You are on page 1of 11

Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

OPTIMALISASI PELAKSANAAN DISCHARGE PLANNING MELALUI


PENGEMBANGAN MODEL DISCHARGE PLANNING TERINTEGRASI
PELAYANAN KEPERAWATAN

Ratna Agustin 1

Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas Muhammadiyah Surabaya 1

Kutipan: Agustin, Ratna. (2017). Optimalisasi Pelaksanaan Discharge Planning Melalui


Pengembangan Model Discharge Planning Terintegrasi Pelayanan Keperawatan. Jurnal
Keperawatan Muhammadiyah, 2 (1)

INFORMASI ABSTRACT

Discharge planning is a form of nurse behavior in nursing


service. Often encountered discharge planning is only given
Korespondensi when the patient will return from the hospital. The purpose of
this research is to develop integrated discharge planning model.
ratna.ners@fik.um-
The research was conducted through 2 stages, the first step was
surabaya.ac.id descriptive observational research with survey approach which
aimed at the development of integrated discharge planning
model through inductive deductive thinking, that is by studying
related literature, study of Standard Operating Procedure, and
survey of discharge planning implementation. The second phase
of research, piloted the development of an integrated discharge
planning model. Sampling in the first stage of research using
proportional random sampling while in the second phase of
research using simple random sampling. The data in the first
stage of the study were analyzed descriptively. The data in the
Keywords: discharge
second phase study were analyzed using Wilcoxon Signed Rank
planning, integrated,
Test with significance level α ≤ 0.05. The results of the first
model development
stage showed that the implementation of discharge
planning was carried out at an important stage only. The
second stage of research with statistical test of Wilcoon
Signed Rank Test proves that integrated discharge planning
model has significant influence on nurse ability in discharge
planning (p = 0,004; α ≤ 0,05). The existence of integrated
discharge planning model development causes the
implementation of discharge planning to be implemented
properly, especially at the stage which is often neglected by the
nurse. The development of discharge planning model can be
done further research about continuous discharge planning on
referrals of other health services and home care.
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

Abstrak
Discharge planning merupakan suatu bentuk perilaku perawat dalam pelayanan
keperawatan. Sering dijumpai pelaksanaan discharge planning hanya diberikan
pada saat pasien akan pulang dari rumah sakit. Tujuan penelitian ini adalah untuk
mengembangkan model discharge planning terintegrasi. Penelitian dilakukan
melalui 2 tahapan, tahap pertama adalah penelitian deskriptif observasional
dengan pendekatan survei yang bertujuan untuk tersusunnya pengembangan
model discharge planning terintegrasi melalui berfikir deduktif induktif, yaitu
dengan kajian literature terkait, kajian Standar Operasional Prosedur, dan survei
pelaksanaan discharge planning. Penelitian tahap kedua, mengujicobakan
pengembangan model discharge planning terintegrasi. Pengambilan sampel pada
penelitian tahap pertama menggunakan proporsional random sampling sedangkan
pada penelitian tahap kedua menggunakan simple random sampling. Data pada
penelitian tahap pertama dianalisis secara deskriptif. Data pada penelitian tahap
kedua dianalisis menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dengan tingkat
kemaknaan α ≤ 0,05. Hasil penelitian pada tahap pertama menunjukkan bahwa
pelaksanaan discharge planning dilaksanakan pada tahapan yang penting saja.
Hasil penelitian tahap kedua dengan uji statistik Wilcoon Signed Rank Test
membuktikan bahwa model discharge planning terintegrasi mempunyai pengaruh
yang signifikan terhadap kemampuan perawat dalam pelaksanaan discharge
planning (p=0,004; α ≤ 0,05). Adanya pengembangan model discharge planning
terintegrasi menyebabkan penerapan discharge planning dapat terlaksananya
sebagaimana mestinya terutama pada tahapan yang sering diabaikan oleh perawat.
Pengembangan model discharge planning dapat dilakukan penelitian lanjutan
tentang discharge planning berkelanjutan pada rujukan pelayanan kesehatan yang
lain maupun home care.

