Professional Documents
Culture Documents
C. Kontrak
1. Dilakukan pendekatan dengan rekanan terpilih ,terbatas tidak lebih dari 3rekanan untuk
penentuan harga.
2. Ada tawar menawar untuk pencapaian spesifik harga.
Disebut juga pengadaan dengan negosiasi, dimana pembeli melakukan pendekatan pada
beberapa supplier (biasanya 3 atau lebih) untuk menentukan harga. Pembeli juga dapat
melakukan tawar-menawar dengan para supplier untuk memperoleh harga atau pelayanan
tertentu.
D. Pembelian langsung
1. Biasanya pembelian jumlah kecil dan perlu segera tersedia.
2. Harga relatif lebih mahal.
Pengadaan obat dengan pembelian langsung sangat menguntungkan karena di samping
waktunya cepat, juga:
a. volume obat tidak begitu besar sehingga tidak menumpuk atau macet di gudang.
b. harganya lebih murah karena langsung dari distributor atau sumbernya.
c. mendapatkan kualitas seperti yang diinginkan.
d. bila ada kesalahan mudah mengurusnya.
e. dapat kredit.
f. memperpendek lead time.
g. sewaktu-waktu kehabisan atau kekurangan obat dapat langsung menghubungi distributor
(Istinganah dkk, 2006).
Sistem Distribusi Obat di Rumah Sakit
TINJAUAN PUSTAKA
Proses distribusi yaitu penyerahan obat sejak setelah sediaan disiapkan oleh IFRS sampai diantarkan
kepada perawat, dokter atau profesional pelayanan kesehatan lain untuk diberikan kepada penderita. Sistem
distribusi obat di rumah sakit untuk pasien rawat inap adalah tatanan jaringan sarana, personel, prosedur dan
jaminan mutu yang serasi, terpadu, dan berorientasi penderita dalam kegiatan penyampaian sediaan obat beserta
informasinya kepada pasien. Sistem distribusi obat untuk pasien rawat inap yang diterapkan di rumah sakit sangat
bervariasi, hal ini tergantung pada kebijakan rumah sakit, kondisi dan keberadaan fasilitas fisik, personel dan tata
ruang rumah sakit.
Suatu sistem distribusi obat yang efisien dan efektif sangat tergantung pada desain sistem dan
pengelolaan yang baik. Suatu sistem distribusi obat yang di desain dan di kelola dengan baik harus dapat
- Mutu dan kondisi sediaan obat tetap stabil dalam seluruh proses distribusi
resep obat yang disiapkan oleh perawat dan persediaan obatnya juga berada di ruang perawat dan langsung
diberikan pada pasien diruang rawat inap tersebut.
Penggunaan sistem floor stock lengkap dianjurkan untuk diminimalkan agar menjamin
pengemasan control dan identifikasi obat walaupun sistem ini tetap dipertahankan pada kondisi tertentu
seperti :
- Dalam bagian emergensi dan ruang operasi, dimana obat biasanya harus selalu cepat tersedia segera
sangat dibutuhkan.
- Obat-obatan dengan harga rendah dan biasa dipakai(high volume drug) dapat dikelola dengan cara
ini dengan catatan kemungkinan terjadi medication error yang kecil.
Sistem ini sekarang tidak digunakan lagi karena tanggung jawab besar dibebankan pada perawat yaitu
menginterpretasikan resep dan menyiapkan obat yang sebetulnya adalah tanggung jawab apoteker.
Keuntungan sistem ini yaitu :
- Obat yang diperlukan segera tersedia bagi pasien
- Peniadaan pengembalian obat yang tidak terpakai ke IFRS
- Pengurangan penyalinan resep
- Pengurangan jumlah personel IFRS
perawatan pasien
- Diperlukan waktu tambahan bagi perawat untuk menangani obat
- Meningkatnya kerugian karena kerusakan obat
2. Sistem resep individual/permintaan lengkap
Sistem distribusi obat resep individual adalah sistem pengelolaan dan distribusi obat oleh IFRS sentral
sesuai dengan yang tertulis pada resep yang ditulis dokter untuk setiap penderita. Dalam sistem ini, semua
obat yang diperlukan untuk pengobatan di dispensing dari IFRS. Resep asli dikirim ke IFRS oleh perawat,
kemudian resep itu diproses sesuai dengan cara dispensing yang baik dan obat siap untuk didistribusikan
kepada pasien.
