You are on page 1of 6

Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No.

2, November 2012

KELIMPAHAN BAKTERI Vibrio sp. PADA AIR PEMBESARAN UDANG VANNAMEI


(Litopenaeus vannamei) SEBAGAI DETEKSI DINI SERANGAN PENYAKIT VIBRIOSIS

THE ABUNDANCE OF Vibrio sp. BACTERIA ON ENLARGEMENT WATER OF WHITELEG


SHRIMP (Litopenaeus vannamei) AS THE EARLY DETECTION OF VIBRIOSIS

Adnan Kharisma dan Abdul Manan

Fakultas Perikanan dan Kelautan Universitas Airlangga


Kampus C Mulyorejo - Surabaya, 60115 Telp. 031-5911451

Abstract

The abundance of bacteria is an activity that aims to determine the distribution and the
abundance of bacteria in a water area, so an effort to control and prevent against these bacteria can be
made to avoid it’s wide spread. The function of this monitoring activities is for an early detection of
animal health conditions that is the white leg shrimp due to bacterial attack. Given the importance of
health level in the cultivation of white leg shrimp, then the monitoring activity in bacterial abundance
should be done because the number of bacteria found in aquatic environments shouldn’t exceed the
minimum threshold number of bacteria that is 104 CFU/ml.
The purpose of this study case is to know the abundance of Vibrio sp. on white leg shrimp water
augmentation. Because the Vibrio sp. bacteria is known as the opportunistic pathogen of white leg
shrimp, which can cause disease if the environmental conditions are bad. Working methods used is
descriptive method of data collection techniques include primary and secondary data.
The stage of the monitoring activity include: (1) Preparation phase which includes the
preparation of equipment and materials and sterilization equipment and media. (2) Phase of making trisalt
solvent and bacterial culture media. (3) Phase of retrieval and delivery the water samples. (4) Phase
planting the water samples. (5) Phase counting the bacteria. (6) Interpretation the results of the
calculation.
Based on the results of monitoring the abundance of bacteria in white leg shrimp water
augmentation activity, the conclusion is the abundance of Vibrio sp. on white leg shrimp water
augmentation has exceeds the minimum threshold number of bacteria that is 104 CFU/ml, so the white leg
shrimp culture is susceptible againts these Vibriosis disease.

Keywords : Vibrio sp., whiteleg shrimp, early detection

Pendahuluan Permintaan udang vannamei sangat


Sektor perikanan di Indonesia sangat besar baik pasar lokal maupun internasional,
potensial dan mempunyai prospek yang besar karena memiliki keunggulan nilai gizi yang
dalam peningakatan devisa negara, salah sangat tinggi serta memiliki nilai ekonomis
satunya adalah usaha budidaya udang vannamei yang cukup tinggi menyebabkan pesatnya
(Litopenaeus vannamei). Permintaan udang budidaya udang vannamei (Mahbubillah, 2011).
vannamei di pasar luar negeri yang sangat tinggi Hal tersebut menyebabkan kemungkinan
dapat meningkatkan devisa negara (Agustatik serangan penyakit pada udang vannamei sangat
dkk., 2003). Usaha budidaya udang vannamei besar. Penyakit yang ditimbulkan oleh bakteri,
baru diperkenalkan pada tahun 2000 di virus, dan jamur dapat terjadi apabila terjadi
Indonesia, sejak turunnya produksi udang ketidakseimbangan antara Host, Pathogen
windu. Industri budidaya udang windu di Agent, dan Environment. (Zonneveld et al.,
Indonesia telah berkembang sejak tahun 1980 1991). Pada budidaya udang, penyakit yang
dan mencapai prestasi yang membanggakan mudah timbul umumnya disebabkan oleh
pada tahun 1994 sebagai negara yang bakteri Vibrio sp. (Ruangpan dan Kitao, 1991).
memproduksi dan mengeksport udang windu Jenis bakteri ini mampu berkembang dengan
terbesar kedua di dunia. Udang windu saat ini cepat jika bahan organik dalam air tambak
tidak berkembang lagi karena terserang banyak. Menurut Singh (1986) dan Hameed
berbagai macam penyakit udang yang ganas (1993), apabila populasi Vibrio sp. lebih banyak
seperti penyakit white spot atau virus bintik dibanding dengan populasi bakteri yang lain
putih (Chamberlain, 1991). dapat menyebabkan penurunan tingkat

