Professional Documents
Culture Documents
1, April 2015
Abstract - The correlation between post partum anxiety levels with post partum blues
of taking in phase is important, because there are many psychological changes that can
affect mother′s postnatal depression. This research was aimed to investigate the
correlation between post partum anxiety levels with post partum blues of taking in
phase. This research took place in nursery room Dustira Hospital Cimahi. This
research used correlation descriptive method with cross section. This research used
purposive sampling. This research involed 96 respondent. They were post partum
mother′s, primipara and multipara. The data was obtained using zung self rating
anxiety scale and endinburg postnatal depression scale. The obtained data was
interpreted based on its measurement. The research found that 71,7% respondent
experienced post partum blues and 35,3% respondent didn′t experience post partum
blues.
Keyword : Post Partum Anxiety leves and with post Partum Blues
Abstrak - Hubungan tingkat kecemasan Post Partum dengan kejadian Post Partum
Blues pada Taking In Phase sangat penting untuk diketahui karena pada fase ini terjadi
perubahan-perubahan secara fisiologis maupun psikologis yang dapat mempengaruhi
kelabilan emosional ibu setelah melahirkan. Tujuan dari penelitian untuk mengetahui
hubungan tingkat kecemasan Post Partum dengan kejadian Post Partum Blues pada
Taking In Phase yang di rawat di ruang perawatan nifas Rumah Sakit Dustira Cimahi.
Desain yang dugunakan deskriptif korelasi dengan pendekatan Cross Sectional. Sampel
penelitian menggunakan teknik Purposive Sampling,diperoleh jumlah sampel 96 orang
responden dengan Kriteria responden yaitu ibu Post Partum hari 1-2, semua jenis
persalinan, primipara dan multipara , pengumpulan data menggunakan Zung Self
Rating Anxiety Scale dan Endinburg Posnatal Depression Scale dan pengolahan data
diinterprestasikan menurut klasifikasi alat ukur masing-masing. Hasil Penelitian
diperoleh bahwa hubungan tingkat kecemasan Post Partum dengan kejadian Post
Partum Blues pada Phase Taking In adalah jumlah yang cemas mengalami Post
Partum Blues 71,1% dan yang tidak cemas mengalami Post Partum Blues 35,3%.
Kata kunci : Tingkat kecemasan Post Partum dan kejadian Post Partum Blue
ISSN: 2338-7246 25
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015
I. PENDAHULUAN
Salah satu cakupan ilmu memberikan bantuan, simpati dan
keperawatan adalah keperawatan dorongan semangat.
maternitas yang mana bidang garap Periode Post Partum menurut
keperawatan maternitas lebih Rubin, 1961 (Bobak,2005) dibagi
difokuskan pada kesehatan ibu dan anak. menjadi tiga fase penyesuaian ibu
Kesehatan ibu tidak akan pernah lepas terhadap perannya sebagai orang tua,
dari sebuah keadaan mulai dari yang mana fase-fase penyesuaian
perawatan selama prenatal, intra partum tersebut Taking In Phase, Taking Hold
dan Post Partu Phase dan Letting Go Phase. Taking in
Post Partum merupakan periode phase dimana perilaku ibu cenderung
waktu atau masa dimana organ-organ mengharapkan keinginannya terpenuhi
reproduksi kembali kepada keadaan oleh orang lain, perhatian ibu terpusat
tidak hamil membutuhkan waktu sekitar pada diri sendiri, pemenuhan kebutuhan
6 minggu ( Farrer. 2001 ). Post Partum diutamakan untuk istirahat dan makan,
dibagi menjadi 3 periode yaitu : mengenang pengalaman melahirkan,
Puerpureum dini, intermedial berperilaku pasif dan bergantung pada
Puerpureum dan remote puerpureum orang lain. Diantara ketiga fase tersebut
(Mochtar 1998). Pada ibu Post Partum salah satu fase yang timbul dominan
mengalami perubahan-perubahan baik terjadi gangguan Post Partum Blues
