You are on page 1of 28

KEPERAWATAN REPRODUKSI I

ASUHAN KEPERAWATAN PENYAKIT KANKER SERVIKS

Oleh :
Kelompok 5

Ayu Susilawati 131211131010


Eva Riantika Ratna Palupi 131211131026
Meifianto Agus Eko K 131211131104
Meyvita Sari Rike Y 131211132013
Erlia Widyaningrum 131211132050
Shilvy Dwi Purnama S 131211133006
Vindy Ayu Marinda 131211133022
Mariana Puspitasari 131211133040

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN NERS

FAKULTAS KEPERAWATAN

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA, 2014
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, sehingga penulis dapat
menyelesaikan tugas Keperawatan Reproduksi 1 yaitu makalah yang berjudul “Asuhan
Keperawatan Pada Pasien dengan Penyakit Kanker Serviks”.

Penulis menyampaikan terimakasih kepada:

1. Ni Ketut Alit A, S.Kp., M.Kes sebagai PJMA mata kuliah Keperawatan Reproduksi I
yang senantiasa memberikan bimbingan dan arahan dalam memberikan materi dan
penyelesaian makalah ini;
2. Esti Yunitasari, S.Kp., M.Kes sebagai fasilitator; dan
3. Teman-teman serta semua pihak yang telah bekerja sama dan membantu dalam
penyelesaian makalah ini.
Penulis menyadari bahwa makalah ilmiah ini masih banyak kekurangan, oleh
karena itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun. Akhirnya penulis
berharap semoga makalah ilmiah ini bermanfaat bagi pembaca.

Surabaya, 2 Oktober 2014

Kelompok 5

ii
DAFTAR PUSTAKA

KATA PENGANTAR ...............................................................................................................ii


DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. iii
BAB 1 PENDAHULUAN ......................................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................. 1
1.2 Tujuan............................................................................................................................... 2
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................................ 4
2.1 Pengertian Kanker Serviks ............................................................................................... 4
2.2 Etiologi Kanker Serviks ................................................................................................... 6
2.3 Patofisiologi Kanker Serviks (Lampiran) ........................................................................ 7
2.4 Manifestasi Klinis Kanker Serviks ................................................................................... 8
2.5 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks ......................................................................... 9
2.6 Komplikasi Kanker Serviks ........................................................................................... 10
2.7 Prognosis Kanker Serviks .............................................................................................. 10
2.8 Penatalaksanaan Kanker Serviks .................................................................................... 11
2.9 Asuhan Keperawatan...................................................................................................... 12
2.9.1 Kasus ....................................................................................................................... 12
2.9.2 Pengkajian ............................................................................................................... 13
2.9.3 Diagnosa Keperawatan ............................................................................................ 19
2.9.4 Intervensi ................................................................................................................. 20
2.9.5 Implementasi dan Evaluasi ...................................................................................... 22
BAB 3 KESIMPULAN............................................................................................................ 24
DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................................. 25

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Kanker Leher Rahim (Kanker Serviks) adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam
leher rahim/serviks (bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina.
Kanker serviks biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun. 90% dari kanker serviks
berasal dari sel skuamosa yang melapisi serviks dan 10% sisanya berasal dari sel kelenjar
penghasil lendir pada saluran servikal yang menuju ke dalam rahim. Karsinoma serviks
biasanya timbul pada zona transisional yang terletak antara epitel sel skuamosa dan epitel
sel kolumnar.
Hingga saat ini kanker serviks merupakan penyebab kematian terbanyak akibat
penyakit kanker di negara berkembang. Sesungguhnya penyakit ini dapat dicegah bila
program skrining sitologi dan pelayanan kesehatan diperbaiki. Diperkirakan setiap tahun
dijumpai sekitar 500.000 penderita baru di seluruh dunia. Kanker serviks mempunyai
insidens yang tertinggi di Negara-negara sedang berkembang yaitu menempati urutan
pertama, sedang dinegara maju ia menempati urutan ke 10, atau secara keseluruhan ia
menempati urutan ke 5. Berdasarkan data dari 13 Pusat Patologi di Indonesia dari 13644
kasus pada pria dan wanita ia mempunyai frekuensi tertinggi yaitu 27% atau 36% dari
10233 kasus pada wanita saja. Dan data dari beberapa gabungan rumah sakit di Indonesia
menunjukan frekuensinya juga paling tinggi yaitu 16,0%, disusul oleh hati/hepatoma
(12,0%), payudara (10,0%), paru (9,0%) kulit, nasofarings (7,0%), leukemia (5,0%), usus
besar (4,5%) dan lain-lain (1,7%).
Salah satu penyebabnya adalah karena infeksi human Papilloma Virus (hPV) yang
merangsang perubahan perilaku sel epitel serviks. Dalam perkembangan kemajuan di
bidang biologi molekuler dan epidemiologi tentang hPV, kanker serviks disebabkan oleh
virus hPV. Banyak penelitian dengan studi kasus kontrol dan kohort didapatkan Risiko
Relatif (RR) hubungan antara infeksi hpV dan kanker serviks antara 20 sampai 70. Lebih
dari 70% kanker serviks disebabkan oleh infeksi hPV tipe 16 dan 18. Infeksi hPV
mempunyai prevalensi yang tinggi pada kedua kelompok usia muda, sementara kanker
serviks baru timbul pada usia tiga puluh tahunan atau lebih.
Penyakit ini berawal dari infeksi virus yang merangsang perubahan perilaku sel epitel
serviks. Pada saat ini sedang dilakukan penelitian vaksinasi sebagai upaya pencegahan

