You are on page 1of 33

Makalah

Gagal ginjal kronik

Diajukan untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Sistem perkemihan

Disusun oleh :

Annisa Siti Maemunah (032016015)

Diyan Nurjanah (032016029)

Denis kurnia (032016043)

Hendar Muhammad Alfaiz (032016049)

Irda Larasati (032016027)

Nadya Khairunnisa (032016023)

Rani Fitri (032016014)

Restu Fuji Gustiani (032016033)

Riska Lestari (032016017)

Teni Setiawati (032016057)

Vinolia Cantika Amaliyana (032016048)

Prodi S1 Keperawatan

Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Aisyiyah Bandung

Tahun Akademik

2017/2018
Kata Pengantar
Puji dan syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT , yang mana atas
rahmatnya kami dapat penyelesaikan makalah tentang “Gagal Ginjal Kronik” ini.
Tugas ini kami buat untuk melengkapi tugas dalam mata kuliah Sistem
Perkemihan.

Atas terselesaikannya makalah ini, kami berterima kasih kepada semua


pihak yang telah membantu dan mendukung atas terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa apa yang disajikan dalam makalah yang kami buat ini
masih terdapat banyak kekurangan, baik menyangkut isi maupun tulisan.
Kekurangan-kekurangan tersebut disebabkan oleh keterbatasan pengetahuan dan
kemampuan kami.Oleh karena itu, kami mengharapkan kritik dan saran yang
konstruktif sehingga kami dapat berbenah diri dan dapat memberikan yang terbaik
dan menjadi pelajaran untuk kedepannya. Dan semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi semua mahasiswa dan mahasiswi di Stikes Aisyiyah Bandung .

Bandung, 03 April 2018

Penyusun

i
DAFTAR ISI

Kata Pengantar ......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ........................................................................................................... ii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Rumusan Masalah ........................................................................................... 2
C. Tujuan Masalah .............................................................................................. 2
BAB II ..................................................................................................................... 4
PEMBAHASAN ..................................................................................................... 4
1.1 Anatomi dan Fisiologi ................................................................................... 4
1.2 Definisi ........................................................................................................ 11
1.3 Etiologi ........................................................................................................ 12
1.4 tanda dan gejala ........................................................................................... 12
1.4 Patofisiologi................................................................................................. 14
1.5 Penatalaksanaan ........................................................................................... 15
1,6 Pemeriksaan Diagnostik .............................................................................. 15
1.7 Komplikasi .................................................................................................. 16
1.8 penatalaksanaan diet .................................................................................... 16
2.1 Asuhan Keperawatan Penderita Gagal Ginjal Kronis ................................. 17
BAB III ................................................................................................................. 29
PENUTUP ............................................................................................................. 29
A. KESIMPULAN ............................................................................................ 29
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 30

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Gagal ginjal kronis biasanya merupakan akbat terminal dekstruksi
jaringan dan kehilangan fungsi ginjal yang berlangsung berangsur-angsur.
Keadaan ini dapat pula terjadi karena penyakit progresif cepat disertai
awitan mendadak yang menghancurkan nefron dan menyebabkan
kerusakan ginjal yang irreversible.
Beberapa gejala baru timbul sesudah fungsi filtrasi glomerulus yang
tersisa kurang dari 25%. Parenkim normal kemudian memburuk secara
progresif dan gejala semakin berat ketika fungsi ginjal menurun. Sindrom
ini akan membawa kematian jika tidak ditangani dengan baik, namun
terapi rumatan dengan dialisi dan transplantasi ginjal dapat
mempertahankan kehidupan pasien.
Gagal ginjal kronik gejala yang muncul secara bertahap, biasanya
tidak menimbulkan gejala awal yang jelas, sehingga penurunan fungsi
ginjal tersebut sering dirasakan, tiba-tiba sudah pada tahap parah dan sulit
diobati.
Gagal hinjal kronik atau penyakit tahap akhir adalah penyimpangan
progresif, ginjal yang tidak dapat pulih dimana kemampuan tubuh untuk
mempertahankan keseimbangan metabolic, cairan dan elekrtolit
mengalami kegagalan, yang mengakibatkan uremia ( Alam Syamsir dan
Hadibroto iwan, 2007).
Menurut WHO, secara globall lebih dari 500 juta orang mengalami
penyakit gagal ginjal kronik (Ratnawati,2014).
Berdasarkan data dari Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2013
prevelensi gagal ginjal kronik di Indonesia sekitar 0,2%. Prevalensi
kelompok umur ≥75 tahun dengan 0,6% lebih tinggi dari kelompok umur
lainnya. Prevelensi gagal ginjal kronik (GGK) di SulawesiUtara sebesar
0,4% dimana lebih tinggi dari prevalensi nasional. Berdasarkan data yang

