You are on page 1of 23

ASUHAN KEPERAWATAN HIPOGLIKEMIA

Disusun Oleh :

1. Riza Huzni Assyadad (20161297)


2. Rokhanawati Suandani (20161298)
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita ucapkan kepada Allah SWT, berkat rahmat dan karunia Nya,
penulis dapat menyelesaikan tugas makalah Asuhan Keperawatan dengan
Hipoglikemia. Penulis mengucapkan terima kasih kepada teman-teman dan keluarga
yang membantu memberikan semangat dan dorongan demi terwujudnya karya ini,
yaitu makalah Asuhan Keperawatan dengan Hipoglikemia ini.
Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada dosen mata kuliah Teknologi
Keparawatan yaitu Ns. Duma Lumban Tobig, M.Kep, Sp.Kep. J atas bimbingan yang
telah diberikan, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang
juga membantu penulis dalam penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa teknik penyusunan dan materi yang penulis sajikan
masih kurang sempurna. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang
mendukung dengan tujuan untuk menyempurnakan makalah ini.
Dan penulis berharap, semoga makalah ini dapat di manfaatkan sebaik
mungkin, baik itu bagi diri sendiri maupun yang membaca makalah ini.
Daftar Isi
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Penyakit tidak menular merupakan kelompok terbesar penyakit penyebab


kematian di indonesia. Salah satu penyakit tidak menular yang menyebabkan
kematian tinggi di Indonesia adalah diabetes mellitus. Diabetes melitus utamanya
diakibatkan karena pola hidup yang tidak sehat (Eko, 2012).
Hipoglikemia merupakan komplikasi yang paling sering muncul pada penderita
diabetes mellitus. Hipoglikemia adalah menurunnya kadar glukosa darah yang
menyebabkan kebutuhan metabolik yang diperlukan oleh sistem saraf tidak cukup,
sehingga menimbulkan berbagai keluhan dan gejala klinik. Hipoglikemia berdampak
serius pada morbiditas, mortalitas dan kualitas hidup.
Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan
petolongan segera. Karena hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen hingga koma sampai kematian.
Maka dari itu, penulis tertarik untuk mengambil topik pembahasan mengenai
teoritis dan asuhan keperawatan pada penderita hipoglikemia. Ada baiknya kita selalu
menjaga kesehatan kita dengan mencegahnya. Bagaimana pun mencegah memang
lebih baik dari mengobati.

1.2 Tujuan Umum

Penulis dapat mengetahuai tentang gambaran teori mengenai hipoglikemia dan


juga Asuhan Keperawatan pada penderita hipoglikemia

1.3 Tujuan Khusus

Setelah melakukan pembelajaran dan penelitian tentang Hipoglikemia, maka


pembaca (mahasiswa/mahasiswi) mampu:
1. Mengetahui pengertian dari Hipoglikemia
2. Mengetahui tanda gejala dari Hipoglikemia
3. Mengetahui faktor risiko dari Hipoglikemia
4. Merencanakan tindakan keperawatan pada klien Hipoglikemia
5. Merumuskan diagnosa keperawatan pada klien Hipoglikemia
BAB II
Tinjauan Teoritis

2.1 Pengertian Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah suatu keadaan dimana kadar glukosa dalam darah dibawah
normal (<70 mg/DL). (ADA. 2016)
Hipoglikemia merupakan penyakit kegawatdaruratan yang membutuhkan
pertolongan segera, karena hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai
dengan kematian (Kedia, 2011)
Hipoglikemia adalah suatu keadaan abnormal, dimana kadar glukosa dalam darah
<50/60 mg/dl (Standards of Medical Care in Diabetes, 2009; Cryer, 2005;
Smeltzer& Bare,2003)
Menurut McNaughton (2011), Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam
mencapai batas normal kadar glukosa darah dibawah normal yaitu <60 mg/dl.
Jadi kesimpulannya, Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar
glukosa plasma lebih rendah dari 45 mg/dl– 50 mg/dl.
Pasien diabetes yang tidak terkontrol dapat mengalami gejala hipoglikemia pada
kadar gula darah yang lebih tinggi dibandingkan dengan orang normal, sedangkan
pada pasien diabetes dengan pengendalian gula darah yang ketat (sering mengalami
hipoglikemia) dapat mentoleransi kadar gula darah yang rendah tanpa mengalami
gejala hipoglikemia.
Menurut Cryer (2005) & Soemadji (2006), pendekatan diagnosis kejadian
hipoglikemia juga dilakukan dengan bantuan Whipple’s Triad yang meliputi:
 Keluhan yang berhubungan dengan hipoglikemia
 Kadar glukosa plasma yang rendah (<50mg/dl
 Perbaikan kondisi setelah perbaikan kadar gula darah (paska koreksi)

