You are on page 1of 16

LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I

DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
BAB I

PENDAHULUAN

I.1. latar Belakang

Drying adalah pemisahan sejumlah kecil air dari suatu bahan sehingga
mengurangi kandungan sisa zat cair di dalam zat padat itu sampai suatu nilai
rendah yang dapat diterima, menggunakan panas. Atau pada oengertian lain,
Drying merupakan salah satu proses pengambilan sejumlah cairan yang
terkandung didalam suatu bahan (padatan) dengan menggunakan medium
berupa gas atau udara yang dilewatkan melalui bahan tersebut sehingga
kandungan cairan menjadi berkurang karena menguap. Drying banyak
digunakan dalam berbagai macam industri, baik industri besar maupun kecil.

Dalam skala laboratorium ini, praktikan akan menggunakan bahan yang


mengandung air cukup banyak. Sedangkan alat yang akan digunakan sebagai
pengering (dryer) adalah oven . Selama proses pengeringan, dibuat interval
tertentu, misalnya setiap 8 menit, maka bahan dikeluarkan dari oven dan
ditimbang beratnya. Penimbangan harus dilakukan secara cepat dan teliti.
Proses drying atau pengeringan dihentikan bila hasil penimbangan bahan
menunjukkan angka yang relatif konstan dan berat tersebut merupakan Wk.

Pada percobaan drying atau pengeringan ini, kita akan dapat mengetahui
pengaruh kadar air yang terdapat pada bahan terhadap kecepatan pengeringan
dan waktu pengeringan. Selain itu, kita juga dapat menentukan harga koefisien
perpindahan massa H2O dari padatan ke udara (ky) pada periode kecepatan
pengeringan tertentu. Dan juga dapat mengetahui cara kerj proses pengeringan,
alat yang digunakan pada proses pengeringan.

Program Studi S-1 Teknik Kimia 1


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
I.2. Tujuan

1. Mencari harga koefisien perpindahan H2O dari padatan ke udara pada periode
kecepatan pengeringan tetap.
2. Membuat grafik kecepatan pengeringan versus kadar air dalam padatan.
3. Membuat grafik-grafik tambahan yaitu kadar air dalam padatan versus waktu
dan kecepatan pengeringan versus waktu.

I.3. Manfaat

1. Dapat mengetahui kecepatan pengeringan bahan.


2. Dapat mengetahui koefisien perpindahan H2O dari padatan keudara.
3. Dapat memahami cara pengoprasian drying dengan cara batch atau kontinu.

Program Studi S-1 Teknik Kimia 2


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

II.1. Secara Umum

Pengeringan merupakan salah satu unit operasi energi paling intensif


dalam pengolahan pasca panen. Unit operasi ini diterapkan untuk mengurangi
kadar air produk seperti berbagai buah-buahan, sayuran, dan produk pertanian
lainnya setelah panen. Pengeringan adalah proses pemindahan panas dan uap
air secara simultan yang memerlukan panas untuk menguapkan air dari
permukaan bahan tanpa mengubah sifat kimia dari bahan tersebut. Dasar dari
proses pengeringan adalah terjadinya penguapan air ke udara karena
perbedaan kandungan uap air antara udara dan bahan yang dikeringkan. Laju
pemindahan kandungan air dari bahan akan mengakibatkan berkurangnya
kadar air dalam bahan tersebut.

Klasifikasi pengering

Tidak ada klasifikasi sederhana dari peralatan pengeringan.Beberapa


pengeringan yang kontinue, dan beberapa beroprasi secara batch beberapa
agitasi padatan dan beberapa dasarnya unagitated.Operasi di bawah vakum
dapat digunakan untuk mengurangi suhu pengeringan. Beberapa pengeringan
dapat enangani hampir semua jenis material, sementara yang lain sangat
terbatas dalam jenis pakan mereka dapat diterima.

