclectism). 2.
Canggihnya teknologi telah memungkinkan dihasilkannya produk-produk yang bersifat pribadi
(personalised production), lebih dari sekedar produksi massal dan tiruan massal (mass production
and mass repetition) yang merupakan ciri khas dari Modernisme. 3. Adanya kecenderungan untuk
kembali kepada nilai-nilai tradisional (traditional values) atau daerah, sebuah kecenderungan
manusia untuk menoleh ke belakang. Dengan demikian, Arsitektur Post-Modern adalah
percampuran antara tradisional dengan non-tradisional, gabungan setengah modern dengan
setengah non-modern, perpaduan antara lama dan baru. Arsitektur Post-Modern mempunyai style
yang hybrid (perpaduan dua unsur) dan bermuka ganda atau sering disebut sebagai double coding.
C. Ciri-ciri dan Aliran yang Berkembang
Dua ciri pokok Arsitektur Post-Modern adalah anti rasional dan neo-sculptural, berbeda dengan
Arsitektur Modern yang rasional dan fungsional. Ciri-ciri bangunan yang sculptural sangat
menonjol karena dihiasi dengan ornamen-ornamen dari zaman Baroque dan Renaissance. Budi
Sukada (1988) menyebutkan ada 10 ciri Arsitektur Post-Modern, yaitu: 1. Mengandung unsur-
unsur komunikatif yang bersifat lokal atau populer 2. Membangkitkan kembali kenangan historik
3. Berkonteks urban 4. Menerapkan kembali teknik ornamentasi 5. Bersifat representasional 6.
Berwujud metaforik (dapat berarti bentuk lain) 7. Dihasilkan dari partisipasi 8. Mencerminkan
aspirasi umum 9. Bersifat plural 10. Bersifat eklektik

Untuk dapat dikategorikan sebagai Arsitektur Post-Modern tidak harus memenuhi kesepuluh ciri
diatas. Sebuah karya arsitektur yang mempunyai enam atau tujuh ciri di atas sudah dapat
dikatagorikan ke dalam Arsitektur Post-Modern. Aliran-aliran Arsitektur Post-Modern dibedakan
berdasarkan konsep perancangan dan reaksi terhadap lingkungannya. Di dalam evolutionary tree-
nya, Charles Jenks mengelompokkan Arsitektur Post-Modern menjadi 6 (enam) aliran.
Aliranaliran ini menurutnya sudah mulai sejak tahun 1960-an. Keenam aliran tersebut adalah :

1. Pemakaian elemen-elemen klasik (misalnya Ionic, Doric, dan Corinthian) pada bangunan, yang
digabungkan dengan pola-pola modern. Contoh : Aero Saarinen, Phillip Johnson, Robert Venturi,
Kisho Kurokawa, Kyonori Kikutake
(Ionic, Doric, dan Corinthian)

2. Straight Revivalism Pembangkitan kembali langgam neo-klasik ke dalam bangunan yang


bersifat monumental dengan irama komposisi yang berulang dan simetris.

Contoh : Aldo Rossi, Monta Mozuna, Ricardo Bofill, Mario Botta. (contoh bangunan Straight
Revivalism)

3. Neo-Vernacularism Menghidupkan kembali suasana atau elemen tradisional dengan membuat


bentuk dan pola-pola bangunan lokal. Contoh : Darbourne & Darke, Joseph Esherick, Aldo van
Eyck.
(contoh bangunan Neo-Vernacularism)

4. Contextualism (Urbanist + Ad Hoc) Memperhatikan lingkungan dalam penempatan bangunan


sehingga didapatkan komposisi lingkungan yang serasi. Aliran ini sering juga disebut dengan
Urbanism. Contoh : Lucien Kroll, Leon Krier, James Stirling.
(contoh bangunan Contextualism)
5. Metaphor & Metaphisical

Mengekspresikan secara eksplisit dan implisit ungkapan metafora dan metafisika (spiritual) ke
dalam bentuk bangunan. Contoh : Stanley Tigerman, Antonio Gaudi, Mimoru Takeyama.
(contoh bangunan Metaphor & Metaphisical) 6. Post-Modern Space Memperlihatkan
pembentukan ruang dengan mengkomposisikan komponen bangunan itu sendiri. Contoh : Peter
Eisenman, Robert Stern, Charles Moore, Kohn, Pederson-Fox.
(contoh bangunan post-Modern Space)
D. Interpretasi Arsitektur Post Modern

Arsitektur Postmodern tidak dapat dipisahkan dengan Arsitektur Modern karena Arsitektur Post
Modern merupakan :

1. Kelanjutan Arsitektur Modern 2. Reaksi terhadap Arsitektur Modern 3. Koreksi terhadap


Arsitektur Modern 4. Gerakan melengkapi dari apa yang masih belum terpenuhi dalam arsitektur
modern 5. Menyodorkan alternatif sehingga arsitektur tidak hanya satu jalur saja 6. Memberi
kesempatan untuk menangani arsitektur dari kemungkinan-kemungkinan, pendekatan-pendekatan
dan alternatif-alternatif yang lebih luas dan bebas

Dengan demikian mempelajari arsitektur Post Modern tidak bisa tanpa melalui Arsitektur Modern
karena Arsitektur Post Modern merupakan langkah atau tindak lanjut terhadap evaluasi yang
dilakukan mengenai arsitektur Modern. Arsitektur Post Modern merupakan arsitektur yang telah
melakukan feedback/umpan balik terhadap Arsitektur Modern.
E. Pokok-pokok Pikiran Arsitektur Post Modern

Pokok-pokok pikiran yang dipakai arsitek Post Modern yang tampak dari ciri-ciri di atas berbeda
dengan Modern. Di sini akan disebutkan tiga perbedaan penting itu.