2.2 Prevalensi Hipoglikemia

Hipoglikemia lebih sering terjadi pada DM tipe 1 dengan angka kejadian 10-30%
psien per tahun dengan angka kematian 3-4% (Goldman and Shcafer 2012).
Sedangkan DM tipe 2 angka kejadiannya 1,2% pasien per tahun. (Berber et al 2013).
Rata-rata kejadian hipoglikemia meningkat dari 3,2 per 100 orang pertahun
menjadi 7,7 per 100 orang pertahun pada penggunaan insulin (Cutll et al 2001).
Sebagai penyakit akut pada DM tipe 2, Hipoglikemia paling sering disebabkan oleh
penggunaan insulin Dan sulfonilurea (PERKENI 2011).
2.3 Etiologi Hipoglikemia

Dosis pemberian insulin yang kurang tepat, kurangnya asupan karbohidrat karena
menunda atau melewatkan makan, konsumsi alkohol, peningkatan pemanfaatan
karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).

Menurut Sabatine (2006),Hipoglikemia dapat terjadi pada penderita Diabetes


dan Non Diabetes dengan etiologi sebagai berikut :

1. Pada Diabetes
 Dosis insulin atau obat lainnya yang terlalu tinggi, yang diberikan kepada penderita
diabetes untuk menurunkan kadar gula darahnya (Overdose insulin)
 Asupan makan yang lebih dari kurang (tertunda atau lupa, terlalu sedikit, output
yang berlebihan seperti adanya gejala muntah dan diare, serta diet yang berlebih).
 Kelainan pada kelenjar hipofisa atau kelenjar adrenal (mis. Hipotiroid)
 Aktivitas berlebih
 Gagal ginjal

2. Pada Non Diabetes


 Kelainan pada penyimpanan karbohidrat atau pembentukan glukosa di hati
 Pelepasan insulin yang berlebihan oleh pankreas
 Paska aktivitas
 Konsumsi makanan yang sedikit kalori
 Konsumsi alcohol
 Paska melahirkan
 Post gastrectomy
 Penggunaan obat dalam jumlah yang berlebih (mis. Salisilat, sulfonamide)

2.4 Faktor Resiko Hipoglikemia

Terdapat beberapa faktor yang dapat meningkatkan resiko hipoglikemia pada


penderita diabetes (kedia 2011), yaitu
1. Gangguan kesadaran hipoglikemi, merupakan faktor resiko utama,
ketidaksadarantersebut berarti ada ketidakmampuan untuk mendeteksi
terjadinya hipoglikemia dan akibatnya, indivdu cenderung kurang untuk
memulai tindakan korektif cepat dan lebih cenderung menderita episode
parah.
2. Usia muda, karena kesadaran tentang tanda-tanda dan gejala yang lebih
rendah

Faktor predisposisi terjadinya hipoglikemia pada pasien yang mendapat pengobatan


insulin atau sulfonylure (Mansjoer A, 1999), yaitu :
a. Pengurangan/keterlambatan makan
b. Kesalalahan dosis obat
c. Latihan jasmani yang berlebihan
d. Penurunan kebutuhan insulin
e. Penyembuhan dari penyakit
f. Nefropati diabetic
g. Hipotiroidisme
h. Penyakit Addison
i. Hipopituitarisme
j. Hari-hari pertama persalinan
k. Penyakit hati berat

2.5 Klasifikasi Hipoglikemia

Hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) dan Thompson (2011) diklasifikasikan


sebagai berikut :

1. Ringan (glukosa darah 50-60 mg/Terjadi jika kadar glukosa darah menurun
dan sistem saraf simpatik akan terangsang, pelimpahan adrenalin ke darah
menyebabkan gejala : tumor, kegelisahan, rasa lapar, dll.

2. Sedang (glukosa darah <50 mg/dL


Penurunan kadar glukosa dapat menyebakan sel2 otak tidak memperoleh bahan bakar
untuk bekerja dengan baik. Tanda-tanda gangguan fungsi sistem saraf pusat
mencakup ketidakmampuan berkonsentrasi, penurunan daya ingat, penglihatan
ganda, peasaan ingin pingsan.

