You are on page 1of 27

Halaman 1

IJABER, Vol. 13, No. 7 (2015): 5607-5624


EVALUASI ALOKASI KHUSUS
DANA UNTUK INDONESIA MASYARAKAT KESEJAHTERAAN
Rudy Badrudin
1
Abstrak: Tujuan penelitian ini untuk mengevaluasi kebijakan dana alokasi khusus
(DAK)
untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. Kesejahteraan masyarakat adalah
tujuan utama dari desentralisasi fiskal di
Indonesia. Desain penelitian ini adalah Unit analisis jelas 433 kabupaten / kota di
Indonesia. Sumber data dalam bentuk data sekunder dan pengujian hipotesis
penelitian
gunakan untuk Tanda Uji dan Analisis Variance (ANOVA). Hasil tes menunjukkan
bahwa
1) alokasi DAK sudah sesuai dengan tujuan pelayanan publik menyamakan
meskipun tidak optimal karena distribusi yang tidak merata pelayanan publik di
bidang pendidikan dan
kesehatan; 2) ada sesuai dengan kondisi DAK kebutuhan menerima area yang
diberi
menandatangani tes DAK dan indikator pelayanan publik; dan 3) ada sesuai
dengan
kondisi DAK dan kebutuhan DAK dari daerah penerima juga ditunjukkan dengan
uji ANOVA.
Kata kunci: dana alokasi khusus, kesejahteraan masyarakat
PENGANTAR
Desentralisasi fiskal adalah kewenangan pemberian dari pemerintah pusat ke
daerah
pemerintah untuk manajemen pengeluaran (Kementerian Keuangan, 2009: 7).
Sejak otonomi dimulai pada tahun 2001, pelaksanaan kebijakan desentralisasi
fiskal
telah mengalami perkembangan dari tahun ke tahun. Pengembangan desentralisasi
fiskal
disesuaikan dengan tujuan, kondisi, dan pengembangan otonomi daerah. Satu dari
instrumen kebijakan desentralisasi fiskal adalah untuk mentransfer bidang
kebijakan. Itu
Tujuan dari transfer ke daerah untuk mengurangi kesenjangan fiskal,
meningkatkan kualitas dan
pelayanan publik antar daerah, pengembangan potensi ekonomi
wilayah, efisiensi pemanfaatan sumber daya nasional, sinkronisasi
perencanaan pembangunan nasional dan daerah, dan untuk mendukung
kesinambungan fiskal
dalam kebijakan ekonomi makro. Sistem pendanaan dilakukan dalam bentuk
alokasi
transfer dana ke daerah melalui Dana Seimbang, khusus Dana Otonomi,
dan Dana Penyesuaian.
Dana Perimbangan adalah dana yang bersumber dari APBN (APBN) yang
dialokasikan untuk
daerah untuk membiayai kebutuhan daerah dalam konteks desentralisasi.
1.
STIE YKPN School of Business Nomor Telepon: +62 274 486160, 486321 Fax
+62 274 486155,
E-mail: rudybadrudin.stieykpn@gmail.com, rudybadrudin.stieykpn@yahoo.co.id

Halaman 2
Dana keseimbangan meliputi Pendapatan Dana Bersama (DBH), Dana Alokasi
Umum
Dana (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK). The Spesifik Dana Otonomi
adalah dana yang dialokasikan untuk membiayai pelaksanaan otonomi khusus yang
mencakup
daerah-daerah tertentu dari Papua dan Provinsi Aceh. Penyesuaian Fund adalah
dana yang dialokasikan untuk
membantu daerah dalam melaksanakan kebijakan pemerintah pusat. Sebagian dana
dari dana
penyesuaian yang direncanakan adalah menengah atau jangka panjang sebagai
bagian dari kebijakan nasional seperti
Penghasilan Tambahan Guru (TPG), Bantuan Operasional Sekolah (BOS), dan
Dana Insentif Daerah (DID). Sebagian dana penyesuaian dana iklan bertekad
dasar hoc sebagai Dana Penyesuaian Infrastruktur Daerah (DPID) dan Regional
Dana Pembangunan Infrastruktur Percepatan (DPPID).
Di antara jenis Dana Perimbangan, DAK adalah jenis transfer dana ke
wilayah yang bersumber dari APBN yang dialokasikan kepada daerah tertentu
dengan tujuan masyarakat
Layanan menyamakan ketidakseimbangan antar daerah khusus untuk mendanai
pelayanan dasar
infrastruktur masyarakat yang belum mencapai standar tertentu meskipun wilayah
telah menerima DBH dan DAU. Komponen ketiga dari dana perimbangan
merupakan
transfer dana dari pemerintah pusat serta seluruh unit (yang
Trilogy dari Dana Perimbangan). Indikator pelayanan publik untuk mengukur
keberhasilan
Alokasi DAK transfer dana adalah Angka Melek Huruf (AMH), rata-rata Panjang
Sekolah (RLS), dan Harapan Hidup (UHH) adalah penghitungan komponen dari
Indeks Pembangunan Manusia (IPM). HDI adalah sebagai ukuran kesejahteraan
masyarakat yang memiliki
pendekatan terpadu untuk kuantitas dan kualitas hidup (Todaro dan Stephen C.
Smith,
2006: 59-64).
Transfer ke daerah dalam lima tahun terakhir (2009-2013) disajikan pada Tabel
1. Tampaknya nilai absolut dari lima jenis transfer ke daerah dari
2009-2013 terus meningkat. Besarnya kenaikan tahunan
Rata-rata transfer ke 14,27%, Dana Perimbangan 11,38%, khusus Dana Otonomi
9.31%, dan Dana Penyesuaian 67,58%. Tujuan akhir adalah desentralisasi fiskal
kesejahteraan masyarakat (Kementerian Keuangan, 2009: 7), yaitu kondisi
pemenuhan kebutuhan material, spiritual, sosial, dan warga negara Indonesia,
sebagaimana tercermin
di sebuah rumah yang layak, tidak cukup makanan dan pakaian, pendidikan dan
kesehatan biaya rendah
dan kualitas untuk hidup layak dan mampu mengembangkan diri sehingga mereka
(. Soesilowati et al, 2005: 6) dapat melaksanakan fungsi sosialnya. Fakta
menunjukkan bahwa
pengembangan dana transfer ke daerah belum mampu memberikan
Kesejahteraan masyarakat Indonesia. Hal ini ditunjukkan dengan tingkat
pengangguran berfluktuasi
dari 8,1% (2001), 9,9% (2004), 5,1% (2009), dan 5,92% (2013) dan nilai
Gini Index setelah tahun 2001 yang meningkat dari 0296 (2001), 0,33 (2004), 0,35
(2009),
0,3814 (2011), dan 0,413 (2013) (Badrudin, 2014).
5608 • Rudy Badrudin

