Professional Documents
Culture Documents
Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang maha Esa atas segala
membantu sehingga makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Makalah
ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu, kritik dan saran yang bersifat
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB I.................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.............................................................................................................1
A. Latar Belakang.......................................................................................................1
B. Rumusan Masalah..................................................................................................2
C. Tujuan Masalah......................................................................................................2
BAB II...............................................................................................................................3
URAIAN TEORI...............................................................................................................3
A. Konsep Teori.............................................................................................................3
1. Konsep intranatal................................................................................................3
2. Konsep Ketuban Pecah Dini..................................................................................10
B. Konsep Asuhan Keperawatan..................................................................................16
BAB III............................................................................................................................23
PEMBAHASAN..............................................................................................................23
BAB IV............................................................................................................................50
PENUTUP.......................................................................................................................50
A. Kesimpulan..........................................................................................................50
B. Saran....................................................................................................................50
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................51
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Persalinan merupakan suatu proses pengeluaran hasil konsepsi
yang dapat hidup kedunia luar dari rahim melaui jalan lahir atau dengan
jalan lain. Persalinan terkadang dapat menimbulkan beberapa
kemungkinan munculnya komplikasi baik pada ibu ataupun pada bayi.
Biasanya lebih banyak ditemukan ibu dan bayi sehat dan selamat pada
persalinan pervaginam. Komplikasi persalinan berkembang secara cepat
dan tiba-tiba. Komplikasi ini bisa berupa infeksi pada saat persalinan yang
diakibatkan karena pecahnya ketuban sebelum pembukaan lengkap.
Keadaan ini dapat berpengaruh besar terhadap kesehatan atau keselamatan
ibu dan fetus (Hutahean, 2009).
Ketuban Pecah Dini merupakan kasus kegawatdaruratan yang
banyak terjadi dan merupakan penyebab kematian pada ibu dan bayi.
Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum waktunya
melahirkan/sebelum inpartu, pada pembukaan < 4cm (faselaten)
(Nugroho, 2012). Ketuban pecah dini merupakan masalah penting dalam
obstetri berkaitan dengan penyulit kelahiran prematur dan terjadinya
infeksi korioamnitis sampai sepsis yang meningkatkan morbiditas dan
mortalitas perinatal, dan menyebabkan infeksi ibu (Prawirohardjo, 2009 ).
Penatalaksanaan pada ibu dengan Ketuban pecah dini memerlukan
perawatan yang komperhensif. Maka, untuk mengatasi hal tersebut
perawat maternitas harus memiliki kemampuan untuk membantu dan
mendukung ibu secara bio-psiko-sosio dan spiritual dalam memberikan
pertolongan bagi ibu dan janin. Perlunya dilakukan asuhan keperawatan
sedini mungkin untuk menghindari terjadinya komplikasi berupa infeksi
pada bayi maupun ibu akibat ketuban pecah dini perawat harus mampu
mengidentifikasi masalah yang mungkin terjadi pada masa intranatal serta
kegawatdaruratan dalam persalinan sehingga angka morbiditas dan
mortalitas pada ibu dan bayi menurun.
1
B. Rumusan Masalah
1. Konsep Intranatal
a. Apa pengertian intranatal?
b. Apa saja klasifikasi persalinan?
2. Konsep Ketuban Pecah Dini
a. Apa pengertian ketuban pecah dini?
b. Bagaimana etiologi ketuban pecah dini?
c. Bagaimana tanda gejala ketuban pecah dini?
d. Bagaimana patofisiologi ketuban pecah dini?
e. Apa komplikasi ketuban pecah dini?
f. Bagaimana penatalaksanaan ketuban pecah dini?
g. Apa pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini?
3. Bagaimana Asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini?
C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui pengertian intranatal.
2. Untuk mengetahui klasifikasi persalinan.
3. Untuk mengetahui pengertian ketuban pecah dini
4. Untuk mengetahui etiologi ketuban pecah dini
5. Untuk mengetahui tanda gejala ketuban pecah dini
6. Untuk mengetahui patofisiologi ketuban pecah dini
7. Untuk mengetahui komplikasi ketuban pecah dini
8. Untuk mengetahui penatalaksanaan ketuban pecah dini
9. Untuk mengetahui pemeriksaan penunjang ketuban pecah dini
10. Untuk mengetahui Asuhan Keperawatan Ketuban Pecah Dini
2
BAB II
URAIAN TEORI
A. Konsep Teori
1. Konsep intranatal
a. Pengertaian Intranatal
Intranatal care adalah serangkaian kejadian yang berakhir dengan
pengeluaran bayi yang cukup bulan, disusul dengan pengeluaran plasenta
dan selaput janin dari tubuh ibu ( Nugroho, 2011).
Persalinan dapat dibagi menjadi tiga bagian, yaitu: Persalinan
spontan adalah persalianan berlangsung dengan kekuatan ibu sendiri
melaluai jalan lahir. Persalianan buatan adalah persalinan dibantu dengan
tenaga dari luar misalnya ekstraksi dengan forceps atau dilakukan dengan
operasi cesarean. Persalianan anjuran adalah persalinan tidak dimulai
dengan sendirinya, baru berlangsung setelah pemecahan ketuban,
pemberian phytomenadione. Rukiyah, dkk (2012).
Erawati (2011), memaparkan bahwa ada beberapa istilah yang
berkaitan dengan persalinan berdasarkan usia kehamilan dan berat badan
bayi, yaitu :
1) Abortus
Abortus adalah pengeluaran hasil kehamilan sebelum usia kehamilan
22 minggu atau bayi dengan berat kurang dari 500 gram.
2) Partus Imatur
Pengeluaran hasilkehamilan antara usia kehamilan 22 minggu sampai
28 minggu atau bayi dengan berat badan antara 500 gram sampai 999
gram.
3) Partus Prematur
Pengeluaran hasil kehamilan antara usia kehamilan 28 minggu sampai
37 minggu atau bayi dengan berat badan antara 1.000 gram sampai
2.499 gram.
3
b. klasifkasi Persalinan
Berdasarkan paparan dari (Hutahean, 2009) Persalinan
diklasifikasikan menjadi 2, yaitu partus normal dan partus abnormal.
1) Partus Normal/ Partus Biasa
Partus Normal adalah kelahiran bayi melalui vagina dengan letak
belakang kepala/ ubun-ubun kecil, tanpa memakai alat/ pertolongan
istimewa, serta tidak melukai ibu maupun bayi (kecuali episiotomi),
berlangsung dalam waktu kurang dari 24 jam.
Jenis persalinan menurut usia kehamilannya ada 3, yaitu :
- Immature : > 20-28 minggu.
- Premature : 28-36 minggu.
- Post mature : lebih 2 minggu dari taksiran partus (42 minggu).
2) Partus Abnormal
Partus Abnormal dalah kelahiran bayi melalui vagina dengan
bantuan tindakan atau alat seperti ekstraksivakum, embriotomi, atau lahir
perabdomen dengan seksio saesaria.
4
peningkatan kontraksi Braxton Hicks. His pendahuluan ini memiliki
ciri-ciri sebagai berikut :
- Nyeri yang hanya terasa di perut bagian bawah.
- Tidak teratur.
- Lamanya his singkat, tidak bertambah kuat dengan bertambahnya
waktu dan jika berjalan, his berkurang.
- Tidak ada pengaruh pada penipisan atau pembukaan serviks.