Sistem kombinasi ini biasanya diadakan untuk mengurangi beban kerja IFRS. Obat yang disediakan
di ruang perawat adalah obat yang diperlukan oleh banyak pasien, setiap hari diperlukan dan biasanya adalah
obat yang harganya relatif murah. Jenis dan jumlah obat yang tersedia di ruangan ditetapkan oleh PFT
dengan masukan dari IFRS dan pelayanan keperawatan.]
Obat dosis unit adalah obat yang disorder oleh dokter untuk penderita, terdiri atas satu atau
beberapa jenis obat yang masing-masing dalam kemasan dosis unit tunggal dalam jumlah persediaan yang
dosis unit tunggal, didispensing dalam bentuk siap konsumsi, dan untuk kebanyakan obat tidak lebih dari 24
jam persediaan dosis, diantarkan ke ruang perawatan penderita pada setiap waktu.
Ada tiga metode sistem distribusi obat dosis unit :
1) Sistem distribusi obat dosis unit sentralisasi
Dilakukan oleh IFRS ke semua daerah perawatan penderita rawat inap di RS secara keseluruhan.
Artinya, di rumah sakit tersebut mungkin hanya satu IFRS tanpa adanya cabang IFRS di beberapa daerah
perawatan.
2) Sistem distribusi obat dosis unit desentralisasi
Dilakukan oleh beberapa cabang IFRS di sebuah RS. Pada dasarnya sama dengan sistem
distribusi obat persediaan lengkap di ruang, hanya saja dikelola seluruhnya oleh apoteker yang sama
dengan pengelola dan pengendalian oleh IFRS sentral. Meskipun tiap rumah sakit memiliki cara yang
berbeda-beda dalam penerapannya, berikut merupakan contoh prosedur yang dapat dilakukan :
- Pasien setelah didiagnosa semua datanya dicatat dalam kartu profil pasien
- Resep dikirim ke farmasis
- Farmasis memeriksa resep untuk kemungkinan terjadinya alergi, interaksi obat dan
kerasionalan terapi
- Jadwal pemberian obat dikoordinasikan dengan ruang perawat
- Farmasis mengambil obat sesuai resep, menempatkan obat dalam kereta obat sesuai jadwal
pemberian obat
- Kereta obat diisi dengan dengan obat sesuai jadwal pengiriman ke pasien
- Selama proses berlangsung, farmasis dapat berkonsultasi ke dokter dan perawat untuk
mencegah terjadinya penghentian pengobatan
Dasar untuk mengadakan pelayanan IFRS desentralisasi adalah :
a) Kebutuhan penderita
Sistem distribusi obat sentralisasi untuk penderita rawat inap yang didispensing dari IFRS sentral seringkali
mengakibatkan meningkatnya kesalahan obat, keterlambatan penerimaan dosis mula, memperpanjang
tinggal penderita di rumah sakit serta meningkatnya biaya yang dikeluarkan penderita. Sistem distribusi obat
dan lingkup praktek klinik apoteker perlu disesuaikan dengan kemajuan dalam terapi obat.
b) Kebutuhan perawat
Perawat memainkan suatu peranan penting dalam sistem distribusi obat di rumah sakit. Pelayanan IFRS
sentralisasi seringkali menimbulkan banyaknya pertanyaan yang berkaitan dengan obat tak terjawab oleh
perawat yang sibuk. Pelayanan IFRS desentralisasi dapat segera melakukan kegiatan yang berkaitan dengan
obat dan dukungan informasi obat kepada perawat jika diperlukan. Sistem distribusi obat untuk penderita
rawat inap menggunakan IFRS cabang (satelit) dapat meningkatkan efisiensi perawat dibandingkan dengan
sistem distribusi obat sentralisasi.
c) Kebutuhan dokter
Dokter mendiagnosis masalah medik dan menulis suatu rencana terapi. Penulisan obat seringkali
merupakan suatu aspek kritis dari perawatan pasien rawat inap. Komplikasi obat yang telah diidentifikasi
sebelumnya menggambarkan kebutuhan dokter akan informasi umum obat dan informasi obat klinik
tertentu. Pengelolaan terapi obat penderita oleh apoteker dapat mengurangi reaksi obat yang merugikan
dan mempercepat pembebasan penderita dari rumah sakit. Apoteker yang praktek di daerah perawatan
penderita dapat memberikan pengetahuan dan pengalaman klinik obat untuk membantu dokter
mengelola
terapi obat penderita mereka.
d) Kebutuhan apoteker
Dalam lingkungan desentralisasi, apoteker dapat menghubungkan secara langsung kebutuhan terapi
obat penderita sebagai hasil dari kemudahan pencapaian penderita, perawat, dokter dan rekam medik.