Kata Kunci: discharge planning, pengembangan model, terintegrasi

PENDAHULUAN dan prosedur pelaksanaan.


Discharge planning Kurangnya pemahaman tentang
merupakan bagian dari proses mekanisme pelaksanaan discharge
keperawatan dan fungsi utama dari planning dan tingginya beban kerja
perawatan. Discharge planning harus menyebabkan perawat cenderung
dilaksanakan oleh perawat secara tidak melakukan discharge planning
terstruktur dimulai dari pengkajian kepada pasien (Zees, 2010).
saat pasien masuk ke rumah sakit Hasil studi pendahuluan yang
sampai pasien pulang (Potter & dilakukan peneliti di beberapa rumah
Perry, 2010). Pelaksanaan discharge sakit di Surabaya bulan Maret-April
planning, sebagian besar belum 2012 menunjukkan bahwa di Rumah
dilaksanakan oleh perawat di rumah Sakit (RS) Paru Surabaya, 100%
sakit. Kendatipun dilakukan, belum perawat belum melaksanakan
dilaksanakan sesuai dengan standar discharge planning karena

98
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

pengetahuan perawat yang masih Discharge planning menempatkan


kurang tentang mekanisme perawat pada posisi yang penting
pelaksanaan discharge planning. dalam proses pengobatan pasien dan
Begitu pun juga hasil wawancara dalam discharge planner rumah
yang dilakukan peneliti dengan sakit.
Kepala Bidang Keperawatan RSU Mengingat pentingnya
Haji Surabaya juga menunjukkan hal pelaksanaan perencanaan pulang
yang sama bahwa pelaksanaan oleh perawat, maka perlu dilakukan
discharge planning dilakukan hanya suatu penelitian tentang suatu
pada saat pasien pulang karena rancangan discharge planning yang
kurangnya pemahaman tentang dapat meningkatkan kemampuan
mekanisme pelaksanaan discharge perawat dalam melaksanakan
planning. Laporan hasil praktek discharge planning sehingga
manajemen di beberapa ruangan pelaksanaan discharge planning
rawat inap RSUD Dr. Soetomo dapat terlaksana dengan optimal dan
seperti di Ruang Palem I oleh Putra, terlaksana secara terstruktur dimulai
dkk (2011), di Ruang Pandan II oleh dari pengkajian saat pasien masuk
Ari, dkk (2011) dan di Ruang hingga keluar rumah sakit yaitu
Boegenvile oleh Wulandari, dkk dengan pengembangan model
(2011) menunjukkan bahwa 100% discharge planning terintegrasi.
perawat telah melaksanakan Usaha keras perawat demi
discharge planning namun hanya kepentingan pasien untuk mencegah
pada saat pasien pulang karena dan meningkatkan kondisi kesehatan
kurangnya pemahaman tentang pasien, dan sebagai anggota tim
prosedur pelaksanaan discharge kesehatan, perawat berkolaborasi
planning dan beban kerja yang dengan tim lain untuk merencanakan,
tinggi. melakukan tindakan, berkoordinasi
Perawat sebagai perencana dan memfasilitasi juga membantu
pemulangan harus mampu mengkaji pasien memperoleh tujuan utamanya
hingga mengevaluasi kesinambungan dalam meningkatkan derajat
asuhan keperawatan, memberikan kesehatannya.
tindakan khusus untuk mengajarkan
dalam mempertahankan atau METODE PENELITIAN
memulihkan kembali kondisi pasien Penelitian ini merupakan
secara optimal dan bertanggung penelitian deskriptif dan eksperimen.
jawab untuk memastikan bahwa Penelitian ini dibagi menjadi
semua informasi yang sesuai telah dua tahap yaitu tahap pertama adalah
disediakan untuk orang-orang yang penelitian deskriptif observasional
akan terlibat dalam perawatan dengan pendekatan survei yang
pasien, termasuk keluarganya menggambarkan pelaksanaan
(Pemila, 2009). Pasien yang tidak discharge planning, dimana peneliti
mendapat pelayanan sebelum mengidentifikasi pelaksanaan
pemulangan, terutama pasien yang discharge planning dan faktor-
memerlukan perawatan kesehatan faktor yang mempengaruhi
dirumah, konseling kesehatan atau pelaksanaan discharge planning,
penyuluhan dan pelayanan serta kesesuaiannya menurut Standar
komunitas akan kembali ke ruang Operasional Prosedur (SOP) yang
kedaruratan dalam 24-48 jam.