1
2

dirilis PT. Askes pada tahun 2010 jumlah pasien gagal ginjal ialah 17.507
orang. Kemudian meningkat lagi sekitar lima ribu lebih pada tahun 2011
dengan jumlah pasti sebesar 23.261 pasien. Pada tahun 2012 terjadi
peningkatan yakni 24.141 pasien, bertambah hanya 880 orang. Menurut
Yayasan Peduli Ginjal (Yagudi), saat ini di Indonesia terdapat 40.000
penderita gagal ginjal kronik (GGK). Namun dari jumlah tersebut, hanya
sekitar 3.000 penderita yang biasa menikmati pelayanan cuci darah atau
hemodialisa. Sisanya, hanya bisa pasrah menjalani hidupnya, karena pada
dasarnya penderita gagal ginjal kronik yang menjalani terapi hemodialisa
tidak bisa sembuh.

B. Rumusan Masalah
1. Apa anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan gagal ginjal
kronik?
2. Apa definisi dari gagal ginjal kronik?
3. Apa etiologi dari gagal ginjal kronik?
4. Apa saja tanda dan gejala gagal ginjal kronik ?
5. Apa manifestasi klinis dari gagal ginjal kronik?
6. Bagaimana patofisiologi dari gagal ginjal kronik?
7. Bagaimana penatalaksanaan pada pasien gagal ginjal kronik?
8. Bagaimana pemeriksaan diagnostic pada pasien gagal ginjal kronik?
9. Apa komplikasi dari gagal ginjal kronik?
10. Bagaimana asuhan kepeawatan pada pasien gagal ginjal kronik?

C. Tujuan Masalah
1. Untuk mengetahui anatomi dan fisiologi yang berhubungan dengan
gagal ginjal kronik
2. Untuk mengetahui definisi dari gagal ginjal kronik
3. Untuk mengetahui etiologi dari gagal ginjal kronik
4. Untuk mengetahui tanda dan gejala gagal ginjal kronik
3

5. Untuk mengetahui manifestasi klinis dari gagal ginjal kronik


6. Untuk mengetahui patofisiologi dari gagal ginjal kronik
7. Untuk mengetahui penatalaksanaan pada pasien gagal ginjal kronik
8. Untuk mengetahui pemeriksaan diagnostic pada pasien gagal ginjal
kronik
9. Untuk mengetahui komplikasi dari penyakit gagal ginjal kronik
10. Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada pasien gagal ginjal
kronik
BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Anatomi dan Fisiologi
a. Ginjal

Adalah sepasang organ berbentuk kacang dengan panjang 4 sampai 5


inci yang terletak di belakang rongga abdomen ( diantara rongga perut dan
otot punggung ), satu di satu masing-masing sisi kolomna vertebralis,
sedikit di atas garis pinggang. Setiap ginjal mendapat satu arteri renalis
dan satu vena renalis, yang masing-masing masuk dan keluar ginjal di
indentasi ginjal yang menyebabkan organ ini berbentuk seperti ginjal.
Ginjal bekerja pada plasma yang mengalir melaluinya untuk
menghasilkan urine, mengonservasi bahan-bahan yang akan dipertahankan
dalam tubuh dan mengeluarkan bahan-bahan yang tidak diinginkan dalam
tubuh melalui urine.
Setelah terbentuk, urine mengalir kepada suatu rongga pengumpul
sentral, pelvis ginjal yang terletak di bagian dalam medial tiap-tiap ginjal.
b. Bagian-bagian ginjal :
A. Renal pelvis
Merupakan ruang penampung yang besar yang menghubungkan
medulla dengan ureter. Renal pelvis memiliki percabangan yaitu Kaliks

4
5

mayor dan kaliks minor. Masing-maing ginjal memiliki sekitar 2 -3 kaliks


mayor dan 8-18 kaliks minor.

B. Medulla renalis
Merupakam bagian tengah ginjal, terdiri dari 8-18 piramida, bagian
apeks dari piramida adalah papilla, piramida terdiri dari Tubulus dan
Duktus kolektipus dari Nefron. Tubulus dalam piramida berperan dalam
Reabsorpsi zat-zat yang terfiltrasi. Urine berjalan dari medulla ke kaliks
minor, kaliks mayor dan renal pelvis. Dari renal pelvis urine ke ureter dan
masuk ke kandung kandung kemih.
C. Cortex renalis
Paling luar dari ginjal terdiri dari area kortikal dan area juxtamedullari
.mempunyai kapiler-kapiler menembus medulla melalui pyramid
membentuk renal kolum. Kolum terdiri dari tubulus ginjal yang
mengalirkan urine ke kaliks minor.