halaman 3
Tabel 1
Mentransfer Dana ke Daerah (triliun Indonesia Rupiah)
Tidak ada Transfer Dana
2009
2010
2011
2012
2013
1. Dana bagi hasil (DBH)
77,98
92,36
96,91
90,23
101,96
Sebuah. Pajak
41,07
45,98
41,52
39,54
48,10
b. sumber
35,85
45,17
53,97
49,20
52,01
c. Tembakau Cukai
1,07
1,22
1,42
1,49
1,85
2. Dana Alokasi Umum (DAU)
186,41
203,61
225,53
273,81
311,14
3. Dana Alokasi Khusus (DAK)
24,82
21,13
25,23
26,12
31,69
4. Khusus Dana Otonomi
9,53
9,10
10,42
11,95
13,45
5. Penyesuaian Dana
11,81
19,58
54,04
58,74
70,39
Jumlah
310,55
345,73
412,14
460,85
528,62
Sumber: Kementerian Keuangan 2012.
Berdasarkan penjelasan tersebut, tujuan dari penelitian ini untuk mengevaluasi
kebijakan
dana alokasi khusus (DAK) untuk kesejahteraan masyarakat Indonesia. alokasi
DAK harus mengikuti aturan umum dari area perpindahan, yang cukup
penerimaan, keadilan, transparansi, stabilitas, dan kesederhanaan. DAK diharapkan
cukup untuk memenuhi kebutuhan daerah, adil untuk setiap wilayah, menentukan
jumlah yang transparan, dapat menstabilkan wilayah tersebut, dan harus
dialokasikan oleh
formula yang mudah dimengerti.
ANALISIS TEORITIS
Secara teori, pembagian tripartit Musgrave ini menentukan cara yang diinginkan
dari desentralisasi
fungsi pemerintah dengan ketentuan barang dan jasa publik lokal
mulai dikembangkan dan redistribusi pendapatan dan stabilisasi makroekonomi
bersama dengan persediaan barang publik nasional yang dipertahankan di tingkat
atas
pemerintah (Musgrave dan Musgrave, 1989: 6). Tidak mengherankan, praktek
fiskal
desentralisasi telah dipamerkan gambar cukup berbeda karena telah termotivasi
dengan alasan-alasan politik seperti demokratisasi dan integritas nasional daripada
alasan-alasan ekonomi dan telah menjadi konsekuensi dari tawar-menawar politik
dan
kompromi daripada memecahkan masalah optimasi.
Konsep desentralisasi fiskal adalah pelimpahan pusat
pemerintah kepada pemerintah daerah (Fuad, 2005: 247-256). Daerah juga
diperlukan
Evaluasi Dana Alokasi Khusus Bidang Kesejahteraan Masyarakat Indonesia ... •
5609

halaman 4
untuk diri membiayai biaya konstruksi sementara pendapatan daerah tidak bisa
membiayai
Seluruh pengeluaran, oleh karena itu, transfer dana dari pusat (antar pemerintah
transfer) adalah sumber anggaran pemerintah daerah. Penerimaan sangat dominan
bagi pemerintah daerah. Transfer ke daerah pusat dapat dibedakan dari
Pendapatan (revenue sharing) dan bantuan (hibah). Tujuan transfer dari
pusat ke daerah, antara lain (a) pemerataan vertikal, (b) horisontal
pemerataan, (c) mengatasi efek dari pelayanan publik, (d) mengarahkan prioritas,
(e) melakukan percobaan dengan ide-ide baru, (f) stabilisasi, dan (g) menjaga
pencapaian standar pelayanan minimum di setiap daerah.
Pemerataan vertikal bertujuan untuk memperbaiki kesenjangan pendapatan setiap
tingkat antara
pemerintah pusat dan daerah karena perbedaan atas sumber pendapatan kontrol
(pajak). Kebijakan yang ditempuh melakukan pembagian pendapatan umum (GRS)
yang bagi hasil
umum. Pemerataan horisontal bertujuan untuk menutup kesenjangan fiskal yang
dimiliki oleh
wilayah. Hal ini terjadi karena kesenjangan fiskal perbedaan antara fiskal
kapasitas, kemampuan untuk menghasilkan pendapatan dan fiskal kebutuhan, yaitu
besarnya
perlu menghabiskan daerah. Transfer dari pusat ke daerah akan digunakan untuk
menutup
kesenjangan fiskal.
Mengatasi masalah efek pelayanan publik, yang berarti pusat
Pemerintah (transfer) subsidi kepada pemerintah daerah untuk penyediaan publik
barang yang memiliki efek 'menyebar' ke daerah lain. Hal ini dilakukan karena
dalam
Kehadiran eksternalitas, permintaan meningkat, dan sulit bagi daerah
untuk menahannya karena biayanya terlalu mahal. Subsidi diperlukan jumlah yang
Perbedaan karena peningkatan permintaan sehingga biaya dalam jangkauan daerah.
Mengarahkan prioritas (mengarahkan), bertujuan untuk membuat keinginan
pemerintah pusat dan
pemerintah daerah dapat dijalankan secara paralel meskipun memiliki prioritas
yang berbeda. Ini
Perbedaan diatasi dengan menyediakan transfer / insentif ke daerah sehingga
membantu mengarahkan
prioritas daerah dan nasional seperti yang diharapkan. Melakukan percobaan
dengan ide-ide baru,
berarti membutuhkan pengadilan. Hibah ke daerah diperlukan sebagai kompensasi
untuk daerah yang
menjadi ajang uji program baru dari pusat karena daerah tidak ingin
menanggung kerugian dan risiko sendiri.
EKSPERIMENTAL
Suryanto et al,. (2005: 10) menggambarkan pendekatan berdasarkan temuan
sebelumnya
kebijakan dan gambaran umum berpengalaman dalam bidang
penelitian. Pembelajaran
menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal di kabupaten / kota di Indonesia belum
bermanfaat bagi kesejahteraan masyarakat karena kesenjangan antara perencanaan
dan
kebutuhan masyarakat di daerah. Gambaran dari kondisi desentralisasi fiskal
dan kesejahteraan masyarakat secara deskriptif menjelaskan. Artinya, komponen
anggaran
dalam bentuk desentralisasi fiskal. Dana Perimbangan belum menguntungkan
peningkatan kesejahteraan rakyat.
5610 • Rudy Badrudin