1
dan terapi utama penyakit ini di masa mendatang. Risiko terinfeksi virus HPV dan
beberapa kondisi lain seperti perilaku seksual, kontrasepsi, atau merokok akan
mempromosi terjadinya kanker serviks. Mekanisme timbulnya kanker serviks ini
merupakan suatu proses yang kompleks dan sangat variasi hingga sulit untuk dipahami.
Insiden dan mortalitas kanker serviks di dunia menempati urutan kedua setelah kanker
payudara. sementara itu, di negara berkembang masih menempati urutan pertama sebagai
penyebab kematian akibat kanker pada usia reproduktif. Hampir 80% kasus berada di
negara berkembang. Sebelum tahun 1930, kanker servik merupakan penyebab utama
kematian wanita dan kasusnya turun secara drastis semenjak diperkenalkannya teknik
skrining pap smear oleh Papanikolau. Namun, hingga kini program skrining belum lagi
memasyarakat di negara berkembang, hingga mudah dimengerti mengapa insiden kanker
serviks masih tetap tinggi.
Hal terpenting menghadapi penderita kanker serviks adalah menegakkan diagnosis
sedini mungkin dan memberikan terapi yang efektif sekaligus prediksi prognosisnya.
Hingga saat ini pilihan terapi masih terbatas pada operasi, radiasi dan kemoterapi, atau
kombinasi dari beberapa modalitas terapi ini. Namun, tentu saja terapi ini masih berupa
“simptomatis” karena masih belum menyentuh dasar penyebab kanker yaitu adanya
perubahan perilaku sel. Terapi yang lebih mendasar atau imunoterapi masih dalam tahap
penelitian.
Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya penyebaran penyakit secara
anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan teknologi kedokteran.
Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk membandingkan tingkat
keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan penyakit. Secara universal
disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui sistem stadium.

1.2 Tujuan
1.2.1 Tujuan Umum
Dengan adanya makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami dan
melakukan peran sebagai perawat dan dapat merumuskan asuhan keperawatan pada
pasien dengan penyakit kanker serviks.

1.2.2 Tujuan Khusus


1. Menjelaskan definisi dari penyakit kanker serviks

2
2. Menjelaskan etiologi penyakit kanker serviks
3. Menjelaskan patofisiologi penyakit kanker serviks
4. Menjelaskan manifestasi klinis yang muncul akibat penyakit kanker serviks
5. Menjelaskan pemeriksaan Diagnostik penyakit kanker serviks
6. Menjelaskan penatalaksanaan penyakit kanker serviks
7. Menjelaskan prognosis dari penyakit kanker serviks
8. Menjelaskan Web of caution penyakit kanker serviks
9. Dapat menyusun asuhan keperawatan pada pasien dengan penyakit kanker
serviks

3
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Kanker Serviks


Kanker Serviks atau Kanker Leher Rahim adalah kanker yang terjadi akibat sel-sel
servik terbelah secara tak terkendali yang disebabkan oleh beberapa faktor seperti infeksi
virus HPV(Human Papilloma Virus), teracuni oleh nikotin dan sperma(yang mengandung
virus). Perubahan sel-sel epitel seviks yang terjadi ini biasanya disertai dengan
karakteristik histologi. Proses perubahan pertaman menjadi tunor ini mulai terjadi pada
sel-sel Squamocolummar junction. Gejalanya meliputi perdarahan post-menopause, perut
bagian bawah terasa berat, vagina terasa kering, nafsu makan berkurang, berat badan
turun, lelah, nyeri panggul, tungkai, keputihan disertai gatal, ruam dan nyeri vagina, perih
saat buang air kecil.

Kanker serviks adalah perubahan sel-sel serviks dengan karakteristik histology.


Proses perubahan pertama menjadi tumor ini mulai terjadi pada sel-sel squamoculummar
junction. Kanker serviks ini terjadi paling sering pada usia 30 sampai 45 tahun, tetapi
dapat terjadi pada usia dini yaitu 18 tahun ( Mitayani 2009).
Kanker serviks adalah tumor ganas yang tumbuh didalam leher rahim atau cerviks
(bagian terendah dari rahim yang menempel pada puncak vagina). Kanker serviks
biasanya menyerang wanita berusia 35-55 tahun (Nanda.2005).
Faktor resiko yang menyebabkan kanker serviks meliputi merokok, hubungan seks
pertama di usia dini, berganti pasangan seks, infeksi herpes dan klamidia menahun,
gangguan kekebalan, serta pemakaian pil KB lebih dari 5 tahun. Dalam 4 dekade terahir,

4
kejadian dan kematian akibat kanker serviks dapat menurun karena diadakannya uji
deteksi dini seperti uji pap smear, koloskopi, servikografi, pap net, uji DNA HPV.

Berikut adalah stadium pada kanker serviks:


1. Stadium 0 : terjadi pertumbuhan kanker jaringan epitel Rahim.
2. Stadium I : pertumbuhan masih sebatas pada leher Rahim.
3. Stadium IA : secara mikroskopis, kanker telah menginvasi jaringan(terjadi
penetrasi). Ukuran invasi sel kanker: kedalaman ≤ 5mm, sedangkan lebarnya ≤ 7mm
4. Stadium 1B : terjadi lesi yang ukurannya lebuh besar dari lesi yang terjadi di
stadium 1A
5. Stadium IB1 : ukuran tumor ≤4 cm
6. Stadium IB2 : tumor ≥ 4cm
7. Stadium II : karsinoma meluas keluar leher Rahim tetapi belum sampai ke dinding
pelvis; karsinoma menyerang vagina tapi belum mencapai 1/3 vagina bagian bawah.
8. Stadium IIA : belum memiliki parameter jelas.
9. Stadium IIB : parameter sudah jelas.
10. Stadium III : karsinoma meluas ke dinding pelvis; pada pemeriksaan rektal, tidak
terlihat adanya ruang kosong antara tumor dan dinding pelvis; tumor menyerang 1/3
vagina bagian bawah; pada semua kasus juga ditemukan adanya hidronefrosis atau
ginjal tidak berfungsi
11. Stadium IIIA : Kanker tidak menjalar ke dinding pelvis, tapi menyerang 1/3 vagina
bagian bawah
12. Stadium IIIB : Menjalar ke dinding pelvis, terjadi hidronefrosis atau kegagalan
fungsi ginjal, atau keduanya

5
13. Stadium IV : Karsinoma meuas melewati pelvis atau mukosa kandung kemih atau
rektal
14. Stadium IVA : Menyebar ke organ yang berdekatan
15. Stadium IVB : Menyebar ke organ yang jauh

2.2 Etiologi Kanker Serviks


2.2.1 Etiologi
Kanker serviks dan lesi prakanker adalah berasal dari kelamin maka beberapa
factor yang ditularkan melalui hubungan seksual dapat terlibat dalam proses inisiasi
neoplastik. Ada tiga factor yang perlu mendapat perhatian yaitu: smegma, infeksi
virus, dan spermatozoa.
a. Smegma
Sel deskuamasi dan sekresi sebaseus di bawah prefusium pada pria yang tidak di
sunat, dahulu dianggap sebagai factor etiologi kanker serviks. Tetapi sekarang
baik secara laboratorik maupun epidemilogi tidak terbukti.
b. Virus
Human Pappiloma Virus (HPV) adalah DNA virus yang menimbulkan
proliferasi pada permukaan epidermal dan mukosa. Ada banyak jenis virus HPV
diantaranya adalah HPV tipe 6,11,42, 43, 44, 16, 18, 31, 33, 35, 45, 51, 52, 56,
58. Virus yang menyerang jaringan serviks ini adalah kebanyakan tipe 16 dan
18.
c. Spermatozoa
Sel skuamosa metaplastik dapat memfagosit sisa-sisa sperma dan
menghubungkannya dengan inti sel. Permukaan inti sel stroma dan subetipel
terdiri dari jalinan DNA yang berhubungan dengan inti sel (nucleus) sehingga
dapat mengontrol sintesis DNA.

