You are on page 1of 14

MAKALAH

“INFILTRASI”
D
I
S
U
S
U
N
OLEH :

KELOMPOK 8 :
NAMA : WINARTI
NIM : 3162131006
KELAS : C REGULER

DOSEN PENGAMPU :
DR. DWI WAHYUNI NURWIHASTUTI, S.SI.M.SC

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2017
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang.
Kami mengucapkan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat,
hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami dapat menyelesaikan makalah
“Infiltrasi” ini dengan baik dan tepat waktu.
Makalah ini telah kami susun dengan maksimal dan mendapatkan bantuan dan
bimbingan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar pembuatan makalah ini. Untuk
itu kami menyampaikan terimakasih kepada semua pihak yang telah membantu kami dalam
pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, kami menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan-
kekurangan karena keterbatasan pengetahuan maupun dalam susunan kalimat dan tata
bahasnya. Oleh karena itu kami sangat mengharapkan kritikan atau saran dari pembaca untuk
menyempurnakan makalah ini.
Akhir kata kami berharap semoga makalah kami ini dapat bermanfaat bagi kita semua.

Medan, Maret 2017


Hormat kami
Kelompok 5

1
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR.......................................................................................... i

DAFTAR ISI........................................................................................................ ii

BAB I. PENDAHULUAN................................................................................... 1
1.1 Latar Belakang........................................................................................... 1

1.2 Rumusan Masalah...................................................................................... 1

1.3 Tujuan........................................................................................................ 2

1.4 Manfaat...................................................................................................... 2

BAB II. PEMBAHASAN.................................................................................... 2


2.1 Pengertian infiltrasi.................................................................................... 3
2.2 Proses terjadinya infiltrasi......................................................................... 4
2.3 Faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi.................................................. 4
2.4 Faktor yang mempengaruhi perhitungan infiltrasi.................................... 6
2.5 Pengukuran dan metode perhitungan debit infiltrasi................................. 6

BAB III. PENUTUP............................................................................................ 10


3.1 Kesimpulan................................................................................................ 10

3.2 Saran.......................................................................................................... 10

DAFTAR PUSTAKA........................................................................................... 11

2
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Air merupakan komponen yang sangat penting bagi kehidupan di muka bumi.
Dengan meningkatnya kebutuhan akan air, para ilmiawan memberikan perhatian yang
sangat besar terhadap kelangsungan perubahan air di atmosfer, laut dan daratan. Sirkulasi
suplai air di bumi yang tidak putusnya disebut siklus hidrologi. Siklus ini merupakan
pancaran sistem energi matahari atmosfer merupakan rantai yang menghubungkan lautan
dan daratan. Air dari laut, secara tetap mengalami evaporasi menjadi uap air yang berada
di atmosfer. Angin akan mengangkut uap air ini. Kadang pada jarak yang sangat jauh.
Uap air ini akan berkumpul membentuk awan. Apabila awan sudah jenuh, maka akan
berubah menjadi hujan.
Jumlah air di bumi sangat besar, kira-kira 1,36 milyar km3. Dari jumlah tersebut
sekitar 97,2% merupakan air yang berada di laut, 2,15% berupa es dan salju, sedang
sisanya yang 0,65% merupakan air yang terdapat di danau, sungai, atmosfer dan air
tanah. Meskipun persentase dari bagian yang terakhir ini sangat kecil, tetapi jumlahnya
sangat besar. Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air
dari permukaan tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa
air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah,sabagian
akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overlandflow. Sedangkan
yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasimaksimum yang
dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah.
Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam ataumm/hari. Laju infiltrasi (Fa)
adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yangdipengaruhi oleh intensitas hujan
dan kapasitas infiltrasi.

1.2 Rumusan Masalah


Dari latar belAkang yang telah dipaparkan sebelumnya, maka dapat kita rumuskan
masalah sebagi berikut :
a. Jelaskan pengertian dan tipe infiltrasi ?
b. Jelaskan proses terjadinya infiltrasi ?
c. Sebutkan dan jelaskan faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi ?
d. Sebutkan dan jelaskan faktor yang mempengaruhi perhitungan infiltrasi
1
e. Bagaimana pengukuran dan metode perhitungan debit infiltrasi ?