99
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

berlaku, kajian teori dan konsep serta Soetomo telah menerapkan


hasil penelitian. discharge planning dari awal pasien
Pada tahap kedua adalah masuk sampai pasien pulang,
penelitian eksperimen yang bertujuan sedangkan pemilihan ruangan adalah
mengembangkan dan menguji coba berdasarkan karakteristik kasus
model discharge planning pasien di lima ruangan tersebut di
terintegrasi. atas mempunyai kerentanan terhadap
Perpaduan dari temuan perawatan lanjutan di rumah
survei, review SOP discharge sehingga membutuhkan discharge
planning, teori dan konsep serta hasil planning yang terstruktur dan
penelitian discharge planning terintegrasi.
tersebut diaplikasikan melalui Pada penelitian tahap kedua,
penyusunan modul pedoman sampel dalam penelitian ini adalah
pelaksanaan discharge planning seluruh perawat pelaksana di Ruang
terintegrasi yang digunakan sebagai Rawat Inap Bedah Teratai RSUD Dr.
panduan pelaksanaan discharge Soetomo Surabaya sejumlah 11
planning bagi perawat sehingga orang dengan teknik simple random
pelaksanaan discharge planning di sampling.
ruangan dapat terlaksana dengan Data pada penelitian tahap
optimal. pertama dianalisis secara deskriptif.
Pada penelitian tahap Data pada penelitian tahap kedua
pertama, sampel dalam penelitian ini dianalisis menggunakan Wilcoxon
adalah perawat yang berdinas di Signed Rank Test dengan tingkat
Ruang Rawat Inap Pandan II, Ruang kemaknaan α ≤ 0,05.
Rawat Inap Palem I, Ruang Rawat Secara lengkap kerangka
Inap Seruni A, Ruang Rawat Inap kerja penelitian yang telah
Merak, Ruang Rawat Inap Bedah dilaksanakan adalah sebagaimana
Bougenville, RSUD Dr. Soetomo diperlihatkan pada Gambar 1.
Surabaya dengan proporsional
random
Survei: Teori dan konsep Standar Operasional
pelaksanaan discharge discharge planning Prosedur (SOP) di
planning yang sedang dan ruangan
berlangsung saat ini di hasil penelitian
ruangan
(berfikir induktif)
Penelitian
Tahap Kesimpulan/Perpaduan
Pertama

Modul pelaksanaan discharge


planning berdasarkan: temuan
survei, review literatur dan review
SOP yang berisi materi
sampling. pelaksanaan discharge planning
bagi perawat
Pemilihan rumah sakit
didasarkan karena RSUD Dr. Diskusi, NFGD
dan revisi
Penelitian
Uji coba modul discharge modul
Tahap
planning
Kedua

100
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

Discharge Planning Terintegrasi


Gambar 1: Kerangka Kerja dalam Tatanan Pelayanan
Penelitian Pengembangan Model Keperawatan
discharge planning di ruangan
HASIL DAN PEMBAHASAN dengan SOP discharge planning
HASIL yang berlaku saat ini di ruangan.
Pada penelitian tahap Hasil penelitian tahapan
pertama, pengumpulan data pertama, mengidentifikasi masalah
dilakukan dengan 3 tahapan. Pada demografi perawat di Ruang Rawat
tahapan pertama, telah dilakukan Inap Pandan II, Ruang Rawat Inap
survei dengan memberikan kuesioner Palem I, Ruang Rawat Inap Seruni
yang valid dan reliabel, dan A, Ruang Rawat Inap Merak, Ruang
observasi pada 40 perawat pelaksana Rawat Inap Bedah Bougenville
untuk mengetahui pelaksanaan menunjukkan bahwa sebagian besar
discharge planning yang dilakukan responden berusia antara 41-46 tahun
di ruangan beserta faktor-faktor yang yaitu sebanyak 10 orang (25%).
mempengaruhi pelaksanaan tersebut. Pendidikan terakhir terbanyak adalah
Pada tahapan kedua, dilakukan DIII Keperawatan sebanyak 34 orang
kajian menurut teori dan konsep (85%) dan sebagian besar masa kerja
discharge planning. Selanjutnya, responden adalah 32-37 tahun
pada tahapan ketiga dilakukan kajian sebanyak 10 orang (25%).
kesesuaian antara pelaksanaan