c. Bagian ginjal dibagi menjadi 2

1. Nefron
Adalah merupakan suatu unit fungsional yang dimana disetiap ginjal
memiliki 1 juta nefron.Setiap nefron terdiri dari kapsul bowman yang
mengitari rumabi kapiler glomerulus, ubulus kontrotus, lengkung henle,
dan tubukulus kontrotus distal.
Bagian-bagian Nefron dibagi menjadi :

a. Glomerulus
Bagian ini yang mengandung anyaman kapiler yang terletak di dalam
kapsul bowman dan menerima darah dari arteriola aferen dan meneruskan
darah ke system vena melalui arteriol aferen.Glomerulus berdiameter
200mm, di bentuk oleh invagiansi suatu anyaman kapiler yang menempati
kapsula bowman dimana cairan di filtrasikan.
6

b. Tubulus
Filtrasi glomerulus yang memasuki tubulus nefron mengalir melalui :
1) Tubulus proksimal

Tubulus kontortus proksimal berjalan berkelok-kelok dan berakhir


sebagai saluran yang lurus di medula ginjal (pars desendens Ansa Henle).
Dindingnya disusun oleh selapis sel kuboid dengan batas-batas yang sukar
dilihat. Inti sel bulat, bundar, biru dan biasanya terletak agak berjauhan
satu sama lain. Sitoplasmanya bewarna asidofili (kemerahan). Permukaan
sel yang menghadap ke lumen mempunyai paras sikat (brush border).
Tubulus ini terletak di korteks ginjal.
7

Fungsi tubulus kontortus proksimal adalah mengurangi isi filtrat


glomerulus 80-85 persen dengan cara reabsorpsi via transport dan pompa
natrium. Glukosa, asam amino dan protein seperti bikarbonat, akan
diresorpsi.

2) Lengkung Henle
Bentuknya lurus dan tebal diteruskan ke segmen tipis selanjutnya
ke segmen tebal, panjangnya 12 mm, total panjangnya ansa henle 2-14
mm. Klorida secara aktif diserap kembali pada cabang asendens gelung
Henle dan natrium bergerak secara pasif untuk mempertahankan
kenetralan listrik.

Sekitar 25% natrium yang difiltrasi diserap kambali karena darah


nefron termeable terhadap air. Reabsorbswwwi klorida dan natrium di pars
esendens penting untuk pemekatan urine karena membantu
mempertahankan integritas gradiens konsentrasi medulla. Kalium
terfiltrasi 20-25% diabsorpsi pada pars esendens lengkung Henle. Proses
pasif terjadi karena gradient elektrokimia yang timbul sebagai akibat dari
reabsorpsi aktif klorida pada segmen nefron ini.
8

3) Tubulus distalis
Bagian ini adalah bagian tubulus ginjal yang berkelok-kelok dan letak
jauh dari kapsula Bowman, panjangnya 5 mm. Tubulus distal dari masing-
masing nefron bermuara ke duktus koligentis yang panjangnya 20 mm.

Masing-masing duktus koligens berjalan melalui korteks dan medulla


ginjal bersatu membentuk suatu duktus yang berjalan lurus dan bermuara
pada duktus belini, seterusnya menuju kaliks minor, ke kaliks mayor, dan
9

akhirnya mengosongkan isinya ke dalam pelvis renalis pada apeks masing-


masing pyramid medulla ginjal.

Panjang nefron keseluruhan di tambah dengan duktus koligentis


adalah 45-46 mm. Nefron yang berasal dari glomerulus korteks
mempunyai Ansa Henle yang memanjang ke dalam pyramid medulla.

4) Duktus koligentes, kedalam pelvis ginjal.

Saluran yang secara metabolic tidak aktif.Pengaturan secara halus dari


ekskresi natrium urine terjadi disini dengan aldosteron yang paling
berperan terhadap reabsorbsi natrium.Duktus ini memiliki kemampuan
mereabsorbsi dan menyekresi kalium.Ekskresi aktif kalium dilakukan pada
duktus koligen kortikal dan dikendalikan oleh aldosteron.Reabsorbsiaktif
kalium murni terjadi dalam duktus kolige medulla.
10

Sepanjang perjalanan ini zat di reabsorbsi dan di sekresi secara


selektif oleh epitel tubulus, dan cairan yang dihasilkan memasuki pelvis
ginjal sebagai urine.Reabsorbsi memegang peranan lebih penting daripada
sekresi pembentukan urin. Tetapi sekresi sangat penting dalam
menentukan ion kalium, hydrogen dan beberapa zat lain di dalam urine.
11