secara fisiologis maupun psikologis. pada Taking In Phase yaitu hari pertama
Perubahan yang terjadi pada sampai hari kedua Post Partum karena
adaptasi fisiologis, ibu mengalami pada fase ini akumulasi harapan yang
perubahan sistem reproduksi dimana ibu tidak terpenuhi saat ibu dituntut untuk
mengalami proses involusio uteri, laktasi memenuhi kebutuhan bayinya, perhatian
dan perubahan hormonal. sedangkan ibu lebih tertuju pada diri sendiri,
perubahan pada adaptasi psikologis tergantung pada perhatian dan bantuan
adanya rasa ketakutan dan kekhawatiran orang lain. Hal yang utama hanya
pada ibu yang baru melahirkan, dan hal memperhatikan terhadap kesehatan dan
ini akan berdampak kepada ibu yang kesejahteraan dirinya bukan pada
berada dalam masa nifas menjadi sensitif bayinya. Perilaku ibu mungkin
terhadap faktor-faktor yang mana dalam bergantung dan pasif dan ibu siap
keadaan normal mampu diatasinya. menerima bantuan dari orang lain, dalam
Perubahan yang mendadak pada ibu memenuhi kebutuha fisiologis dan
post partum penyebab utamanya adalah psikologisnya. Pada fase ini cenderung
kekecewaan emosional, rasa sakit pada menimbulkan depresi ringan, namun bila
masa nifas awal, kelelahan karena depresi ini berkelanjutan,maka akan
kurang tidur selama persalinan dan menimbulkan gangguan jiwa yang
kecemasan pada kemampuannya untuk mengarah pada patologis.
merawat bayinya, rasa takut tidak Keadaan cemas merupakan
menarik lagi bagi suaminya, terutama manifestasi langsung dari stres
emosi selama minggu pertama menjadi kehidupan yang sangat erat
labil dan perubahan suasana hatinya hubungannya dengan pola kehidupan.
dalam 3 - 4 hari pertama, masa ini sangat Cemas itu sendiri merupakan keadaan
bervariasi dan dipengaruhi oleh begitu khawatir, gelisah takut dan tidak tentram
banyak faktor, maka penekanan utama (Stuart & Sundeen 2005). Rasa cemas
adalah pendekatan keperawatan dengan yang tidak bisa ditanggulangi oleh ibu
hamil sangat berdampak tidak baik, hal
ISSN: 2338-7246 26
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015
ISSN: 2338-7246 27
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015
terfokus pada dirinya sendiri, sedangkan Post partum blues adalah suatu
kebutuhan bayinya tidak diperhatikan, periode pendek kelabilan emosi
terlihat pada ibu tidak mau menyusui sementara yang biasanya terjadi pada
bayinya. Masalah tersebut apabila tidak minggu pertama post partum, dan
segera diberikan intervensi yang sesuai berlangsung hanya satu sampai dua hari
dengan permasalahan maka akan terjadi ( Wheeler. 2004 ) yang ditandai dengan
berkurangnya hubungan ibu dengan mendadak menjadi pendiam, tidak mau
bayinya, ibu dalam pemberian laktasi bicara, merasa kesepian, sakit kepala,
kepada bayi tidak memenuhi cepat lelah dan bingung, menangis takut
kebutuhannya. dan cemas, gangguan tidur, mudah
Berdasarkan paparan yang tersinggung, labilitas perasaan dan
dikemukakan diatas diperoleh suatu gangguan napsu makan. Penyebabnya
gambaran kecemasan pada ibu post adalah kekecewaan emosional yang
partum dapat menyebabkan post partum mengikuti kegirangan bercampur rasa
blues. Melihat hal tersebut maka penulis takut yang dialami selama masa hamil
tertarik untuk melakukan penelitian dan melahirkan, rasa nyeri pada awal
hubungan tingkat kecemasan post masa nifas, kelelahan akibat kurang tidur
partum dengan kejadian post partum selama persalinan dan pasca persalinan,
blues pada taking in phase di ruang nifas kecemasan akan kemampuannya untuk
Rumah Sakit. Dustira Cimahi merawat bayinya setelah meninggalkan
Menurut Farrer, 2001 menyatakan Rumah Sakit dan ketakutan menjadi
Post partum adalah periode waktu atau tidak menarik lagi.