halaman 5
Kurnia (2006) menjelaskan bahwa kabupaten / kota di Provinsi Jawa Tengah yang
proporsi pengeluaran pemerintah terhadap Produk Domestik Regional Bruto
(PDRB) tidak selalu memiliki indikator kinerja yang tinggi sektor publik dan
efisiensi tinggi dari sektor publik. Sektor publik dinilai dalam bentuk dua
indikator sektor sosial-ekonomi, yaitu sektor pendidikan dan kesehatan serta
sebagai tiga sektor Musgravian Indikator Standar, yaitu distribusi
pendapatan, stabilitas, dan kinerja ekonomi. Artinya, Dana Perimbangan yang
digunakan sebagai sumber pengeluaran pemerintah proporsi yang sangat besar
lokal di
anggaran pemerintah daerah tidak menjamin keberhasilan dalam mengurangi
ketidaksetaraan
dalam distribusi pendapatan dan kesejahteraan masyarakat.
Suhendra dan Amir Hidayat (2006) menjelaskan bahwa desentralisasi fiskal
selama 5 tahun pertama sejak 1 Januari 2001 masih kondisi lemah. beberapa hal
yang menjadi isu Suhendra dan Amir Hidayat (2006) adalah kekuatan dan peran
perpajakan di kabupaten setempat / kota di Indonesia masih rendah karena
kabupaten / kota
Pemerintah tetap tergantung pada pemerintah pusat dan tekad
dari rumus Balance Fund terkait dengan kepentingan politik.
Bangun (2009) menjelaskan bahwa DAK berpengaruh tidak signifikan terhadap
per kapita
Pendapatan di kabupaten / kota di Riau dan Provinsi Bangka Belitung. Hal ini
menunjukkan bahwa
pembangunan ekonomi dilakukan dengan anggaran yang terlihat pada jumlah
Komponen DAK sebagai salah satu sumber dari Dana Perimbangan sebenarnya
mengakibatkan penurunan
pendapatan per kapita. Hal ini berdampak pada peningkatan ketimpangan
pendapatan
distribusi antara kelompok-kelompok sosial.
Anwar (2009) menunjukkan bahwa desentralisasi fiskal berdampak pada
peningkatan
output dan pendapatan, namun penurunan lapangan kerja di Bandung selama tahun
2001 sampai
2003. Artinya, peningkatan pertumbuhan ekonomi tidak dapat mengurangi
pengangguran
yang berdampak pada pekerjaan dan penurunan perlindungan sosial dan
kesejahteraan Sosial.
Isti'anah (2009) menjelaskan bahwa sistem desentralisasi yang telah
diimplementasikan dan sebagian besar kebijakan manajemen keuangan telah
diberikan kepada
wilayah, tetapi dampaknya belum terlihat pada kesejahteraan rakyat di
daerah. Beberapa
daerah masih dianggap memiliki masalah dengan kemampuan untuk mengelola
Saldo
Dana untuk menciptakan kesejahteraan masyarakat di daerah yang
bersangkutan. Dana Perimbangan
optimasi manajemen harus menerapkan prinsip-prinsip tata kelola yang baik di
antara
lain, yang berkaitan dengan prinsip-prinsip transparansi, akuntabilitas, dan
keadilan.
Maryati dan Endrawati (2010) menjelaskan bahwa DAK berpengaruh tidak
signifikan
pada pertumbuhan ekonomi di kabupaten / kota di provinsi Sumatera
Barat. Karena
pemerintah daerah menerima DAK seharusnya hanya digunakan untuk mendanai
kegiatan khusus
sebagai urusan daerah, yang kegiatan yang sesuai dengan fungsi yang telah
diatur dalam anggaran negara, misalnya untuk pelayanan publik, pendidikan, dan
lain-lain.
Berarti tidak boleh disalahgunakan untuk kegiatan di luar ketentuan.
Evaluasi Dana Alokasi Khusus Bidang Kesejahteraan Masyarakat Indonesia ... •
5611

halaman 6
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2011) menunjukkan bahwa 1) DAK
memiliki
bergeser dari penentuan daerah dan sektor yang dipilih terhadap pengaturan
Alokasi target untuk daerah dan sektor mungkin alokasi DAK begitu besar per
bidang
dan per unit area penerima terbatas pada dampak pada hasil yang juga
terbatas; 2) tidak semua bidang DAK memiliki pengaruh yang signifikan pada
pembentukan
hasil, seperti kinerja perekonomian daerah dan perbaikan
kesejahteraan masyarakat; 3) sebanyak 31% dari daerah yang menerima itu adalah
daerah dengan
DAU per kapita relatif tinggi; 4) ada masalah yang berakar DAK
pelaksanaan ketidakpastian dalam pengoperasian pedoman serta
pedoman teknis dengan beberapa kegiatan berikutnya, (a) keterlambatan dalam
penyediaan suatu
pedoman tahunan teknis dan operasional, (b) perubahan frekuensi tinggi
pedoman teknis dan operasional, (c) kehilangan perspektif daerah, dan (d)
pedoman kekakuan karena orientasi kemiringan input daripada output.
Anwar (2012) menjelaskan bahwa DAK memberikan kontribusi kecil untuk
ekonomi
kawasan pertumbuhan di enam provinsi, yaitu Sumatera Utara, Jawa Tengah,
Selatan
Kalimantan, Sulawesi Tenggara, Riau, dan Maluku. Efek yang kecil ini bisa
dikaitkan dengan inkonsistensi dari jumlah yang dialokasikan DAK secara
triwulanan,
karena tidak ada seperempat alokasi DAK. Inkonsistensi disebabkan oleh
sering penundaan daerah dalam anggaran menyerahkan laporan dan / atau
melaporkan
pelaksanaan DAK kepada pemerintah pusat sebagai tahap DAK berikutnya
persyaratan pencairan. DAK sedikit pengaruh pada pertumbuhan ekonomi akan
berdampak
pada kemampuan pemerintah daerah dalam menciptakan kesejahteraan masyarakat
di daerah yang bersangkutan.
Handayani dan Elva Nuraina (2012) menunjukkan bahwa DAK membuat efek
negatif
pada alokasi belanja karena daerah ini sulit untuk memperkirakan kebutuhan
ketentuan berbagai kriteria seperti kriteria umum, khusus, dan teknis
di Kabupaten Madiun. Selain itu, pemerintah daerah yang menerima DAK
diperlukan
untuk menyediakan dana pendamping minimal 10% dari nilai DAK yang
diterimanya untuk mendanai
kegiatan ini. Dana pendamping harus dianggarkan pada tahun fiskal saat ini
anggaran. Ini adalah daerah memberatkan benar-benar memiliki keterbatasan
sumber pendapatan anggaran
masih diperlukan untuk memberikan dana pendamping yang akan mengurangi
porsi
pengeluaran lainnya.
Alam (2012) menunjukkan bahwa di kabupaten / kota Daerah Istimewa
Yogyakarta,
DAK perencanaan di anggaran pusat dan daerah untuk tahun pertama saja, namun
penggunaan
perencanaan dan menghitung dalam kerangka pengeluaran jangka menengah
(medium
kerangka pengeluaran jangka / MTEF). Perhitungan DAK menjadi kurang relevan
untuk tujuan mencapai target nasional yang membutuhkan dana kepastian
lebih dari 1 tahun. Dengan menghitung DAK untuk kebutuhan pengeluaran jangka
menengah dan
dalam rangka mencapai target nasional tertentu berarti DAK harus terbuka
pencocokan hibah.
5612 • Rudy Badrudin