2.2.2 Faktor Risiko


Faktor risiko yang berhungan dengan kanker serviks adalah aktivitas seksual
pada usia muda (<16 tahun), hubungan seksual dengan multipatner , menderita HIV
dan atau mendapat penyakit/ penekanan kekebalan (immunoppressive) yang
bersamaan dengan infeksi hPV, dan perempuan perokok. Wanita perokok
mengandung konsentrat nikotin dan kotinin didalam serviks mereka yang merusak

6
sel. Laki-laki perokok juga terdapat konsetrat bahan ini pada sekret genitalnya, dan
dapat memenuhi servik selama intercourse.Defisiensi beberapa nutrisional dapat
juga menyebabkan servikal displasia.National Cancer Institute merekomendasikan
bahwa wanita sebaiknya mengkonsumsi lima kali buah-buahan segar dan sayuran
setiap hari. Jika anda tidak dapat melakukan ini, pertimbangkan konsumsi
multivitamin dengan antioksidan seperti vitamin E atau beta karoten setiap hari.

2.3 Patofisiologi Kanker Serviks (Lampiran)


Etiologi dari kanker belum pasti namun sudah ada persetujuan umum yang
menekankan bahwa bentuk kanker ini dimulai adanya dysplasia ringan, baik pada sel-sel
epitel serviks (ektoserviks dan endoserviks) yang lazim atau pada kondiloma yang rata,
yang ditandai dengan perubahan koilositosis. Dysplasia menjadi lebih tidak teratur dan
dapat terjadi bersamaan dengan beberapa variasi sel dan ukuran inti dengan proses
mitosis yang tampak normal di atas lapisan basal.,baik pada mukosa serviks maupun pada
kondiloma yang rata; perubahan ini dinamakan dysplasia sedang. Pada derajat I dan II,
sel-sel pada lapisan superficial masih berdiferensiasi dengan normal, namun pada
beberapa kasus diketahui perubahan koilositosis (tahap ini adalah dysplasia berat atau
CIN derajat 3), yang ditandai dengan lebih banyaknya variasi sel dan ukuran inti,
orientasi yang tidak teratur, hiperkromasi, dengan mitosis normal atau abnormal, ada
kalanya proses ini mendekati permukaan. Diferensiasi sel permukaan koilositosis,
biasanya menghilang atau sangat jarang dijumpai pada CIN derajat III, perubahan
epitelnya belum sampai menginvasi jaringan stroma di bawahnya tapi dapat berlanjut
kedalam kelenjar endoserviks, perubahan itu berupa karsinoma in situ. Berdasarkan
biopsy yang dilakukan secara berurutan, diketahui bahwa perubahan dari sel diplasia ini
akan menjadi karsinoma in situ dan karsinoma invasive berjalan lambat dan diperlukan
waktu sampai beberapa tahun (10-15) tahun.

Sebaliknya, jika karena kehamilan dan HPV baik dengan atau tanpa pembentukan
kondiloma dapat menimbulkan perubahan epitel yang segera didiagnosis menjadi
karsinoma in situ, atau perubahan in situ yang mungkin kecil dan hilang saat biopsy
akibat pengaruh trauma, waktu melahirkan, penyinaran atau akibat infeksi sekunder
(servisitis). Pada tahap CIN perubahan tidak akan terlihat oleh mata telanjang, namun
akan terlihat jika dilakukan tes sitology untuk melihat sela tipis, disamping itu koloskopi
akan memberikan gambaran yang lebih jelas, untuk memeriksa focus pada warna mukosa

7
maka dilakukan uji schiller, warna normal yang terlihat adalah coklat, sedangkan jika
terdapat sela tipis (sel dengan pertumbuhan yang abnormal) maka warnanya akan pucat.

Gambaran histologic dari 95% karsinoma serfiks adalah karsinoma sel squamosa
dengan diferensiasi, sisanya 5% ialah adenokarsinoma yang mungkin berasal dari
kelenjar endoserviks atau campuran dari bentuk sel squamosa dan bentuk adeno yang
disebut karsinoma adenosquamosa.

Pada karsinoma invasive akan memperlihatkan 3 bentuk. Bentuk yang paling sering
terjadi adalah tumor menonjol eksofilik (fungating) yang dimulai dengan penebalan
nodular dari epitel dan adakalanya seperti kembang kol yang menonjol kepermukaan
sekitarnya dan adakalanya melingakari osteumeksternum. bentuk keduanya adalah
ulseratif yang ditandai dengan terlepasnya jaringan ekrotik dibagian tengah tumor
tersebut. Bentuk ketiga yang paling jarang dijumpai ialah bentuk ilfiltratif yang cendrung
tumbuh kedalam jaringan stroma dibawahnya, dari pada tumbuh kepermukaan. Dengan
seiringnya waktu ketiga bentuk ini menjadi satu dan menyebabkan infiltrasi pada jaringan
dibawahnya, menyumbat osteum eksternum, tumbuh keatas menuju saluran endoserviks
dan segmen bawah uterus, dan akhirnya meluas ke dinding fundus dan meluas ke
ligament uterus. Pertumbuhan berikutnya dapat menjalar ke rectum dan dasar buli-buli
dan bisa menyumbat ureter.metastasis selanjutnya akan menginfesiksi kelenjar getah
bening iliaka interna dan hipogastrika. Metastasis lebih lanjut akan menyebabkan masalah
pada paru-paru, tulang, dan hepar.