masa dimana organ-organ reproduksi Adapun beberapa factor-faktor
kembali kepada keadaan tidak hamil predisposisi, dengan banyak factor yang
membutuhkan waktu sekitar 6 minngu. diduga berperan pada sindrom post
Dimana masa nifas ini terdiri dari 3 partum blues antara lain : Faktor
periode, antara lain Purpurium dini, hormonal dimana terjadi perubahan
Purpurium intermedial dan remote kadar estrogen dan progesterone yang
puerpurium dan terjadi perubahan terlalu rendah atau terlalu tinggi, Faktor
fisiologi seperti system reproduksi, demografi yaitu usia dan paritas. Untuk
system perkemihan, system pencernaan pengalaman dalam proses kehamilan dan
kardivaskuler, system muskulosekletal persalinan, latar belakang psikososial
dan system integument. Sedangkan mengenai tingkat pendidikan, status
perubahan psikologisnya menurut rubin perkawinan, riwayat gangguan jiwa.
pasien akan mengalami tiga fase Instrumen penelitian yang digunakan
diantaranya fase taking in dimana fase pada post partum blues adalah
ini terjadi pada hari ke 1 sampai hari ke Endinburg Postnatal Depression Scale
2 post partrum, fase taking hold , fase ini atau EPDS.
dimulai pada hari ke 3 dan berakhir pada Kecemasan adalah merupakan
minggu ke 4 atau ke 5 dan fase ini reaksi emosional terhadap penilaian
mempunyai cirri – cirri menerima individu yang subyektif yang
kehadiran bayinya, melakukan dipengaruhi oleh alam bawah sadar dan
perawatan sendiri secara mandiri, tidak diketahui secara khusus ( Dep.
bersikap terbukan dan mau menerima Kes. RI, 2000 ). Adapun factor
pendidikan kesehatan dan fase letting go, predisposisis kecemasan diantaranya
fase ini dimulai sekitar minggu ke 5 pandangan psikoanalitik, pandangan
sampai ke 6 setelah kelahiran interpersonal, Pandangan perilaku,
kajian keluarga dan kajian biologis.
ISSN: 2338-7246 28
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015
ISSN: 2338-7246 29
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015
1. Analisa Univariat
a. Kejadian Post Partum Blues Dari hasil analisis didapatkan
pada taking In Phase Di Ruang bahwa responden ibu Post Partum
Nifas Rumah Sakit Dustira yang mengalami kecemasan berat
Cimahi 2012 5,2% (5 orang), cemas sedang 10,4%
(10 orang) , cemas ringan 83,3% (80
Tabel 1 Distribusi frekuensi Kejadian Orang) dan tidak cemas sebanyak 1,1%
Post Partum Blues Di Ruang Perawatan (1 orang).
Nifas Rumah Sakit Dustira Cimahi
Post Frekuensi Prosentase c. Karakteristik ibu tentang usia
partum (%) dan paritas responden Di Ruang
Blues Perawatan Nifas Rumah Sakit
Tidak 46 47,9 Dustira Cimahi
terjadi
Terjadi 50 52,1 Tabel 3. Distribusi Frekuensi
Total 96 100 karakteristik responden Di Ruang
Sumber: Data primer penelitian 2012 Perawatan Nifas Rumah Sakit Dustira
Cimahi
Dari hasil analisis di atas bahwa dari Karakteristik Frekue Prose
96 orang ibu Post Partum yang Responden nsi ntase
mengalami Post Partum Blues pada (%)
taking in Phase adalah sebanyak 50 Usia :
orang (52,1%), sedangkan responden ≤ 20 3 3,1
yang tidak mengalami Post Partum > 35 12 12,5
Blues sebanyak 46 0rang (47,9%) 21 – 34 81 84,4
ISSN: 2338-7246 30
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015
2. Analisa Bivariat
a. Hubungan tingkat kecemasan Post Partum dengan kejadian Post Partum
Blues pada Taking In Phase.