1.2 Definisi
Gagal ginjal merupakan perkembangan gagal ginjal yang progresif
dan lambat pada setiap nefron (biasanya berlangsung beberapa tahun dan
tidak reversible) (nanda dan nicnoc, 2015)
Gagal ginjal kronis merupakan dekstruksi struktur ginjal yang
progresif dan terus menerus. Gagal ginjal kronis dapat timbul dari hampir
semua penyakit. Gagal ginjal kronis akan terjadi perburukan fungsi ginjal
secara progresif yang ditandai dengan penurunan GFR yang progresif.
(corwin, 2009)
Gagal ginjal kronis atau penyakit renal tahap akhir (ESRD)
merupakan gangguan fungsi renal dan progresif dan irreversibel dimana
kemampuan tubuh gagal untuk mempertahankan metabolisme dan
keseimbangan cairan dan elektrolit menyebabkan uremia (retensi urea dan
sampah nitrogen lain
dalam darah) (KMB Vol 2, 2002)
Gagal ginjal kronik merupakan suatu penyakit yang menyebabkan
fungsi organ ginjal mengalami penurunan hingga akhirnya tidak mampu
melakukan fungsinya dengan baik (Cahyaningsih, 2009). Gangguan fungsi
ginjal ini terjadi ketika tubuh gagal untuk mempertahankan metabolism
dan keseimbangan cairan dan elektrolit sehingga menyebabkan retensi
urea dan sampah nitrogen lain dalam darah. Kerusakan ginjal ini
mengakibatkan masalah pada kemampuan dan kekuatan tubuh yang
menyebabkan aktivitas kerja terganggu, tubuh jadi mudah lelah dan lemas
sehingga kualitas hidup pasien menurun (Bruner& Suddarth,2001).
12

1.3 Etiologi
a. Obat-obatan
b. Dehidrasi
c. Immobilisasi
d. Batu ginjal
e. Diabetes Miletus type II
f. Hipertensi
g. Penyakit glomerulus yang kronis (glomerulonefritis)
h. Infeksi kronis seperti pielonefritis kronis dan TBC
i. Anomaly congenital (penyakit polkistik ginjal)
j. BPH
k. Penyakit kolagen SLE
l. Nefrolitiasis

1.4 tanda dan gejala


tanda dan gejala gagal ginjal kronis meliputi :
1. nokturia
2. edema
3. anemia
4. gangguan elektrolit
5. hipertensi
6. penyakit tulang ( renal osteodystrophy)
7. perubahan neurologist ( misalnya lethargia, gangguan mental)
8. uraemia (misalnya nafsu makan berkurang, mual, muntah, pruritus).

Yang dirasakan pasien:

a. panas pada area pinggang


b. mual
c. tidak nafsu makan
d. mudah lelah
13

1.3 Manifestasi Klinik


1) Pada gagal ginjal stadium 1 tidak tampak gejala-gejala klinis.
2) Seiring dengan perburukan penyakit, penurunan pembentukan
eritropoetin menyebabkan keletihan kronis dan muncul tanda-tanda
awal hipoksia jaringan dan gangguan kardiovaskuler.
3) Dapat timbul poliuria (peningkatan pengeluaran urin) karena ginjal
tidak mampu memekatkan urin seiring dengan perburukan penyakit.
4) Pada gagal ginjal stadium akhir, pengeluaran urin turun akibat GFR
rendah.
5) Hipervolemia akibat retensi natrium.
6) Hipokalsemia dan hiperkalemia akibat ketidakseimbangan elektrolit.
7) Azotemia akibat retensi zat sisa nitrogenus.
8) Asidosis metabolic akibat kehilangan bikarbonat.
9) Nyeri tulang serta otot disebabkan ketidakseimbangan kalsium fosfor.
10) Mulut yang kering keadaan mudah lelah dan mual kakibat
hiponatremia.
11) Hipotensi akibat kehilangan natrium.
12) Perubahan status kesdaran akibat hiponatremia dan penumpukan zat-
zat toksik.
13) Frekuensi jantung yang tidak regular akibat hiperkalemia
14) Hipertensi akibat kelebihan cairan.
15) Luka pada gusi dan perdarahan akibat koagulopati.
16) Kulit warna kuning tembaga akibat perubahan proses metabolic.
17) Kulit yang kering serta bersisik dan rasa gatal yang hebat akibat
penumpukan ureum.
14

1.4 Patofisiologi

Cronic kidney
disense

Obstruksi kandung kemih

Penumpakan urin

Terjadi peradangan di glomelurus

GFR ↓

Operasi Nefrolitomi Ureum kreatinin

Hilangnya fungsi kulit


Luka insisi
sebagai protein Ketidak seimbangan asam
basa
Terputusnya kontinutas
jaringan Mikroorganisme Asam lambung
(bakteri,urus)
Pelepasan zat kimia (prostagladin,
mual
bradikinin, histamin)
Resiko infeksi

Merangsang reseptor Tidak nafsu makan

Korteks serebri Ketidakseimbangan


Nutrisi kurang dari
kebutuhan
hypotalamus

Nyeri akut
15

1.5 Penatalaksanaan
Tujuan penatalaksanaan adalah untuk mempertahankan fungsi ginjal
dan homeostatis selama mungkin. Seluruh factor yang berperan pada gagal
ginjal tahap akhir da factor yang dapat dipulihkan.