4) Perubahan Serviks
Pada akhir bulan ke-9, hasil pemeriksaan serviks menunjukkan bahwa
serviks yang sebelumnya tertutup, panjang, dan kurang lunak menjadi
lebih lunak. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi pembukaan dan
penipisan serviks. Perubahan ini berbeda pada masing-masing ibu,
misalnya pada multipara sudah terjadi pembukaan 2 cm, namun pada
sebagian besar primipara, serviks masih dalam keadaan tertutup.
5) Energy Spurt
Beberapa ibu akan mengalami peningkatan energi kira-kira 24-28 jam
sebelum persalinan dimulai. Setelah beberapa hari sebelumnya merasa
kelelahan fisik karena bertambahnya usia kehamilan, ibu merasakan
energi yang penuh satu hari sebelum persalinan. Peningkatan energi
ibu ini tampak dari aktivitas yang dilakukannya, seperti
membersihkan rumah, mengepel, mencuci perabot rumah, dan
pekerjaan rumah lainnya sehingga ibu akan kehabisan tenaga
menjelang kelahiran bayi dan persalinan menjadi lama dan sulit.
6) Gastrointestinal Upset
Beberapa ibu mungkin akan mengalami tanda-tanda, seperti diare,
obstipasi, mual, dan muntah karena efek penurunan hormon terhadap
sistem pencernaan. Tanda-tanda inpartu :
a) Timbulnya His Persalinan
- Nyeri melingkar dari punggung menyebar ke perut bagian
depan.
- Semakin lama, semakin singkat intervalnya, dan semakin
kuat intensitasnya.
- Jika berjalan, his bertambah kuat.
- Mempunyai pengaruh pada penipisan dan/ atau pembukaan
serviks.
b) Bloody Show (lendir bercampur darah dari jalan lahir)
5
Dengan penipisan dan pembukaan serviks, lendir dari kanalis
sevikalis keluar yang disertai dengan sedikit darah. Perdarahan
yang sedikit ini disebabkan oleh lepasnya selaput janin pada
bagian bawah segmen bawah uterus hingga beberapa kapiler
darah terputus.
c) Ketuban Pecah
Ketuban Pecah adalah keluarnya banyak cairan dengan tiba-tiba
dari jalan lahir. Hal ini terjadi akibat ketuban pecah atau selaput
janin robek. Ketuban biasanya pecah jika pembukaan serviks
lengkap atau hampir lengkap dan dalam hal ini keluarnya cairan
merupakan tanda yang sangat lambat. Akan tetapi, kadang-kadang
ketuban pecah pada pembukaan kecil, bahkan kadang-kadang
selaput janin robek seakan terjadi dalam 24 jam setelah air
ketuban keluar.
d. Tahap Persalinan
Berdasarkan paparan dari Erawati (2011), Tahapan persalinan dibagi
menjadi 4 kala, yaitu :
1) Kala I (Pembukaan)
Kala I dimulai dari his persalinan yang pertama sampai pembukaan
serviks menjadi lengkap. Berdasarkan kemajuan pembukaan serviks. Kala
I dibagi menjadi :
a) Fase Laten
Fase laten yaitu fase yang sangat lambat dari 0-3 cm yang
membutuhkan waktu kurang lebih 8 jam dan biasanya batas waktu
normal pada fase laten untuk primigravida maksimal 20 jam dan
untuk multigravida 14 jam.
b) Fase Aktif
Fase aktif yaitu fase pembukaan yang lebih cepat pada
primigravida dan multigravida yang terbagi lagi menjadi :
- Fase akselerasi (fase percepatan), dari pembukaan 3 cm sampai
4 cm yang dicapai dalam 2 jam
6
- Fase dilatasi maksimal, dari pembukaan 4 cm sampai 9 cm
yang dicapai dalam 2 jam
- Fase deselerasi (kurangnya percepatan), dari pembukaan 9 cm
sampai 10 cm selam 2 jam.
2) Kala II (Pengeluaran)
Kala II atau kala pengeluaran janin adalah tahap persalinan yang
dimulai dengan pembukaan servik lengkap sampai bayi keluar dari uterus.
Kala II pada primi para biasanya berlangsung 1,5 jam dan multipara
biasanya berlangsung 0,5 jam. Perubahan yang terjadi pada kala II, yaitu
sebagai berikut
a) Kontraksi (His)
His pada kala II menjadi terkoordinasi, lebih lama (25 menit),
lebih cepat kira-kira 2-3 menit sekali. Sifat kontraksi uterus simetris,
fundus dominan, diikuti relaksasi.
b) Uterus pada saat kontraksi
Otot uterus menguncup sehingga menjadi tebal dan menjadi lebih
pendek. Kavum uterus lebih kecil serta mendorong janin dan kantong
amnion kearah segmen bawah uterus dan serviks.
c) Pergeseran organ dasar panggul
Organ-organ yang ada dalam panggul adalah vesika urinaria,
dua ureter, kolon, uterus, rektum, tuba uterina, uretra, vagina, anus,
perineum, dan labia. Pada saat persalinan, peningkatan hormon
relaksin menyebabkan penigkatan mobilitas sendi, dan kolagen
menjadi lunak sehingga terjadi relaksasi panggul. Hormon relaksin
dihasilkan oleh korpus luteum. Karena adanya kontraksi, kepala janin
yang sudah masuk ruang panggul menekan otot-otot dasar panggul
sehingga terjadi tekanan pada rektum dan secar reflek menimbulkan
rasa ingin mengejan, anus membuka, labia membuka, perineum
menonjol dan tidak lama kemudian kepala tampak divulva pada saat
his
d) Ekspulsi janin
Ada beberapa gerakan yang terjadi pada ekspulsi janin, yaitu
sebagai berikut :
- Floating
7
Floating yaitu kepala janin belum masuk pintu atas panggul. Pada
primigravida, floating biasa terjadi saat usia kehamilan 28 minggu
sampai 36 minggu, namun pada multigravida dapat terjadi pada
kehamilan aterm atau bahkan saat persalinan
- Engagement
Engagement yaitu kepala janin sudah masuk pintu atas panggul.
Posisi kepala saat masuk pintu atas panggul dapat berupa
sinklitisme atau asinklitisme. Sinklitisme yaitu sutura sagitalis
janin dalam posisi sejajar dengan sumbu panggul ibu. Asinklitisme
yaitu sutura sagitalis janin tidak sejajar dengan sumbu panggul
ibu. Asinklitisme dapat anterior dan posterior
- Putaran paksi dalam
Putaran paksi dalam terjadi karena kepala janin menyesuaikan
dengan pintu tengah panggul. Sutura sagitalis yang semula
melintang menjadi posisi anterior posterior
- Ekstensi
Ekstensi dalam proses persalinan yaitu kepala janin
menyesuaikan pintu bawah panggul ketika kepala dalam posisi
ekstensi karena dipintu bawah panggul bagian bawah terdapat os
sakrum dan bagian atas terdapat os pubis. Dengan adanya
kontraksi persalinan, kepala janin terdorong kebawah dan
tertahan oleh os sakrum sehingga kepala dalam posisi ekstensi
- Putaran paksi luar
Putaran paksi luar terjadi pada saat persalinan yaitu kepala janin
sudah keluar dari panggul. Kepala janin menyesuaikan bahunya
yang mulai masuk pintu atas panggul dengan menghadap kearah
paha ibu.