Berdasarkan tabel 4 dapat dilihat bahwa partum blues pada taking in Phase.
hasil analisis hubungan kecemasan Kemudian dari hasil analisis diperoleh
dengan kejadian Post Partum Blues OR = 4,513 artinya ibu yang cemas
diperoleh data bahwa dari 45 ibu Post mempunyai peluang 4,513 kali
Partum yang mengalami cemas terdapat mengalami Post Partum Blues
sebanyak 71,1% (32 orang) mengalami dibandingkan dengan ibu yang tidak
Post Partum Blues dan yang tidak cemas.
mengalami Post Partum Blues 28,9% Variabel Luar ( usia dan paritas
(13 orang) dan dari 51 orang ibu Post dengan kejadian Post Partum Blues).
Partum yang tidak mengalami Tabel 5 Distribusi umur dan paritas
kecemasan sebanyak 35,3% (18 berdasarkan Post Partum Blues
orang) responden yang mengalami Post Post partum blues
OR
p
Partum Blues sedangkan jumlah yang Variabel
Terjadi
Tidak Total
Value
Luar l Terjadi (95%
tidak mengalami Post Partum Blues CI)
sebanyak 64,7% (33 orang). Usia
N % N % N %
sebanyak 5 orang. Sedangkan yang tidak tabel 4.5 hasil penelitian didapatkan
mengalami Post Partum Blues sebanyak bahwa jumlah primipara sebanyak 40
8 orang (53,3%). Sedangkan untuk ibu orang terdapat 42,5% (17 orang) ibu
Post Partum pada usia tidak berisiko 21 yang mengalami Post Partum Blues dan
– 34 tahun berjumlah 81 0rang , yang sebanyak 57,5% (23 orang) tidak
mengalami Post Partum Blues sebanyak mengalami Post Partum Blues.
53,1 % (43 orang) dan yang tidak Sedangkan jumlah ibu multipara
mengalami Post Partum Blues sebanyak sebanyak 56 orang terdapat 55,9% (33
46,9% (38 orang). orang) ibu yang mengalami Post
Berdasarkan uji statistik dengan uji Partum Blues dan yang tidak mengalami
Chi-Squere test didapatkan p-value = Post Partum Blues sebanyak 41,1%(23
0,780 berarti pada alpa 0,05 disimpulkan orang).
tidak ada hubungan yang signifikan Berdasarkan uji statistik dengan uji
antara Post Partum Blues dengan usia Chi-Squere test didapatkan p-value =
ibu Post Partum atau tidak terdapat 0,147 berarti pada alpa 0,05 dapat
hubungan yang signifikan antara umur disimpulkan tidak ada hubungan yang
dengan kejadian Post Partum Blues. signifikan antara Kejadian Post Partum
Kemudian dari hasil analisis diperoleh Blues dengan paritas atau tidak terdapat
OR= 0,773. hubungan yang signifikan antara paritas
Hubungan paritas dengan kejadian dengan kejadian Post Partum Blues.
Post Partum Blues dapat dilihat pada
pertanyaan diantaranya ibu tidak tertawa
B. PEMBAHASAN. walaupun ada hal-hal yang lucu baik
1. Post Partum Blues Pada Taking In dilihat maupun didengar terutama pada
Phase saat mengalami kekecewaan emosional,
Hasil penelitian melalui analisa data ibu sering merasa sedih karena adanya
yang dilakukan menunjukkan bahwa perubahan mood yang cepat dan
angka kejadian ibu Post Partum yang berganti-ganti dan merasakan kelelahan,
mengalami Post Partum Blues cukup kurang tidur pada saat proses
tinggi. Tingginya prosentase ibu Post melahirkan, ibu belum siap menerima
Partum yang mengalami Post Partum peran barunya sehingga sering
Blues tentunya didukung oleh berbagai menyalahkan diri sendiri apabila
penyebab, dan untuk melihat kejadian keadaan memburuk baik pada ibu
Post Partum Blues bisa menggunakan maupun pada bayinya terutama pada saat
berbagai alat ukur. Dalam penelitian ini ibu harus menyusui.