halaman 7
METODOLOGI PENELITIAN
Desain penelitian ini adalah explanatory, penelitian ini dirancang melalui
tahap pengumpulan data yang dibutuhkan, penentuan alat (instrumen) analisis
digunakan, dan analisis data yang digunakan. Tahap dalam memilih unit analisis
adalah
mulai dengan menyebutkan populasi (seluruh kabupaten / kota di 33
provinsi). Kemudian
pilih kabupaten / kota dari 33 provinsi dengan jumlah dana alokasi Data
transfer ke daerah (DAK) dan data Angka Melek Huruf (AMH), rata-rata Panjang
Sekolah (RLS), dan Harapan Hidup (UHH) sebagai komponen dalam perhitungan
Indeks Pembangunan Manusia (IPM).
Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder yang dikumpulkan
dari instansi terkait seperti
sebagai Menteri Keuangan dan Badan Pusat Statistik (BPS). Data yang diperoleh
dari laporan berbagai / buku / compact disc yang diterbitkan oleh instansi
terkait. Belajar
artikel dukungan dengan referensi dari jurnal ilmiah, laporan penelitian, buku,
dan kertas yang dikumpulkan melalui website. tersedia sekunder
data yang dikumpulkan, diteliti, dibahas, dan diproses oleh berbagai kompeten
berwenang sehingga data tersebut valid.
Variabel dalam penelitian ini adalah Dana Alokasi Khusus (DAK), Angka Melek
Huruf.
DAK tersebut adalah jenis transfer dana ke daerah yang bersumber dari APBN
(APBN) yang dialokasikan untuk daerah tertentu dengan tujuan pelayanan publik
menyamakan
ketidakseimbangan antara daerah khusus untuk mendanai infrastruktur layanan
dasar
masyarakat yang belum mencapai standar tertentu meskipun wilayah telah
menerima
DBH dan DAU. DAK diukur di Indonesia Rupiah. Tingkat melek huruf dihitung
jumlah populasi orang dewasa dapat membaca dan menulis, diukur dari angka 0
100. Rata-rata Panjang School adalah jumlah tahun hidup oleh orang di resmi
pendidikan, diukur dari angka 0 sampai 15. Harapan Hidup adalah jumlah rata-rata
tahun hidup yang dapat hidup dengan seseorang dari lahir sampai akhir hidupnya,
diukur dari usia 25 tahun sampai 85 tahun.
Studi model menggunakan uji tanda untuk menguji apakah ada perubahan dalam
alokasi
DAK dan indikator dari daerah pelayanan publik. Uji tanda dilakukan dengan
melihat
pada frekuensi perbedaan tanda plus (+) dan minus (-) pada skor observasi
pasangan data (alokasi DAK dan indikator pelayanan publik daerah) dari waktu ke
waktu. Nilai data skor tidak berubah (tidak berbeda) dinilai nol. Data skor
beberapa
observasi yang bernilai 0 diabaikan dalam tes ini.
Analisis ini digunakan untuk mengungkapkan gambaran deskriptif dari data
lapangan dalam
cara untuk menginterpretasikan hasil pengolahan melalui tabulasi untuk
menggambarkan
kecenderungan data empiris dan deskriptif sebagai nilai rata-rata. The Sign Test
terdiri
dua, yaitu uji tanda untuk sampel kecil dan uji tanda untuk sampel besar. Itu
menandatangani test untuk sampel kecil menggunakan distribusi binomial,
sedangkan uji tanda untuk
sampel besar menggunakan distribusi normal. Kriteria sampel kecil tidak terikat
dengan
Evaluasi Dana Alokasi Khusus Bidang Kesejahteraan Masyarakat Indonesia ... •
5613

halaman 8
jumlah anggota sampel. Jika tanda uji masih mungkin menggunakan
rumus distribusi binomial, maka Masuk Test dapat menggunakan distribusi
binomial.
Namun, jika anggota sampel tidak mungkin lagi untuk menggunakan binomial
rumus distribusi, uji tanda menggunakan distribusi normal. Hipotesis nol
(Ho) dalam tes ini menyatakan bahwa tidak ada perbedaan frekuensi tanda plus
dan minus
menandatangani, atau H0: p = 0,5, sedangkan hipotesis alternatif (Ha) menyatakan
bahwa ada
perbedaan frekuensi plus dan minus tanda, atau Ha: p ≠ 0,5. Jika ada
Perbedaan dalam pengujian statistik, maka (1) peningkatan alokasi DAK dari tahun
ke
tahun dan (2) peningkatan di bidang indikator pelayanan publik dari tahun ke
tahun.
Pengujian ANOVA dilakukan dengan menggunakan dua rata-rata tes yang berbeda
atau lebih (uji F).
Penelitian ini satu set pada 5%. Pengambilan keputusan dilakukan jika P-value
<5%, sehingga kita menolak H
0
dan
menerima H
SEBUAH
.H
0
menyatakan bahwa m1 = m2 = m3 dan H
SEBUAH
menyatakan bahwa m1 ¹ m2 ¹ m3.
HASIL
Analisis deskriptif studi tentang transfer dana ke daerah dilakukan
pada variabel yang diteliti, yaitu DAK dan indikator pelayanan publik. Itu
berikut Tabel 2 hadir pada DAK pertumbuhan rata-rata dari tahun ke tahun
berdasarkan
daerah.
tabel 2
Rata-rata dari DAK (Indonesia Rupiah)
Tahun
Kabupaten
Kota
Propinsi
Jawa
non Java
rata-rata
2008
37,857,615,192.46 20,648,019,120.14
42,158,363,971.64
38,165,294,808.52
33,959,171,897.47
34,943,245,937.04
2009
40,751,377,528.99 32,505,847,765.31
56,100,080,837.03
33,716,533,899.75
42,157,204,874.67
40,182,406,382.43
2010
47,079,013,081.65 39,911,158,282.01
37,849,831,672.70
51,350,785,250.00
43,294,006,909.88
45,178,989,012.10
2011
37,314,081,904.11 43,930,207,775.86
35,578,383,030.30
25,406,004,224.04
42,406,948,665.01
38,429,369,210.90
2012
47,100,984,621.70 49,017,636,398.01
36,970,780,390.91
43,104,217,953.51
47,960,921,078.15
46,824,635,818.80
Rata-rata 42,020,614,465.78 37,202,573,868.27
41,731,487,980.52
38,348,567,227.17
41,955,650,685.04
41,111,729,272.25
Sumber: Kementerian Keuangan, 2012. Data diolah.
Berdasarkan Tabel 2, tampak jumlah DAK 2008-2012 mengalami
a berarti perubahan berfluktuasi naik dan turun dan tidak berpola, baik Kabupaten
DAK,
propinsi, Jawa, dan non Jawa. Satu-satunya hal yang berubah DAK rata-rata naik
terus menerus selama bertahun-tahun 2008-2012 adalah DAK untuk daerah
perkotaan. Bahkan, sebuah
Rata-rata alokasi DAK ke kota-kota yang lebih besar dari kabupaten pada tahun
2011 dan 2012. Meskipun
daerah kabupaten dari dua kali lipat wilayah kota. Ada ketidakadilan di
alokasi DAK, jika mendasarkan pada kondisi dan luasnya wilayah. Di
Selain itu, tidak konsisten jika pemberitahuan Common Criteria alokasi DAK yang
5614 • Rudy Badrudin