Hasil penelitian tahapan dianjurkan setelah berada di rumah,


pertama, mengidentifikasi tanda dan gejala yang harus
pelaksanaan discharge planning dan dilaporkan. Kondisi tersebut
faktor-faktor yang mempengaruhi disebabkan karena perawat tidak
pelaksanaannya dapat disimpulkan punya cukup banyak waktu untuk
bahwa pelaksanaan discharge menyampaikan informasi tersebut
planning dalam realitanya yang secara mendetail sesuai dengan
terlaksana hanya tahapan-tahapan kebutuhan masing-masing pasien dan
yang penting saja. Detail-detail kecil keluarga, tingginya beban kerja
perencanaan pulang seringkali perawat dan perbedaan persepsi antar
diabaikan pelaksanaannya seperti perawat tentang pelaksanaan
melakukan pengkajian kebutuhan discharge planningi juga turut
pemulangan mulai dari mengkaji menjadi faktor penyebab tidak
kebutuhan belajar pasien, terlaksananya discharge planning
menginformasikan mengenai sebagaimana mestinya. (lihat
aktivitas di rumah, diet yang Gambar 2)

101
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

Gambar 2: Pelaksanaan discharge No. Kriteria Jumlah


planning di Ruang Rawat Inap Perawat
RSUD Dr. Soetomo Surabaya 1. Positive 10
Ranks
Pada penelitian tahap kedua 2. Negative 0
merupakan pengembangan dan uji Ranks
coba model discharge planning 3. Ties 1
terintegrasi. Pengembangan model Jumlah 11
discharge planning terintegrasi yang Hasil uji statistik dengan
digunakan dalam penelitian ini Wilcoxon Signed Rank Test
berdasarkan perpaduan dari temuan mendapatkan nilai:
survei, review SOP, review teori dan z = -2,889;
konsep serta hasil penelitian p=0,004; p < α (α = 0,05)
discharge planning. Perpaduan
ketiga unsur tersebut diaplikasikan Tabel 1 menunjukkan bahwa
melalui penyusunan modul pedoman tidak ada perawat yang termasuk
pelaksanaan discharge planning. kriteria negative ranks (post < pre)
Modul yang telah tersusun, bersama- dan hanya satu perawat berkriteria
sama ditelaah oleh peneliti dan ties (post = pre), namun sebagian
ruangan dengan cara diskusi dan Non besar perawat termasuk kriteria
Focus Group Discussion (NFGD). positive ranks (post > pre).
Dari hasil diskusi dan NFGD Penjelasan tersebut menggambarkan
tersusunlah modul yang dapat bahwa sebagian besar perawat
dijadikan pedoman bagi perawat mengalami peningkatan kemampuan
untuk dapat meningkatkan setelah penerapan model discharge
kemampuan perawat dalam planning terintegrasi. Hasil uji
melaksanakan discharge planning statistik Wilcoxon Signed Rank Test
sehingga dapat mengoptimalkan juga membuktikan bahwa
pelaksanaan discharge planning. pengembangan model discharge
Hasil penelitian sebagai planning terintegrasi mempunyai
berikut, sebagian besar responden pengaruh yang signifikan terhadap
berusia antara 23-30 tahun yaitu kemampuan perawat dalam
sebanyak 6 orang (54,5%). pelaksanaan discharge planning
Pendidikan terakhir terbanyak adalah (p=0,004; α=0,05).
DIII Keperawatan sebanyak 10 orang
(90%) dan sebagian besar PEMBAHASAN
pengalaman kerja responden adalah Hasil penelitian yang
2-7 tahun sebanyak 6 orang (54,5%). dilakukan pada tahap pertama
menunjukkan bahwa perawat dalam
Tabel 1 Hasil Uji Statistik melakukan discharge planning hanya
Kemampuan Perawat dalam melakukan pada tahapan-tahapan
Pelaksanaan discharge planning yang penting saja. Detail-detail kecil
sebelum dan sesudah pengembangan discharge planning seringkali
model discharge planning diabaikan pelaksanaannya sehingga
terintegrasi di Ruang Rawat Inap responden sangat menginginkan
Bedah Teratai RSUD Dr. Soetomo adanya informasi terkait dengan
Surabaya Tahun 2013 pelaksanaan discharge planning.