1.3 Tujuan
a. Untuk menjelaskan pengertian infiltrasi
b. Untuk menjelaskan proses terjadinya infiltrasi
c. Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi mempengaruhi laju infiltrasi
d. Untuk menjelaskan faktor yang mempengaruhi perhitungan infiltrasi
e. Untuk menjelaskan bagaimana pengukuran dan metode perhitungan debit infiltrasi

1.4 Manfaat
a. Dapat mengetahui tentang pengertian infiltrasi
b. Dapat mengetahui tentang proses terjadinya infiltrasi
c. Dapat mengetahui tentang faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi
d. Dapat mengetahui faktor yang mempengaruhi perhitungan infiltrasi
e. Dapat mengetahui tentang bagaimana pengukuran dan metode perhitungan debit
infiltrasi

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Infiltrasi


Infiltrasi adalah adalah proses aliran air (umumnya berasal dari curah hujan) yang
masuk kedalam tanah melalui pori – pori tanah sebagai akibat gaya kapiler (gerakan air
ke arah lateral) dan gravitasi (gerakan air ke arah vertikal). Dari siklus hidrologi, jelas
bahwa air hujan yang jatuh di permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam
tanah,sabagian akan mengisi cekungan permukaan dan sisanya merupakan overlandflow.
Sedangkan yang dimaksud dengan daya infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasi maksimum
yang dimungkinkan, ditentukan oleh kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah.
Besarnya daya infiltrasi dinyatakan dalam mm/jam ataumm/hari. Laju infiltrasi (Fa)
adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya terjadi yangdipengaruhi oleh intensitas hujan dan
kapasitas infiltrasi. Infiltrasi mempunyai arti penting terhadap :
a. Proses Limpasan
Daya infiltrasi menentukan besarnya air hujan yang dapat diserap ke dalam
tanah.Sekali air hujan tersebut masuk ke dalam tanah ia akan diuapkan kembali
ataumengalir sebagai air tanah. Aliran air tanah sangat lambat. Makin besar
dayainfiltrasi, maka perbedaan antara intensitas curah dengan daya infiltrasi
menjadimakin kecil. Akibatnya limpasan permukaannya makin kecil sehingga
debit puncaknya juga akan lebih kecil.
b. Pengisian Lengas Tanah (Soil Moisture) dan Air Tanah
Pengisian lengas tanah dan air tanah adalah penting untuk tujuan pertanian.
Akar tanaman menembus daerah tidak jenuh dan menyerap air yang diperlukan untuk
evapotranspirasi dari daerah tak jenuh tadi. Pengisian kembali lengas tanah
samadengan selisih antar infiltrasi dan perkolasi (jika ada). Pada permukaan air
tanahyang dangkal dalam lapisan tanah yang berbutir tidak begitu kasar,
pengisiankembali lengas tanah ini dapat pula diperoleh dari kenaikan kapiler air
tanah.

3
2.2 Proses terjadinya infiltrasi

Ketika air hujan jatuh di atas permukaan tanah, tergantung pada kondisi biofisik
permukaan tanah, atas sebagian atau seluruh air hujan tersebut akan mengalir masuk ke
dalam tanah melalui pori-pori permukaan tanah permukaan tanah. Proses mengalirnya air
hujan kedalam tanah disebabkan oleh tarikan gaya gravitasi dan gaya kapiler tanah. Laju
air yang di pengaruhi oleh gaya gravitasi dibatasi oleh besarnya diameter pori-pori tanah.
Pada sisi yang lain, gaya kapiler bersifat mengalirkan air tersebut tegak lurus ke atas, ke
bawah, dan ke arah horizontal (lateral). Gaya kapiler tanah ini bekerja nyata pada tanah
dengan pori-pori yang relatif kecil. Pada tanah dengan pori-pori besar, gaya ini dapat
diabaikan pengaruhnya dan air mengalir ke tanah yang lebih dalam oleh pengaruh gaya
gravitasi. Infiltrasi yang terpengaruh oleh tegangan kapiler disebut infiltrasi terbuka dan
infiltrasi yang hanya dipengaruhi oleh gravitasi umumnya disebut infiltrasi tertutup.

