You are on page 1of 16

1

I. PENDAHULUAN

Perkembangan teknologi saat ini begitu pesatnya, sehingga peralatan sudah


menjadi kebutuhan pokok pada berbagai lapangan pekerjaan. Artinya peralatan
dan teknologi merupakan penunjang yang penting dalam upaya meningkatkan
produktivitas untuk berbagai jenis pekerjaan. Disamping itu disisi lain akan terjadi
dampak negatifnya, bila kita kurang waspada menghadapi bahaya potensial yang
mungkin timbul.

Hal ini tidak akan terjadi jika dapat diantisipasi pelbagai risiko yang
mempengaruhi kehidupan para pekerja. Berbagai risiko tersebut adalah
kemungkinan terjadinya Penyakit Akibat Kerja, Penyakit yang berhubungan
dengan pekerjaan dan Kecelakaan Akibat Kerja yang dapat menyebabkan
kecacatan atau kematian. Antisipasi ini harus dilakukan oleh semua pihak dengan
cara penyesuaian antara pekerja, proses kerja dan lingkungan kerja. Pendekatan
ini dikenal sebagai pendekatan ergonomik.

Ergonomi 1,2
Menurut manuaba dalam Suma’mur (1984) istilah ergonomi pertama kali
digunakan oleh sekelompok ilmuwan Inggris di tahun 1950, yang berasal dari kata
Yunani, yaitu ergos = kerja, nomos = norma. Yang berarti Ergonomi adalah
pendekatan multidisiplin ilmu pengetahuan guna menserasikan alat, sistim kerja
(meliputi organisasi dan lingkungan kerja) terhadap kemampuan kebolehan dan
keterbatasan manusia sebagai pekerja, sehingga tercapai kondisi dan lingkungan
kerja yang sehat, selamat dan manusiawi untuk menghasilkan produktivitas
setinggi-tingginya.

Ergonomi yaitu ilmu yang mempelajari perilaku manusia dalam kaitannya dengan
pekerjaan mereka. Sasaran penelitian ergonomi ialah manusia pada saat bekerja
dalam lingkungan. Secara singkat dapat dikatakan bahwa ergonomi ialah
penyesuaian tugas pekerjaan dengan kondisi tubuh manusia untuk menurunkan
2

stress yang akan dihadapi. Upayanya antara lain berupa menyesuaikan ukuran
tempat kerja dengan dimensi tubuh agar tidak melelahkan, pengaturan suhu,
cahaya dan kelembaban bertujuan agar sesuai dengan kebutuhan tubuh manusia
(Depkes, 2005).

Ada beberapa definisi menyatakan bahwa ergonomi ditujukan untuk “fitting the
job to the worker”, sementara itu ILO antara lain menyatakan, sebagai ilmu
terapan biologi manusia dan hubungannya dengan ilmu teknik bagi pekerja dan
lingkungan kerjanya, agar mendapatkan kepuasan kerja yang maksimal selain
meningkatkan produktivitasnya (Depkes, 2005).

Ergonomi adalah komponen kegiatan dalam ruang lingkup luas yang antara lain
meliputi penyerasian pekerjaan terhadap tenaga kerja secara timbal balik untuk
efisiensi dan kenyamanan kerja (Suma’mur, 1984). Dari berbagai penelitian,
penerapan ergonomi pada berbagai bidang pekerjaan telah terbukti mampu
menaikkan produktivitas secara jelas, dapat mencapai 10% atau lebih (Suma’mur,
1984).

Ruang lingkup ergonomik sangat luas aspeknya, antara lain meliputi (Depkes,
2005).:
 Tehnik
 Fisik
 Pengalaman psikis
 Anatomi, utamanya yang berhubungan dengan kekuatan dan gerakan otot dan
persendian
 Anthropometri
 Sosiologi
 Fisiologi, terutama berhubungan dengan temperatur tubuh, Oxygen up take,
pols, dan aktivitas otot.
 Desain, dll
3

Pelatihan Ergonomi
Pelatihan bidang ergonomi sangat penting, sebab ahli ergonomi umumnya berlatar
belakang pendidikan tehnik, psikologi, fisiologi atau dokter, meskipun ada juga
yang dasar keilmuannya tentang desain, manajer dan lain-lain. Akan tetapi
semuanya ditujukan pada aspek proses kerja dan lingkungan kerja.

Metode Ergonomi
1. Diagnosis, dapat dilakukan melalui wawancara dengan pekerja, inspeksi tempat
kerja penilaian fisik pekerja, uji pencahayaan, ergonomik checklist dan
pengukuran lingkungan kerja lainnya. Variasinya akan sangat luas mulai dari yang
sederhana sampai kompleks.

2. Treatment, pemecahan masalah ergonomi akan tergantung data dasar pada saat
diagnosis. Kadang sangat sederhana seperti merubah posisi meubel, letak
pencahayaan atau jendela yang sesuai. Membeli furniture sesuai dengan demensi
fisik pekerja.