3) Kala III
Kala III persalinan (kala uri) adalah periode waktu yang dimulai
ketika bayi lahir dan berakhir, pada saat plasenta sudah dilahirkan
seluruhnya. Segera setelah bayi dan air ketuban tidak lagi berada dalam
uterus, kontraksi akan berlangsung, dan ukuran rongga uterus akan
mengecil. Pengurangan ukuran uterus ini akan menyebabkan pengurangan
8
ukuran tempat plasenta. Karena tempat melekatnya plasenta tersebut lebih
kecil, plasenta akan menjadi lebih tebal atau mengkerut dan memisahkan
diri dari dinding uterus. Sebagian pembuluh darah yang kecil akan robek
saat plasenta lepas. Tempat melekatnya plasenta akan terus mengalami
perdarahan hingga uterus seluruhnya berkontraksi. Setelah plasenta lahir,
dinding uterus akan kontraksi dan menekan semua pembuluh darah ini
yang akan menghentikan perdarahan dari tempat melekatnya plasenta
tersebut. Sebelum uterus berkontraksi ibu dapat kehilangan darah 360-560
cc/menit dari tempat melekatnya plasenta tersebut. Uterus tidak dapat
sepenuhnya berkontraksi hingga plasenta lahir seluruhnya. Pelepasan
plasenta dilihat dari mulainya melepas, yaitu sebagai berikut :
a) Pelepasan plasenta dapat dimulai dari tengah/sentral (menurut Schultze)
yang ditandai dengan keluarnya tali pusat semakin memanjang dari
vagina tanpa adanya perdarahan per vagina.
b) Pelepasan plasenta dapat dimulai dari pinggir yang ditandai dengan
keluarnya darah tidak melebihi 400 ml, berarti patologis.
c) Pelepasan plasenta dapat bersamaan.
4) Kala IV
Kala IV yaitu masa 1-2 jam setelah plasenta lahir. Dalam klinik,
atas pertimbangan praktis masih diakui adanya kala IV persalinan
meskipun masa setelah plasenta lahir adalah masa dimulainya nifas
(puerperium).
a. Pengertian
Menurut Nugroho (2012) ketuban pecah dini (KPD) adalah
pecahnya ketuban sebelum waktunya melahirkan/sebelum inpartu, pada
pembukaan < 4cm (faselaten). Kemudian Norma (2013) menuturkan
bahwa ketuban pecah dini adalah pecahnya ketuban sebelum persalinan
yaitu pada primi <3 cm dan multipara <5 cm. Jika periode laten terlalu
panjang dan ketuban sudah pecah, maka dapat terjadi infeksi yang dapat
9
meningkatkan angka kematian ibu dan anak. Sedangkan menurut paparan
dari Hanretty (2010) dalam bukunya “Ilustrasi Obstetri” menyatakan
istilah ketuban pecah dini berarti pecahnya selaput ketuban dan tidak
adanya aktivitas uterus sebelum kehamilan lengkap 37 minggu.
b. Etiologi
Penyebab KPD masih belum diketahui dan tidak dapat ditentukan
secara pasti. Beberapa laporan menyebutkan faktor-faktor yang
berhubungan erat dengan kejadian KPD, namun faktor-faktor mana yang
lebih berperan sulit diketahui. Nugroho (2012) menyebutkan kemungkinan
yang menjadi faktor predisposisi KPD adalah :
1) Infeksi
Infeksi yang terjadi secara langsung pada selaput ketuban maupun
asenderen dari vagina atau infeksi pada cairan ketuban bisa
menyebabkan terjadinya KPD.
2) Servik yang inkompetensia, kanalis servikalis yang selalu terbuka oleh
karena kelainan pada servik uteri (akibat persalinan, curettage).
3) Tekanan intra uterine yang meninggi atau meningkat secara berlebihan
(overdistensi uterus) misalnya trauma, hidramnion, gamely.
4) Trauma yang didapat misalnya hubungan seksual, pemeriksaan dalam,
maupun amniosintesis menyebabkan terjadinya KPD karena biasanya
disertai infeksi.
5) Kelainan letak misalnya sungsang, sehingga tidak ada bagian terendah
yang menutupi pintu atas panggul (PAP) yang dapat menghalangi
tekanan terhadap membran bagian bawah.
Faktor-faktor lain:
1) Faktor golongan darah, akibat golongan darah ibu dan anak yang tidak
sesuai dapat menimbulkan kelemahan bawaan termasuk kelemahan
jaringan kulit ketuban.
2) Faktor disproporsi antara kepala janin dan panggul ibu.
3) Faktor multi graviditas, merokok, dan perdarahan antepartum.
4) Defesiensi gizi dari tembaga atau asam askorbat (vit. C)
10
Beberapa faktor resiko dari KPD:
1) Polihidramnion (cairan ketuban berlebih)
2) Inkompetensi serviks (leher rahim)
3) Riwayat KPD sebelumnya
4) Kelainan atau kerusakan selaput ketuban
5) Kehamilan kembar
6) Trauma
7) Serviks (leher rahim) yang pendek (<25mm) pada usia kehamilan 23
minggu
8) Infeksi pada kehamilan seperti bacterial vaginosis
d. Patofisiologi
Ketuban pecah dalam persalinan secara umum disebabkan oleh
kontraksi uterus dan pergangan berulang. Selaput ketuban pecah karena
pada daerah tertentu terjadi perubahan biokimia yang menyebabkan
selaput ketuban inferior rapuh, bukan karena seluruh selaput ketuban
rapuh. Terdapat keseimbangan antara sintesis dan degradasi ekstrakseluler
matriks.
Perubahan struktur, jumlah sel, dan katabolisme kolagen
menyebabkan aktifitas kolagen berubah dan menyebabkan selaput ketuban
pecah. Faktor resiko terjadinya ketuban pecah dini adalah Berkurangnya
asam askorbik sebagai komponen kolagen dan Kekurangan tembaga serta
11
asam askorbik yang menyebabkan pertumbuhan struktur abnormal karena
adanya aktivitas merokok. Degredasi kolagen di mediasi oleh matriks
metalloproteinase (MMP) yang dihambat oleh inhibitor jaringan spesifik
dan inhibitor protease.
Mendekati waktu persalinan keseimbangan antara MMP dan
TIMP-1 mengarah pada degredasi proteolitik dari matriks ekstraseluler
dan membrane janin. Aktifitas degredasi proteolitik ini meningkat
menjelang persalinan. Pada penyakit periodontitis dimana terdapat
peningkatan MMP, cenderung terjadi ketuban pecah dini.
Selaput ketuban sangat kuat pada kehamilan muda. Pada trimester
ketiga selaput ketuban mudah pecah. Melemahnya kekuatan selaput
ketuban ada hubungannya dengan pembesaran uterus, kontraksi Rahim,
dan gerakan janin. Pada trimester terakhir terjadi perubahan biokimia pada
selaput ketuban. Pecahnya ketuban pada kehamilan aterm merupakan hal
fisiologis. Ketuban pecah dini pada kehamilan premature disebabkan oleh
adanya factor-faktor eksternal, misalnya infeksi yang menjalar dari vagina.