2.4 Manifestasi Klinis Kanker Serviks


a. Kebanyakan asimtomatik
b. Jumlah perdarahan meningkat dan menjadi cair. Rabas ini berwarna gelap dan berbau
busuk karena nekrosis dan infeksi dari massa tumor
c. Perdarahan terjadi pada interval yang tak teratur antara periode atau setelah
menopause; cukup besar dibandingkan hanya bercak yang terdapat pada pakaian
dalam, dan biasanya terlihat setelah trauma ringan (hubungan seksual, douching, atau
defekasi)
d. Dengan berjalannya penyakit, perdarahan mungkin persisten dan meningkat
e. Sejalan dengan berkembangnya kanker, jaringan disebelah luar serviks terserang
termasuk kelenjar limfe anterior ke sakrum
f. Saraf yang terkena mengakibatkan nyeri yang sangat pada punggung dan tungkai

8
g. Tahap akhir : kurus eksterm dan anemia, sering dengan demam akibat infeksi
sekunder dan abses pada massa yang mengalami ulserasi, dan pembentukan fistula
h. Urgensi berkemih, disuria (akibat bendungan kanker), dan hematuria
i. Perdarahan menstruasi lebih banyak, atau timbul perdarahan menstruasi lebih sering,
atau timbul perdarahan diantara siklus menstruasi.
j. Pada stadium lanjut bisa mengakibatkan nyeri pada rongga panggul, dan juga timbul
pasca coitus
k. Sembab anggota bawah (daerah pubis bagian atas) karena penekanan pembuluh darah
balik.
l. Metroragi. Merupakan tanda keganasan serviks invasif yang paling sering
m. Disfungsi kandung kemih atau rectum dan fistula (manifestasi lanjut)
n. Anemia, anoreksia, dan kehilangan berat badan

2.5 Pemeriksaan Diagnostik Kanker Serviks


1. Biopsy dan penilaian jaringan secara makroskopis penting untuk menegakkan atau
menyingkirkan diagnosis kanker. Menentukan bagian mana yang akan dibiopsi sangat
penting.
Karena dalam perdarahan ada unsur-unsur nekrosis dan peradangan. Pada
kemungkinan kanker invasif serviks, biopsi daerah ulserasi tidak berguna atau sulit
diinterpretasi. Karena itu lakukan biopsi di tepi lesi, dimana perbedaan jaringan
normal dan ganas sangat jelas. Tindakan ini dapat dipermudah dengan uji Schiller.
2. Uji Schiller
Larutan yodium encer akan memberi warna coklat pada permukaan serviks normal
karena sel-sel epitel serviks normal mengandung glikogen. Daerah epitel yang
melapisi serviks dengan keganasan tidak mengandung glikogen, dan akan tetap tidak
terwarnai jika diberikan larutan Schiller atau Lugol. Karena itu biopsi pada daerah
dengan uji Schiller positif yang memiliki lesi granuler, noduler atau papiler biasanya
dapat memastikan kanker invasif bila ada.
3. Kolposkopi
Kolposkopi dapat mengenali kemungkinan karsinoma invasif dini di daerah CIN
(neoplastik intraaepitel serviks). Biopsi langsung dari tempat yang dicurigai seperti ini
dapat menunjukkan adanya invasi dini ke stroma. Biopsy lubang (punch biopsy)
langsung dengan koloskopi disertai kuretase ringan pada endoserviks dapat
menghindari biopsy kerucut (cone biopsy) serviks yang lebih luas. Namun kanker

9
invasif yang jelas biasanya menimbulkan uslerasi dan perdarahan, sehingga tidak
diperlukan kolposkopi untuk biopsi.
- Servikografi
Dengan kamera 35 mm, asam asetik, dan foto diambil
Dibuat slide dievaluasi ahli kolposkopi
- Mikrokoloskopi
Dengan pembesaran tingii
Epitel serviks dicat dengan Meyer hematoksilin atau toluidide blue
4. Papsmear
5. Pengambilan sampel sitologis
6. USG atau MRI

2.6 Komplikasi Kanker Serviks

Komplikasi berkaitan dengan intervensi pembedahan sudah sangat menurun yang


berhubungan dengan peningkatan teknik-teknik pembedahan tersebut. Komplikasi
tersebut meliputi: fistula uretra, disfungsi kandung kemih, emboli pulmonal, limfosit,
infeksi pelvis, obstruksi usus besar dan fistula rektovaginal. Komplikasi yang dialami
segera saat terapi radiasi adalah reaksi kulit, sistitis radiasi dan enteritis. Komplikasi
berkaitan pada kemoterapi tergantung pada kombinasi obat yang digunakan. Masalah
efek samping yang sering terjadi adalah supresi sumsum tulang, mual dan muntah karena
penggunaan kemoterapi yang mengandung sisplatin. ( Gale Danielle, 2000 )

2.7 Prognosis Kanker Serviks

Prognosis kanker serviks tergantung dari stadium penyakit umumnya untuk stadium
satu lebih dari 90%, untuk stadium II 60-80%, stadium III kira-kira 50%, dan untuk
stadium IV kurang dari 30%.
a. Stadium 0
100 % penderita dalam stadium ini akan sembuh
b. Stadium 1
Kanker serviks stadium 1 sering dibagi menjadi 2, IA dan IB. Dari semua wanita yang
terdiagnosis pada stadium IA memiliki persentase sebesar 95%. Untuk stadium 1B
persentase sebesar 70-90%.
10
c. Stadium 2
Kanker serviks stadium 2 dibagi menjadi 2, 2A dan 2B. Dari semua wanita yang
terdiagnosis pada pada stdium 2A memiliki persentase sebesar 70-90%. Untu stadium
2B persentase sebesar 60-65%.