Apoteker dapat mengembangkan keahlian dalam daerah perawatan tertentu, seperti pediatrik, obgyn,
penyakit dalam dan bedah apabila menggeluti bidang yang sama di rumah sakit selama periode waktu yang
terus menerus.
Pengalaman apoteker dalam terapi penderita rawat inap akan meningkat dan selama waktu itu dapat
menjadi seorang ahli dalam pengertian variabel penderita yang signifikan untuk terapi obat resiko tinggi.
Hubungan dengan staf medik dapat dikembangkan, sehingga masukan dari apoteker pada resep terapi obat
dapat dibuat sebelum resep ditulis, daripada menanggapi masalah setelah resep selesai ditulis.
Uraian karakteristik dan manfaat dari IFRS desentralisasi yaitu :
Apoteker menyertai tim dokter dalam kunjungan ke ruang penderita. Partisipasi apoteker dalam
kunjungan ini adalah pemberian informasi obat atas permintaan dokter atau atas prakarsa apoteker sendiri.
b) Wawancara penderita
Informasi sejarah pengobatan penderita diperoleh secara lisan oleh apoteker untuk melengkapi
rekaman IFRS. Informasi dapat termasuk obat resep dan obat bebas yang digunakan, alergi obat dan
pengetahuan tentang kerja obat. Masalah tentang terapi obat penderita terdahulu diidentifikasi demikian
juga obat yang bermanfaat atau tidak bermanfaat. Obat-obat yang tidak bermanfaat dan penyebab alergi
tersebut dapat dihindari selama hospitalisasi.
c) Pemantauan terapi obat penderita
Kartu pengobatan penderita dikaji untuk memastikan bahwa penderita menerima terapi obat yang
aman dan efektif. Obat yang dikonsumsi, uji laboratorium yang berkaitan, diagnosis penderita dan kondisi
medik adalah bagian penting dari proses pemantauan. Masalah terapi obat yang mungkin berubah dan yang
diidentifikasi dikomunikasikan dengan dokter, sehingga akan dihasilkan terapi obat yang lebih aman dan
lebih efektif.
d) Pertanyaan dokter
Pertanyaan dari dokter tentang terapi obat penderita dan pertanyaan informasi obat umum dijawab
oleh apoteker. Terapi obat yang lebih aman dan lebih efektif akan dihasilkan jika pertanyaan dijawab secara
akurat dan diterapkan dalam terapi penderita.
e) Pertanyaan perawat
Pertanyaan perawat tentang terapi obat penderita, informasi obat umum dan resep obat dijawab oleh
apoteker. Pemberian obat oleh perawat lebih akurat dan aman dengan pengetahuan obat yang lebih luas.
f) Informasi obat
Dokter sering mengajukan pertanyaan tentang informasi obat yang berkaitan dengan masalah terapi
obat penderita yang memerlukan penelitian dari pustaka informasi yang tersedia untuk melayani pertanyaan
tersebut. Jawaban apoteker harus menghasilkan terapi obat yang lebih aman dan efektif.
g) Pelayanan terapi obat yang diatur oleh apoteker
Apoteker mengembangkan dan melaksanakan pelayanan terapi obat tertentu atas permintaan dokter.
Seperti mengatur antikoagulasi, penjadwalan pemberian obat bagi penderita dengan status
ginjal
membahayakan, obat-obat yang mempengaruhi darah dan hati, pengaturan dosis
aminoglikosid,
pengendalian kesakitan, dukungan nutrisi dan terapi aminofilin. Pelayanan demikian harus menghasilkan
terapi obat yang lebih aman dan lebih spesifik bagi penderita.
h) Farmakokinetik klinik
Penerapan pelayanan farmakokinetik klinik dapat berhasil bila ditunjang oleh keberadaan laboratorium
farmakokinetik yang dikendalikan oleh IFRS. Aspek terpenting dari pelayanan ini antara lain menetapkan
jadwal waktu untuk pengambilan konsentrasi zat aktif yang tepat guna menjamin agar hasil pengujian dapat
digunakan. Berdasarkan konsentrasi zat aktif dalam serum, apoteker dapat memodifikasi dosis dan jadwal
waktu pemberian untuk mencegah toksisitas dan menjamin kemanjuran terapi.