129
Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. ......

kelulushidupan udang pada masa pembenihan persiapan alat dan bahan dan Sterilisasi alat dan
dan pembesarannya. media, (2) Tahap pembuatan larutan Trisalt dan
Chanratchakool et al (1994) dan media kultur bakteri, (3) Tahap pengambilan
Lightner et al (1996) menyatakan bahwa dan pengiriman sample air, (4) Tahap
fluktuasi pH, tingkat oksigen, temperatur, penanaman sampel air, (5) Tahap penghitungan
salinitas, kadar amonia, dan sulfat, serta bahan- bakteri, dan (6) Interpretasi hasil penghitungan.
bahan organik yang lain dapat sebagai penyebab
stress pada udang dan memicu terjadinya Tahap Persiapan
penyakit. Namun, peningkatan jumlah bakteri Persiapan Alat dan Bahan
Vibrio sp. tetap menjadi penyebab utama Alat yang digunakan antara lain:
timbulnya penyakit pada air pembesaran udang Tabung reaksi bertutup, sumbat tabung (kapas),
di kolam. Penerapan manajemen lingkungan rak tabung, cawan petri, pippeting aid, pipet
merupakan salah satu langkah efektif yang volume, pembakar spirtus / bunsen, vorteks,
dapat ditempuh untuk mencegah penularan dan erlenmeyer, magnetic stirer, hot plate, ose,
penyebaran penyakit di tambak budidaya ikan spatula, timbangan elektrik, gunting, kertas
maupun udang, sebab tingkat kesehatan ikan label, aluminium foil, inkubator, oven, autoklaf.
dan udang merupakan faktor yang sangat Bahan yang digunakan antara lain: Sample air,
menentukan dalam usaha budidaya nutrient agar, agar TCBS, larutan 3 garam
(Rosenberry, 1997). Menurut Taslihan dkk (Trisalt), aquadest, alkohol 70% dan 96%.
(2004), untuk menjaga agar produksi ikan dan Sterilisasi Alat dan Media
udang tetap melimpah dapat dilakukan langkah- Sterilisasi alat dan media yang
langkah sebagai berikut: pengawasan kualitas dilakukan menggunakan:
air, pemberian takaran pakan, dan pemberian 1. Pembakar Bunsen, untuk mensterilkan
dosis probiotik atau antibiotik dalam air kolam peralatan seperti ose, jarum, dan spatula
dengan tepat (Moriarty, 1999). dengan cara membakar ujung peralatan
Mengingat pentingnya tingkat tersebut di atas api bunsen sampai berpijar.
kesehatan udang dalam usaha budidaya, maka 2. Oven, untuk mensterilkan cawan petri dan
deteksi dini tentang kondisi kesehatan udang pipet volume. Penggunaan alat ini dengan
vannamei dan kondisi lingkungan perairan memasukkan alat-alat tersebut kedalam
sangat diperlukan. Atas dasar pemikiran oven dan dipanaskan dengan suhu 160-
tersebut, maka dilakukan studi kasus tentang 170oC selama 1-2 jam.
kelimpahan bakteri Vibrio sp. pada air 3. Autoklave, untuk mensterilkan tabung
pembesaran udang vannamei sebagai deteksi reaksi bertutup dan erlenmeyer.
dini penyakit Vibriosis. Deteksi dini bakteri Penggunaan alat ini dengan memasukkan
Vibrio sp. pada air pembesaran udang vannamei alat-alat tersebut kedalam autoklave yang
dapat juga digunakan sebagai upaya dalam ditutup dengan rapat dan nyalakan
pengawasan kualitas air tambak. autoklave dengan temperature 121℃ dan
Tujuan dari studi kasus ini adalah tekanan antara 15-17,5 psi (pound per
untuk mengetahui kelimpahan bakteri Vibrio sp. square inci) atau 1 atm selama 1 jam.
pada air pembesaran udang vannamei sebagai
deteksi dini penyakit Vibriosis. Tahap Pembuatan Larutan Trisalt dan Media
Kultur Bakteri
Metodologi Pembuatan larutan Trisalt
Metode yang digunakan adalah metode Pembuatan larutan Trisalt ini dengan
deskriptif, yaitu metode yang menggambarkan mencampurkan 0,75 gram KCl, 6,94 gram
kejadian atau keadaan pada suatu kondisi MgSO4 dan 23,4 gram NaCl kedalam labu
tertentu. Menurut Suryabrata (1993), metode Erlenmeyer yang berisi 1000 ml akuades
deskriptif adalah suatu metode yang bertujuan kemudian dilarutkan. Lalu 9 ml larutan Trisalt
untuk memberikan gambaran umum, sistematis, dimasukkan kedalam tabung reaksi berpenutup
faktual dan valid mengenai data-data yang dan disterilkan dengan memasukkan kedalam
berupa fakta-fakta dan sifat populasi tertentu Autoklave.
dari suatu kegiatan. Studi dilaksanakan di Balai Media Kultur Bakteri
Besar Pengembangan Budidaya Air Payau Media kultur bakteri yang
(BBPBAP) Jepara, Jawa Tengah pada tanggal dipergunakan adalah Nutrient Agar (NA) dan
24 Januari 2011 sampai 24 Februari 2011. Thiosulfat Citrate Bile Salts Sucrose Agar
Tahapan dalam kegiatan monitoring (TCBSA).
kelimpahan bakteri menurut Taslihan dkk
(2004) adalah: (1) Tahap Persiapan, meliputi