2.8 Penatalaksanaan Kanker Serviks


1. Kemoterapi
Kemoterapi adalah suatu bentuk terapi kanker yan mengalami kemajuan cepat dan
aplikasi baru. Bahan-bahan kemoterapi adalah obat sitotoksik yang bekerja dalam
berbagai cara pada sel-sel spesifik selama berbagai fase siklus kehidupan sel.
Obat kemoterapi ada beberapa macam, diantaranya adalah :
a. Obat golongan Alkylating agent, platinum Compouns, dan Antibiotik Anthrasiklin
obst golongan ini bekerja dengan antara lain mengikat DNA di inti sel, sehingga
sel-sel tersebut tidak bisa melakukan replikasi.
b. Obat golongan Antimetabolit, bekerja langsung pada molekul basa inti sel, yang
berakibat menghambat sintesis DNA.
c. Obat golongan Topoisomerase-inhibitor, Vinca Alkaloid, dan Taxanes bekerja
pada gangguan pembentukan tubulin, sehingga terjadi hambatan mitosis sel.
d. Obat golongan Enzim seperti, L-Asparaginase bekerja dengan menghambat
sintesis protein, sehingga timbul hambatan dalam sintesis DNA dan RNA dari sel-
sel kanker tersebut.
Pola Pemberian Kemoterapi :
a. Kemoterapi Induksi
Ditujukan untuk secepat mungkin mengecilkan massa tumor atau jumlah sel
kanker, contoh pada tomur ganas yang berukuran besar (Bulky Mass Tumor) atau
pada keganasan darah seperti leukemia atau limfoma, disebut juga dengan
pengobatan penyelamatan.
b. Kemoterapi Adjuvan
Biasanya diberikan sesudah pengobatan yang lain seperti pembedahan atau
radiasi, tujuannya adalah untuk memusnahkan sel-sel kanker yang masih tersisa
atau metastase kecil yang ada (micro metastasis).
c. Kemoterapi Primer

11
Dimaksudkan sebagai pengobatan utama pada tumor ganas, diberikan pada kanker
yang bersifat kemosensitif, biasanya diberikan dahulu sebelum pengobatan yang
lain misalnya bedah atau radiasi.
d. Kemoterapi Neo-Adjuvan
Diberikan mendahului/sebelum pengobatan /tindakan yang lain seperti
pembedahan atau penyinaran kemudian dilanjutkan dengan kemoterapi lagi.
Tujuannya adalah untuk mengecilkan massa tumor yang besar sehingga operasi
atau radiasi akan lebih berhasil guna.
2. Radiasi
Radiasi, pengion dan non-pengion, digunakan untuk terapi lokal lesi-lesi kanker.
Radiasi non-pengion yang dihasilkan oleh laser digunakan secara langsung dan
dengan segera menobilterasi tumor. Radiasi laser dapat disalurkan melalui sebuah
endoskop untuk menghancurkan tumor di dalam organ-organ berongga.
3. Bioterapi
Bioterapi, modalitas terbaru dalam terapi kanker, meliputi bahan-bahan yang berasal
dari sumber biologis atau yang mempengaruhi respons biologis (Rieger, 1991).
Contoh bahan yang digunakan adalah interferon, interleukin, faktor penstimulasi
koloni, dan antibody monoclonal.
4. Pengangkatan non-pembedahan konservatif terhadap lesi precursor; terapi beku
(pembekuan dengan oksida nitrat) atau terapu laser juga efektif.
5. Konisasi untuk karsinoma in situ.
6. Histerektomi sederhana jika terjadi kanker serviks preinvasif setelah melahirkan anak.
7. Pembedahan, dengan atau tanpa kemoterapi, adalah pengobatan pilihan bagi semua
kanker saluran reproduksi.
8. Bedah laser atau cryosyrgery (bedah beku) dapat digunakan untuk kanker vaina atau
serviks.
9. Salpingo-ooforektomi bilateral profilaktik, pengangkatan pada area yang terkena
kanker.

2.9 Asuhan Keperawatan


2.9.1 Kasus

Ny S berusia 51 tahun diantarkan suaminya ke RS Dr.Soetomo pada tanggal 8


September 2014. Ny S menyampakaikan keluhan berupa sakit yang terus menerus

12
pada perut bagian bawah dan panggulnya serta keluar darah dari kemaluan sejak 8
bulan yang lalu. Ny. S juga menyatakan bahwa perutnya akan semakin sakit jika
digunakan untuk duduk. Ny S mengatakan sangat resah dengan kondisinya. Ny S
menceritakan riwayat menstruasinya yang tidak teratur dan mengalami keputihan
sejak beberapa bulan yang lalu. Pasien juga mengatakan tidak nafsu makan dan
menghabiskan makan hanya 1/3 porsi saja. Sehingga berat badannya semakin
menurun. Sebelum sakit BB 53 kg dan ketika datang ke RS 50 kg. Setelah
dilakukan pemeriksaan didapatkan hasil TD 110/60 mmHg, N : 88 x/menit, RR : 20
x/menit dan S: 37 derajat.

2.9.2 Pengkajian

a. Pengkajian
1. Identitas klien
Nama : Ny S
TTL : Surabaya, 24 Agustus 1963
Umur : 51 tahun
Pekerjaaan : Ibu Rumah Tangga
Alamat : Surabaya
Tanggal MRS : 8 September 2014
Nama Suami : Tn A
Umur : 52 tahun
Pekerjaan : Wiraswasta
2. Data Umum Kesehatan
- Riwayat Kesehatan Sekarang
Klien masuk ruang Ginekologi IRNA A RS. Dr. Soetomo Surabaya
pada tanggal 8 september 2014 jam 08.00 dengan keluhan keluar darah
dari kemaluan sejak 8 bulan yang lalu, warna merah, tidak berbau,
riwayat perdarahan post coitus tidak ada.
Keluhan utama : Klien mengeluh perut bagian bwah dan panggulnya
terasa sakit dan sakitnya bertambah berat bila duduk, klien merasa
lemah, susah tidur, merasa letih, klien tampak menangis, tampak
gelisah.