102
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

Terkait tahap pengkajian et al, 2011; Jewell, 1993; NSW


perawat membutuhkan informasi Health, 2011).
bahwa pengkajian kebutuhan Discharge planning
pemulangan pasien tetap harus sebaiknya dilakukan sejak pasien
dilakukan begitu pun juga dengan diterima di suatu agen pelayanan
detail-detail kecil pada tahapan kesehatan, terkhusus di rumah sakit
perencanaan hingga evaluasi. dimana rentang waktu pasien untuk
Discharge planning yang menginap semakin diperpendek.
dilakukan pada saat pasien masuk Discharge planning yang efektif
rumah sakit mencakup asuhan seharusnya mencakup pengkajian
keperawatan dan pengkajian dari berkelanjutan untuk mendapatkan
setiap kebutuhan klien (Potter & informasi yang komprehensif tentang
Perry, 2010). Perancanaan pulang kebutuhan pasien yang berubah-
yang tampaknya kecil juga harus ubah, perencanaan untuk
tetap dilaksanakan. Hal tersebut juga memastikan kebutuhan pasien sesuai
akan berpengaruh terhadap dengan apa yang dilakukan oleh
peningkatan jumlah resiko pemberi layanan kesehatan (Kozier,
kekambuhan dan kembalinya pasien 2004).
ke rumah sakit (Pemila, 2009). Meskipun ada perbedaan
Pelaksanaan discharge tahapan pelaksanaan discharge
planning di RSUD Dr. Soetomo planning dalam hal penegakan
Surabaya tahun 2013 secara umum diagnosa keperawatan namun
masih cukup dalam pelaksanaannya. tahapan tersebut tidak termasuk hal
Pelaksanaan yang kurang optimal yang mendasar jika ditinjau dari
tersebut dikarenakan detail-detail keefektifan pelaksanaan discharge
kecil discharge planning terkadang planning sehingga pada aplikasinya
diabaikan oleh perawat. Berdasarkan tidak direalisasikan.
hal tersebut, maka resiko jumlah Standar Operasional Prosedur
pasien yang kembali ke rumah sakit (SOP) pelaksanaan discharge
dengan keluhan yang sama atau planning di RSUD Dr. Soetomo
kekambuhan kemungkinan akan Surabaya dimulai sejak pasien masuk
meningkat. Berdasarkan teori dan sampai akan keluar rumah sakit.
hasil penelitian terkait discharge Prosedur tindakan terdiri dari 4
planning. tahap: pengkajian, perencanaan,
Proses discharge planning penatalaksanaan dan evaluasi.
tersusun menjadi 5 tahapan sebagai Tahapan tersebut sesuai dengan
berikut: pengkajian, penegakan review hasil penelitian bahwa
diagnosa, perencanaan pemulangan, pelaksanaan perencanaan pulang
penatalaksanaan dan evaluasi, dibagi menjadi 4 tahapan, yaitu
sedangkan berdasarkan review hasil pengkajian, perencanaan,
penelitian, pelaksanaan perencanaan implementasi dan evaluasi (Armitage
pulang dibagi menjadi 4 tahapan, et al, 2005; Bull & Roberts, 2010;
yaitu pengkajian, perencanaan, Bull & Kane, 2006; Hedges et al,
implementasi dan evaluasi (Armitage 1999; Grimmer et al, 1999; Ibrahim
et al, 2005; Bull & Roberts, 2010; et al, 2011; Jewell, 1993; NSW
Bull & Kane, 2006; Hedges et al, Health, 2011).
1999; Grimmer et al, 1999; Ibrahim Kegiatan sebelum hari
kepulangan dan pada hari