Difinisi utama dapat dibuat antara :

1. Pengeringan yang padat langsung dapat terkena udara


2. Pengeringan yang panas ditransfer ke padat dari media eksternal seperti
kondensasi uap, biasanya melalui permukaan logam dengan yang padat
dalam kontak.

Pengering yang dapat menunjukkan padatan ke uap udara disebut


adiabatic atau langsung pengering, dimana semua panas ditransfer ke
media eksternal dan dikenal sebagai pengeringan non adiabatic atau tidak
langsung oleh pengering yang dipanaskan oleh listrik, radian, atau pada
oven dan microwave juga non adiabatic.Beberapa unit digabungkan

Program Studi S-1 Teknik Kimia 3


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
adiabatic dan non adiabatic maka dikenal sebagai pengering tidak
langsung.

(McCabe, 1993)

Faktor- Faktor Yang Mempengaruhi Pengeringan

A. Luas Permukaan

Makin luas permukaan bahan makin cepat bahan menjadi kering Air
menguap melalui permukaan bahan, sedangkan air yang ada di bagian tengah
akan merembes ke bagian permukaan dan kemudian menguap. Untuk
mempercepat pengeringan umumnya bahan pangan yang akan dikeringkan
dipotong-potong atau di iris-iris terlebih dulu. Hal ini terjadi karena:

(1) pemotongan atau pengirisan tersebut akan memperluas permukaan bahan


dan permukaan yang luas dapat berhubungan dengan medium pemanasan
sehingga air mudah keluar,

(2) potongan-potongan kecil atau lapisan yang tipis mengurangi jarak dimana
panas harus bergerak sampai ke pusat bahan pangan. Potongan kecil juga
akan mengurangi jarak melalui massa air dari pusat bahan yang harus keluar
ke permukaan bahan dan kemudian keluar dari bahan tersebut.

B. Perbedaan Suhu dan Udara Sekitarnya

Semakin besar perbedaan suhu antara medium pemanas dengan bahan


pangan makin cepat pemindahan panas ke dalam bahan dan makin cepat pula
penghilangan air dari bahan. Air yang keluar dari bahan yang dikeringkan
akan menjenuhkan udara sehingga kemampuannya untuk menyingkirkan air
berkurang. Jadi dengan semakin tinggi suhu pengeringan maka proses
pengeringan akan semakin cepat. Akan tetapi bila tidak sesuai dengan bahan
yang dikeringkan, akibatnya akan terjadi suatu peristiwa yang disebut "Case
Hardening", yaitu suatu keadaan dimana bagian luar bahan sudah kering
sedangkan bagian dalamnya masih basah.

Program Studi S-1 Teknik Kimia 4


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
C. Kecepatan Aliran Udara

Makin tinggi kecepatan udara, makin banyak penghilangan uap air


dari permukaan bahan sehinngga dapat mencegah terjadinya udara jenuh di
permukaan bahan. Udara yang bergerak dan mempunyai gerakan yang tinggi
selain dapat mengambil uap air juga akan menghilangkan uap air tersebut dari
permukaan bahan pangan, sehingga akan mencegah terjadinya atmosfir jenuh
yang akan memperlambat penghilangan air. Apabila aliran udara disekitar
tempat pengeringan berjalan dengan baik, proses pengeringan akan semakin
cepat, yaitu semakin mudah dan semakin cepat uap air terbawa dan
teruapkan.

D. Tekanan Udara

Semakin kecil tekanan udara akan semakin besar kemampuan udara


untuk mengangkut air selama pengeringan, karena dengan semakin kecilnya
tekanan berarti kerapatan udara makin berkurang sehingga uap air dapat lebih
banyak tetampung dan disingkirkan dari bahan pangan. Sebaliknya jika
tekanan udara semakin besar maka udara disekitar pengeringan akan lembab,
sehingga kemampuan menampung uap air terbatas dan menghambat proses
atau laju pengeringan.