3. Berat (glukosa darah < 35 mg/dL)


Terjadi gangguan pada sistem saraf pusat, sehingga pasien memerlukan pertolongan
orang lain untuk mengatasi hipoglikemia. Gejalanya : serangan kejang, sulit
dibangunkan bahkan kehilangan kesadaran.

Hipoglikemia spontan pada orang dewasa dibedakan atas dua tipe, yaitu :

1. Hipoglikemia puasa
Hipoglikemia puasa biasanya timbul menyertai penyakit endokrin tertentu,
seperti hipopituitarisme, penyakit Addison, atau mixedema; terkait dengan malfungsi
hepar, seperti alkoholisme akut dan gagal hati; pada orang dengan penyakit ginjal,
terutama pada pasien yang memerlukan dialisis. Pada keadaan ini hipoglikemia nyata
tampilan sekunder. Jika hipoglikemia puasa ini merupakan manifestasi primer, maka
penyebabnya mungkin a) hiperinsulinemia akibat tumor sel b pankreas atau karena
pemberian insulin atau pobat sulfonilurea dosis berlebihan; b) akibat sekresi insulin
tumor ekstra-pankreatik.

2. Hipoglikemia pasca-sarapan (postprandial)


Hipoglikemia reaktif dapat dibagi menjadi awal (2-3 jam sesudah makan) dan lambat
(35 jam pasca-sarapan). Hipoglikemia awal (alimentary) timbul jika ada pengeluaran
KH yang cepat dari lambung kedalam usus halus, diikuti dengan peninggian absorpsi
glukosa dan hiperinsulinemia. Hal ini terlihat pada pasien pasca-gastrektomi
(sindroma dumping). Ada pula yang bersifat fungsional sebagai tanda adanya
overaktivitas saraf parasimpatik yang dimediasi saraf vagus. Pada beberapa keadaan
yang jarang dijumpai adanya defek pada hormon kontra-regulasi, seperti pada
defisiensi growth hormone, glukagon, kortisol, atau respon autonomik.

2.6 Manifestasi Klinis Hipoglikemia

Gejala dan tanda dari hipoglikemia merupakan akibat dari aktivasi sistem saraf
otonom dan neuroglikopenia. Pada pasien dengan usia lajut dan pasien yang
mengalami hipoglikemia berulang, respon sistem saraf otonom dapat berkurang
sehingga pasien yang mengalami hipoglikemia tidak menyadari kalau kadar gula
darahnya rendah (hypoglycemia unawareness). Kejadian ini dapat memperberat
akibat dari hipoglikemia karena penderita terlambat untuk mengkonsumsi glukosa
untuk meningkatkan kadar gula darahnya.

Gejala umum penderita Hipoglikemia :


1. Keringat dingin
2. Letih
3. Sakit kepala
4. Lapar
5. Iritabilitas
6. Tidak enak badan
7. Denyut nadi cepat
8. Menggigil
9. Mual-muntah
10. Hipotensi
11. Pucat dan kulit dingin
12. Pandangan kabur
13. Keluar banyak keringat
14. Tremor