130
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No. 2, November 2012

Tahap Pengambilan dan Pengiriman Sampel Air sebanyak 0,1 ml larutan dimasukkan ke dalam
Menurut Frerichs and Millar (1993), media kultur (media NA untuk pengisolasian
untuk mendapatkan sampel yang baik dan total bakteri umum dan media TCBSA untuk
representatif diperlukan beberapa persyaratan pengisolasian bakteri Vibrio sp.). Pengisolasian
antara lain: (1) Pemilihan lokasi yang tepat, (2) bakteri dilakukan secara aseptik dengan
Penetapan frekuensi pengambilan sampel, (3) menerapkan metode sebar dimana setelah
Cara pengambilan sampel, dan (4) Perlakuan larutan dimasukkan ke dalam media, larutan
sampel di lapangan. tersebut disebar ratakan di permukaan media
Pengambilan sampel air, pertama-tama menggunakan spatula. Media kemudian
dengan mencuci botol tempat sampel dengan diinkubasi pada suhu 37oC selama 24 jam dalam
detergen sampai bersih, lalu botol dibilas ulang inkubator.
dengan aquades bebas ion, bebas amoniak,
bebas nitrit, sesuai dengan uji parameter. Tahap Penghitungan Bakteri
Setelah itu diletakkan di box tertutup untuk Menurut Bailey and Scott’s (1982),
menghindari kontaminasi. Sample air di ambil penghitungan bakteri dilakukan dengan
dari 6 bak terpisah dengan kode bak B4, B5, B7, menerapkan metode total plate count (TPC).
B8, B9, dan BLT B2, sebanyak 5x selama 5 Jumlah bakteri yang muncul dihitung dengan
minggu. menggunakan alat colony counter yang
Dalam proses pengambilan sample air, kemudian dicatat dan dikalikan dengan besaran
lokasi pengambilan sampel air dilakukan secara pengenceran yang telah dilakukan. Jumlah
random. Air tambak kemudian dimasukkan bakteri dinyatakan dalam satuan CFU/ml
kedalam tabung sample dengan cara membuka (colony-forming unit / ml).
tutup tabung sample dalam keadaan tercelup Data hasil plate count penghitungan
didalam bak tersebut. Ambil sample air bakteri yang diperoleh ditabulasi dengan
sebanyak 10 ml. Pengisian dilakukan sampai menggunakan program excel menjadi sebuah
penuh dan pastikan tidak ada celah antara grafik. Grafik tersebut kemudian
sample air dengan tutup botol, agar tidak terjadi diinterpretasikan hasilnya apakah total plate
kontaminasi dengan udara. count bakteri tersebut dapat menyebabkan
Catat identitas contoh antara lain penyakit Vibriosis pada udang vannamei.