1. Untuk gagal ginjal stadium 1, 2 dan 3 tujuan pengobatan adalah


memperlambat kerusakan ginjal lebih lanjut, terutama dengan
membatasi asupan protein dan pemberian obat-obat anti hipertensi.
Inhibitor enzim pengubah angitensin (ACE) terutama membantu dalam
memperlambat keburukan.
2. Pengobatan anemia dilakukan dengan memberikan eriropoiten
manusia rekombinan (rHuEPO). Obat ini terbukti memperbaiki
kualitas hidup dan mengurangi kebutuhan tranpusi. Selain itu
memperbaiki fungsi jantung secara baik.
3. Pada stadium lanjut, terapi ditujukan untuk mengoreksi
ketidakseimbangan cairan dan elektrolit.
4. Oada semua stadium pencegahan infeksi perlu dilakukan.
5. Terapi penyakit ginjal
6. Diet rendah garam
7. Diet rendah protein
8. Pembatasan cairan yang akan mengakibatkan berat badan bertambah
dan peningkatan hipertensi
9. Hemodialisis yang akan menurunkan kadar produk sampah uremik
dalam darah
10. Tranplantasi ginjal

1,6 Pemeriksaan Diagnostik


1. Foto polos abdomen
2. Intravena pielografi
3. USG
4. Renogram
16

5. EKG
6. Nilai BUN serum, kreatinin dan GFR tidak normal
7. Radiograf atau ultrasound akan memperlihatkan ginjal yang kecil dan
atrofi.
8. pH plasma rendah

1.7 Komplikasi
1. Hipertensi akibat retensi cairan dan natrium serta malfungsi sistem
rennin-angiotensin-aldosteron
2. Anemia akibat penurunan eritropoetin, penurunan rentang usia sel
darah merah dan kehilangan darah selama hemodialisis
3. Payah jantung akibat terjadi hipertrofi ventrikel kiri akibat preload
meningkat dan beban jantung ikut meningkat
4. Penyakit tulang serta klasifikasi metastik akibat retensi fosfat, kadar
kalsium serum yang rendah, metabolisme vit D abnormal, dan
peningkatan kadar aluminium
5. Edema karena penumpukan cairan diseluruh tubuh akibat retensi urine
6. Gangguan pembekuan darah akibat menurunnya produksi vitamin D
yang tidak mengaktifkan 1,25 dihidroksikolekalsiferol yang
mengakibatkan terjadinya reabsorbsi kalsium

1.8 penatalaksanaan diet


1. diet rendah protein
2. pembatasan kalium
3. pembatasan cairan 500/24 jam
17

2.1 Asuhan Keperawatan Penderita Gagal Ginjal Kronis

Kasus

Tn. G (46 tahun) dirawat di Ruang Bedah Umum sejak 1 minggu yang lalu dan
sempat dilakukan hemodialisis 1x dan ditransfusi PRC 4. Hasil pemeriksaan lab
sebelum hemodialisis ; Hb 8 gr%, ureum 189, kreatinin 7,6. Hasil pemeriksaan
urine ; terdapat calsium posfat, hasil BNO IVP terdapat neprolithiasis kiri 2,5 x 3
cm dan kanan 6 x 7 cm. BP 160/100 mmHg, RR 24x/mnit, HR 98x/mnt, suhu
37⁰c.

Hasil lab post HD ; 10 gr%, ureum 67, kreatinin 2,7. Saat pengkajian, klien baru
datang dari OK post neprolitotomy e.c neprolithiasis on CKD. Narkose spinal.
Terpasang infus tramadol drip 2 ampul dalam NaCL 0,9% 20 gtt/mnt, terdapat
luka jahitan post neprolitotomy sekitar 7 cm tertutup wound dressing dan slang
neprostomy pada area costovertebra kanan dengan produksi cairan 300 cc warna
kuning jernih tidak berbau , terpasang folley kateter dengan produksi urine 200 cc
warna kuning keruh.