2.7 Patofisiologi Hipoglikemia

Dalam diabetes, hipoglikemia terjadi akibat kelebihan insulin relative ataupun


absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah,
baik pada penderita diabetes tipe I ataupun pada penderita diabetes tipe II. Glukosa
sendiri merupakan bahan bakar metabolisme yang harus ada untuk otak. Efek
hipoglikemia terutama berkaitan dengan sistem saraf pusat, sistem pencernaan dan
sistem peredaran darah (Kedia, 2011).
Glukosa merupakan bahan bakar metabolisme yang utama untuk otak. Selain itu
otak tidak dapat mensintesis glukosa dan hanyamenyimpan cadangan glukosa (dalam
bentuk glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang
normal sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan
pasokan glukosa dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi
penurunan suplai glukosa ke otak. Karena terjadi penurunan suplay glukosa ke otak
dapat menyebabkan terjadinya penurunan suplay oksigen ke otak sehingga akan
menyebabkan pusing,bingung, lemah (Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70 – 110 mg/dL. Penurunan kosentrasi
glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi insulin secara
fisiologis seiring dengan turunnya kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi
glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah
di bawah batas normal, dan timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan
penurunan kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal
(Setyohadi, 2012). Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat
pernapasan sehingga akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif (Carpenito, 2007)
Kosentrasi glukosa darah, peningkatan kosentrasi glucagon dan epineprin sebagai
respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal, dan
timbulnya gejala gejala neurologic (autonom) dan penurunan kesadaran pada
kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal(Setyohadi, 2012).
Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga
akan mengakibatkan pola nafas tidak efektif (Carpenito, 2007). Batas kosentrasi
glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal, persyarafan dan pengaturan
produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh organ perifer. Insulin
memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa darah. Apabila
konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi normal,
hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini, glucagon yang
diproduksi oleh sel α pankreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap
hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormon pertumbuhan jugaberperan
meningkatkan produksi dan mengurangi penggunaan glukosa.Glukagon dan epinefrin
merupakan dua hormon yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut. Glukagon
hanya bekerja dalam hati. Glukagon mula-mula meningkatkan glikogenolisis dan
kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energi akan menyebabkan
ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2010),
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi
jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolisis di jaringan lemak serta
proteolisis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran, akral
dingin, klien pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012).
Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa lapar karena rendahnya
kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa ke jaringan menurun sehingga
masalah keperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat muncul (Carpenito,
2007).
2.8 Pathways

Diabetes dan Defisiensi Insulin

Substitusi Insulin Yang Tidak Sempurna


(tidak terjadi fisiologi penurunan insulin dan
peningkatan glukosa)

Hipoglikemia

Respons Simpatoadrenal

Tidur Terhadap Hipoglikemia


Aktivitas Fisik
Berkurang

Respons Saraf Simpatis


Respon Epinefrin Berkurang
Berkurang

Ketidaksadaran Terhadap Mekanisme Kontra Regulasi


Hipoglikemia Glukosa Terganggu

Hipoglikemia Berulang
2.9 Pemeriksaan Penunjang Hipoglikemia

1. Gula darah puasa


Diperiksa untuk mengetahui kadar gula darah puasa (sebelum diberi glukosa 75 gram
oral) dan nilai normalnya antara 70- 110 mg/dl.
2. Gula darah 2 jam post pradial
Diperiksa 2 jam setelah diberi glukosa dengan nilai normal < 140 mg/dl/2 jam
3. Pemeriksaan HBA1c
Pemeriksaan dengan menggunakan bahan darah untuk memperoleh kadar gula darah
yang sesungguhnya karena pasien tidak dapat mengontrol hasil tes dalam waktu 2- 3
bulan. HBA1c menunjukkan kadar hemoglobin terglikosilasi yang pada orang normal
antara 4- 6%. Semakin tinggi maka akan menunjukkan bahwa orang tersebut
menderita DM dan beresiko terjadinya komplikasi.
4. Pemeriksaan elektrolit,
Terjadi peningkatan creatinin jika fungsi ginjalnya telah terganggu

1. Pemeriksaan Leukosit, terjadi peningkatan jika sampai terjadi infeksi

1.8 Penatalaksanaan Hipoglikemia

Tujuan dilakukan tatalaksana Hipoglikemia yaitu :


1. Memenuhi kadar gula darah dalam otak agar tidak ter
jadi kerusakan irreversibel.
2. Tidak mengganggu regulasi DM.

Pedoman tatalaksana Hipoglikemia menurut PERKENI (2006) pedoman sebagai


berikut :
1. Glukosa diarahkan pada kadar glukosa puasa yaitu 120 mg/dl.
2. Bila diperlukan pemberian glukosa cepat (IV) → satu flakon (25 cc) Dex 40% (10 gr
Dex) dapat menaikkan kadar glukosa kurang lebih 25-30 mg/dl.
Manajemen Hipoglikemi menurut Soemadji (2006); Rush & Louise (2004) ;
Smeltzer & Bare (2003) sebagai berikut:
 Tergantung derajat hipoglikemi:
 Hipoglikemi ringan:
i. Diberikan 150-200 ml teh manis atau jus buah atau 6 -10 butir permen atau 2-3
sendok teh sirup atau madu.
ii. Bila gejala tidak berkurang dalam 15 menitulangi pemberiannya
iii. Tidak dianjurkan untuk mengkonsumsi makanan tinggi kalori coklat, kue, donat,
ice cream, cake
 Hipoglikemi berat:
i. Tergantung pada tingkat kesadaran pasien.
ii. Bila klien dalam keadaan tidak sadar, Jangan memberikan makanan atau minuman

Pada hipoglikemia berat, membutuhkan bantuan eksternal (obat) :

1. Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosaoral karena pingsan, kejang, atau
perubahan status mental. Pada keadaan darurat dapat pemberian dekstorsa dalam air
pada konsentrasi 50% adalah dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa,
sedangkan konsentrasi 25% biasanya diberikan kepada anak – anak.