tanggal, lokasi, dan paraf pengambil sample. Sumbu axis dari grafik yang dibuat merupakan
Sample air disimpan dalam box penutup botol tanggal pengambilan sampel air selama 30 hari
sampel kemudian ditutup rapat, disegel dan mulai tanggal 24 Januari 2011 hingga 24
ditutup dengan alumunium foil agar terhindar Februari 2011.
dari cahaya matahari. Tabung sample kemudian Data diambil sebanyak lima kali
dibawa ke laboratorium mikrobiologi divisi selama lima minggu dan diambil pada setiap
Manajemen Kesehatan Hewan Akuatik minggunya. Minggu I tanggal 24 Januari 2011,
(MKHA) Balai Besar Pengembangan Budidaya minggu II tanggal 31 Januari 2011, minggu III
Air Payau (BBPBAP) Jepara untuk dilakukan tanggal 07 Pebruari 2011, minggu IV tanggal 14
analisis kualitas air berdasarkan total bakteri Pebruari 2011, dan minggu V tanggal 21
yang ada. Pebruari 2011.
Proses pengambilan dan pengiriman Sumbu ordinat merupakan jumlah total
sampel air yang dilakukan sesuai prosedur plate count bakteri. Pada penghitungan jumlah
kelayakan seperti yang diungkapkan oleh bakteri Vibrio sp., sumbu ordinat dalam skala
Frerichs dan Millar, sehingga sampel air yang 104 sedangkan pada bakteri umum menunjukkan
didapat dipastikan bebas kontaminasi sehingga skala 106. Data kelimpahan bakteri diperoleh
layak untuk dianalisis hasilnya. dari 6 bak air pembesaran udang vannamei
dengan kode bak B4, B5, B7, B8, B9, dan BLT
Tahap Penanaman Sampel Air B2.
Cara dalam penanaman sampel air ini
yaitu sample air dihomogensikan dengan cara Hasil dan Pembahasan
dikocok terlebih dahulu menggunakan vorteks, Menurut Taslihan dkk (2004), ambang
diambil sebanyak 1 ml dengat pipet ukur dan batas minimal keberadaan bakteri Vibrio sp.
dimasukkan kedalam larutan trisalt secara dalam air adalah 104 CFU/ml, sedangkan batas
aseptik. Menurut Taslihan dkk (2004), untuk minimal bakteri umum diperairan adalah 106
pengisolasian total bakteri, sample air CFU/ml. Jika ambang batas ini dilampaui maka
diencerkan hingga 100 ml sedangkan untuk kematian massal udang budidaya dalam tambak
pengisolasian bakteri Vibrio sp., sampel air dari dapat terjadi. Grafik data hasil monitoring
diencerkan hingga 10 ml. Setelah diencerkan, kelimpahan bakteri pada air pembesaran udang

131
Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. ......