Ketuban pecah dini premature sering terjadi pada polihidramnion,
inkompeten servik, solusio plasenta (Soewarto, 2014).
e. Komplikasi
Ada beberapa komplikasi yang muncul akibat dari Ketuban pecah
dini menurut Nugroho (2012) yaitu :
1) Komplikasi paling sering terjadi pada KPD sebelum usia kehamilan 37
minggu adalah sindrom distress pernapasan (RDS = Respiratory
Distress Syndrome), yang terjadi pada 10-40% bayi baru lahir
2) Resiko infeksi meningkat pada kejadian KPD
3) Semua ibu hamil dengan KPD prematur sebaiknya dievaluasi untuk
kemungkinan terjadinya korioamnionitis (radang pada korion dan
amnion)
4) Selain itu kejadian prolaps atau keluarnya tali pusar dapat terjadi pada
KPD
5) Risiko kecacatan dan kematian janin meningkat pada KPD preterm
6) Hipoplasia paru merupakan komplikasi fatal yang terjadi pada KPD
preterm. Kejadiannya mencapai hampir 100% apabila KPD preterm ini
terjadi pada usia kehamilan kurang dari 23 minggu.
12
f. Penatalaksanaan
Penatalaksanaan dibagi menjadi 2 tahap, yang pertama tahap
konservatif, kemudian aktif. Adapun penatalaksanaan kedua tahapan
tersebut menurut Nugroho (2012) yaitu :
1) Konservatif
Rawat dirumah sakit, beri antibiotic (ampisilin 4x500 mg atau
gentamycin 1x80 mg). Jika umur kehamilan < 32-34 minggu, dirawat
selama air ketuban masih keluar, atau sampai air ketuban tidak lagi
keluar. Jika usia kehamilan 32-34 minggu, masih keluar air ketuban,
maka usia kehamilan 35 minggu dipertimbangkan untuk terminasi
kehamilan (tergantung pada kemampuan perawatan bayi premature).
Nilai tanda- tanda infeksi (suhu, leukosit, tanda- tanda infeksi intra
uterin). Pada usia kehamilan 32-34 minggu beri steroid untuk memacu
kematangan paru janin.
2) Aktif
Kehamilan > 35 minggu, induksi dengan oksitosin. Caranya 1
ampul syntocinon dalam Dektrose 5%, dimulai 4 tetes/menit, tiap ¼
jam dinaikkan 4 tetes sampai maksimum 40 tetes/menit. Bila gagal
lakukan seksio sesarea.
a) Pada keadaan CPD (Cepallo Pelvix Dispoportion), letak lintang
dilakukan Seksio saesaria
b) Bila ada tanda tanda infeksi beri Anitibotic dengan dosis tinggi dan
akhiri persalinan.
g. Pemeriksaan Penunjang
13
air ketuban, diantaranya uji ferning dan uji nitrazin. Langkah pemeriksaan
untuk menegakkan diagnosis ketuban pecah dini adalah:
a. Pemeriksaan spekulum, untuk mengambil sampel cairan ketuban
di formiks posterior dan mengambil sampel cairan untuk kultur
dan pemeriksaan bakteriologios.
b. Melakukan pemeriksaan dalam dengan hati-hati, sehingga tidak
banyak manipulasi daerah pelvis untuk mengurangi kemungkinan
infeksi asenden dan persalinan prematuritas.
Sedangkan menurut Nugroho (2012) memaparkan bahwa ada 2 pemeriksaan
yang dilakukan pada pasien Ketuban Pecah Dini untuk mengetahui kondisi
ketuban yang sebenarnya, antara lain :
1) Pemeriksaan Laboratorium
a) Cairan yang keluar dari vagina perlu diperiksa: warna, konsentrasi,
baud an pH-nya
b) Cairan yang keluar dari vagina ini ada kemungkinan air ketuban,
urine atau secret vagina
c) Secret vagina ibu hamil pH : 4-5 dengan kertas nitrazin tidak
berubah warna, tetap kuning
d) Tes Lakmus (tes Nitrazin), jika kertas lakmus merah berubah
menjadi biru menunjukkan adanya air ketuban (alkalis). pH air
ketuban 7-7,5, darah dan infeksi vagina dapat menghasilkan tes
yang positif palsu
e) Mikroskopik (tes pakis), dengan meneteskan air ketuban pada gelas
objek dan dibiarkan kering
14
B. Konsep Asuhan Keperawatan
1. Pengkajian
a. Anamnesa
Penderita merasa basah pada vagina, atau mengeluarkan cairan
yang banyak secara tiba-tiba dari jalan lahir. Cairan berbau khas, dan
perlu juga diperhatikan warna keluarnya cairan tersebut, his belum
teratur atau belum ada, belum ada pengeluaran lendir darah (Nugroho,
2012).
b. Inspeksi
Menurut Prawirohardjo (2014) untuk mengetahui ada tidaknya air
ketuban dapat dicoba dengan menggerakkan sedikit bagian bawah janin
atau meminta pasien batuk atau mengedan. Sedangkan menurut
Nugroho (2012) Pengamatan dengan mata biasa, akan tampak
keluarnya cairan dari vagina, bila ketuban baru pecah dan jumlah air
ketuban masih banyak, pemeriksaan ini akan lebih jelas.
c. Pemeriksaan dengan speculum
Pemeriksaan dengan speculum pada KPD akan tampak keluar
cairan dari ostium uteri eksternum (OUE), kalau belum juga tampak
keluar, fundus uteri ditekan, penderita diminta batuk, mengejan atau
mengadakan maneuver valsava, atau bagian terendah digoyangkan,
akan tampak keluar cairan dari ostium uteri dan terkumpul pada fornik
anterior (Nugroho, 2012).
d. Pemeriksaan dalam
Didalam vagina didapati cairan dan selaput ketuban sudah tidak
ada lagi. Mengenai pemeriksaan dalam vagina dengan toucher perlu
dipertimbangkan, pada kehamilan yang kurang bulan yang belum dalam
persalinan tidak perlu diadakan pemeriksaan dalam, jari pemeriksa akan
mengkumulasi segmen bawah rahim dengan flora vagina yang normal.
Mikroorganisme tersebut bisa dengan cepat menjadi patogen.
Pemeriksaan dalam vagina hanya dilakukan kalau KPD yang sudah
dalam persalinan atau yang dilakukan induksi persalinan dan dibatasi
sedikit mungkin (Nugroho, 2012).
2. Tahap Persalinan
15
Ada 4 Tahapan persalinan, serta tindakan yang dilakukan dan perlu
diperhatikan saat tahapan persalinan berlangsung. Hutahean (2009)
memaparkan beberapa tindakan yang perlu dikaji saat memasuki keempat
tahapan persalinan, yaitu :
a. Kala I
1) Dimulai sejak tanda persalinan yang pertama sampai dengan
pembukaan lengkap, terjadi pendaftaran dan pembukaan serviks
dengan lama : primi (12 jam), multi (12 jam)
2) Fase laten pembukaan 0 - 3 cm lama : primi (8-10) jam, multi (3-5
jam)
3) Fase aktif :
a) Akselerasi : 3-4 cm/2 jam
b) Dilatasi : 4-9 cm/2 jam
c) Deselerasi : 9-10 cm/2 jam
4) Riwayat : tanda-tanda persalinan, kontraksi, pecahnya ketuban,
status emosi
5) Pemeriksaan fisik : dilatasi servik : 1-3 cm, kontraksi : 5-30 menit
selama 10-3- detik, sekret : merah mudah sampai dengan coklat,
selaput ketuban +/-, denyut jantung janin terdengar jelas di
umbilikus, skala bishop’s (dilatasi, pendataran sercik, hodge,
konsistensi servik dan posisi serviks)
6) Hal-hal yang harus di hindari pada kala I :
a) Enema
b) Mencukur rambut pubis
c) Kateterisasikandung kemih
d) Tidak memberikan makanan dan minuman
e) Memisahkan ibu dengan orang terdekat dan memberi dukungan
f) Posisi telentang
g) Mendorong abdomen
h) Mengedan sebelum pembukaan lengkap.