13
Faktor pencetus : sakit akan bertambah berat bila digunakan untuk
duduk
Frekuensi : terjadi terus menerus
- Riwayat Kesehatan Dahulu
Klien mengatakan sejak 2 tahun yang lalu sering mengalami keputihan,
tidak pernahmengalami penyakit hipertensi, DM
- Riwayat Kesehatan Keluarga
Klien mengatakan tidak ada keluarganya yang menderita penyakit
kanker
- Riwayat Menstruasi
Klien mengatakan menstruasi pertama pada umur 12 tahun dengan
siklus teratur sekali setiap bulan, lamanya 5-7 hari, darah haid ganti 3-
4 duk/hari, nyeri haid tidak dirasakan.
- Riwayat Perkawinan
Klien mengatakan menikah satu kali pada tahun 1979 (pada usia 16
tahun), suami 1 orang, anak 5 orang. Anak pertama lahir tahun 1981,
anak kedua lahir tahun 1983, anak ketiga lahir tahun 1985, anak
keempat lahir tahun 1993, dan anak kelima tahun 1996.
- Riwayat Keluarga Berencana
Klien mengatakan menggunakan alat kontrasepsi suntik dan kadang-
kadang pil KB, lamanya kurang lebih 5 tahun
3. Pola Nutrisi
BB sekarang tidak ditimbang karena keadaan klien lemah, TB 154 cm.
klien mengatakan sebelum sakit BB 56 kg. klien mengatakan dalam sehari
makan sebanyak 3 kali makanan habis 1/3 porsi yang diberikan, kerena
kurang nafsu makan. Klien mengatakan dalam 3 bulan terakhir berat badan
terasa sangat turun. Klien mengatakan minum dari pagi 6-7 gelas dalam 24
jam (± 1400 cc)
4. Pola Eliminasi
Klien mengatakan buang air besar 1 kali dalam sehari diwaktu pagi, warna
kuning dan agak lembek, tidak menggunakan pencahar.
5. Pola Tidur dan Istirahat

14
Klien mengatakan tidur malam jm 10 waktu tidur 4-5 jam dan sering
terbangun karena perutnya terasa sakit. Klien merasa kurang tidur.
6. Pola Aktivitas dan Latihan
Klien mengatakan ke toilet dibantu dengan orang lain, mandi hanya diseka
di tempat tidur, klien lebih banyak berbaring di tempat tidur.
7. Pola Bekerja
Klien mengatakan sebelum sakit klien di hanya di rumah sebagai ibu
rumah tangga
8. Riwayat Keluarga

9. Riwayat Lingkungan
Kebersihan : klien mengatakan rumahnya cukup bersih
Bahaya : klien mengatakan tidak merasakan adanya bahaya dari
lingkungan sekitar tempat tinggalnya.
Polusi : klien mengatakan tidak ada pencemaran lingkungan tempat tinggal
dari sampah dan limbah pabrik
10. Aspek Psikososial
a. Persepsi diri
Hal yang sangat dipikirkan saat ini adalah cemas dengan penyakitnya
karena 1 hari yang lalu darah kembali keluar dari kemaluannya.
Harapan setelah menjalani perawatan yaitu klien berharap sembuh dari
penyakitnya.
b. Pertahanan diri
Klien mengatakan untuk mengisi waktu luang selama di RS klien
membaca al-quran, klien tampak menangis dan merintih saat kesakitan
c. Sistem nilai dan kepercayaan

15
Klien beragama islam, tidak ada kepercayaan yang bertentangan
dengan pengobatan yang dilakukan
11. Pemeriksaan Fisik
a. KU : klien tampak lemah, kesadaran CM
b. TTV : TD 110/60 mmHg N : 88 x/menit
RR : 20 x/menit S : 37 derajat
c. Kepala : rambut tidak rontok, rambut bersih, muka tampak pucat
d. Mata : konjungtiva anemis, selera tidak ikterik, simetris, reflek pupil
+/+
e. Hidung sinus : simetris, septum digaris tengah, tidak ada massa, tidak
ada polip, tidak ada nyeri tekan
f. Mulut : mukosa mulut tidak kering, kebersihan mulut baik
g. Pernapasan : bunyi napas vesikuler, tidak ada ronchi
h. Sirkulasi : bunyi jantung I-II, bunyi tambahan tidak ada, ekstremitas
terasa dingin, kapiler refill lambat, kulit tampak pucat
i. Abdomen : simetris, tidak teraba massa, nyeri tekan pada daerah
simphisis
j. Reproduksi : keluar darah ± 15 cc dari vagina, tidak berbau
pengeluaran secret tidak ada, kemerahan tidak ada
k. Neurology : reflek patella baik, kelemahan pada ekstremitas tidak
l. Musculoskeletal : kelainan bentuk tubuh tidak ada, nyeri tekan pada
tulang dan tulang taka da, kekuatan otot berkurang, lingkar lengan atas
18 cm
12. Data Laboratorium
Tanggal 8 September 2014 : Hb 11,3 gr%
Tanggal 11 September 2014 : Hb 9,4 gr%, Leukosit 8600, Trombosit
189.000
13. Data Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan 4 bulan lalu : pemeriksaan biopsy jaringan serviks :
kesimpulan Adenomakarsinoma musineum papiler serviks, diferensiasi
sedang, reaksi infiltrate ringan
Pemeriksaan bulan lalu : rontgen foto thoraks : hasilnya, cor pulmo dalam
batas normal
14. Pengobatan

16
Pengobatan tanggal 10 September 2014 : radioterapi (baru pertama kali,
hari berikutnya tidak dilakukan karena perdarahan)
Tanggal 12 September 2014 :
- Oral : Ciprofloxacin 2 x 500 gram
As.mefenamat 3 x 500 gram
- Parenteral : Inj Transamin 1 x 1 ampul
Inj Vitamin K 1 x 1 ampul
Inj Vitamin C 1 x 1 ampul
Infus RL 20 tpm
- Tranfusi darah PC 2 kantung
b. Analisa Data
No. Data Etiologi Masalah
1. DS : Proliferasi sel Gangguan rasa
- Klien mengeluh perut abnormal di area nyaman : Nyeri
bagian bawah dan serviks
panggulnya terasa sakit ↓
- Klien mengatakan Semakin membesar
sakitnya berlangsung ↓
teru menerus dan Mendesak sel yang
bertambah berat ketika sehat
duduk ↓
- Klien mengatakan sering Kompresi jaringan
terbangun pada malam saraf
hari karena perutnya ↓
terasa sakit Infiltrasi saraf
DO : ↓
- Klien tampak menangis Nyeri
dan merintih kesakitan
- Klien tampak gelisah
- Skala nyeri sedang
- TD 110/60 mmHg, N
88x/menit
- Nyeri tekan pada daerah

17
simphisis
- Hasil pemeriksaan
biopsy jaringan serviks,
adenomakarsinoma
papiler serviks,
diferensiasi sedang,
reaksi infiltrate ringan
2. DS : Proses penyakit Kekurangan
- Klien merasa lemah ↓ volume cairan
- Klien mengatakan darah Proliferasi sel
kembali keluar dari abnormal
kemaluannya 1 hari yang ↓
lalu Keganasan serviks
- Klien sering mengalami ↓
perdarahan yang Pelebaran
berulang pembuluh darah
DO : ↓
- Klien tampak lemah Perdarahan
- Konjungtiva anemis ↓
- Kulit tampak pucat Hilangnya
- Hb 9,4 gr% (12-09- komponen darah
2014) dalam jumlah
banyak