2.3 Faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi


Adapun beberapa faktor yang mempengaruhi laju infiltrasi yaitu kedalaman genangan dan
tebal lapisan jenuh, kelembaban tanah, pemampatan oleh hujan, penyumbatan oleh butir
halus, tanaman penutup, topografi, dan intensitas hujan.
a. Kedalaman genangan dan tebal lapis jenuh
Air yang tergenang di atas permukaan tanah terinfiltrasi ke dalam tanah, yang
menyebabkan suatu lapisan di bawah permukaan tanah menjadi jenuh air. Apabila
tebal dari lapisan jenuh air adalah L, dapat dianggap bahwa air mengalir ke bawah
melalui sejumlah tabung kecil. Aliran melalui lapisan tersebut serupa dengan aliran
melalui pipa.
b. Kelembaban tanah

4
Jumlah air tanah mempengaruhi kapasitas infiltrasi. Ketika air jatuh pada tanah
kering, permukaan atas dari tanah tersebut menjadi basah, sedang bagian bawahnya
relatif masih kering. Dengan demikian terdapat perbedaan yang besar dari gaya
kapiler antara permukaan atas tanah dan yang ada di bawahnya. Karena adanya
perbedaan tersebut, maka terjadi gaya kapiler yang bekerja sama dengan gaya berat,
sehingga air bergerak ke bawah (infiltrasi) dengan cepat. Dengan bertambahnya
waktu, permukaan bawah tanah menjadi basah, sehingga perbedaan daya kapiler
berkurang, sehingga infiltrasi berkurang. Selain itu, ketika tanah menjadi basah koloid
yang terdapat dalam tanah akan mengembang dan menutupi pori-pori tanah, sehingga
mengurangi kapasitas infiltrasi pada periode awal hujan.
c. Pemampatan oleh hujan
Ketika hujan jatuh di atas tanah, butir tanah mengalami pemadatan oleh butiran air
hujan. Pemadatan tersebut mengurangi pori-pori tanah yang berbutir halus (seperti
lempung), sehingga dapat mengurangi kapasitas infiltrasi. Untuk tanah pasir,
pengaruh tersebut sangat kecil.
d. Penyumbatan oleh butir halus
Ketika tanah sangat kering, permukaannya sering terdapat butiran halus. Ketika hujan
turun dan infiltrasi terjadi, butiran halus tersebut terbawa masuk ke dalam tanah, dan
mengisi pori-pori tanah, sehingga mengurangi kapasitas infiltrasi.
e. Tanaman penutup
Banyaknya tanaman yang menutupi permukaan tanah, seperti rumput atau hutan,
dapat menaikkan kapasitas infiltrasi tanah tersebut. Dengan adanya tanaman penutup,
air hujan tidak dapat memampatkan tanah, dan juga akan terbentuk lapisan humus
yang dapat menjadi sarang/tempat hidup serangga. Apabila terjadi hujan lapisan
humus mengembang dan lobang-lobang (sarang) yang dibuat serangga akan menjadi
sangat permeabel. Kapasitas infiltrasi bisa jauh lebih besar daripada tanah yang tanpa
penutup tanaman.
f. Topografi
Kondisi topografi juga mempengaruhi infiltrasi. Pada lahan dengan kemiringan besar,
aliran permukaan mempunyai kecepatan besar sehingga air kekurangan waktu
infiltrasi. Akibatnya sebagian besar air hujan menjadi aliran permukaan. Sebaliknya,
pada lahan yang datar air menggenang sehingga mempunyai waktu cukup banyak
untuk infiltrasi.
g. Intensitas hujan
Intensitas hujan juga berpengaruh terhadap kapasitas infiltrasi. Jika intensitas hujan I
lebih kecil dari kapasitas infiltrasi, maka laju infiltrasi aktual adalah sama dengan

5
intensitas hujan. Apabila intensitas hujan lebih besar dari kapasitas infiltrasi, maka
laju infiltrasi aktual sama dengan kapasitas infiltrasi.

2.4 Faktor Yang Mempengaruhi Perhitungan Infiltrasi


Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi perhitungan infiltrasi, antara lain :
a. Kadar air dalam tanah,
Apabila tanah yang akan diukur infiltrasinya telah terkena hujan maka kadar air dalam
tanah tersebut sudah terisi atau bias saja sudah jenuh, sehingga kemungkinan dalam
pengukurannya akan berbeda dengan tanah yang belum terisi air.
b. Tegakkan pohon,
Apabila pengukuran dalam jarak yang cukup jauh dengan pohon kemungkinan
terjadinya transpirasi lebih besar dibandingkan dengan infiltrasinya.
c. Tekstur tanah,
Apabila tekstur tanah tersebut memiliki pori-pori mikro maka dalam penyerapan air
terhambat karena pori-pori mikro lebih kuat dalam mengikat air.
d. Bahan organik yang terkandung dalam tanah,
Apabila bahan organik lebih banyak maka koloid juga besar yang dapat
mengakibatkan melambatnya infiltrasi.