E. Kelembapan Udara

Makin lembab udara maka Makin lama kering sedangkan Makin


kering udara maka makin cepat pengeringan. Karena udara kering dapat
mengabsobsi dan menahan uap air Setiap bahan mempunyai keseimbangan
kelembaban nisbi masing-masing. kelembaban pada suhu tertentu dimana
bahan tidak akan kehilangan air (pindah) ke atmosfir atau tidak akan
mengambil uap air dari atmosfir

Mekanisme keluarnya air dari dalam bahan selama pengeringan adalah


sebagai berikut:

1. Air bergerak melalui tekanan kapiler.

2. Penarikan air disebabkan oleh perbedaan konsentrasi larutan disetiap


bagian bahan.

Program Studi S-1 Teknik Kimia 5


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
3. Penarikan air ke permukaan bahan disebabkan oleh absorpsi dari lapisan-
lapisan permukaan komponen padatan dari bahan.

4. Perpindahan air dari bahan ke udara disebabkan oleh perbedaan tekanan


uap.

Metode Umum Pengeringan

Metode dan proses pengeringan dapat diklasifikasikan dalam berbagai cara


yang berbeda. Proses pengeringan dapat dikelompokkkan sebagai:

1. Batch; bahan dimasukkan ke dalam peralatan pengering dan pengering


berlangsung selama periode waktu tertentu.

2. Kontinu; bahan ditambahkan secara terus-menerus ke dalam pengering


dan bahan kering dipindahkan secara terus-menerus.

Proses pengeringan pada prinsipnya menyangkut proses pindah panas


dan pindah massa yang terjadi secara bersamaan (simultan). Pertama panas
harus di transfer dari medium pemanas ke bahan. Selanjutnya setelah terjadi
penguapan air, uap air yang terbentuk harus dipindahkan melalui struktur
bahan ke medium sekitarnya. Proses ini akan menyangkut aliran fluida di
mana cairan harus di transfer melalui struktur bahan selama proses
pengeringan berlangsung.

(wetryan, 2013)

Drying banyak digunakan dalam berbagai macam industri, baik


industri besar maupun kecil. Proses pengeringan sangat erat hubungannya
dengan alat pengering. Pemilihan alat pengering berdasarkan
pertimbangan kondisi operasi, kebutuhan energi, biaya perawatan, hasil
yang diinginkan, kapasitas, bahan yang diolah, jenis sumber energi alat,
efisiensi energi serta pertimbangan-pertimbangan ekonomis.

Di industri alat-alat drying sangat berfariasi tergantung pada


kebutuhan industri yang bersangkutan. Mekanisme transfer panas pada
alat pengering dapat secara langsung ataupun tak langsung. Jenis-jenis
alat pengering yang terdapat di industri dapat dilihat dilihat pada daftar.

Program Studi S-1 Teknik Kimia 6


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
Pada proses pengeringan cairan yang dapat diuapkan adalah cairan
bebas. Cairan bebas yaitu cairan total dalam bahan dikurangi cairan
kesetimbangan. Cairan kesetimbangan adalah cairan yang terkandung
dalam bahan yang setimbang dengan tekanan uap parsial dalam udara
setelah bahan dikenai proses pengeringan yang cukup lama pada kondisi
pengeringan konstan.

(Ginanjar, 2011)

Program Studi S-1 Teknik Kimia 7


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB III

PELAKSANAAN PRAKTIKUM

III.1 Bahan yang digunakan


a. Umbi Talas

III.2 Alat yang digunakan


a. Oven
b. Neraca Analitik
c. Pisau
d. Stopwatch

III.3 Gambar Alat


No Keterangan Gambar

1 Oven

2 Neraca analitik

3 Stopwatch

4 Pisau

Program Studi S-1 Teknik Kimia 8


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
III.4 Prosedur

a. Timbang bahan yang akan dikeringkan.

b. Hitung luas permukaannya.

c. Maukkan dalam oven yang sudah disiapkan (pada suhu 1000C)

d. Setelah 8 menit ambil bahan yang dikerinkan tadi lalu timbang.

e. Ulangi percobaan tersebut sampai berat bahan konstan.