b. Kala II
1) Kala II dimulai dari dilatasi serviks lengkap sampai bayi lahir
2) Tanda- tanda klinis :
a) Nyeri sangat hebat 2-3 menit 1 x selama 50-70 detik
b) Rasa ingin meneran (ingin BAB)
c) Darah dan lendir banyak
d) Ketuban pecah
e) Kepala membuka pintu : perineum mengembang, lama primi :
1jam, multi 30 menit.
c. Kala III
16
1. Dimulai sejak bayi lahir sampai plasenta lahir
2. Terjadi pelepasan plasenta
3. Pengeluaran plasenta
4. Kaji adanya semburan darah seketika, tali pusat semakin
memanjang
5. Lama 8,5 menit setelah bayi lahir.
d. Kala IV
Masa 1 jam setelah bayi lahir. Perhatikan :
1) Kontaksi uterus
2) Pendarahan (tinggi fundus uteri, kontraksi, pengeluaran per
vagina)
3) Plasenta dan selaput ketuban
4) Vesika urinaria kososng
5) Perawatan luka.
3. Diagnosa Keperawatan
a. Resiko infeksi berhubungan dengan ketuban pecah dini
b. Gangguan rasa nyaman: nyeri berhubungan dengan ketegangan otot
rahim.
c. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan pengakuan persalinan
premature.
d. Ansietas berhubungan dengan persalinan premature dan neonatus
berpotensi lahir premature.
17
(NANDA, 2012)
4. Intervensi
18
2. Gangguan Setelah dilakukan tindakan 1. Kali 1. Untuk
rasa nyaman: keperawatan selama 3×24 tanda-tanda mengetahui
nyeri jam di harapkan nyeri Vital pasien keadaan umum
berhubungan berkurang atau nyeri 2. Kaji skala pasien
dengan hilang dengan kriteria hasil nyeri (1-10) 2. Untuk
ketegangan : 3. Ajarkan mengetahui
otot rahim pasien teknik derajat nyeri
1. Tanda-tanda vital relaksasi pasien dan
dalam batas normal. 4. Atur menentukan
TD:120/80 mm Hg posisi pasien tindakan yang
N: 60-120 X/ menit. akan dilakukan
5. Berikan
2. Pasien tampak tenang 3. Untuk
lingkungan
dan rileks mengurangi
3. Pasien mengatakan yang nyaman
dan batasi nyeri yang
nyeri pada perut
pengunjung dirasakan pasien
berkurang 4. Untuk
memberikan
rasa nyaman
5. Untuk
mengurangi
tingkat stress
pasien dan
pasien dapat
beristirahat
19
3. Libatkan membantu
keluarga agar merencanakan
memantau tindakan
kondisi pasien berikutnya
20
BAB III
PEMBAHASAN
A. DATA UMUM
BIODATA KLIEN
1. Initial Klien : Ny. I
2. Usia : 25 tahun
3. Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga
4. Pendidikan : SMU
5. Agama : Islam
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Alamat : Gembong gang Mawar, Kedungwuni.
BIODATA SUAMI
1. Initial Suami : Tn. M
2. Usia : 27 tahun
3. Pekerjaan : Wiraswasta
4. Pendidikan : SMP
5. Agama : Islam
6. Status Perkawinan : Menikah
7. Alamat : Gembong gang Mawar, Kedungwuni.
21
jam 18.35 WIB. Klien mengatakan nyeri saat kenceng-kenceng, P= Klien
mengatakan nyeri akibat kenceng-kenceng, Q= Seperti ditusuk-tusuk dan
disayat-sayat, R= perutnya, S= Skala 6, T= Nyeri saat kenceng-kenceng. TD
110/70 mmHg, Nadi 80 X/mnt, suhu 36ᵒC, P 21 X/mnt.
1 Hamil
ini
22
D. PEMERIKSAAN FISIK :
Parameter umum
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Compos menthis
Tekanan darah : 120/80 mmHg
Suhu : 36 o C
Nadi : 82 x/mnt
RR : 23 x/mnt
BB sekarang : 62 kg
BB sebelum hamil : 58 kg
TB : 155 cm
23
Payudara
Inspeksi : Letak simetris, hiperpigmentasi ada pada areola mamae, putting
susu menonjol, kolostrum sudah keluar.
Paru-paru
Respiratory Rate : 23x/menit
Inspeksi : Pola pernafasan teratur, kedalaman pernafasan
Normal
Masalah : Tidak ada
Auskultasi paru : Bronkovesikuler
Auskulatasi jantung : BJ I, II normal
c. Abdomen
Inspeksi : Dinding abdomen membuncit, tidak ada luka bekas operasi,
linea nigra ada, strie gravidarum ada
Pemeriksaan Leopold I-IV
Leopold I : TFU 2 jari di bawah px (31 cm), pada fundus teraba
lunak, tidak melenting berarti bokong bayi.
Leopold II : Pada bagian kiri teraba datar, memanjang, ada tahanan
berarti punggung bayi dan pada bagian kanan teraba
bagian kecil-kecil janin berarti ektremitas bayi.
Leopold III : Pada bagian bawah teraba bulat, keras, melenting dan
sudah tidak dapat digoyangkan, presentasi kepala.
Leopold IV : Divergen (mengembang) berarti kepala bayi sudah
masuk 5/4 PAP
d. Genitalia
Inspeksi : Varises vagina tidak ada, pengeluaran pervagina ada yaitu
air ketuban.
Masalah : Air ketuban rembes dari jalan lahir jam 10.30 WIB
Anus : Normal, tidak ada hemoroid
e. Punggung
Inspeksi : Tulang belakang simetris
Masalah lain : Klien mengatakan punggungnya pegel dan sakit
P: nyeri saat bangun tidur, Q: pegal seperti tertekan
benda , R: pada punggung, S: Skala 3, T saat bergerak
f. Ekstremitas
Atas
Inspeksi : Bentuk normal.
Palpasi : Capilarry refill 2 detik.
24
Bawah
Inspeksi : Bentuk normal, varises tidak ada,
Perkusi : reflek patella positif.
E. Laboratorium
Date : 12-01-2016
I.D : Ny. I
WBC FLAGS = LI
DIFF
LYM 22,1 L% (17,0-48,0) LYM 1,1L 10³/m³ (1,2-3,2)
MON 4,2 L% (4,0-10,0) MON 0,3L 10³/mm³(0,3-0,8)
GRA 92,3 H% (43,0-76,0) GRA 2,2H 10³/mm³(1,2-6,8)
Gol Darah B
CT = 4 menit’00”
BT = 2 menit 30det’15”
HbsAg = Negative
F. Obat-obatan
- Terapi parenteral infus RL 20 tetes/menit makrodrip 1 cc equivalen 20
tetes
- Terapi oral amoxilin @500 mg. untuk mencegah terjadinya infeksi pada
ibu dan janin.