2.5 Pengukuran dan perhitungan infiltrasi


Penentukan besarnya infiltrasi dapat dilakukna dengan melalui tiga cara yaitu:
a. Menentukan perbedaan volume air hujan buatan dengan volume air larian pada
percobaan laboratorium menggunakan simulasi hujan buatan (metode simulasi
laboratorium).
b. Menggunakan alat ring infiltrometer (metode pengukuran lapangan).
c. Teknik pemisahan hidrograf aliran dari data aliran air hujan (metode separasi
hidrograf).
Singh (1989) menyajikan beberapa model infiltrasi yang telah diusulkan dan
digunakan pada kebanyakan analisa hidrologi dan hidraulik yang berkaitan dengan
sistem keairan. Model - model tersebut dapat dikelompokkan ke dalam dua kelas
yakni: (1) model empiris, dan (2) model konseptual. Model empiris menyatakan
kapasitas infiltrasi sebagai fungsi waktu. Dimana kadar lengas tanah memiliki sifat
dinamis terhadap waktu, sehingga laju infiltrasi ditentukan oleh kondisi lengas tanah
mula-mula saat proses infiltrasi mulai terjadi. Adapun model- model empiris infiltrasi
diantaranya adalah Model Kostiakov, Model Horton, Model Holtan dan Model
Overton. Uraian masing-masing model disajikan sebagai berikut:
a. Model Kostiyakov
Model Kostiakov menggunakan pendekatan fungsi power dengan tidak
memasukkan kadar air awal dan kadar air akhir (saat laju infiltrasi tetap) sebagai
komponen fungsi. Fungsi infiltrasi dan laju infiltrasi disajikan pada persamaan
6
F = atb , 0<b<1

Dimana a dan b adalah konstanta. Konstanta a dan b tergantung pada karakteristik


tanah dan kadar air tanah awal. Konstanta ini tidak bisa ditentukan sebelumnya dan
biasanya ditentukan dengan penarikan sebuah garis lurus pada kertas grafik untuk
data empirik atau dengan menggunakan metode pangkat terkecil. Karena
kesederhanaannya, metode ini sering diterapkan pada pelajaran irigasi permukaan.
b. Model Horton
Model Horton adalah salah satu model infiltrasi yang terkenal dalam hidrologi.
Horton mengakui bahwa kapasitas infiltrasi berkurang seiring dengan
bertambahnya waktu hingga mendekati nilai yang konstant. Ia menyatakan
pandangannya bahwa penurunan kapasitas infiltrasi lebih dikontrol oleh factor
yang beroperasi di permukaan tanah dibanding dengan proses aliran di dalam
tanah. Faktor yang berperan untuk pengurangan laju infiltrasi seperti penutupan
retakan tanah oleh koloid tanah dan pembentukan kerak tanah, penghancuran
struktur permukaan lahan dan pengangkutan partikel halus dipermukaan tanah oleh
tetesan air hujan. Model Horton dapat dinyatakan secara matematis mengikuti
persamaan
f = fc + (fo – fc)e-kt ; i ≥ fc dan k = konstan

Keterangan;
f : laju infiltrasi nyata (cm/h)
fc : laju infiltrasi tetap (cm/h)
fo : laju infiltrasi awal (cm/h)
k : konstanta geofisik
c. Model Holtan
Model Holtan pada dasarnya serupa dengan model Horton, akan tetapi pada model
ini, Holtan menambahkan faktor vegetasi dalam persamaan sehingga fungsi
matematiknya berubah menjadi fungsi power dan bukan fungsi eksponensial
seperti pada Model Horton. Fungsi matematik model Holtan disajikan sebagai
berikut:
Dengan Fp adalah infiltrasi potensial. a dan n adalah konstanta untuk
vegetasi tanah. Holtan berpendapat bahwa kapasitas infiltrasi berbanding lurus
dengan ruang pori yang tersedia. Model Holtan agak cocok dimasukkan untuk
model batas air dalam ilmu tata air karena dia menghubungkan laju infiltrasi (f)
dengan kelembaban tanah. Kekurangan dari model ini adalah spesifikasi

7
kedalaman permukaan air tanah bebas. Kedalaman mempengaruhi infiltrasi secara
signifikan.
d. Model Overton
Overton pada tahun 1964 merumuskan kembali model Holtan. Dia mencatat bahwa
ruang pori-pori yang tersedia pada awal terjadinya hujan tidaklah selalu terisi
seluruhnya sebelum kapasitas infiltrasi menjadi tetap. Jarak antar ruang pori-pori
yang terisi tergantung pada tumbuh-tumbuhan penutup tanah.