Klien dalam keadaan compos mentis dan tampak kesakitan pada are luka post
operasi sehingga tampak ketakutan bila bergerak, skala nyeri 6 (0-10). Saat ini
klien tidak boleh merubah pososi tidur atau bangun karena harus tidur terlentang
selama 24 jam post operasi. Klien sudah dianjurkan minum minimal 1500 cc/24
jam. TTV BP 150/100 mmHg, RR 22x/mnt, HR 98x/mnt, Suhu 36⁰C.

Riwayat pekerjaan klien yaitu supir truk yang secara rutin mengirim kertas dari
bandung ke surabaya seminggu 2 kali. Selama ini klien memang sering mengeluh
panas pada pinggang, mual, tidak nafsu makan, dan mengeluh mudah lelah, tetapi
klien selalu mengatasinya dengan cara minum obat warung. Hal ini sudah
dirasakan kurang lebih 5 bulan terakhir, tetapi kemudian 1 minggu yang lalu klien
merasa sangat kesakitan dan merasa panas pada daerah pinggang hingga keluar
keringat dingin banyak sekali dan muntah-muntah saat pulang dari surabaya. Di
pinggang kanan teraba bengkak. Klein dibawa ke puskesmas dan sempat disuntik
obat pereda sakit per inrtamuskular kemudian dirujuk ke rumah sakit. Klien tidak
memiliki riwayat hipertensi sebelumnya.
18

Asuhan Keperawatan Pada Pasien Tn. G (46 tahun) Dengan Gangguan


Sistem Perkemihan Di Ruang Bedah Umum

I. PENGKAJIAN
a. IDENTITAS
1) Identitas pasien
Nama : Tn.G
Umur : 46 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Status Marital : menikah
Pendidikan :-
Pekerjaan : sopir truk
Agama :-
Suku Bangsa : Indonesia
Tanggal Masuk RS :-
Tanggal Pengkajian :-
No Medrek :-
Diagnose Medis : CKD
Alamat :-
2) Identitas Penanggung Jawab
Nama :-
Umur :-
Jenis Kelamin :-
Pekerjaan :-
Alamat :-
Hubungan dengan klien :-

b. RIWAYAT KESEHATAN
1. Keluhan utama
Pasien mengeluh nyeri dibagian pinggang , nyeri yang dirasakan terasa
panas.

2. Riwayat kesehatan sekrang


Saat pengkajian, klien baru datang dari OKA post neprolitotomy e,c
Neprolithialisis on CKD. . Terpasang infus tramadol drip 2 ampul dalam
NaCL 0,9% 20 gtt/mnt, terdapat luka jahitan post neprolitotomy sekitar 7
cm tertutup wound dressing dan slang neprostomy pada area
costovertebra kanan dengan produksi cairan 300 cc warna kuning jernih
19

tidak berbau , terpasang folley kateter dengan produksi urine 200 cc warna
kuning keruh.
Klien dalam keadaan compos mentis dan tampak kesakitan pada are luka
post operasi sehingga tampak ketakutan bila bergerak, skala nyeri 6 (0-10).
Saat ini klien tidak boleh merubah pososi tidur atau bangun karena harus
tidur terlentang selama 24 jam post operasi. Klien sudah dianjurkan
minum minimal 1500 cc/24 jam. TTV BP 150/100 mmHg, RR 22x/mnt,
HR 98x/mnt, Suhu 36⁰C.

3. Riwayat kesehatan dahulu


Tn. G (46 tahun) dirawat di Ruang Bedah Umum sejak 1 minggu yang lalu
dan sempat dilakukan hemodialisis 1x dan ditransfusi PRC 4

4. Riwayat esehatan keluarga


Tidak terkaji

c. PEMERIKSAAN FISIK
General survey
Compos mentis
T : 150/100 mmHg
N : 22 x/mnt
S : 36°C
Pemeriksaan antropometri
BB :-
TB :-
BMI :-
LLA :-
20

d. PENGKAJIAN FISIK PERSISTEM

1. System pernafasan
RR : 22x/menit

2. System kardiovaskuler
a. Tekanan Darah ; 150/100 mmHg
b, Nadi : 98x/menit

3. System pencernaan
Mual (+) tidak nafsu makan, muntan (+),

4. System integument
Luka hajit (+)

5. System perkemihan
Urin berwarna kuning keruh

6. System indera

a) Pengelihatan
tidak terkaji
b) Pendengaran
tidak terkaji
c) Penciuman
tidak terkaji
d) Pengecapan
tidak terkaji

7. System persyarafan

a) Kesadaran dan orientasi


b) Nilai GCS
15 (E =4, M= 6, V = 5)
c) Memori
-
d) Fungsi syaraf otak
Nervus I
-
Nervus II
-
Nervus III,IV,VI
21

-
Nervus V
-
Nervus VII
-
Nervus VIII
-
Nervus IX dan X
-
Nervus XI
-
Nervus XII
-