peneliti menggunakan Endinburg Hal tersebut di atas merupakan
Posnatal Depression Scale (EPDS), salah satu indikasi dari adanya kejadian
diperoleh hasil bahwa hampir sebagian Post Partum Blues yang dialami oleh ibu
besar ibu Post Partum dari jumlah dan hal ini sejalan dengan apa yang
responden mengalami kejadian Post diungkapkan oleh Savag (1975, dalam
Partum Blues pada Taking In Phase. kutipan Ambulatory Obstretri, 2001)
Dimana ibu Post Partum yang bahwa Post Partum Blues merupakan
mengalami Post Partum Blues pada post suatu sindrom gangguan afek ringan
partum hari 1-2 ibu masih merasakan yang sering tampak dalam minggu
sakit pada masa nifas awal, adanya pertama setelah persalinan dan ditandai
kekecewaan emosional dan energi ibu dengan gejala-gejala seperti reaksi
masih terfokus pada diri sendiri depresi/ sedih/ disforia, menangis,
terlihat pada saat ibu menjawab beberapa mudah tersinggung (irritabilitas).
ISSN: 2338-7246 32
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015
Wheeler, (2004) menjelaskan bahwa diantara keinginan ibu ini tidak terpenuhi
Post Partum Blues adalah suatu periode kemungkinan besar akan mempengaruhi
pendek kelabilan emosional sementara kondisi psikologis ibu setelah
yang biasanya terjadi pada minggu melahirkan. sedangkan dalam taking in
pertama Post Partum dan berlangsung Phase merupakan awal masa krisis,
hanya satu sampai dua hari. Diantara tanggung jawab baru muncul dan sering
beberapa penyebab perubahan ini adalah membutuhkan modifikasi atau
karena fluktuasi hormonal, salah satunya penambahan tingkahlaku sebelumnya
pada sistem endokrin yaitu penurunan dan fase ini pula merupakan masa
hormon estrogen dan progesteron yang transisi dari peran non parental ke peran
tiba-tiba dan hal ini akan berpengaruh parental. Masa menjadi orang tua lebih
terhadap kondisi psikologi ibu, gejala tepat dikatakan sebagai suatu proses dari
yang bisa terlihat yaitu ibu menjadi pada suatu keadaan, proses yang dimulai
mudah menangis, mudah tersinggung saat kehamilan dan berkembang pesat
dan cepat marah. setelah periode kelahiran (Bobak, 2005).
Sedangkan menurut hasil penelitian
(Biben, 2006) tetang kejadian Post 2. Tingkat Kecemasan berdasarkan
Partum Blues dilihat dari factor - kejadian Post Partum Blues
faktor prenatal yang dapat Hasil penelitian menunjukan bahwa
menyebabkan perubahan psikologis tingkat kecemasan Post Partum. cemas
sehingga ibu mengalami Post Partum memperoleh jumlah yang cukup tinggi.
Blues adalah kehamilan yang tidak Banyaknya ibu post partum yang
diinginkan, perkawinan yang sedang mengalami kecemasan menurut hasil
bermasalah, tidak ada dukungan dari penelitian terlihat bahwa terdapat gejala-
suami atau keluarga serta adanya gejala seperti ibu merasa takut tanpa
kecemasan atau masalah emosional yang alasan yang jelas, ibu mengalami
menyertai pada saat proses melahirkan kesulitan untuk istirahat dan tidur serta
berlangsung sampai pasca persalinan. sering mengalami gejala gangguan fisik
Adapun penyebab setelah yaitu sakit kepala dan leher. Menurut
persalinan adalah akibat kelelahan Sadock (1998), cemas merupakan
karena kurang tidur pada saat proses manifestasi langsung dari stress
persalinan dan setelah persalinan, kehidupan yang sangat erat
kecemasan tidak dapat merawat bayinya hubungannya dengan pola kehidupan,
setelah pulang dari rumah sakit. rasa cemas yang tidak bisa ditanggulangi
Hal lain yang menyebabkan oleh ibu hamil sangat berdampak tidak
terjadinya Post Partum Blues pada baik, hal tersebut mengakibatkan
Taking In Phase adalah faktor terjadinya vasokonstriksi pembuluh
psikologis dalam proses kehamilan dan darah dan metabolisme tidak seimbang.