halaman 9
memperhitungkan sisi keuangan daerah, karena daerah menerima DAK adalah
daerah yang kemampuan keuangan daerah rendah, di bawah rata-rata nasional.
Kabupaten memiliki kemampuan keuangan yang rendah. Fluktuasi DAK juga
menunjukkan bahwa tidak
setiap tahun daerah memiliki penghargaan dari DAK.
Kondisi serupa antara kabupaten dan kota, juga terjadi pada DAK
Alokasi untuk Jawa dan luar Jawa. Java, yang meliputi waktu sebagian kecil dari
luas
Java, diperoleh alokasi DAK yang lebih besar dari pulau-pulau terluar, pada tahun
2008 dan
2010. Alokasi DAK untuk luar Jawa dengan Java lebih besar daripada perbedaan
adalah
tidak begitu besar jika dibandingkan dengan daerah Jawa untuk tahun 2009, 2011,
dan 2012. DAK
alokasi seperti ini dirasakan tidak adil ke luar pulau. Untuk memperkuat
analisis deskriptif alokasi DAK, pengembangan DAK tes yang berbeda
tahun interim 2008-2012 adalah hasil yang ditunjukkan pada Tabel 3.
tabel 3
Uji berbeda dari DAK Antara Waktu
Antara Waktu
uji t
P_VALUE
2008 vs 2009
3,739
0.001 *)
2008 vs 2010
0.850
0,396
2008 vs 2011
6,728
0.001 *)
2008 vs 2012
4,216
0.001 *)
2009 vs 2010
5,423
0.001 *)
2009 vs 2011
12,043
0.001 *)
2009 vs 2012
0,968
0,333
2010 vs 2011
6,880
0.001 *)
2010 vs 2012
5,678
0.001 *)
2011 vs 2012
11,521
0.001 *)
*) Signifikan pada α 5%.
DISKUSI
Berdasarkan Tabel 3, terlihat hasil tes yang berbeda DAK antara waktu. Dengan
menggunakan
alpha 5%, DAK hasil tes yang berbeda antara tahun 2008 dan 2010 dan antara
2009 dan
2012 adalah tidak signifikan. Artinya, alokasi DAK antara tahun ini ada yang
tidak ada perbedaan. Menjadi uji beda DAK tahun lainnya ada perbedaan yang
signifikan
karena hasil tes. Uji beda DAK antara waktu penting untuk melihat bagaimana
itu dampak indikator perubahan pelayanan publik. Jika perbedaannya tidak
signifikan
antara waktu, alokasi DAK itu tidak akan dapat mengubah indikator
Evaluasi Dana Alokasi Khusus Bidang Kesejahteraan Masyarakat Indonesia ... •
5615

halaman 10
pelayanan publik, dan sebaliknya. Penelitian Hasil ini sesuai dengan penelitian
dari Suryanto et al, (2005: 10)., Kurnia (2006), Suhendra dan Amir Hidayat
(2006),
Bangun (2009), Anwar (2009), Isti'anah (2009), Maryati dan Endrawati (2010),
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional (2011), Anwar (2012), Handayani dan
Elva Nuraina (2012), dan Alam (2012). Semua studi ini menjelaskan alokasi yang
DAK tidak akan dapat mengubah indikator pelayanan publik. Untuk memperkuat
analisis deskriptif alokasi DAK, alokasi uji DAK yang berbeda antara
daerah di 2008-2012 bahwa hasil yang ditunjukkan pada Tabel 4 di bawah ini:
tabel 4
Uji berbeda dari DAK Inter Daerah, Tahun 2008-2012
Daerah Inter
uji t
P_VALUE
Kabupaten vs Kota
16,702
0.001 *)
Kabupaten vs Provinsi
8,252
0.001 *)
Kota vs Provinsi
2,938
0.004 *)
Java vs Non Jawa
3,980
0.001 *)
*) Signifikan pada α 5%.
Berdasarkan Tabel 4, dengan menggunakan alpha 5%, hasil DAK tes yang berbeda
antara waktu di 2008-2012 daerah semua signifikan. Artinya, alokasi DAK
antara kabupaten dan kota, kabupaten dan provinsi, kota dan provinsi, serta
Jawa dan non Jawa, ada perbedaan. Ini mendukung penjelasan dari Tabel
2. Untuk melihat bagaimana pengaruh alokasi DAK untuk indikator pelayanan
publik,
Berikut disajikan Tabel 5, Tabel 6, dan Tabel 7 pada tingkat melek huruf tes, rata-
rata
panjang sekolah, dan harapan hidup pada tahun 2008-2009, 2000-2010, dan 2010 -
2011.
tabel 5
Uji berbeda dari Angka Melek Huruf
Antara Waktu
uji t
P_VALUE
2008 vs 2009
0,127
0,899
2009 vs 2010
0,983
0.326
2010 vs 2011
0,439
0,661
*) Signifikan pada α 5%.
Berdasarkan Tabel 5, dengan menggunakan alpha 5%, hasil uji yang berbeda
melek
tingkat antara waktu pada 2008-2011 tidak signifikan. Artinya, tingkat melek huruf
di antara
waktu tahun 2008-2011 tidak ada perbedaan. Ketika terhubung dengan penjelasan
5616 • Rudy Badrudin