8. System endokrin

9. System musculoskeletal

a) Ekstremitas atas
-
b) Ekstremitas bawah
-
22

E. Riwayat ADL

no Aktivitas Sebelum sakit Saat sakit


1 Nutrisi
a. Makan
Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Jenis
Keluhan
b. Minum Tidak terkaji
Jenis Tidak terkaji
Jumlah 1500cc/24jam
Keluhan
2 Eliminasi
a. BAB
Frekuensi
Konsistensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna
Keluhan
b. BAK
Frekuensi Tidak terkaji Tidak terkaji
Warna
Keluhan
3 Mobilisasi Tidak terkaji Tidak terkaji
4 Istirahat/tidur
Tidur siang
Tidur malam Tidak terkaji Tidak terkaji
Keluhan
5 Personal hygiene
Mandi
Keramas Tidak terkaji Tidak terkaji
Gosok gigi

d. Data Psikologis
1. Status emosi
Tidak terkaji
2. Konsep diri
a. Gambaran diri
-
b. Harga diri
-
c. Peran diri
-
23

d. Identitas diri
-
e. Ideal diri
-
3. Pola koping
-
4. Gaya komunikasi
-

e. Data social
1. Pendidikan dan pekerjaan
-
2. Gaya hidup
-
3. Hubungan social
-

f. Data spiritual
1. Konsep ketuhanan
-
2. Ibadah praktik
-
3. Makna sehat sakit spiritual
-
4. Support spiritual
-

g. Data penunjang
1) Pemeriksaan laboratorium
Hasil pemeriksaan laboratorium

Tanggal pemeriksaan :
Jenis Hasil Nilai Satuan Interprestasi
Pemeriksaan Normal
Hb 10 gr% 12-15 Gr/dl Rendah
Ureum 67 15-40 Mg/dl Tinggi
Kreatinin 2,7 0,6-1,2 Mg/dl Tinggi

2) Pemeriksaan lain
Tidak terkaji
24

h. Terapi
No Nama Obat Dosis Tujuan Manfaat
1 Tramadol 50-100 Untuk Meredakan
mg per 4- mengurangi nyeri sedang
6 jam rasa sakit hingga berat

i. Analisis Data
no Data Etiologi Masalah
1 Ds : pasien mengatakan Dilakukan Nyeri akut
nyeri dengan skala 6 (0- pembedahan op
10) nefrolitotomy

Do : Pasien tampak
kesakitan pada area Luka insisi
post op dan tampak
ketakutan bila bergerak
Terputusnya
kontinuitas jatingan

Pelepasan zat kimia

Merangsang
reseptor

Korteks serebri

Hypothalamus

Nyeri akut

2 Ds : Ureum, kreatinin Ketidak seimbangan


Pasien mengatakan nutrisi kurang dari
mual , tidak nafsu kebutuhan tubuh
makan Asam lambung
Klien mengeluh mudah
lelah
25

Mual
Do:
Klien muntah-muntah
Klien terlihat mudah
lelah Tidak nafsu makan

Ketidak
seimbangan nutrisi
kurang dari
kebutuhan tubuh
3 Ds :klien mengeluh Hilangnya fungsi Resiko infeksi
kesakitan diarea insisi kulit sebagai
Do : terdapat luka insisi protein
dan tampak kesakitan

Mikroorganisme

Tubuh

Resiko infeksi

Diagnose keperawatan berdasarkan prioritas

1. Nyeri akut bd pembedahan


2. Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh bd perubahan nafsu makan
3. Resiko infeksi

II. PERENCANAAN KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn. G
No medrek : -
Dx medis :-
Usia : 46 tahun
n Diagnose Tujuan dan kriteria Intervensi Rasionl
o keperawa hasil
tan
1 Nyeri Setelah dilakukan 1. Lakukan pengkajian 1. untuk
akut bd tindakan nyeri komperhensif mengetahui
dengan keperawatan 2x24 yang meliputi lokasi, seberapa nyeri
prosedur jam nyeri akut karakteristik, durasi, pasien yang
26