persalinan yaitu emosional ibu pada saat Selain itu Biben (2006) mencoba
melahirkan. Menurut Lesser dan Keane menelaah pemicu penderitaan kaum ibu,
ada empat keinginan ibu dalam bahwa dia menduga hal itu sebagai
melahirkan, yaitu ditemani oleh orang akumulasi kecemasan yang terkumpul
terdekat, mendapat penurun rasa sakit, selama kehamilan sehingga akan
mendapatkan rasa aman dari orang berdampak pada persalinan dan Post
terdekat terhadap bayinya dan menerima Partum, juga pada saat seseorang
bayinya, serta mendapatkan perhatian, mengalami kecemasan dari segi
kasih sayang dan dihargai oleh orang hormonal diantaranya terjadi perubahan
terdekat selama proses melahirkan. Bila kadar estrogen, progesteron, prolaktin
ISSN: 2338-7246 33
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015
dan estriol yang terlalu rendah atau Dari hasil penelitian terlihat bahwa
terlalu tinggi yang berfluktuasi, bila ibu ibu merasa cemas karena ketidak
Post Partum mengalami penurunan mampuannya untuk merawat bayinya
kadar estrogen secara bermakna dan setelah meninggalkan rumah sakit dan
estrogen memiliki efek supresi aktiviti ketakutan menjadi tidak menarik lagi.
enzyme monoaminase oksidase yaitu Karena adanya kecemasan yang dialami
suatu enzyme ke otak yang bekerja oleh ibu Post Partum sehingga
menginaktifasi baik noradenalin maupun mengakibatkan terjadinya Post Partum
serotonin yang berperan dalam suasana Blues. Kaplan dan Sadock (1998)
hati diantaranya cemas sebagai salah menjelaskan bahwa kecemasan timbul
satu terjadinya Post Partum Blues. dari rasa takut terhadap tidak adanya
Hasil uji statistik hubungan tingkat penerimaan dan penolakan interpersonal.
kecemasan Post Partum dengan Kecemasan juga berkaitan dengan
kejadian Post Partum Blues, perkembangan trauma, seperti
menggunakan uji Chi-Squere test perpisahan dan kehilangan yang
didapatkan p-value = 0,001 berarti pada menimbulkan kelemahan fisik. Orang
alpa 0,05 menunjukkan bahwa ada dengan harga diri rendah terutama
hubungan yang signifikan antara tingkat mudah mengalami perkembangan
kecemasan Post Partum dengan kecemasan yang berat.
Kejadian Post Partum Blues. Kemudian Hasil penelitian juga menunjukkan
hasil analisa lebih lanjut didapati nilai bahwa terdapatnya ibu Post Partum yang
Odd Ratio yang besarnya 4,513 (95% CI tidak mengalami kecemasan tetapi
1,903-10,700), artinya ibu Post partum merasakan sindrom Post Partum Blues.
yang cemas mempunyai peluang 4,513 Fenomena tersebut dapat dicurigai oleh
kali untuk mengalami Post Partum Blues adanya faktor penyebab lain sehingga
dibandingkan ibu yang tidak cemas. terjadi Post Partum Blues tersebut.