Gambar 1. Pertumbuhan Bakteri Vibrio sp. Selama 5 Minggu

vannamei dapat dilihat pada gambar 1 dan tersebut. Peningkatan jumlah bakteri pada
gambar 2. minggu ke-5 disebabkan suhu bak yang turun
Jumlah bakteri Vibrio sp. yang drastis menjadi menjadi 27,1oC pada kedua bak.
termonitor pada Bak B4 dan BLT B2 terlihat Hasil monitoring kelimpahan bakteri
serupa di mana pada minggu ke-1 dan ke-2 Vibrio sp. pada air pembesaran udang vannamei
meningkat sedikit dan minggu ke-3 turun, menunjukkan bahwa kelimpahan bakteri telah
namun pada minggu ke-4 meningkat drastis melebihi ambang batas minimal bakteri di
sampai 5,1 x 104 bakteri CFU/ml, dan menurun perairan yaitu 104 = 10000 CFU/ml, sehingga
kembali pada minggu ke-5. Meningkatnya rentan terhadap serangan penyakit Vibriosis.
jumlah bakteri pada minggu ke-4 disebabkan Kelimpahan ini terjadi akibat kondisi
suhu air yang menurun drastis hingga 27,1 dan lingkungan perairan yang tidak baik disebabkan
26,8oC pada kedua bak tersebut. Pada minggu oleh musim hujan.
ke-5 jumlah bakteri berangsur menurun karena Kondisi lingkungan perairan yang
suhu bak meningkat menjadi 28,3 dan 27,6oC. tidak baik dibuktikan dengan membandingkan
Jumlah bakteri Vibrio sp. yang parameter fisika dan kimia kualitas air menurut
termonitor pada Bak B5 dan B7 terlihat serupa pustaka yang diperoleh dengan kondisi perairan.
di mana pada minggu ke-1 dan ke-2 menurun Berdasarkan sumber dari Standar Nasional
sedikit dan minggu ke-3 meningkat drastis Indonesia (SNI) no 7310 (2009), suhu optimal
mencapai 7 x 104 CFU/ml, namun pada minggu kualitas air pembesaran udang vannamei adalah
ke-4 menurun drastis sampai 1,1 x 104 CFU/ml, 28-320C, namun kondisi air pembesaran udang
dan keadaan tetap sampai minggu ke-5. menunjukkan suhu rata-rata 27,7oC dengan
Meningkatnya jumlah bakteri pada minggu ke-3 adanya suhu yang menurun drastis hingga
disebabkan suhu air yang menurun drastis 26,6oC. Suhu yang terlalu rendah inilah
hingga 26,6oC pada kedua bak tersebut. Pada penyebab terjadinya kelimpahan bakteri Vibrio
minggu ke-4 jumlah bakteri berangsur menurun sp. diperairan. pH optimal adalah antara 7,5 -
karena suhu bak meningkat menjadi 28,9 dan 8,5, sesuai dengan pH rata-rata air yaitu 7,58
27,5oC pada kedua bak. namun ada pH yang berfluktuasi hingga 7,02.
Jumlah bakteri Vibrio sp. yang Berdasarkan parameter kimianya, jumlah
termonitor pada Bak B8 dan B9 terlihat serupa amoniak maksimal adalah < 0,01 mg/l, nitrit
di mana pada minggu ke-1 dan ke-2 meningkat maksimal < 0,01 mg/l, dan nitrat maksimal <
sedikit dan minggu ke-3 turun sampai dengan 0,5 mg/l. Sedangkan kondisi parameter kimia
minggu ke-4 sampai 1,8 x 104 CFU/ml, namun pada air pembesaran udang vannamei semua
pada minggu ke-5 meningkat drastis hingga 6,7 data melebihi ambang batas maksimalnya yaitu
x 104 CFU/ml dan perlu dilakukan monitor pada kadar amoniak 0,1005 mg/l, dengan nitrit
minggu ke-6. Menurunnya jumlah bakteri pada mencapai 0,095 mg/l, dan kadar nitrat mencapai
minggu ke-3 dan ke-4 disebabkan suhu air yang 0,948833 mg/l.
naik hingga 28,2 dan 28,1oC pada kedua bak