halaman 11
Tabel 3, terlihat hasil tes yang berbeda dari pengembangan DAK antara waktu di
2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011 semua signifikan. Perbedaan yang
signifikan di
alokasi DAK pada 2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011 tetapi tidak mendukung
Perubahan tingkat melek huruf pada saat yang sama dapat disebabkan oleh DAK
alokasi fluktuatif
atas dan bawah yang dapat diartikan DAK menjadi tidak pasti untuk wilayah untuk
Terima itu. Hal ini menyebabkan alokasi DAK masih relatif rendah, sehingga
meskipun ada
perbedaan antara waktu tapi nilainya belum mampu secara optimal untuk
Transformasi perubahan indikator pelayanan publik, khususnya tingkat melek
huruf.
tabel 6
Uji berbeda dari rata-rata Lama Sekolah
Antara Waktu
uji t
P_VALUE
2008 vs 2009
1.400
0,162
2009 vs 2010
1,493
0,136
2010 vs 2011
1,215
0,225
*) Signifikan pada α 5%.
Berdasarkan Tabel 6, dengan menggunakan alpha 5%, hasil uji rata-rata yang
berbeda
panjang sekolah antara waktu pada 2008-2011 tidak signifikan. Artinya, rata-rata
panjang sekolah antara tahun 2008-2011 tidak ada perbedaan. Kapan
terhubung dengan penjelasan Tabel 3, terlihat hasil tes yang berbeda dari DAK
pembangunan antara waktu pada 2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011 semua
penting. Perbedaan yang signifikan dalam alokasi DAK pada 2008-2009, 2009-
2010, dan 2010-2011 tetapi tidak mendukung panjang rata-rata perubahan sekolah
di
saat yang sama dapat disebabkan oleh alokasi DAK berfluktuasi naik dan turun
yang bisa
diartikan DAK menjadi tidak pasti bagi daerah untuk menerimanya. Ini disebabkan
DAK
Alokasi masih relatif rendah, sehingga meskipun ada perbedaan di antara
waktu tapi nilainya belum mampu secara optimal untuk mengubah indikator
perubahan
pelayanan publik, khususnya rata-rata lama sekolah.
tabel 7
Uji berbeda Harapan Hidup
Antara Waktu
uji t
P_VALUE
2008 vs 2009
0,418
0.676
2009 vs 2010
1,422
0,155
2010 vs 2011
0,479
0,632
*) Signifikan pada α 5%.
Evaluasi Dana Alokasi Khusus Bidang Kesejahteraan Masyarakat Indonesia ... •
5617

halaman 12
Berdasarkan Tabel 7, dengan menggunakan alpha 5%, hasil kehidupan uji beda
harapan antara waktu pada 2008-2011 tidak signifikan. Artinya, pembangunan
harapan hidup antara tahun 2008-2011 tidak ada perbedaan. Kapan
terhubung dengan penjelasan Tabel 3, terlihat hasil tes yang berbeda dari DAK
pembangunan antara waktu pada 2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011 semua
penting. Perbedaan yang signifikan dalam alokasi DAK pada 2008-2009, 2009-
2010, dan 2010-2011 tetapi tidak mendukung perubahan harapan hidup di
saat yang sama dapat disebabkan oleh alokasi DAK berfluktuasi naik dan turun
yang bisa
diartikan DAK menjadi tidak pasti bagi daerah untuk menerimanya, itu disebabkan
DAK
Alokasi masih relatif rendah, sehingga meskipun ada perbedaan di antara
waktu tapi nilainya belum mampu secara optimal untuk mengubah pelayanan
publik
mengubah indikator, khususnya harapan hidup.
Tanda dan analisis uji ANOVA dalam studi transfer dana ke
daerah dilakukan pada variabel yang diteliti, yaitu DAK dan indikator umum
jasa. Berikut disajikan Tabel 8 melalui Tabel 11, yang menggambarkan hasil tes
DAK Tanda, Tanda Angka Melek Huruf Test, Masuk Uji rata-rata Panjang
Sekolah, dan Test
Harapan hidup alert selama periode 2008-2009, 2009-2010, dan 2010- 2011.
tabel 8
DAK Masuk Uji
Antara Waktu
uji Z
Z kritis
2008 vs 2009
7,545 *)
1.96
2009 vs 2010
12,927 *)
1.96
2010 vs 2011
5,911 *)
1.96
*) Signifikan, uji Z> Z kritis
Berdasarkan Tabel 8, muncul DAK Masuk Uji pada 2008-2009, 2009-2010, dan
2010-
2011 adalah semua yang signifikan antara perbedaan waktu. Hal ini menunjukkan
bahwa ada memiliki
terjadi peningkatan DAK dari tahun ke tahun, terutama pada 2008-2009, 2009-
2010, dan 2010-
2011. Uji Tanda data Tabel 8 dukungan dari Tabel 3.
Berdasarkan Tabel 9, tampaknya dari tingkat melek huruf Uji Tanda-tanda antara
waktu
pada 2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011 semua perbedaan yang signifikan
antara
tingkat melek huruf waktu. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan
indikator
pelayanan publik di bidang pendidikan, tingkat melek huruf terutama dari tahun ke
tahun, terutama
pada 2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011. Tanda Uji Tabel 9 tidak mendukung
Data dari Tabel 5. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun peningkatan angka melek
huruf selama 2008-
2009, 2009-2010, dan 2010-2011, namun peningkatannya perubahan yang relatif
kecil sehingga
itu menjadi tidak signifikan.
5618 • Rudy Badrudin

halaman 13
tabel 9
Angka Melek Huruf Masuk Uji
Antara Waktu
uji Z
Z kritis
2008 vs 2009
19,9898 *)
1.96
2009 vs 2010
18,5484 *)
1.96
2010 vs 2011
19,6664 *)
1.96
*) Signifikan, uji Z> Z kritis
Berdasarkan Tabel 10, tampak tanda uji rata-rata lama sekolah antara waktu
pada 2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011 semua perbedaan yang signifikan
rata-rata
panjang sekolah antara waktu. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi kenaikan
indikator pelayanan publik di bidang pendidikan, terutama panjang rata-rata
sekolah
dari tahun ke tahun, terutama pada 2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011. Tanda
Uji
Tabel 10 tidak mendukung data Tabel 6. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun
peningkatan
dalam rata-rata lama sekolah selama 2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011,
namun
Kenaikan ini perubahan yang relatif kecil sehingga menjadi tidak signifikan.
tabel 10
Rata-rata Lama Sekolah Masuk Uji
Antara Waktu
uji Z
Z kritis
2008 vs 2009
20,033 *)
1.96
2009 vs 2010
18,855 *)
1.96
2010 vs 2011
19,721 *)
1.96
*) Signifikan, uji Z> Z kritis
Berdasarkan Tabel 11, tampak dari uji tanda antara harapan hidup waktu di
2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011 perbedaan semua yang signifikan dalam
hidup rata-rata
harapan antara waktu. Hal ini menunjukkan bahwa telah terjadi peningkatan umum
jasa di indikator kesehatan, terutama harapan hidup dari tahun ke tahun, terutama
pada 2008-2009, 2009-2010, dan 2010-2011. Tanda Uji Tabel 11 tidak mendukung
Data dari Tabel 7. Hal ini menunjukkan bahwa meskipun peningkatan harapan
hidup selama 2008-
2009, 2009-2010, dan 2010-2011, namun peningkatannya perubahan yang relatif
kecil sehingga
itu menjadi tidak signifikan.
Evaluasi Dana Alokasi Khusus Bidang Kesejahteraan Masyarakat Indonesia ... •
5619