1. Tidak memakai semboyan Form Follows Function Arsitektur postmodern mendefinisikan


arsitektur sebagai sebuah bahasa dan oleh karena itu arsitektur tidak mewadahi melainkan
mengkomunikasikan. 2. Fungsi (bukan sebagai aktivitas atau apa yang dikerjakan oleh manusia
terhadap arsitektur) Yang dimaksud dengan ‘fungsi’ di sini bukanlah ‘aktivitas’, bukan pula ‘apa
yang dikerjakan/dilakukan oleh manusia terhadap arsitektur’ (keduanya diangkat sebagai
pengertian tentang ‘fungsi’ yang lazim digunakan dalam arsitektur modern). Dalam arsitektur
postmodern yang dimaksud fungsi adalah peran dan kemampuan arsitektur untuk mempengaruhi
dan melayani manusia, yang disebut manusia bukan hanya pengertian manusia hanya pengertian
manusia sebagai makhluk yang berpikir, bekerja melakukan kegiatan, tetapi sebagai manusia
sebagai makhluk yang berpikir, bekerja, memiliki perasaan dan emosi, makhluk yang punya mimpi
dan ambisi, memiliki nostalgia dan memori. Manusia bukan manusia sebagai makhluk biologis
tetapi manusia sebagai pribadi. Dalam postmodern, perancangan dimulai dengan melakukan
analisa fungsi arsitektur, yaitu: a. Arsitektur mempunyai fungsi memberi perlindungan kepada
manusia (baik melindungi nyawa maupun harta, mulai nyamuk sampai bom) b. Arsitektur
memberikan perasaan aman, nyaman, nikmat. c. Arsitektur mempunyai fungsi untuk menyediakan
dirinya dipakai manusia untuk berbagai keperluan d. Arsitektur berfungsi untuk menyandarkan
manusia akan budayanya akan masa silamnya e. Arsitektur memberi kesempatan pada manusia
untuk bermimpi dan berkhayal f. Arsitektur memberi gambaran dan kenyataan yang sejujur-
jujurnya

Sehingga dalam post modern yang ditonjolkan di dalam fungsinya itu adalah fungsi-fungsi
metaforik (simbolik) dan historikal

3. Bentuk dan Ruang Di dalam postmodern, bentuk dan ruang adalah komponen dasar yang tidak
harus berhubungan satu menyebabkan yang lain (sebab akibat), keduanya menjadi 2 komponen
yang mandiri, sendiri-sendiri, merdeka, sehingga bisa dihubungkan atau tidak. Yang jelas bentuk
memang berbeda secara substansial, mendasar dari ruang. Ciri pokok dari bentuk adalah ‘ada dan
nyata/ terlihat/ teraba’, sedangkan ruang

mempunyai ciri khas’ ada dan tak terlihat/ tak nyata’. Kedua ciri ini kemudian menjadi tugas
arsitek untuk mewujudkannya.
F. Arsitek dengan Konsentrasi Bangunan Aliran Post-Modernisme
1. Philip Johnson + AT&T Building in New York City

2. Kiyonori Kikutake + Miyakonojo Civic Center in Miyakonojo


3. Hassan Fathy + The mosque at New Gourna
4. James Stirling + History Faculty Building, Cambridge University

5. Le Corbuzier + Chapel in Ronchamp, at France.

BAB III PENUTUP


Arsitektur Post-Modern mempunyai dua muka yang berbeda yang masing-masing mempunyai arti
(dual-coding atau mixture of meaning). Ia mewakili dua kutub yang berbeda : kaum populis dan
elitis, Romantic dan Modernist, yang mempunyai dua bahasa yang berbeda dan masing-masing
berbicara mengenai soal yang berbeda pula. Melalui unsur komunikasi dalam Arsitektur post-
modern arsitek menjadi lebih dekat dengan konteks geografis dan budaya setempat sehingga
masyarakat tidak merasa asing dengan lingkungan binaannya sendiri.
Daftar Pustaka
[1.] Gideon, S. 1982. Space, Time, and Architecture. Cambridge, Harvard University Press.
[2.] Jenks, Charles. 1984. The Language of Post-Modern Architecture. New York, Rizolli.
[3.] Simon and Schuster. 1980.The Pocket Guide to Architecture. New York, Mitchell Beazly
Publisher Ltd. [4.] Sukada, Budi, 1988. Analisis Komposisi Formal Arsitektur Post-Modern.
Jakarta, Seminar FTUI-Depok. [5.] Stern, Robert. 1980. The Doubles of Post-Modern, dalam buku
Beyond the Modern Movement, MIT Press, Cambridge, [6.] Trachtenberg dan Hyman, 1986,
Architecture from Prehistory to Post-Modernism. New York, Harry Abrams Inc.

You might also like