103
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

kepulangan tersebut pada dasarnya pembelajaran aktif (Puspitasari,


sama dengan penatalaksanaan yang Kanter, Murphy, Crowe, & Koerner,
tertulis dalam prosedur tindakan 2013). Penyebab regulasi diri
(SOP) namun pada penulisannya perawat pelaksana dalam penelitian
tidak dibedakan menjadi 2 sesi. ini adalah modul perencanaan
Pada penelitian tahap kedua, pulang, yang terbukti signifikan
hasil analisis statistik setelah dapat meningkatkan kemampuan
pengembangan model discharge perawat dalam melaksanakan
planning terintegrasi menunjukkan perencanaan pulang. Modul tersebut
peningkatan kemampuan yang merupakan bentuk dari usaha
signifikan pada perawat pelaksana. perawat dalam membentuk self-
Kemampuan merupakan memory system (Conway &
perilaku yang dihasilkan atau Pleydell-Pearce, 2000).
terbentuk dari proses belajar Notoatmodjo (2010)
(Notoatmodjo, 2010). Kemampuan berpendapat bahwa semakin tinggi
yang meningkat setelah dilakukan pendidikan seseorang maka akan
intervensi secara teori dapat semakin mudah menerima atau
dikaitkan dengan pendidikan. B.F menyesuaikan dengan hal baru.
Skinner dalam Azwar (2010) Pendidikan mempengaruhi proses
menyatakan bahwa perilaku belajar seseorang, maka seseorang
merupakan proses pembelajaran dengan pendidikan tinggi akan
yaitu respon organisme terhadap cenderung lebih mudah memperoleh
stimulus, yang disebut dengan “S-O- banyak informasi. Sebagian besar
R” (Stimulus-Organisme-Respons). pendidikan adalah DIII
Proses penelitian ini sesuai dengan Keperawatan. Semakin banyak
pernyataan tersebut. Perawat informasi yang didapatkan semakin
pelaksana sebagai organisme. Modul banyak pengetahuan yang diperoleh.
perencanaan pulang sebagai Pendidikan rendah bukan berarti
stimulus. Kemampuan perawat mutlak berpengetahuan rendah,
sebagai respon. Adanya modul karena pengetahuan tidak multak
menyebabkan meningkatnya diperoleh dari pendidikan formal
kemampuan pelaksanaan saja, akan tetapi dapat diperoleh dari
perencanaan pulang tersebut. Modul pendidikan non formal, salah satunya
perncanaan pulang mengaktifkan dengan melalui pendidikan
proses regulasi kognitif perawat, kesehatan, paparan informasi dari
sehingga terjadi proses pembelajaran berbagai media. Pengalaman, usia,
(learning process). Penjelasan kepercayaan, persepsi individu juga
tersebut sesuai dengan pernyataan mempengaruhi pengetahuan
Sitzmann dan Ely (2010) bahwa seseorang. Semakin tua umur
penyebab regulasi diri seseorang, pengalamannya akan
mengakibatkan siklus proses regulasi semakin banyak dan mempengaruhi
diri yang berkelanjutan pada proses daya tangkap dan pola pikirnya.
pembelajaran. Proses tersebut Hasil penelitian ini
mengakibatkan berubahnya mendapatkan satu responden bernilai
pengetahuan, sikap dan tindakan ties, artinya tidak mengalami
individu. Penyebab regulasi diri perubahan tingkat kemampuan, yaitu
dapat berupa program pembelajaran berada pada kelompok kemampuan
dari online, modul, atau baik. Responden tersebut secara