Jika terdapat data yang diteliti mengenai variasi intensitas curah hujan dan data yang
kontinu dari limpasan yang terjadi, maka kapasitas infiltrasi dapat diperoleh dengan
ketelitian cukup tinggi Bila curah hujan (alamiah atau buatan) pada petak percobaan
tersebut lebih besar dari pada kapasitas infiltrasi, maka kurva kapasitas infiltrasi akan
bervariasi sejalan dengan waktu . Infiltrasi juga dapat diukur dengan cara berikut :
a. Dengan infiltrometer
Infiltrometer dalam bentuk yang paling sederhana terdiri atas tabung baja yang
ditekankan kedalam tanah.Permukaan tanah di dalam tabung diisi air.Tinggi air
dalam tabung akan menurun, karena proses infiltrasi. Kemudian banyaknya air
yang ditambahkan untuk mempertahankan tinggi air dalam tabung tersebut harus
diukur. Makin kecil diameter tabung makin besar gangguan akibat aliran ke
samping di bawah tabung. Dengan cara ini infiltrasinya dapat dihitung dari
banyaknya air yang ditambahkan kedalam tabung sebelah dalam per satuan waktu
b. Dengan testplot
Pengukuran infiltrasi dengan infiltrometer hanya dapat dilakukan terhadap luasan
yang kecil saja, sehingga sukar untuk mengambil kesimpulan terhadap besarnya
infiltrasi bagi daerah yang lebih luas. Untuk mengatasi hal ini dipilih tanah datar
yang dikelilingi tanggul dan digenangi air. Daya infiltrasinya didapat dari
banyaknya air yang ditambahkan agar permukaannya konstan. Jadi testplot
sebenarnya adalah infiltrometer yang berskala besar.
c. Lysimeter
Lysimeter merupakan alat pengukur berupa tangki beton yang ditanam dalam tanah
diisi tanah dan tanaman yang sama dengan sekelilingnya, dilengkapi dengan
fasilitas drainage dan pemberian air. Dengan persamaan neraca air (waterbalance)
seperti berikut:
P+I=D+E±S

Keterangan :
I = pemberian (supply) air

8
D= air yang dikeluarkan
E= penguapan (evapotranspirasi)
S= tampungan air dalam tanah
Untuk mencapai tujuan ini lebih baik digunakan lysimeter timbang, dengan
lysimeter timbang besarnya infiltrasi dengan kondisi curah hujan yang sebenarnya
dapat dipelajari. Curah hujan harus diukur dengan alat pencatat hujan (recording rain
gauge) yang harus ditemptkan di dekat lysimeter tersebut.

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Infiltrasi adalah proses meresapnya air atau proses meresapnya air dari permukaan
tanah melalui pori-pori tanah. Dari siklus hidrologi, jelas bahwa air hujan yang jatuh di
permukaan tanah sebagian akan meresap ke dalam tanah,sabagian akan mengisi cekungan
permukaan dan sisanya merupakan overlandflow. Sedangkan yang dimaksud dengan daya
infiltrasi (Fp) adalah laju infiltrasimaksimum yang dimungkinkan, ditentukan oleh
kondisi permukaan termasuk lapisan atas dari tanah. Besarnya daya infiltrasi dinyatakan
dalam mm/jam ataumm/hari. Laju infiltrasi (Fa) adalah laju infiltrasi yang sesungguhnya
terjadi yangdipengaruhi oleh intensitas hujan dan kapasitas infiltrasi

3.2 Saran
Didalam penulisan makalah ini masih banyak terdapat kesalahan, untuk itu penulis
membutuhkan kritik dan saran ynag membangun demi perbaikan tugas ini untuk
kedepannya.

10
DAFTAR PUSTAKA

Soemarto (1987). Hidrologi Teknik. Surabaya : Usaha Nasional.

11

You might also like