Cairan tubuh keluar
melalui rute
abnormal
3. DS : Proliferasi sel Perubahan nutrisi
- Klien mengatakan nafsu abnormal kurang dari
makan berkurang ↓ kebutuhan tubuh
- Klien mengatakan dalam Penambahan massa
sehari makan 3 kali, sel
makanan habis 1/3 dari ↓

18
porsi yang diberikan Menekan area
- Klien mengatakan dalam abdomen
3 bulan terakhir berat ↓
badannya terasa sangat Organ di dalam
turun abdomen
- Klien merasa lemah terkompresi
DO : (lambung)
- Klien tampak pucat, ↓
lemah Rasa mual, nafsu
- Konjungtiva anemis menurun
- Lingkar lengan atas 18 ↓
- Makanan yang diberikan Asupan nutrisi
tampak bersisa kurang
- Kadar Hb 9,4 gr%
4. DS : Proliferasi sel Perubahan perfusi
- Klien merasa lemah abnormal jaringan perifer

DO : Lesi akibat
- Kapiler refill lambat keganasan
- Konjungtiva anemis ↓
- Kulit tampak pucat Darah, nutrisi focus
- Ekstremitas terasa dingin ke lesi
- Kadar Hb 9,4 gr% ↓
Suplai darah ke
seluruh tubuh
berkurang

Suplai darah ke
perifer berkurang

2.9.3 Diagnosa Keperawatan


1. Kekurangan volume cairan b.d kehilangan cairan berlebihan melalui rute
abnormal (perdarahan)

19
2. Nyeri b.d kompresi/destruksi jaringan saraf, infiltrasi saraf atau suplai
vaskularnya
3. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d penurunan komponen seluler yang
diperlukan untuk pengiriman oksigen/nutrient ke sel
4. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b.d status metabolic berkenaan
dengan kanker, efek kemoterapi dan radiasi, distress emosional

2.9.4 Intervensi
No. Tujuan Kriteria Hasil Intervensi
DX
1. Dalam waktu 1 x - Klien tidak - Memantau ttv, mengevaluasi nadi
24 jam volume tampak pucat perifer, pengisian kapiler
cairan dalam - Pengeluaran - Mengkaji turgor kulit dan
keadaan seimbang cairan melalui apapun kelembaban membrane mukosa.
dalam batas normal Perhatikan keluhan haus
- Hb dalam batas - Menganjurkan klien untuk
normal meningkatkan masukan cairan (min 8-10
- Tidak haus yang gelas/hari)
berlebihan - Mengobservasi perdarahan
- Haluaran dan pervaginam
asupan dalam batas - Kolaborasi : pemberian cairan RL
normal dalam 24 jam 20 tpm
- Membrane - Kolaborasi : inj IV
mukosa lembab, mampu Transamin 1 ampul
berkeringat Vitamin K 1 ampul
- Asupan cairan Vitamin C 1 ampul
oral/intravena adekuat - Memantau masukan dn haluaran
2. Dalam waktu 6 - Klien mengatakan - Mengetahui riwayat nyeri (lokasi,
jam tingkat nyeri skala nyeri berkurang frekuensi, durasi dan intensitas)
sudah mulai - Klien tidak lagi - Menggosok pungguk klien
berkurang bahkan merintih kesakitan dengan melibatkan keluarga
hilang - Klien lebih - Memotivasi dan membimbing
tenang dan tidak gelisah klien untuk latihan napas dalam serta
melakukan sentuhan terapeutik

20
- Melibatkan keluarga dalam
pemberian perhatian
Kolaborasi : pemberian obat anlgesik
asam mefenamat
3. Dalam waktu 1 x - Klien tidak - Menghindari suhu yang ekstrem
24 jam aliran tampak pucat pada ekstremitas
darah melalui - Pengisian ulang - Anjurkan pasien dan keluarga
pembuluh darah kapiler jari tangan dan untuk memantau posisi tubuh ketika
kecil ekstremitas jari kaki melakukan aktivitas
adekuat. - CRT < 3 detik - Anjurkan klien/keluarga
- Warna kulit, memeriksa kulit setiap hari guna
telapak tangan merah mengetahui perubahan integritas kulit
muda dan tidak pucat - Elevasi ekstremitas yang terkena
Keutuhan integritas kulit 20° di atas jantung
Dorong latihan pergerakan sendi
terutama pada ekstremitas bawah (efek
tirah baring)
4. Dalam waktu 2 x - Nafsu makan - Memantau masukan makanan
24 jam asupan klien kembali normal setiap hari
nutrisi klien - Klien - Memotivasi klien untuk diet
sudah mulai menghabiskan makanan tinggi kalori, tinggi nutrisi dengan
terpenuhi yang telah diberikan masukan cairan adekuat dan dgn teknik
- Dalam waktu sedikit tapi sering
tertentu, adanya kenaikan - Menganjurkan klien untuk
berat badan penggunaan teknik relaksasi, latihan
- Menoleransi diet sedang sebelum makan
yang dianjurkan - Memotivasi untuk komunikasi
- Niai laboratorium terbuka mengenai masalah anoreksia
dalam batas normal - Menjelaskan pada klien bahwa
(tranferin,albumin, dalam kondisi sekarang dibutuhkan
elektrolit) makanan/nutrisi yang baik