- Terapi infus infus Dextrose 5% 20 tetes/menit makrodrip 1 cc equivalen
20 tetes untuk menambah energi ibu
G. LAPORAN PERSALINAN
1. PENGKAJIAN AWAL
Hasil :
Tanggal 12 Januari 2016 jam 18.35
- Tanda-tanda vital : TD 110/70 mmHg, Nadi 82 X/mnt, suhu 36 ᵒC,P
23 X/mnt.
- Periksa dalam : Pembukaan 7 cm, presentasi kepala, penurunan
presentasi hodge II, ketuban pecah.
- Persiapan perineum : Molase tidak ada.
- Dilakukan klisma : Tidak
25
- Pengeluaran pervaginam : Klien mengatakan keluar air ketuban sejak
jam 10.30 WIB
- Perdarahan pervaginan : Tidak
- Kontraksi uterus : His 3X10@35 detik
- Denyut jantung janin : 132 x/menit, regular
- Status Janin : Hidup, jumlah 1, presentasi kepala
H. KALA PERSALINAN
KALA I
1. Mulai Persalinan : Tanggal 12-01-2016 jam 10.00 berdasarkan
informasi ibu, ibu merasa kenceng-kenceng jam 10.30 ibu merasakan
keluar air ketuban dari jalan lahir yang berwarna jernih dan bau amis.
Setelah itu ibu dan keluarga langsung datang ke Puskesmas Kedungwuni,
jam 11.00 dilakukan VT pembukaan 1 cm, di Puskesmas ibu dianjurkan
untuk miring kiri, jam 18.10 WIB ibu mengatakan dilakukan pemeriksaan
dalam yaitu VT pembukaan 2 cm ada lendir darah. Kemudian dirujuk ke
RSI PKU Muhammadiyah Pekajangan Pekalongan jam 18.35 WIB.
2. Tanda dan Gejala : Klien mengatakan mules-mules, kenceng-
kenceng, sejak tanggal 12 Januari 2016 jam 10.00, pada tanggal 12 Januari
2016 jam 10.30 keluar air ketuban rembes dari jalan lahir berwarna jernih
dan berbau amis. Klien mengatakan nyeri saat kenceng-kenceng, P= Klien
mengatakan nyeri akibat kenceng-kenceng, Q= Seperti ditusuk-tusuk dan
disayat-sayat, R= perutnya, S= Skala 6, T= Nyeri saat kenceng-kenceng.
3. Tanda-tanda Vital : TD 110/70 mmHg, Nadi 80 X/mnt, suhu 36
ᵒC, P 21 X/mnt.
4. Lama Kala I : 11 jam 40 menit
5. Keadaan Psikososial : Klien mengatakan takut menghadapi
persalinan dan khawatir karena air ketuban sudah pecah dan bayi belum
lahir.
6. Kebutuhan khusus klien : Dukungan keluarga saat bersalin terutama
dukungan suami, dukungan dari tenaga kesehatan.
7. Tindakan : Melibatkan suami untuk menemani Ny. I
saat persalinan, memberikan semangat pada Ny. I
8. Pengobatan : Klien diberi terapi cairan parenteral dan
amoxilin @500 mg oral.
9. Observasi Kemajuan Persalinan
Tanggal, jam Kontraksi uterus DJJ Hasil Periksa dalam
26
12-01-2016
18.35 3x10@35 detik 123 x/menit 7 cm
19.20 3x10@30 detik 132 x/menit
20.01 4x10@30 detik 123 x/menit
20.40 4x10@40 detik 126 x/menit
21.30 4x10@40 detik 123 x/menit 10 cm lengkap
21.58 119 x/menit
22.02 136 x/menit
KALA II
1. Kala II dimulai : Tanggal 12-01-2016 jam 21.30
2. Tanda-tanda Vital : TD 100/80 mmHg, Nadi 76 x/mnt, suhu 37
ᵒC, P 17 x/mnt.
3. Lama Kala II : 1 jam 28 menit
4. Tanda dan Gejala : VT pembukaan lengkap 10 cm, vulva membuka,
Dorongan meneran semakin kuat, perineum menonjol.
5. Jelaskan upaya meneran : Klien diminta meneran saat kenceng-
kenceng, dan saat tidak kenceng-kenceng tidak boleh meneran.
6. Keadaan Psikososial : Klien mengatakan khawatir terhadap keadaan
bayinya. Klien kooperatif saat akan menjalani persalinan, klien mengikuti
intruksi Bidan, dan Perawat. Klien mengatakan kelelahan saat mengejan.
Klien terlihat kesulitan bernafas, terlihat cemas dan pucat. Klien tampak
berteriak teriak dan tidak bisa tenang.
7. Kebutuhan khusus : Klien membutuhkan O2 tambahan untuk
membantu kekuatan ibu dalam mengejan dan infus D5% untuk menambah
energi klien saat mengejan.
8. Tindakan : Memberi O2 dengan masker sebanyak 7liter/menit dan
mengganti infus RL dengan D5%. Memberi pujian kepada Ny. I,
memotivasi ibu untuk semangat mengejan.
KALA III
27
1. Tanda dan Gejala : Tali pusat memanjang pada peregangan tali pusat
terkendali, keluar darah seketika.
2. Plasenta Lahir Jam : 22.48 WIB
3. Cara lahir plasenta : Spontan
4. Karakteristik Plasenta :Ukuran 19 cmX19 cmX 2,5 cm
KALA IV
1. Mulai jam : 22.48 WIB
2. Tanda-tanda Vital : TD 110/80 mmHg, Nadi 84 x/mnt, suhu
36,5 ᵒC, P 24 x/menit.
3. Kontraksi Uterus : Keras
4. Perdarahan : 75 ml, karakteristik terdapat stosel
5. Bonding ibu dan bayi : Dilakukan
6. Keadaan psikososial : Klien mengatakan senang bayinya sudah
lahir dan ingin segera menyusui bayinya. Karena ini anak pertamanya, jadi
klien belum mengetahui perawatan bayinya.
7. Tindakan : Melakukan heating pada bekas episiotomi, Mendekatkan
bayi pada ibunya, mengukur TTV klien.
BAYI
1. Bayi Lahir : Tanggal 12-01-2016 jam 22.40
2. Jenis Kelamin : Perempuan
3. Nilai APGAR : Menit kesatu 8 dan menit kelima 9
4. BB/PB/lingkar kepala bayi : Berat badan 3000 gr, panjang badan
48 cm, lingkar kepala 33 cm, lingkar dada 32 cm.
5. Karakteristik khusus bayi : Tidak ada
6. Suhu : 37ᵒC
7. Anus : Berlubang, normal.
28
8. Perawatan tali pusat : Dibersihkan dengan antiseptik, dan
dibalut dengan kasa steril
9. Perawatan mata : Diberi salep mata
I. PENGELOMPOKAN DATA
Data Subjektif (S)
1. Kala I
DS : Klien mengatakan merasa kenceng-kenceng pada jam 10.00 WIB,
lalu pada jam 10.30 WIB ibu merasakan keluar air ketuban dari
jalan lahir yang berwarna jernih dan berbau amis. Klien
mengatakan nyeri sekali pada perutnya saat kenceng-kenceng,
klien mengatakan takut menghadapi persalinan, dan khawatir
karena bayinya tidak lahir-lahir juga padahal ketuban sudah
pecah. P = klien mengatakan nyeri akibat knceng-kenceng, Q =
seperti ditusuk-tusuk dan disayat-sayat, R = Perut, S = 6, T =
nyeri saat kenceng-kenceng. Klien mengatakan siap menghadapi
persalinan.