Program Studi S-1 Teknik Kimia 9


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

IV.1 Tabel Pengamatan

a. Tabel IV.1. Tabel Pengamatan Luas Permukaan dan Berat Bahan

W= berat pengeringan ke

Luas Berat
Nama W1 W2 W3 W4 W5
Permukaan mula-mula
Bahan (gr) (gr) (gr) (gr) (gr) (gr)
(cm2)

Pepaya
38 24 23 22 20 18 18
muda

Terong 38 13 12 10 9 7 7

Labu Putih 38 19 17 16 13 11 11

Manisa 38 16 14 12 10 8 8

IV.1 Tabel Perhitungan

a. Tabel IV.2. Tabel Perhitungan Kadar Air


Kadar Air Ke (%)
Nama Bahan
1 2 3 4 5

Pepaya muda 28 22 11 0 0

Terong 71 42 28 0 0

Labu putih 54 45 18 0 0

Manisa 75 50 25 0 0

Program Studi S-1 Teknik Kimia 10


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
b. Tabel IV.3 Kecepatan Pengeringan
Kecepatan Pengeringan (gr/menitcm2)
Nama B
1 2 3 4 5

Pepaya muda 0,0164 0,013 6,578x 10-3 0 0

Terong 0,0164 9,86 x 10-3 6,578 x 10-3 0 0

Labu Putih 0,019 0,016 6,578 x 10-3 0 0

Manisa 0,0197 0,0131 6,578 x 10-3 0 0

IV.3 Grafik

Kecepatan Pengeringan vs Waktu


0.025

0.02
Kecepatan Pengeringan
(gr/menit.cm2)

0.015
pepaya
0.01 Terong
Labu Putih
0.005
Manisa
0
0 10 20 30 40 50
-0.005
Waktu (menit)

Grafik I. kecepatan pengeringan vs waktu

Program Studi S-1 Teknik Kimia 11


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

Kadar Air Vs Waktu


80
70
60
50
Kadar Air (%)

Pepaya Muda
40
Terong
30
Labu Putih
20
Manisa
10
0
-10 0 10 20 30 40 50
Waktu (Menit)

Grafik II. Kadar air vs waktu

Kecepatan Pengeringan vs Kadar Air


0.025

0.02
Kecepatan pengeringan
(gr/menit.cm2)

0.015
Pepaya Muda
0.01 Terong
Labu Putih
0.005
Manisa
0
-20 0 20 40 60 80
-0.005
Kadar Air (%)

Grafik III. Kecepatan pengeringan vs kadar air

IV.4 Pembahasan
Pada praktikum drying kali ini dilakukan percobaan terhadap pepaya
muda,terong,labu putih dan manisa dimana pada waktu praktikum dijadikan
empat bagian yang masing masing memiliki bentuk yang sama.Pada awalnya
dilakukan perhitungan luas permukaan pada masing masing bentuk, ada bentuk
yaitu balok didapatkan hasil 38 cm2.

Program Studi S-1 Teknik Kimia 12


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
Pada bahan yang digunakan yaitu Pepaya muda,terong,labu putih dan
manisa, setelah dilakukan percobaan pengeringan dan digunakan waktu yang
konstan yaitu setiap 8 menit, didapatkan hasil bahwa masing-masing bahan
memiliki tingkat pengurangan kadar air yang berbeda beda. Semakin lama
proses pengeringannya, maka kadar air yang terdapat dibahan semakin sedikit,
yang diakibatkan pada waktu proses pengeringan bahan kehilangan kadar air
yang cukup banyak pada kadar air ini paling banyak adalah pada manisa dan
yang paling sedikit adalah pepaya muda.
Begitu pula dengan kecepatan pengeringan pada masing masing bahan
juga memiliki hasil yang berbeda beda. kecepatan pengeringan yang semakin
besar adalahn pada labu putih dan yang paling kecil pada terong.
Jika dilihat dari grafik kecepatan pengeringan vs kadar air, dapat dilihat
bahwa semakin cepat kecepatan pengeringan, maka tingkat kadar air yang
hilang pada bahan juga akan semakin tinggi. Hal tersebut dapat dilihat di
grafik, dibuktikan dengan garis yang selalu naik. Jika dihubungkan dengan
waktu, maka semakin cepat kecepatan pengeringan, maka waktu yang
dibutuhkan untuk proses pengeringan juga akan ikut semakin cepat.