132
Jurnal Ilmiah Perikanan dan Kelautan Vol. 4 No. 2, November 2012

Gambar 2. Pertumbuhan Total Bakteri Selama 5 Minggu

Parameter fisika dan kimia kualitas air Bailey and Scott’s. 1982. Diagnostic
yang tidak baik menjadi penyebab melimpahnya Microbiology. The CV. Mosby
jumlah bakteri Vibrio sp. pada air pembesaran Company S.T. Louis, Toronto,
udang vannamei. Selain itu, budidaya udang London.
vannamei skala intensif menjadi faktor penye- Chamberlain, G.W. 1991. Shrimp Farming in
bab mudahnya penyakit Vibriosis menyerang Indonesia, Seedstock Production.
udang vannamei. Hal tersebut dikarenakan World Aquaculture.
udang yang dibudidayakan mengalami stress Chanratchakool, P., J.F. Turnbull., and C.
disebabkan oleh kepadatan populasi udang. Limsuwan. 1994. Health Management
Jumlah bakteri umum yang diperoleh in Shrimp Ponds. Aquatic Animal
pada air pembesaran udang vannamei Health Research Institute, Thailand.
menunjukkan bahwa kelimpahan bakteri belum Hameed, A.S.S. 1993. A Study of the Aerobic
melewati ambang batas minimum bakteri umum Heterotrophic Bacterial Flora of
diperairan yaitu 106 = 1000000 CFU/ml. Hatchery-Reared Eggs, Larvae and
Artinya jumlah bakteri umum yang ada di Postlarvae of Penaeus indicus.
perairan masih dalam jumlah sewajarnya, Aquaculture, 117:195-204.
sehingga tidak rentan terhadap serangan suatu Lightner, D.V., T.A. Bell., R.M. Redman., L.L.
penyakit. Mohney., J.M. Natividad., A.
Rukyani., and A. Poernomo. 1992. A
Kesimpulan Review of Some Major Disease of
Kelimpahan bakteri Vibrio sp. pada air Economic Significance in Penaeid
pembesaran udang vannamei telah melebihi Prawns / Shrimp of the Americans and
ambang batas minimal bakteri di perairan yaitu Indopacific. Proceedings of the First
104 = 10000 CFU/ml, sehingga rentan terhadap Symposium on Disease in Asian
serangan penyakit Vibriosis. Aquaculture Bali, Indonesia.
Monitoring kelimpahan bakteri Vibrio Mahbubillah, M.A. Budidaya Udang Vannamei.
sp. perlu dilakukan secara berkala untuk http://marinebiologi.blogspot.com/
mendeteksi secara dini serangan penyakit Moriarty, D.J.W. 1999. Disease Control in
Vibriosis. Shrimp Aquaculture with Probiotic
Bacteria. Microbial Interactions in
Daftar Pustaka Aquaculture.
Agustatik, S., L. Surya., M.B. Manja., H.W. Rosenberry, B. 1997. World Shrimp Farming.
Arik., S. Akbar., H. Nono., Zakimin., Annual Report. Shrimp News
H. Tinggal dan Rusfian. 2003. International, San Diego, California,
Manajemen Pembesaran Kerapu USA. 164 hal.
Macan Di Karamba Jaring Apung. Ruangpan, L. and T. Kitao. 1991. Vibrio
Loka Budidaya Laut Batam. 45 hal. Bacteria Isolated from Black Tiger

133
Kelimpahan Bakteri Vibrio sp. ......

Shrimp, Penaeus monodon Fabricius. Taslihan, A, Ani W, Retna H, S.M. Astuti.


J. Fish Disease. Hal 383-388. 2004. Pengendalian Penyakit Pada
Singh, B.I. 1986. Studies on the Bacteria Budidaya Ikan Air Payau, Direktorat
Associated with Penaeus indicus in a Jenderal Perikanan Balai Besar
Culture System. Ph.D. Thesis. Cochin Budidaya Air Payau Jepara.
University of Science and Technology, Zonneveld, N., E. A. Huismann., dan J. H.
Cochin, India, 230 pp. Boon. 1991. Prinsip-prinsip Budidaya
Suryabrata, S. 1993. Metode Penelitian. CV. Ikan. PT. Gramedia Pustaka Utama.
Rajawali. Jakarta. 115 hal. Jakarta. 318 hal.

134

You might also like