DO : Air ketuban pecah jam 10.30 WIB, berwarna jernih dan berbau
amis. TD 110/70 mmHg, suhu 36 ᵒC, nadi 82 x/menit, His 3x10@
35, VT 7 cm, klien tampak tidak bisa tenang dan tampak gelisah.
2. Kala II
DS :Klien mengatakan khawatir terhadap keadaan bayinya, klien
berharap bayinya lahir dalam keadaan sehat. Klien mengatakan
kelelahan saat mengejan.
DO : RR 17 x/menit, djj 119x tidak teratur, Klien terlihat cemas dan
pucat. Klien tampak kesulitan bernafas. Klien tampak kelelahan,
klien tampak berteriak teriak dan tidak bisa tenang. Dorongan
meneran semakin kuat, tekanan pada anus, perineum menonjol,
vulva membuka.
3. Kala III
DS : Klien mengatakan senang setelah melakukan persalinan. Klien
mengatakan siap untuk melahirkan plasenta.
DO : Plasenta lahir spontan 19 cm X 19 cm X 2,5 cm, panjang tali
pusat 50 cm, jumlah pembuluh darah 2 arteri 1 vena.
4. Kala IV
29
DS : Klien mengatakan senang bayinya sudah lahir dan ingin segera
menyusui bayinya. Karena ini anak pertamanya, jadi klien belum
mengetahui perawatan bayinya. Perawatan bayi akan dibantu oleh
orang tuanya. Ibu mengatakan siap untuk memberikan asi pertamanya.
DO : Perdarahan 75 ml, karakteristik darah terdapat stosel, uterus teraba
keras, kandung kemih kosong.
J. ANALISA DATA
KALA I
1. DS : Klien mengatakan cemas karena bayinya tidak lahir-lahir
padahal air ketuban sudah keluar jam 10.30 WIB.
DO : Air ketuban pecah jam 10.30 WIB, berwarna jernih dan
berbau amis.
Etiologi : Ketuban Pecah Dini
Problem : Resiko Infeksi pada Ibu
KALA II
1. DS : Klien mengatakan kelelahan saat mengejan, Klien
mengatakan letih, Klien berharap bayinya lahir dalam
keadaan sehat.
DO : Rr 17x/menit, djj 119x/menit tidak teratur. Klien terlihat
kesulitan bernafas, terlihat cemas dan pucat. Klien tampak
30
kelelahan. Klien tampak berteriak teriak sakit dan tidak
bisa tenang.
Etiologi : Kelelahan
Problem : Adaptasi individu tidak efektif
KALA III
1. DS : Klien mengatakan senang setelah melakukan persalinan,
senang bayinya sudah lahir. Klien mengatakan siap untuk
melahirkan plasenta.
DO : Plasenta lahir spontan, kotiledon lengkap, ukuran 19 cm X
19 cm X 2,5 cm, panjang tali pusat 50 cm, jumlah
pembuluh darah 2 arteri 1 vena.
Etiologi :
Problem : Kesiapan untuk mengikuti proses persalinan kala III
KALA IV
1. DS : Klien mengatakan senang bayinya sudah lahir dan klien
ingin segera menyusui anaknya . Karena ini anak
pertamanya, jadi klien belum mengetahui perawatan
bayinya. Perawatan bayi akan dibantu oleh orang tuanya.
Ibu mengatakan siap untuk memberikan asi pertamanya.
DO : Perdarahan 75 ml, karakteristik darah terdapat stosel,
uterus teraba keras
Etiologi :
Problem : Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan menjadi orang
tua
PRIORITAS MASALAH
1. Resiko Infeksi pada Ibu berhubungan dengan Ketuban Pecah Dini
2. Kesiapan untuk mengikuti persalinan
3. Adaptasi individu tidak efektif berhubungan dengan kelelahan
4. Kesiapan untuk mengikuti proses persalinan kala III
5. Kesiapan untuk meningkatkan kemampuan menjadi orang tua
31
32
No Tgl/ Diagnosa Rencana Tujuan Intervensi Rasional Paraf
Jam Keperawatan dan Kriteria Hasil
1 12-01- 1. Resiko 1. Selama proses 1. Kaji adanya perdarahan, bau 1. Perdarahan,
2016 infeksi pada persalinan tidak cairan dan pengeluaran pengeluaranmekonium pada
18.36 Ibu terjadi infeksi pada mekonium saat ketuban pecah dapat
berhubunga ibu dan bayi dengan 2. Kaji His dan djj tiap 30 menit menyebabkan fetal distress
n dengan Kriteria Hasil : 3. Kaji tanda fetal distress 2. Perubahan djj pada angka
ketuban - TTV dalam batas 4. Monitor TTV ibu dan djj bayi yang menurun mengindikasi
pecah dini normal 4. Ukur suhu tubuh ibu tiap 4 jam kan fetal distress
- DJJ dalam batas 5. Kolaborasi dengan dokter 3. Fetal distress adalah
normal (120-160 pemberian antibiotik amoxilin kegawatdaruratan pada janin
x/menit) oral @500mg 4. Untuk mengetahui keadaan
- Leukosit dalam batas 6. Ukur fundus uteri ibu dan bayi
normal 7. Lakukan pemeriksaan leopold 5. Peningkatan suhu tubuh
I-IV mengindikasikan masuknya
8. Lakukan pemeriksaan dalam bakteri penyebab infeksi
dengan tetap mempertahankan 6. Antibiotik diberikan untuk
tekhnik aseptik mencegah infeksi
9. Anjurkan ibu dan keluarga 7. Untuk mengetahui tafsiran
untuk menjaga kebersihan berat janin sesuai dengan usia
lingkungan kehamilan
8. Leopold dilakukan untuk
menentukan posisi letak janin
9. Untuk mengetahui kemajuan
persalinan
10. Menjaga kebersihan dapat
mengurangi terjadinya resiko
infeksi
2 21.32 2. Kesiapan . 2. Klien dapat 1. Kaji keadaan Umum 1. Untuk mengetahui keadaan
untuk mengikuti persalinan 2. Observasi kemajuan persalinan klien
mengikuti tanpa ada komplikasi dengan partograf 2. Partograf digunakan untuk
persalinan ibudan janin, dengan 3. Siapkan partus SET memantau kemajuan persalinan
Kriteria Hasil : 4. Anjurkan klien untuk BAK dari fase laten hingga fase aktif
- Ibu bersedia jika bladder penuh 3. Membantu dalam
mengikuti intruksi 5. Motivasi ibu untuk makan dan mempermudah persalinan
perawat, bidan minum 4. Untuk mengeluarkan urine
- Ibu siap untuk 6. Posisikan ibu miring kiri, yang tertahan pada kandung
mengejan motivasi ibu untuk melakukan kemih
- Ibu kooperatif saat teknik relaksasi nafas dalam 5. Agar klien memiliki tenaga
akan melakukan jika nyeri datang dan tidak lemas saat
persalinan 7. Kolaborasidengan dokter persalinan
pemberian cairan parenteral 6. Untuk mengurangi nyeri saat
8. Jelaskan prosedur sebelum terjadi his
memulai tindakan 7. Mencegah adanya dehidrasi
9. Beri gambaran yang jelas pada klien
tentang persalinan 8. Inform consent ialah lembar
10. Batasi keluarga saat men- persetujuan sebelum memulai