21
2.9.5 Implementasi dan Evaluasi
No Hasil Implementasi Evaluasi
DX
1. - TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit, pengisian S : - Klien mengatakan tidak ada darah
kapiler lambat keluar dari kemaluannya
- Turgor kulit baik, mukosa mulut lembab, - Klien mengatakan minum dari pagi
klien mengatakan tidak haus ±3 gelas (600 cc), BAK 2 kali (±250
- Perdarahan pervaginam tidak ada cc)
- Infus RL 20 tpm terpasang di lengan kanan O : - TD 110/70 mmHg, N 88 x/menit,
- Injeksi telah diberikan, efek samping tidak pengisian kapiler lambat
ada - Turgor kulit baik, mukosa mulut
- Minum dari pagi ±3 gelas (600 cc), BAK 2 lembab
kali (±250 cc) - Terpasang infus RL 20 tpm
A : Klien beresiko kekurangan volume
cairan
P : Intervensi dilanjutkan
2. - nyeri pada perut, pinggul dan pinggang S : Klien mengatakan sakitn ya tidak
terus menerus berkurang
- klien merasa sakitnya belum berkurang O : -Klien melakukan teknik napas
- Klien melakukan teknik napas dalam dalam
- keluarga membantu menggosok pinggang - Klien tampak merintih kesakitan
klien saat timbul rasa sakit A : Nyeri belum terkontrol/belum teratasi
- Klien mengatakan sakitnya tidak berkurang P : Intervensi dilanjutkan
3. - Suhu ruangan sudah dalam pengawasan S : Klien mengatakan tidak kedinginan
- Pasien berbaring dengan 1 bantal di bagian selama di ruang perawatan
kepalanya O : - warna kulit kemerahan
- Dari hari ke hari integritas kulit mulai - Klien mau untuk latihan rentang
kembali normal, warna kemerahan pergerakan sendi
- Keluarga/suami membantu dalam latihan A : integritas kulit klien sudah mulai
rentang gerak sendi kembali normal
P : Intervensi berhasil sebagian,
Intervensi dianjutkan

22
4. - Klien mengatakan dalam sehari makan 3 S : - Klien mengatakan dalam sehari
kali, makanan habis 1/3 porsi yang makan 3 kali, makanan habis 1/3 porsi
diberikan yang diberikan
- Klien mengatakan sudah dicoba tapi nafsu - Klien mengatakan sudah dicoba
makan kurang tapi nafsu makan kurang
- Klien mengatakan akan mencobanya O : - Makanan habis 1/3 dari porsi yang
- Klien mengatakan cemas dengan keadaan diberikan
penyakit nya - Klien tampak lemah
- Klien memperhatikan ketika diberi - Terpasang infus NaCl 24 tpm
penjelasan A : Perubahan nutrisi belum teratasi
P : Intervensi dilanjutkan

23
BAB 3
KESIMPULAN

Karsinoma serviks uteri merupakan kanker ginekologis yang menempati urutan kedua
tersering (setelah kanker payudara). Risiko setiap tahun pada wanita di atas 35 tahun
adalah 16 per 100.000. insiden puncak terjadi usia 45 dan 55, dan kini insiden ini terjadi
pada usia yang lebih muda. Kanker serviks mempunyai stadium dari 0 – IV B. Penyebab
dari kanker serviks adalah infeksi virus papilloma humanis (hPV) khususnya tipe 16, 18,
31, dan 45, factor di risiko adalah aktivitas seksual apda usia muda (<16 tahun),
hubungan seksual dengan multipatner, menderita HIV yang bersamaan dengan infeksi
hPV, dan perempuan perokok. Deteksi kanker serviks pada wanita yang tidak
menunjukan gejala di tentukan dengan anamnesa dan pemeriksaan fisik. Kanker serviks
uterus adalah keganasan yang paling sering ditemukan dikalangan wanita. Penyakit ini
merupakan proses perubahan dari suatu epithelium yang normal sampai menjadi Ca
invasive yang memberikan gejala dan merupakan proses yang perlahan-lahan dan
mengambil waktu bertahun-tahun. HPV (Human Papiloma Virus) merupakan penyebab
terbanyak kanker serviks. Saat ini pilihan terapi sangat tergantung pada luasnya
penyebaran penyakit secara anatomis dan senantiasa berubah seiring dengan kemajuan
teknologi kedokteran. Penentuan pilihan terapi dan prediksi prognosisnya atau untuk
membandingkan tingkat keberhasilan terapi baru harus berdasarkan pada perluasan
penyakit. Secara universal disetujui penentuan luasnya penyebaran penyakit melalui
sistem stadium.

24
DAFTAR PUSTAKA

Benson, Ralph C, Martin L.Pernoll. 2009. Buku Saku Obstetri & Ginekologi Ed.9.
Jakarta : EGC
Corwin, Elizabeth J. 2007. Buku Saku Patofisiologi. Jakarta : EGC
Dongoes, Marilynn E. 1993. Pedoman untuk perencanaan dan pendokumentasian
keperawatan pasien edisi 3. Jakarta: EGD
Gruendemann, Barbara J, Billie Fernsebner. 2006. Buku Ajar Keperawatan
Perioperatif Vol 2. Jakarta : EGC
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/103/jtptunimus-gdl-arifatulul-5137-2-bab2.pdf
diakses pada tanggal 23 september 2014
Linda Juall. 1995. Buku saku Diagnosa Keperawatan6 th ed. Jakarta: EGC
Llewellyn, Derek, Jones. 2001. Dasar-Dasar Obsterti dan Ginekologi. Jakarta:
Hipokrates
Manuaba, Ida Bagus Gde. 2001. Kapita Selekta Penatalaksanaan Rutin Obstetri.
Jakarta : EGC
Mitayani. 2009. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Mitayani. 2011. Asuhan Keperawatan Maternitas. Jakarta: Salemba Medika
Morgan Geri, Carole Hamitton. 2009. Obstetric dan Ginekologi: Paduan Praktek,
Ed.2. Jakarta: EGC
NANDA, 2005. Nursing Diagnoses: Definition and Classification 2005-2006.
NANDA International. Philadelphia.
Otto, Shirley E. 2005. Buku Saku Keperawatan Onkologi. Jakarta : EGC
Prawirihardjo, Sarwono. 2011. Ilmu Kandungan. Jakarta: PT. BPSP
Prayetni. 1997 Asuhan Keperawatan ibu dengan gangguan system reproduksi.
Jakarta: Depkes RI
Robbins Stanley L, dkk. 1995. Buku Ajar Patologi II: Jakarta: EGC
Suddarth, Brunner. 2000. Medical Surgical Nursing. Jakarta : EGC
Syafrudin, Hamidah. 2009. Kebidanan Komunitas. Jakarta: Egc
Wilkinson. Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosis Keperawatan : NANDA NIC NOC.
Jakarta: EGC
Yatim, Faisal. 2008. Penyakit Kandungan. Myoma, kanker rahim/leher rahim dan
indung telur, kista, serta gangguan lainnya. Jakarta : Pustaka Populer Obor

25

You might also like