halaman 14
tabel 11
Harapan Hidup Masuk Uji
Antara Waktu
uji Z
Z kritis
2008 vs 2009
18,886 *)
1.96
2009 vs 2010
19,348 *)
1.96
2010 vs 2011
19,534 *)
1.96
*) Signifikan, uji Z> Z kritis
Uji ANOVA dilakukan dengan menggunakan pengujian hipotesis yang berbeda
tentang lebih
dari rata-rata dua populasi menggunakan dua perlakuan, yaitu perlakuan DAK
daerah penerima dan indikator pengobatan pelayanan publik, di mana pada setiap
baris
digunakan untuk data dari lebih dari satu data. Tujuan dari menambahkan data
pada masing-masing sumber
perbedaan pada baris (daerah penerima DAK) untuk lebih dari satu adalah untuk
menguji apakah
ada perbedaan rata-rata penduduk yang berasal dari interaksi
antara perbedaan dalam pengobatan kolom sumber (indikator umum
jasa) dan pengobatan lini (daerah penerima DAK). Transfer uji ANOVA dari
dana ke daerah disajikan pada Tabel 12.
tabel 12
ANOVA Uji
Variasi
uji F
P_VALUE
Row (wilayah sampling)
41,367
0.001 *)
Kolom (indikator pelayanan publik)
821.170
0.001 *)
Interaksi antara baris dan kolom
25,729
0.001 *)
*) Signifikan pada α 5%.
Berdasarkan Tabel 12, tampak P_VALUE semua signifikan karena probabilitas
nilai lebih rendah dari nilai alpha 5%. Artinya, berdasarkan uji ANOVA; (1) ada
perbedaan indikator pelayanan publik rata-rata urusan pendidikan dan
kesehatan, (2) ada perbedaan indikator pelayanan publik pendidikan rata-rata
dan urusan kesehatan bersumber dari daerah penerima DAK, dan (3) ada
perbedaan
indikator dari urusan pelayanan publik rata-rata dan pendidikan kesehatan yang
datang
dari interaksi antara indikator yang berbeda dari pelayanan publik rata-rata
dan urusan pendidikan kesehatan dan perbedaan regional dalam menerima hal
itu. uji ANOVA
digunakan untuk menganalisis kesesuaian alokasi DAK dengan kondisi dan
kebutuhan
daerah menerimanya. DAK alokasi sesuai dengan kondisi dan
kebutuhan daerah menerimanya.
5620 • Rudy Badrudin

halaman 15
tabel 13
Dalam Persamaan Pelayanan Publik
Jumlah
Region / Tahun
Literasi
Menilai
Panjang rata-rata
Sekolah
Kehidupan
Harapan
1
Kabupaten / 2008
9,979
1,052
2,836
2
Kabupaten / 2009
9,640
1,414
3,693
3
Kabupaten / 2010
9,842
1,035
2,798
4
Kabupaten / 2011
9,729
1,037
4,145
5
Kota / 2008
2,316
1,072
2,354
6
Kota / 2009
7,642
1,056
2,396
7
Kota / 2010
1,875
0,972
2,407
8
Kota / 2011
1,891
1,503
8,279
9
Provinsi / 2008
6,399
0,749
2,577
10
Provinsi / 2009
5,723
0,742
2,538
11
Provinsi / 2010
5,627
0,743
2,484
12
Provinsi / 2011
5,422
0,778
2,423
13
Semua Daerah / 2008
9,279
1,412
2,852
14
Semua Daerah / 2009
9,640
1,414
3,693
15
Semua Daerah / 2010
9.100
1,399
2,836
16
Semua Daerah / 2011
8,968
1,507
5,088
Sumber: Kementerian Keuangan, 2012. Data diolah.
Untuk melihat efek dari DAK dalam pelayanan publik pemerataan di bidang
pendidikan dan kesehatan,
berikut di pemerataan disajikan Tabel 13 pada pelayanan publik di bidang
pendidikan
dan kesehatan terlihat dari angka melek huruf indikator, rata-rata lama sekolah, dan
harapan hidup oleh Kabupaten, kota, dan provinsi antara tahun 2008-
2011. berdasarkan
Tabel 13, di pemerataan tingkat melek huruf, rata-rata lama sekolah, dan
kehidupan
kabupaten harapan berfluktuasi dari waktu ke waktu. Untuk di pemerataan
keaksaraan
tarif dan rata-rata lama sekolah daerah kota dari waktu ke waktu berfluktuasi,
kecuali harapan hidup cenderung meningkat pemerataan. Untuk di pemerataan
keaksaraan
tingkat dan harapan hidup dari provinsi dari waktu ke waktu cenderung menurun,
sementara rata-rata
panjang sekolah di pemerataan berfluktuasi. Untuk di pemerataan rata panjang
harapan sekolah dan kehidupan semua daerah cenderung meningkat, sementara di
pemerataan di
tingkat melek huruf cenderung menurun.
Evaluasi Dana Alokasi Khusus Bidang Kesejahteraan Masyarakat Indonesia ... •
5621

halaman 16
KESIMPULAN
Berdasarkan analisis dari hasil penelitian dan pembahasan, dapat disimpulkan
bahwa:
1. Berdasarkan hasil analisis yang DAK sudah sesuai dengan tujuan
menyamakan pelayanan publik meskipun tidak optimal karena daerah
ketidakpastian
menerima DAK per tahun mengakibatkan diskontinuitas pembangunan. DAK
belum
mampu memenuhi aspek pencapaian tujuan keseimbangan DAK
kemampuan daerah untuk memberikan layanan kepada masyarakat. Hal ini
ditunjukkan oleh
pelayanan publik yang lebih merata dalam pendidikan dan kesehatan. Indikator
umum
pelayanan kesehatan, yaitu Harapan Hidup (UHH) daerah perkotaan cenderung
meningkat
di pemerataan. Indikator pelayanan publik di bidang pendidikan dan kesehatan -
Average
Panjang Sekolah (RLS) dan harapan hidup (UHH) - dari seluruh daerah di
Indonesia
cenderung meningkat di pemerataan.
2. kesesuaian Ada antara alokasi DAK dengan wilayah yang ditunjukkan dengan
menandatangani tes DAK dan menandatangani uji AMH, RLS, dan UHH. Hasil
penelitian menunjukkan bahwa
peningkatan DAK dari waktu ke waktu sejalan dengan meningkatnya indikator
AMH, RLS, dan UHH.
3. kesesuaian Ada antara alokasi DAK dengan wilayah yang ditunjukkan oleh
uji ANOVA. Uji ANOVA berdasarkan berbeda rata-rata pelayanan publik
indikator dan pendidikan kesehatan yang berasal dari interaksi antara
berbeda dengan rata-rata pelayanan publik indikator dan urusan pendidikan
kesehatan
dan perbedaan regional dalam menerima hal itu.
Berdasarkan kesimpulan dalam penelitian ini, ada beberapa rekomendasi yang
diharapkan dapat bermanfaat untuk tujuan praktis dan studi lebih lanjut, yaitu:
1. Kriteria di daerah dan jumlah alokasi DAK perlu diperluas.
Kriteria khusus ditambahkan untuk mengakomodasi berbagai karakteristik
beragam
wilayah yang belum dipertimbangkan. kriteria khusus dalam menentukan
alokasi dan jumlah DAK yang telah diperpanjang kemudian diberikan
lebih berat agar menjadi lebih transparan sebagai variabel pembobotan di
menentukan DAU.
2. Mempercepat pengiriman Pedoman Teknis dikoordinasikan oleh tertentu
pelayanan untuk menerima DAK dan Petunjuk Teknis yang diberikan kaku
sehingga
untuk memfasilitasi daerah dalam alokasi DAK.
3. ketepatan waktu Diperlukan dan besarnya wilayah DAK yang diterima agar
tidak
mempengaruhi penyusunan dan penetapan penundaan anggaran dan tujuan ekuitas
dalam pelayanan publik yang berkelanjutan.
5622 • Rudy Badrudin