104
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

kategorik tidak mengalami karena memiliki sesuatu yang


perubahan, namun secara numerik bermanfaat bagi perawat.
mengalami perubahan yaitu 10 poin.
Responden tersebut merupakan satu- KESIMPULAN DAN SARAN
satunya responden berpendidikan KESIMPULAN
sarjana keperawatan dengan usia 45 Berdasarkan hasil penelitian,
tahun dan pengalaman kerja 20 maka dapat disimpulkan bahwa
tahun. Hal ini sesuai dengan pengembangan model discharge
pernyataan bahwa tingkat pendidikan planning terintegrasi dapat dijadikan
tidak mutlak mempengaruhi acuan oleh perawat dalam
perubahan kemampuan seseorang. menerapkan discharge planning.
Perubahan kemampuan perawat Beban kerja yang tinggi tidak lagi
dalam hal sikap dapat terjadi karena menjadi faktor yang mempengaruhi
adanya interaksi yang kontinyu pelaksanaan discharge planning di
selama penelitian antara peneliti ruangan. Selain itu, penelitian ini
dengan responden. Sikap ini juga juga menyimpulkan bahwa
dipengaruhi oleh motivasi dan pengembangan model discharge
reinforcement yang diberikan kepada planning terintegrasi juga dapat
perawat dalam mengaplikasikan meningkatkan kemampuan perawat
perencanaan pulang. A. Gerungan dalam melaksanakan discharge
(2002) menyatakan bahwa salah satu planning. Tidak lagi ada perbedaan
faktor yang dapat mempengaruhi persepsi dan perbedaan kemampuan
sikap adalah faktor internal yang ada perawat dalam menerapkan
pada diri pribadi individu sendiri discharge planning. Adanya
yaitu selektivitas. Selektivitas ini pengembangan model discharge
menyebabkan daya pilih atau minat planning terintegrasi sangat
responden tidak serta merta membantu perawat dalam
menerima pengaruh yang datang dari mengaplikasikan pelaksanaan
luar, tetapi akan ditimbang-timbang discharge planning sehingga
terlebih dahulu sesuai dengan minat penerapan discharge planning dapat
atau yang menarik perhatiannya atau terlaksananya sebagaimana mestinya
tidak. Azwar (2010) berpendapat terutama pada tahapan yang sering
bahwa pengaruh orang lain yang diabaikan oleh perawat.
dianggap penting atau orang yang
berarti khusus ikut berperan terhadap SARAN
terbentuknya sikap, kecenderungan 1. Penerapan discharge
ini antara lain dimotivasi oleh planning dengan model
keinginan untuk berafiliasi dan terintegrasi harus selalu
keinginan untuk menghindari konflik dilaksanakan oleh perawat
dengan orang yang dianggap penting. untuk membantu pasien
B.F Skinner dalam Azwar (2010) dan keluarga dalam
juga menekankan pengaruh menyiapkan kepulangan
lingkungan termasuk kebudayaan pasien.
dalam membentuk kepribadian 2. Perlu adanya reinforcement
seseorang. Peneliti yang memberikan bagi perawat yang senantiasa
modul pelaksanaan discharge menerapkan discharge
planning pada domain kognitif dapat planning.
dianggap sebagai orang penting