dampingi persalinan tindakan
11. Kaji pengetahuan pasien 9. Untuk mengurangi kecemasan
mengenai situasi yang klien
dialaminya dan beri dorongan 10.Untuk menciptakan suasana
kepada pasien untuk yang tenang saat persalinan
mendiskusikan alasan-alasan 11. Untuk mengetahui penyebab
munculnya ansietas , sehingga kecemasan pada klien dan cara
dapat membantu pasien mengatasi-
mengurangi kecemasan dan nya
dukung upaya anggota keluarga 12. Meng-observasi tanda-tanda
untuk mengatasi perilaku mulainya kala II
kecemasan pasien
12. Observasi kemajuan persalinan
Dorongan meneran ibu
semakin kuat, ada tekanan
anus, perineum menonjol,
vulva membuka
3 22.00 3. Adaptasi . 3. Setelah dilakukan 1. Posisikan klien dorsal 1. Posisi dorsal recumben adalah
individu tindakan keperawatan recumben posisi tepat untuk melahirkan
tidak efektif selama 1x10 menit 2. Jelaskan cara meneran saat bayi
berhubungan diharapkan pasien persalinan 2. Meneran yang tepat dapat
dengan dapat mengikuti proses 3. Pimpin meneran saat ada HIS mengurangi keletihan pda
Kelelahan persalinan dengan baik, 4. Kaji pernafasan pasien klien
dengan Kriteria Hasil : 5. Kolaborasi dengan dokter 3. Meneran saat ada his dapat
- Ibu bersedia pemberian infus parenteral mempercepat proses bersalin
dimotivasi untuk d5% 4. Mengetahui jumlah pernafasan
mengejan 6. Kolaborasi dengan dokter pasien
- Ibu bersedia pemasangan O2/7liter 5. Infus D5% adalah infus yang
mengejan 7. Berikan pujian dan dukungan berisi glukosa sehingga
- Ibu bersikap pada klien mampu memberikan energi
kooperatif saat 8. Anjurkan klien untuk istirahat pada pasien secara parenteral
proses persalinan saat tidak ada HIS 6. O2 dapat membantu
- Bayi lahir dengan 9. Motivasi klien melakukan mengurangi sesak nafas ibu
bugar (menangis teknik relaksasi nafas dalam sehingga keadaan janin dapat
kuat, gerak aktif, jika nyeri kembali membaik
berwarna 10. Beri makanan dan minuman 7. Pujian dapat membangkitkan
kemerahan) pada ibu saat tidak ada HIS semangat klien
- Ibu mengungkapkan 11. Lakukan episiotomi sesuai 8. Supaya klien tidak kehilangan
senang dengan indikasi energi saat ada His
kelahiran bayinya 9. Nafas dalam dilakukan agar
klien tidak terlalu nyeri saat
persalinan
10. Makanan dan minuman
diberikan pada klien supaya
klien tidak kehabisan energi
11. Episiotomi dilakukan untuk
memperlebar jalan lahir
4 22.48 4. Kesiapan 4. Klien akan 1.Observasi adanya tanda dan 1. Pemanjangan tali merupakan
untuk melahirkan plasenta gejala kala III seperti,tali pusat tanda awal persalinan kala III
mengikuti maksimal dalam memanjang, dan keluar darah 2. Klem digunakan untuk
persalinan waktu 30 menit seketika mencegah perdarahan dari tali
kala III dengan Kriteria hasil: 2.Pasang klem arteri 5-10 cm pusat
- Plasenta lahir didepan vulva pada tali pusat 3. Pengeluaran plasenta dengan
spontan, kotiledon 3.Menolong persalinan plasenta tekhnik memutar mengurangi
lengkap 4.Lakukan pemeriksaan plasenta resiko tertinggalnya selaput
5.Lakukan masase fundus uteri plasenta pada uterus
selama 15 detik 4. Pemeriksaan plasenta
6. Berikan pujian pada ibu dilakukan untuk mengetahui
7. lakukan heating jika ada luka ada tidaknya sisa plasenta
episiotomi yangtertinggal
5. Masase dilakukan untuk
merangsang kontraksi uterus
dan mencegah perdarahan
6. Pujian diberikan untuk
memberikan semangat pada ibu
7. Heating dilakukan untuk
mencegah perdarahan pada luka
bekas episiotomi
5 22. 48 Kesiapan Selama IV setelah 2 1.Lakukan heating jika ada luka 1. Heating dilakukan untuk
untuk jam paska persalinan episiotomi mencegah perdarahan pada
meningkatkan tidak terjadi 2.Observasi TTV, TFU, kontraksi luka bekas episiotomi
kemampuan komplikasi, klien uterus, lokhea dan kandung 2. Untuk mengetahui ada tidaknya
menjadi orang dapat mempersiapkan kemih klien setiap 15 menit komplikasi paska persalinan
tua menjadi orang tua sekali 3. Bonding adalah perlekatan
baru bagi bayinya. 3.Dorong terbentuknya bonding antara ibudan bayi
Dengan Kriteria Hasil pada ibu dan bayinya 4. Kolostrum,Asi yang pertama
: 4.Motivasi ibu untuk menyusui kali keluar pada ibu baik untuk
- Tidak terjadi anaknya daya tahan tubuh bayi
perdarahan 5.Kolaborasi dengan dokter 5. Antibiotik mencegah infeksi
selama 2 jam pemberian antibiotik, dan obat dan penambah darah
setelah persalinan penambah darah. mengurangiresiko perdarahan
- Tidak terjadi setelah melahirkan
peningkatan suhu
pada Ibu
- Tercipta
perlekatan antara
bayi dan ibu
K. CATATAN KEPERAWATAN
Nama : Ny. I
Umur : 25 tahun
Tanggal : 12-01-2016
1. Diagnosa Keperawatan : Resiko Infeksi pada Ibu berhubungan
dengan ketuban pecah dini
22.47 8. Menolong S: -
persalinan plasenta O: Plasenta lahir
spontan,kotiledonlengkap,
ukuran19 cm X 19 cm X 2,5
cm, panjangtalipusat 50 cm,
jumlahpembuluhdarah2arteri
1 vena
22.48 9. Melakukan S: Ibu mengatakan lemes
pemeriksaan O: Kotiledon lengkap, tali pusat
plasenta sentralis, tidak ada selaput
plasenta yang
tertinggal,ukuran19 cm X 19
cm X 2,5 cm,
panjangtalipusat 50 cm,
jumlah pembuluh darah 2
arteri1 vena
22.48 10. Memberikan pujian S: Ibu mengatakan senang atas
pada ibu kelahiran bayinya
O: Ibu dan suami terlihat
senang
L. CATATAN PERKEMBANGAN
Nama : Ny. I
Umur : 25 tahun
Tanggal : 12-01-2016
B. Saran
Dengan makalah ini diharapkan dapat menambah wawasan
mahasiswa dalam penanganan masalah ketuban pecah dini karena ketuban
pecah dini dapat menimbulkan kecemasan pada wanita dan keluarganya.
Oleh karena itu sebagai tenaga kesehatan harus memberikan
penatalaksanaan sesuai dengan prosedur agar dapat menurunkan resiko
terjadinya komplikasi akibat ketuban pecah dini.
DAFTAR PUSTAKA