i) Evaluasi penggunaan obat
Program evaluasi penggunaan obat yaitu suatu proses penjaminan mutu yang disahkan rumah
sakit, dilakukan terus menerus, terstruktur, ditujukan guna memastikan bahwa obat digunakan secara tepat,
aman dan efektif. Dalam rumah sakit, apoteker harus menerapkan kepemimpinannya dan bekerja sama
dengan staf medik, perawat dan pimpinan jika diperlukan dalam merencanakan dan melaksanakan evaluasi
penggunaan obat. Studi kasus obat tertentu dilakukan dan ketidaktepatan penulisan resep oleh dokter harus
diperbaiki melalui program pendidikan.
Keuntungan dari penerapan IFRS desentralisasi bagi berbagai pihak yang terlibat yaitu :
- Obat dapat segera tersedia untuk dikonsumsi pasien
- Pengendalian obat dan akuntabilitas semakin baik
- Apoteker dapat berkomunikasi langsung dengan dokter dan perawat
- Sistem distribusi obat berorientasi pasien sangat berpeluang untuk diterapkan
- Apoteker dapat mengkaji kartu pengobatan pasien dan dapat berbicara dengan pasien secara efisien
- Informasi obat dari apoteker segera tersedia bagi dokter dan perawat
- Waktu kerja perawat dalam distribusi dan penyiapan obat berkurang karena tugas itu dilakukan
yang mereka gunakan dalam kegiatan yang bukan distribusi obat tergantung pada ketersediaan
asisten apoteker dan teknisi bermutu untuk secara efektif mengorganisasikan waktu
- Pengendalian inventarisasi obat dalam IFRS keseluruhan lebih rumit karena lokasi IFRS cabang yang
banyak untuk obat yang sama, terutama untuk obat yang jarang ditulis
- Komunikasi langsung dalam IFRS keseluruhan lebih sulit karena staf berpraktek dalam lokasi fisik
yang banyak
- Lebih banyak alat yang diperlukan, misalnya pustaka informasi obat, lemari pendingin, rak obat dan
alat untuk meracik
- Jumlah pasien yang banyak menyebabkan beban kerja distribusi obat dapat melebihi kapasitas
selanjutnya dilayani IFRS sentral. Semua pekerjaan tersentralisasi, seperti pengemasan dan pencampuran
Sentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang dipusatkan pada satu tempat yaitu instalasi
farmasi. Pada sentralisasi seluruh kebutuhan perbekalan farmasi setiap unit pemakai baik untuk kebutuhan
individu maupun kebutuhan barang dasar ruangan disuplay langsung dari pusat pelayanan farmasi tersebut.
Permasalahan yang tejadi pada penerapan metoda ini disuatu rumah sakit adalah :
a) Komunikasi yang terjadi antara farmasi dengan dokter, perawat dan pasien kecil
b) Farmasis kurang dapat melihat data riwayat pasien (patient record) dengan cepat.
Desentralisasi adalah sistem pendistribusian perbekalan farmasi yang mempunyai cabang didekat
unit perawatan/pelayanan. Cabang ini dikenal dengan istilah depo farmasi/satelit. Pada desentralisasi,
penyimpanan dan pendistribusian perbekalan farmasi ruangan tidak lagi dilayani oleh pusat pelayanan
farmasi. Instalasi farmasi dalam hal ini bertanggung jawab terhadap keamanan dan efektivitas perbekalan
Tanggung jawab farmasis dalam kaitan dengan distribusi obat disatelit farmasi :
a) Dispensing dosis awal pada permintaan baru dan larutan intravena tanpa tambahan (intravena
Bertujuan untuk menjamin tersedianya perbekalan farmasi dalam jumlah dan jenis yang tepat
dan dalam keadaan siap pakai pada waktu dibutuhkan oleh pasien, dengan biaya seefisien mungkin.
a) Pengelolaan perbekalan farmasi terbagi atas :
1)
2)
Meliputi obat dan alat kesehatan yang diperoleh dari sub instalasi perbekalan farmasi.
rusak/tidak sesuai dengan aturan kefarmasian, pelaporan pelayanan perbekalan farmasi dan pelaporan
farmasi klinik.