2. Glukagon
Sebagai hormon kontra – regulasi utama terhadap insulin, glukagon adalah
pengobatan pertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia berat. Tidak seperti
dekstrosa, yang harus diberikan secara IV dengan perawatan kesehatan yang
berkualitas profesional, glukagon dapat diberikan oleh subcutan atau intramuskular.
2.10 Komplikasi Hipoglikemia

Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang berubah selalu
dapat menyebabkan gangguan pernafasan. Selain itu hipoglikemia juga dapat
mengakibatkan kerusakan otak akut. Hipoglikemia berkepanjangan parah bahkan
dapat menyebabkan gangguan neuropsikologis sedang sampai dengan gangguan
neuropsikologis berat karena efek hipoglikemia berkaitan dengan system saraf pusat
yang biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon, 2010) .
Menurut Kedia (2011), hipoglikemia yang berlangsung lama bisa menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapat menyebabkan koma sampai

kematian.
BAB III
TINJAUAN KASUS DAN ASKEP

3.1 Gambaran kasus

Seorang klien dirawat diruang perawatan umum rumah sakit swasta, klien
dirawat dengan keluhan tubuhnya lemas nyaris pingsan. Akhir – akhir ini klien sering
mengeluh haus, sering BAK , sering merasa lapar , berat badan turun 4 kg dalam satu
bulan ini dan BB klien sekarang 68 kg. Keluhan yang dirasakannya klien adalah
mudah lelah, suka terasa kesemutan pada jari-jari tangan atau kaki, serta merasa nyeri
saat beraktivitas dan terasa senat senut pada kepala bagian tengah dengan skala nyeri
yang diperoleh yaitu 6. Keluarga mengatakan bahwa Tn.T memiliki riwayat penyakit
DM 4 tahun yang lalu. Akral klien dingin, klien tampak pucat, mukosa klien tampak
kering, dank klien tampak tremor. Hasil pemeriksaan Gula darah 41mg/dl.
Sebelumnya klien diberikan insulin dan metformin. Diagnosa medis klien :
Hipoglikemia, perawat dan dokter serta paramedic lainnya yang terkait melakukan
perawatan secara integrasi untuk menghindari /mengurangi resiko komplikasi lebih
lanjut.

3.2 Askep Hipoglikemia

1. DATA FOKUS

Data Subjektif Data Objektif

1. Klien mengatakan tubuhnya lemas 1. Hasil pemeriksaan GDS : 41


2. Klien mengatakan merasa letih mg/dl
3. Klien merasa tidak enak badan 2. Sebelumnya klien meminum
4. Klien mengatakan pusing metformin dalam dosis yang
5. Klien mengatakan nyeri kepala berlebih
3. TTV :
P: Saat beraktivitas
Q: Terasa senat senut TD : 140/80 mmHg
R: Nyeri di Kepala bagian tengah (ubun-ubun) N : 102x/menit
S : Skala 6 RR : 20x/menit
T : <20 menit S : 35S

6. Klien mengatakan sering merasa lapar 4. Akral dingin


7. Klien mengatakan BB turun 4 kg dalam 5. Klien tampak pucat
satu bulan ini 6. Klien terbaring lemas
8. Klien mengatakan mudah lelah 7. Mukosa klien kering
9. Klien mengatakan suka terasa kesemutan 8. Klien tampak tremor
pada jari-jari tangan atau kaki 9. BB klien sekarang : 68 kg
10. Klien mengatakan memiliki riwayat DM 4
tahun lalu BB sebelum : 72 kg

10. Diagnosa medis : Hipoglikemia

2. ANALISA DATA

NO. DATA FOKUS PROBLEM ETIOLOGI


1 DATA SUBJEKTIF: Ketidakseimbangan Ketidakmampuan
nutrisi kurang dari mengabsorpsi
1. Klien mengatakan kebutuhan tubuh nutrien
sering merasa lapar
2. Klien mengatakan BB
turun 4 kg dalam satu
bulan ini

DATA OBJEKTIF :