Hasil penelitian ini sejalan dengan Pada ibu Post Partum dengan usia yang
tanda dan gejala dari Post Partum Blues beresiko terjadi Post Partum Blues
yang didapatkan dari hasil penelitian hanya sebagian kecil tetapi hal tersebut
kejadian Post Partum Blues (andri, dapat menjadi faktor lain yang
2006) bahwa Post Partum Blues adalah menyebabkan kejadian Post Partum
perubahan mood yang cepat dan Blues. Hal ini sesuai dengan yang
berganti-ganti ( mood swing) kesedihan, diungkapkan oleh Wheeler ( 2004 )
suka menangis, hilang napsu makan, menyatakan bahwa demografi yaitu usia
gangguan tidur, mudah tersinggung, merupakan faktor yang dapat
cepat lelah, cemas dan merasa kesepian, mempengaruhi terjadinya post partum
dimana tanda dan gejalanya, meliputi : blues. Adapun katagorik ibu yang
Merasa takut dan cemas, mendadak beresiko bila dengan usia ≤ 20 tahun dan
menjadi pendiam, tidak mau bicara, ≥ 35 tahun sedangkan usia yang tidak
merasa kesepian, sakit kepala, cepat beresiko sekitar 21-34 tahun dan di
lelah dan bingung, menangis, gangguan dalam penelitian ini peneliti
tidur, mudah tersinggung, labilitas mendapatkan usia yang paling rendah
perasaan, gangguan napsu makan. adalah usia 18 tahun dan usia yang
Selanjutnya juga dijelaskan bahwa faktor paling tinggi 42 tahun. Pengaruh pada
yang mempengaruhi terjadi Post Partum usia yang lebih awal ( kehamilan remaja
Blues pada ibu, salah satunya adalah ) atau lebih lanjut, telah diyakini akan
kecemasan. Kecemasan yang dirasakan meningkatnya resiko biomedik,
dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor. mengakibatkan pola tingkah laku yang
ISSN: 2338-7246 34
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015
optimal, baik pada ibu yang melahirkan bahwa post partum blues pada multipara
maupun bayi atau anak yang dilahirkan lebih tinggi dibandingkan pada
dan dibesarkannya, dimana stress yang primipara, dengan asumsi multipara
berhubungan dengan kehamilan pada sudah mempunyai pengalaman pernah
usia muda ( Adolesens ) dan ketidak hamil dan melahirkan sebelumnya, hal
matangan emosional atau egosentrisme ini kemungkinan besar disebabkan
pada ibu-ibu muda disebut juga sebagai karena ada faktor lain sebagai pencetus
komponen-komponen yang mungkin terjadinya post partum blues pada
berperan dalam pembentukan tingkah multipara mungkin anak-anak
laku yang berhubungan dengan usia ibu. sebelumnya sudah memberatkan dalam
Diduga dengan meningkatnya usia ibu kehidupan keluarga, sehingga kelahiran
akan meningkat pula kematangan anggota baru dirasakan akan menambah
emosional, sehingga meningkatkan beban bagi keluarga, kelahiran bayi tidak
keterlibatan dan kepuasan dalam peran sesuai dengan harapan ibu, takut tidak
orang tua, sehingga membentuk pola dapat mengurus dan mendidik anaknya
tingkahlaku maternal yang optimal. dengan baik, kehawatiran ibu tidak dapat
Begitu juga paritas menurut teori bahwa merawat anaknya dan cemas pada masa
primi cenderung lebih banyak yang depan anaknya kelak.
mengalami post partum blues, ternyata
setelah dilakukan penelitian terlihat
IV. PENUTUP
4.1 SIMPULAN
1. Tingkat kecemasan ibu Post Partum sampai 34 tahun, sedangkan usia yang
dari responden yang ada jumlah beresiko ≤ 20 dan ≥35 tahun
teringgi adalah tidak cemas jumlahnya sedikit, dari seluruh
dibandingkan dengan yang jumlah responden usia yang paling
mengalami rendah 18 tahun dan usia tertinggi 48
2. kecemasan.Kejadian Post Partum tahun
Blues pada Taking In Phase 4. Terdapat hubungan yang signifikan
Jumlah tertinggi adalah responden antara tingkat kecemasan Post
yang mengalami PostPartum Blues Partum dengan kejadian Post
pada multípara dan jumlah yang Partum Blues pada Taking In
terendah pada primipara adalah tidak Phase Sedangkan untuk usia dan
terjadi post partum blues paritas tidak terdapat hubungan
3. Jumlah usia responden terbanyak yang signifikan dengan kejadian
adalah usia tidak beresiko antara 21 Post Partum Blues.
4.2 SARAN
ISSN: 2338-7246 35
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015
ISSN: 2338-7246 36
Jurnal Ilmu Keperawatan. Volume III, No. 1, April 2015
ISSN: 2338-7246 37