pembeda teratasi dengan frekuensi, kualitas, meliputi lokasi,


han kriteria hasil : intesitas atau berartnya
karakteristik,
1. Skala nyeri nyeri dan faktor durasi, frekuensi,
berkurang pencetus kualitas, intesitas,
atau hilang 2. berikan distraksi atau beratnya
2. Pasien pengaliha nyeri ( musiknyeri dan faktor
dapat ) pencetus.
mengatasi 3. gali bersama pasien 2.untuk
nyeri faktor yang dapat mengurangi rasa
3. Pasien menurun dan atau nyeri.
dapat memberatkan nyeri 3. untuk
mengetasi 4. kolaborasikan mengetahui
nyeri dengan pemberian obat faktor yang
(tramadol) menurunkan atau
yang
memberatkan
nyeri pasien.
4.untuk mengtasi
nyeri.
2 nutrisi Setelah dilakukan 1. Kaji nutisi pasien 1. Untuk
kurang tindakan 2. Anjurkan pasien mengetahui
dari keperawatan 1x24 makan sedikit tapi kebutuhan
kebutuha jam nutrisi teratasi sering nutrisi pasien
n tubuh dengan kriteria 3. Kolaborasikan 2. Untuk
bd hasil : dengan ahli gizi memenuhi
perubaha 1. Nafsu mengenai pemberian nutrisi pasien
n nafsu makan nutrisi yang sesuai 3. Untuk
makan bertambah untuk pasien memenuhi
2. Tidak nutrisi pasien
terdapat
mual
muntah

3 Resiko Setelah dilakaukan 1. Monitor tanda dan 1. untuk


infeksi keperawatan gejala infeksi mengetahui
selama 2x24 jam sistemik dan lokal tanda dan
resiko infeksi 2. Monitor gejala infeksi
pasien dapat kerentangan 2. untuk
berkurang dengan terhadap infeksi mengetahui
kriteria hasil : 3. ajarkan cara kerentangan
1. Klien bebasdati menghindari infeksi infeksi pada
tanda dan gejala 4. berikan perawatan pasine
infeksi luka insisi, yang di 3. untuk
2. Menunjukan perlukan mengetahui
kemampuan 5. pertahankan teknik agar pasien
untuk mencegah balutan steril ketika dapat
27

timbulnya melakukan mengetahui


infeksi perawatan luka terhindar dari
dengan tepat infeksi
4. untuk
menghindari
infeksi
5. untuk
mencegah
terjadinya
infeksi

III. IMPLEMENTASI / TINDAKAN KEPERAWATAN


Nama pasien : Tn. G Ruangan : -
No medrek :- Nama Mahasiswa :-

Diagnosa Implementasi Evaluasi


Nyeri akut bd dengan prosedur 1. melakukan pengkajian nyeri S : klien mengatakan
pembedahan : luka insisi komperhensif yang meliputi
kesakitan pasa area luka post
lokasi, karakteristik, durasi,
frekuensi, kualitas, intesitas op, skala nyeri 6 (0-10)
atau berartnya nyeri dan faktor
klien mengatakan sakit
pencetus
2. Memberikan distraksi berkurang setelah dilakukan
pengaliha nyeri ( musik )
distraksi nyeri dan pemberian
3. menggali bersama pasien
faktor yang dapat menurun dan obat (tramadil)
atau memberatkan nyeri
O : klien terlihat meringis dan
4. mengkolaborasikan dengan
kesakitan
pemberian obat (tramadol)
Klien sedikit tenang setelah
lakukan distraksi dan
pemberian obat (tramadol)
A : nyeri akut b.d prosedur
pembedahan : luka insisi
sedikit teratasi dengan
dilakukan teknik distraksi
nyeri dan pemberian obat
(tramadol)
28

P : intervensi diteruskan
dengan diberikan distraksi
dan pemberian obat
nutrisi kurang dari kebutuhan 1. Kaji nutisi pasien S : pasien mengatakan mual
2. Anjurkan pasien makan sedikit
tubuh bd perubahan nafsu makan muntah sudah berkurang,dan
tapi sering
3. Kolaborasikan dengan ahli gizi sudah mulai masuk makanan.
mengenai pemberian nutrisi O : klien tampak sudah tidak
yang sesuai untuk pasien lemas lagi.
A : nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh b.d
perubahan nafsu makan,
sudah teratasi sebagian
dengan menganjurkan klien
makan sedikit tapi sering.
P : intervensi lanjutkan dan
kolaborasi dengan ahli gizi
pemberian nutrisi dilanjutkan.

Resiko infeksi 1. Memonitor tanda dan gejala S : pasien mengeluh


infeksi sistemik dan lokal
kesakitan pada area insisi
2. Memonitor kerentangan
terhadap infeksi O : terdapat luka insisi dan
3. mengajarkan cara menghindari
mengeluh kesakitan pada
infeksi
4. memberikan perawatan luka daerah insisi
insisi, yang di perlukan
A : Resiko infeksi teratasi
5. mempertahankan teknik balutan
sebagian
steril ketika melakukan
P : intervensi di lanjutkan
perawatan luka dengan tepat
(mempertahankan tehnik
balutan steril )
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

29
DAFTAR PUSTAKA

NANDA NIC NOC

KMB VOL 2. 2002

You might also like