1. Hasil pemeriksaan GDS


: 41 mg/dl
2. Sebelumnya klien
meminum metformin
dalam dosis yang
berlebih dari anjuran
dokter
3. BB klien sekarang : 68
kg

BB sebelum : 72 kg
2 DATA SUBJEKTIF: Nyeri akut Agens cedera
biologis
1. Klien mengatakan
pusing
2. Klien mengatakan nyeri
kepala

P: Saat beraktivitas
Q: Terasa senat senut
R: Nyeri di Kepala
S : Skala 6
T : <20 menit

DATA OBJEKTIF :
1. Klien tampak pucat

3 DATA SUBJEKTIF: Ketidakefektifan Diabetes Militus


perfusi jaringan
1. Klien mengatakan suka perifer
terasa kesemutan pada
jari-jari tangan atau
kaki
2. Klien mengatakan
memiliki riwayat DM 4
tahun lalu

DATA OBJEKTIF:

1. TTV klien :

S :35°C

2. Akral klien dingin


3. Klien tampak tremor

4 DATA SUBJEKTIF : Keletihan Kelesuan fisiologis :


Hipoglikemia
1. Klien mengatakan
tubuhnya lemas
2. Klien mengatakan
merasa letih
3. Klien merasa tidak enak
badan
4. Klien mengatakan
mudah lelah

DATA OBJEKTIF :

1. Klien terbaring lemas

3. DIAGNOSA KEPERAWATAN
NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
1 Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d
ketidakmampuan mengabsorpsi nutrien
2 Nyeri akut b.d agens cedera biologis
3 Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer b.d Diabetes militus
4 Keletihan b.d kelesuan fisiologis : hipoglikemia
4. INTERVENSI
DIAGNOSA TUJUAN DAN KRITERIA HASIL INTERVENSI
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
nutrisi kurang dari keperawatan selama 2x24 jam,
kebutuhan tubuh b.d diharapkan masalah 1. Monitor asupan
ketidakmampuan ketidakseimbangan nutrisi kurang makanan kalori harian
mengabsorpsi nutrien dari kebutuhan pada klien dapat 2. Monitor berat badan
teratasi, dengan kriteria hasil : klien secara rutin
3. Kaji GDS klien sebelum
1. BB klien normal kembali dan sesudah 1 jam
2. Hasil GDS normal : <200 pemberian makan
mg/dl 4. Timbang pasien pada
3. Klien tidak mengonsumsi jam yang sama setiap
obat anti diabetes dalam hari
dosis berlebih 5. Kaji makanan
kesukaan pasien, baik
itu kesukaan pribadi
atau yang dianjurkan
budaya dan agamanya
6. Bantu pasien untuk
makan atau suapi
pasien
7. Ciptakan lingkungan
yang menyenangkan
dan menenangkan
8. Sajikan makanan
dengan menarik
9. Beri penjelasan
kepada klien/keluarga
klien dalam
mengonsumsi obat
anti diabetes sesuai
dosis yang dianjurkan

Kolaborasi :

1. Kolaborasi dengan tim


dokter dalam
menentukan dosis
obat antidiabetes
pada klien
2. Kolaborasi dengan ahli
gizi dalam
menentukan asupan
kalori harian yang
diperlukan untuk
mempertahankan
berat badan yang
sudah ditentukan
Nyeri akut b.d agens Setelah dilakukan tindakan Mandiri :
cedera biologis keperawatan selama 2x24 jam, 1. Kaji skala nyeri klien
diharapkan masalah nyeri akut
2. Berikan lingkungan yang
pada klien dapat teratasi, dengan
kriteria hasil : tenang
3. Atur posisi tidur klien : fowler
1. Klien tidak merasakan nyeri
di kepala saat beraktivitas 4. Ajarkan teknik relaksasi nafas
2. Klien tidak merasa pusing
dalam
3. Klien tidak merasa sakit
kepala 5. Lakukan pengkajian nyeri
4. Skala nyeri klien 0
secara komprehensif meliputi
: P,Q,R,S dan T
Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan tim dokter
dalam pemberian obat
analgesic
Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Mandiri:
perfusi jaringan keperawatan selama 1x24 jam,
perifer b.d Diabetes diharapakan masalah 1. Kaji tingkat kesadaran
militus ketidakefektifan perfusi jaringan klien (GCS)
perifer klien dapat teratasi, dengan
kriteria hasil : 2. Kaji TTV klien
3. Kaji kadar GDS
1. TTV dalam batas normal : sebelum dan 1 jam
sesudah pemberian
TD:120/80 mmHg terapi
N:60-100 x/menit 4. Pertahankan
S: 36,5-37,5°C keefektifan jalan nafas
RR:16-24x/menit klien
5. Berikan posisi supinasi
2. Akral klien tidak teraba
dingin Pada klien
3. Klien tidak merasakan
kesemutan lagi 6. Berikan informasi
4. Klien tidak tremor pada keluarga klien
tentang penyakit dan
penanganannya
7. Ajarkan klien senam
diabetes