Program Studi S-1 Teknik Kimia 13


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

V.1 Kesimpulan
a. Semakin banyak kadar air semakin lama pula kecepatan pengeringan serta
waktuya.
b. Manisa memiliki kandungan air yang paling besar sehingga kecepatan
pengeringannya membutuhkan waktu yang lama untuk mencapai titik
konstannya.
c. kecepatan pengeringan yang semakin besar adalahn pada labu putih dan
yang paling kecil pada terong.

V.2 Saran
a. Pada percobaan drying ini, sebaiknya praktikan memperhatikan dengan
seksama dan teliti pada saat waktu pengeringan harus konstan.
b. Perhatikan dengan teliti untuk menghitung luas permukaan setiap bentuk
bahannya.
c. Sebaiknya sebelum praktikum diperhatikan untuk kebersihan alat yang
digunakan serta suhu pada pengeringannya.

Program Studi S-1 Teknik Kimia 14


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR
DAFTAR PUSTAKA

Ginanjar. 2011. “drying”


.(https://tentangteknikkimia.wordpress.com/2011/12/17/drying/).
Diakses pada tanggal 10 November 2015 pukul 17.00 WIB.

McCabe.W.L,Smith,J.C.N Harriot,P.1993.”Unit Operation Of Chemical


Engineering”,5th edition,Mcgraw-Hill,Inc.New York.

Westryan. 2013.
“pengeringan”.(http://westryantindaon.blogspot.co.id/2013/07/pengeri
ngan.html ). Diakses pada tanggal 10 November 2015 pukul 17.30
WIB.

Program Studi S-1 Teknik Kimia 15


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya
LAPORAN PRAKTIKUM OPERASI TEKNIK KIMIA I
DRYING
UPN”VETERAN”JAWA TIMUR

APPENDIX

A. Luas Permukaan
1. Balok = (2 x p x l) + ( 2 x p x t) + (2 x l x t)
= ( 2 x 4 x 3) + (2 x 4 x 1) + (2 x 3 x 1)
= 38 cm2

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
Kadar air = 𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
𝑥 100 %

Pepaya muda :
23−18
1. X1 = 18
𝑥100% =28%
23−18
2. X2 = 18
𝑥100% = 22%
20−18
3. X3 = 𝑥100% = 11%
18
18−18
4. X4 = 𝑥100% = 0%
18
18−18
5. X5 = 𝑥100% = 0%
18

𝐵𝑒𝑟𝑎𝑡𝑎𝑤𝑎𝑙−𝑏𝑒𝑟𝑎𝑡 𝑘𝑜𝑛𝑠𝑡𝑎𝑛
Kecepatan pengeringan = 𝑤𝑎𝑘𝑡𝑢 𝑥 𝑙𝑢𝑎𝑠
( gr/menit cm2)
Pepaya muda :
23−18
1. N1 = 8 𝑥 38
= 0,0164
22−18
2. N2 = 8 𝑥 37,68 = 0,013
20−18
3. N3 = = 6,57 x 10-3
8 𝑥 38
18−18
4. N4 = 8 𝑥 38
=0
18−18
5. N4 = =0
8 𝑥 38

Program Studi S-1 Teknik Kimia 16


Fakultas Teknologi Industri-UPN”VETERAN”Jatim Surabaya

You might also like