halaman 17
Referensi
Alam, Mataram Sejahtera. (2012). Analisis Pengendalian Dan Pelaporan, Evaluasi
Pemanfaatan Dana Alokasi Khusus (DAK) Daerah Istimewa Yogyakarta Tahun
2012 ,
Research Report , tidak diterbitkan, Yogyakarta.
Anwar, Dadan Sidqul. (2009). "Dampak Desentralisasi Fiskal Terhadap Output,
Pendapatan,
Kesempatan Kerja, Dan Kelembagaan Kota Bandung ". Jurnal Imu
Administrasi, 6, No.
2, Juni, pp. 157-166.
Anwar, Yahya Rahmana Hidayat. (2012), Pengaruh Dana Alokasi Umum (DAU),
Dana
Alokasi Khusus (DAK), Dan Subsidi Pangan Terhadap Pertumbuhan Ekonomi
Daerah, Unduh Dari http://digilib.esaunggul.ac.id/public/UEU-Master-2353-
_5_%20
Abstrak% 20-F.pdf. Tanggal 21 Maret 2015, Tesis, Program Pascasarjana Magister
Administrasi Publik, Universitas Esa Unggul, Jakarta.
Badrudin, Rudy. (2014), Model Pembangunan Ekonomi Pasca 2014, Ambil http
Dari: //
krjogja.com/, Tanggal 19 Maret 2015, Yogyakarta.
Bangun, Ricky Andra Levi. (2009), Pengaruh Dana Alokasi Khusus (DAK), Dana
Allokasi
Umum (DAU), Dan Pendapatan Asli Daerah Terhadap Pendapatan per Kapita,
Ambil Dari http://repository.usu.ac.id/bitstream/123456789/3996/ 1 /
09E01325.pdf,
Tanggal 1 April 2015, Tesis, Sekolah Pascasarjana Universitas Sumatera Utara,
Medan.
Badan Perencanaan Pembangunan Nasional. (2011), Analisis Perspektif,
Permasalahan, Dan
Dampak Dana Alokasi Khusus (DAK) Tahun 2011, Badan Perencanaan
Pembangunan
Nasional Direktorat Otonomi Daerah, Laporan Penelitian , tidak dipublikasikan,
Jakarta.
Fuad. (2005), Dasar-Dasar Keuangan Publik, Lembaga Pengkajian Keuangan
Publik Dan
Akuntansi Pemerintahan (LPKPAP) Badan Pendidikan dan Pelatihan Keuangan ,
Jakarta.
Handayani, Dwi Dan Elva Nuraina. (2012). "Pengaruh Pajak Daerah Dan Dana
Alokasi
KHUSUS Terhadap Alokasi Belanja Daerah Kabupaten Madiun ". Aset: Jurnal
Akuntansi
Dan Pendidikan , 1, No. 1, Oktober, pp. 1-12.
Isti'anah. (2009). "Manajemen Keuangan Daerah: Optimalisasi Pengelolaan Dana
Alokasi
Umum (DAU) Bagi Pembangunan Daerah ". Jurnal Informasi, Perpajakan,
Akuntansi Dan
Keuangan Publik , 4, No. 2, Juli, pp. 171-179.
Kementerian Keuangan. (2009), Grand Design Desentralisasi Fiskal di
Indonesia, Kementerian
Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.
____________. (2012), Sosialisasi Kebijakan Penyaluran Anggaran transfer Ke
Daerah Tahun
2012, Kementerian Keuangan Republik Indonesia, Jakarta.
Kurnia, Akhmad Syakir. (2006). "Model Pengukuran KINERJA Dan Efisiensi
Sektor Publik
Metode Gratis pakai Hull (FDH) ". Jurnal Ekonomi Pembangunan, 11, No. 2,
Agustus,
pp. 1-20.
Maryati, Ulfi Maryati Dan Endrawati. (2010. "Pengaruh Pendapatan Asli Daerah
(PAD),
Dana Alokasi Umum (DAU) Dan Dana Alokasi Khusus (DAK) tehadap
Pertumbuhan
Ekonomi:. Studi KASUS Sumatera Barat " Jurnal Akuntansi & Manajemen, 5, No.
2,
Desember, pp. 68-84.
Evaluasi Dana Alokasi Khusus Bidang Kesejahteraan Masyarakat Indonesia ... •
5623

halaman 18
Musgrave, Richard A. dan Peggy B. Musgrave. (1989), Public Finance dalam
Teori dan Praktek ,
Mc-Graw-Hill Book Co, Singapore.
Soesilowati, Endang Sri, Jiwa Sarana, Diah S. Suhodo, Tuti Ermawati. (2005),
Pengaruh
Desentralisasi Fiskal Terhadap Kesejahteraan Masyarakat: KINERJA Pelayanan
Publik
di Bidang Pendidikan dan Kesehatan , Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu
Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Suhendra, Maman Dan Hidayat Amir. (2006). "Desentralisasi Fiskal di Indonesia:
Current
Status dan Tantangan Masa Depan ". Jurnal Keuangan Publik, 4, No. 1,
September, pp. 1-26.
Suryanto, Joko Dhani Agung Darmawan, Sukarna Wiranta. (2005), Pengaruh
Desentralisasi
Fiskal Terhadap Kesejahteraan Masyarakat: Kajian Teori dan Aplikasi
Anggaran , Pusat
Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia, Jakarta.
Todaro, Michael P. dan Stephen C. Smith. (2006), Pembangunan Ekonomi . 9
th
Edition, Pearson
Addison Wesley, New York.
5624 • Rudy Badrudin
\

You might also like