Kolaborasi:

1. Kolaborasi dengan tim


dokter dalam
pemberian obat
vitamin neurotropik

Keletihan b.d Setelah dilakukan tindakan Mandiri :


kelesuan fisiologis keperawatan selama 1x24 jam,
(Hipoglikemia) diharapkan masalah keletihan pada 1. Kaji status fisiologis
klien dapat teratasi, dengan kriteri pasien yang
hasil : menyebabkan
1. Klien tidak merasa lemas kelelahan sesuai
2. Klien tidak merasa letih dengan konteks usia
3. Klien merasa enak badan dan perkembangan
2. Kaji TTV klien
3. Batasi aktivitas secara
adekuat
4. Anjurkan klien untuk
beraktivitas ringan
terlebih dahulu
5. Beri edukasi kepada
klien/keluarga klien
dengan menjelaskan
hubungan antara
keletihan dan
proses/kondisi
penyakit

Kolaborasi :
1. Kolaborasi dengan ahli gizi
dalam pemberian asupan
makanan yang berenergi ti
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Hipoglikemia didefinisikan sebagai keadaan di mana kadar glukosa plasma


lebih rendah dari 45 mg/dl –50 mg/dl. Dosis pemberian insulin yang kurang tepat,
kurangnya asupan karbohidrat karena menunda atau melewatkan makan, konsumsi
alkohol, peningkatan pemanfaatan karbohidrat karena latihan atau penurunan berat
badan merupakan penyebab terjadinya hipoglikemia (Kedia, 2011). Beberapa faktor
resiko penyebab hipoglikemia seperti Pengurangan/keterlambatan makan,
Kesalalahan dosis obat, Latihan jasmani yang berlebihan, Penurunan kebutuhan
insulin, dsb. Klasifikasi hipoglikemia dibagi dalam tingkatan ringan, sedang, dan
berat. Manisfestasi klinis yang sering kita jumpai pada penderita hipoglikemia ini
yaitu sering lemas, lesuh, letih, tidak fokus terhadap sesuatu, dan mengalami
penurunan berat badan. Pemeriksaan penunjang yang utama yatiu pemeriksaan gula
darah yang apabila didapatkan hasil kurang dari normal yaitu <50 mg/dl. Tujuan
dilakukan tatalaksana Hipoglikemia yaitu untuk memenuhi kadar gula darah dalam
otak agar tidak terjadi kerusakan irreversibel, serta tidak mengganggu regulasi DM
dan mengarahkan agar kadar glukosa plasma berada dalam batas normal orang puasa
yaitu 120mg/dl. Komplikasi yang dapat terjadi yakni kerusakan pada otak, kematian ,
koma, dsb. Pemberian asuhan keperawatan pada pasien dengan hipoglikemia yang
tertera, sudah sesuai dengan tinjauan teori, begitu juga dengan pelaksanaannya tidak
ada kesenjangan antara tinjauan teori dengan tinjauan kasus.

4.2 SARAN

Saran yang dapat disampaikan dari isi makalah ini yakni diharapkan dapat
meningkatkankinerja perawat dandapat memberikan asuhankeperawatan
kegawatdaruratan khususnya pada pasien hipoglikemia secara cepat dan tepat. Dan
diharapkan bagi mahasiswa untukdapat menggunakan kesempatan ini sebaik
mungkin untuk serius mencari pengetahuan dalam perawatan penderita hipoglikemia
DAFTAR PUSTAKA

Hadiatma, Mega. 2012. NURSING CARE IN HYPOGLYCEMIA IN PATIENTS


WITH DIABETES MELLITUS IN THE INSTALLATION EMERGENCY
HOSPITAL. Naskah publikasi UMS.pdf

PERKENI 2011

Jurnal UNDIP

Jurnal UNAIR

http://nightingalecare.blogspot.com/2017/05/asuhan-keperawatan-hipoglikemia.html

You might also like