105
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

3. Pelaksanaan discharge 8. Bull MJ, Kane RL. 2006.


planning perlu monitoring Gaps in discharge planning.
dan supervisi dari manager Journal of Applied
keperawatan agar Gerontology.
pelaksanaan discharge 2006;15(4):486–500
planning dapat dilaksanakan 9. Conway, M. A., & Pleydell-
dengan baik. Pearce, C. W. 2000. The
4. Pengembangan model construction of
discharge planning dapat autobiographical memories in
dilakukan penelitian lanjutan the self-memory system.
tentang discharge planning Psychological Review, 107
berkelanjutan pada rujukan (2), 261.
pelayanan kesehatan yang 10. Grimmer, K, Hedges, G,
lain maupun home care. Moss, J, Falco, J. 1999.
Performance indicators for
DAFTAR PUSTAKA discharge planning: a
1. A, Gerungan W. 2002. focussed review of the
Psikologi Sosial. Bandung: literature. Australian Journal
Refika aditama. of Advanced Nursing.
2. Anam, dkk. 2011. Laporan 1999;16:20–28.
Hasil Praktek Manajemen di 11. Hedges, G, Grimmer, K,
Ruang Marwah 4 RS Haji Moss, J, Falco, J. 1999.
Surabaya. Performance indicators for
3. Ari, dkk. 2011. Laporan Hasil discharge planning: a
Praktek Manajemen di Ruang focussed review of the
Pandan II RSUD Dr. literature. Australian Journal
Soetomo Surabaya of Advanced Nursing.
4. Aris, dkk. 2011. Laporan 1999;16:20–28.
Hasil Praktek Manajemen di 12. Ibrahim A, Dragomir SS.
Ruang Marwah 1 RS Haji 2011. Power series
Surabaya. inequalities via Buzano's
5. Armitage, S, Kavanagh, K. result and applications.
2005. Continuity of care: INTEGRAL TRANSFORMS
discharge planning and AND SPECIAL
community nurses. FUNCTIONS, 22 (12), pp.
Contemporary Nursing. 867-878
2005;4:148–155. 13. Jewell, S.E. 1993. Discovery
6. Azwar, S. 2010. Sikap of the discharge process: a
Manusia Teori dan study of patient discharge
Pengukurannya. Ed. 2. from a care unit for elderly
Yogyakarta: Pustaka Pelajar. people, Journal of Advanced
7. Bull MJ, Hansen HE, Gross Nursing, 18, 1288-1296
CR. 2010. Differences in 14. Kozier, B., et al. 2004.
family caregiver outcomes by Fundamentals of Nursing
their level of involvement in Concepts Process and
discharge planning. Applied Practice. 1 st volume, 6 th
Nursing Research. edition. New Jersey :
2000b;13(2):76–82 Pearson/prentice Hall

106
Jurnal Keperawatan Muhammadiyah 2 (1) 2017

15. Notoatmodjo, S. 2010. Psychotherapy.


Promosi Kesehatan dan Ilmu 2013;50(2):256. doi:
Perilaku. Jakarta: Rineka 10.1037/a0030058.
Cipta. 20. Putra, dkk. 2011. Laporan
16. NSW Health. 2011. Care Hasil Praktek Manajemen di
Coordination: Planning from Ruang Palem I RSUD Dr.
Admission to Transfer of Soetomo Surabaya
Care in NSW Public 21. Sitzmann, T., K. Ely, K. G.
Hospitals. Brown, dan K. N. Bauer.
http://www1.health.nsw.gov. 2010. Self Assement of
au/pds/ActivePDSDocuments Knowledge: A Cognitive
/PD2011_015.pdf. Pada Learning or Affective
tanggal 12 Januari 2012 Measure? Academy of
17. Pemila, Uke. 2009. Internet. Management Learning &
Konsep Discharge Planning. Education. Vol. 9. No. 2:
Diakses dari page 169-191.
http://152.118.148.220/pkko/f 22. Wulandari, dkk. 2011.
iles/KONSEP%20DISCHAR Laporan hasil praktek
GE%20PLANNING.doc. manajemen di Ruang
Pada tanggal 12 Januari 2012 Boegenvile RSUD Dr.
18. Perry, A. G. & Potter, P. A. Soetomo Surabaya
(2010). Buku Ajar 23. Zees. 2010. Desain discharge
Fundamental Keperawatan : planning berbasis
konsep, proses, dan praktik. komputerisasi sebagai upaya
Volume 1, Edisi 7. Jakarta : meningkatkan
EGC mutu pelayanan
19. Puspitasari A, Kanter JW, keperawatan. Diakses dari
Murphy J, Crowe A, Koerner http://152.118.148.220/pkko/f
K. (2013). Developing an iles/DISCHARGE_PLANNI
online, modular, active NG.doc. Pada tanggal 12
learning training program for Januari 2012
behavioral activation.

107

You might also like