3. Follow-up, dengan evaluasi yang subyektif atau obyektif, subyektif misalnya


dengan menanyakan kenyamanan, bagian badan yang sakit, nyeri bahu dan siku,
keletihan , sakit kepala dan lain-lain. Secara obyektif misalnya dengan parameter
produk yang ditolak, absensi sakit, angka kecelakaan dan lain-lain.

Aplikasi/penerapan Ergonomik:
1. Posisi Kerja terdiri dari posisi duduk dan posisi berdiri, posisi duduk dimana
kaki tidak terbebani dengan berat tubuh dan posisi stabil selama bekerja.
Sedangkan posisi berdiri dimana posisi tulang belakang vertikal dan berat badan
tertumpu secara seimbang pada dua kaki.

2. Proses Kerja
Para pekerja dapat menjangkau peralatan kerja sesuai dengan posisi waktu bekerja
dan sesuai dengan ukuran anthropometrinya. Harus dibedakan ukuran
anthropometri barat dan timur.
4

3. Tata letak tempat kerja


Display harus jelas terlihat pada waktu melakukan aktivitas kerja. Sedangkan
simbol yang berlaku secara internasional lebih banyak digunakan daripada kata-
kata.

4. Mengangkat beban
Bermacam-macam cara dalam mengangkat beban yakni, dengan kepala, bahu,
tangan, punggung dsbnya. Beban yang terlalu berat dapat menimbulkan cedera
tulang punggung, jaringan otot dan persendian akibat gerakan yang berlebihan.

a. Menjinjing beban
Beban yang diangkat tidak melebihi aturan yang ditetapkan ILO sbb:
 Laki-laki dewasa 40 kg
 Wanita dewasa 15-20 kg
 Laki-laki (16-18 th) 15-20 kg
 Wanita (16-18 th) 12-15 kg

b. Organisasi kerja
Pekerjaan harus di atur dengan berbagai cara :
 Alat bantu mekanik diperlukan kapanpun
 Frekuensi pergerakan diminimalisasi
 Jarak mengangkat beban dikurangi
 Dalam membawa beban perlu diingat bidangnya tidak licin dan mengangkat
tidak terlalu tinggi.
 Prinsip ergonomi yang relevan bisa diterapkan.

c. Metode mengangkat beban


Semua pekerja harus diajarkan mengangkat beban. Metode kinetic dari pedoman
penanganan harus dipakai yang didasarkan pada dua prinsip :
 Otot lengan lebih banyak digunakan dari pada otot punggung
 Untuk memulai gerakan horizontal maka digunakan momentum berat badan.
5

Metoda ini termasuk 5 faktor dasar :


1. Posisi kaki yang benar
2. Punggung kuat dan kekar
3. Posisi lengan dekat dengan tubuh
4. Mengangkat dengan benar
5. Menggunakan berat badan

d. Supervisi medis
Semua pekerja secara kontinyu harus mendapat supervisi medis teratur.
 Pemeriksaan sebelum bekerja untuk menyesuaikan dengan beban kerjanya
 Pemeriksaan berkala untuk memastikan pekerja sesuai dengan pekerjaannya
dan mendeteksi bila ada kelainan
 Nasehat harus diberikan tentang hygiene dan kesehatan, khususnya pada
wanita muda dan yang sudah berumur.

Kerja Fisik2
Kerja fisik sering pula disebut kerja otot. Otot-ototlah yang menjadi sebab
gerakan tubuh, otot-otot menduduki sekitar 45% dari berat tubuh. Dalam hal ini
khususnya kerja otot statis, untuk kerja otot statis dipilih suatu sikap tangan
vertikal yang sedang mengangkat suatu beban otot mampu berkontraksi secara
kontinyu. Oleh karena itu apabila pembebanan berlebih pada kerja statis dapat
mengakibatkan kelelahan otot (Suma’mur, 1994).

Selain itu dalam pengangkatan sikap kerja membungkuk juga perlu diperhatikan.
Sikap kerja membungkuk dapat mengakibatkan timbulnya nyeri pinggang
biasanya terjadi karena kegiatan fisik yang cukup berat dengan membungkuk atau
memutar badan. Dapat pula terjadi pada kegiatan yang melampui batas atau
gerakan yang dipaksakan dapat menimbulkan nyeri pinggang terutama gerakan
mendadak. Beban yang lebih berat pada otot-otot ligamen sering pula
menimbulkan nyeri pinggang (Yishay , 2005).
6

Beberapa cara pencegahan Low back pain (nyeri pinggang bawah): Tidak
mengangkat beban dengan membungkuk kedepan. Cara mengangkat yang benar
yaitu dengan menekuk lutut dan pinggul, kemudian berjongkok untuk mengangkat
beban tersebut. Kemudian berdiri dengan punggung lurus, beban didekatkan
dengan tubuh dan ketika menunurunkan beban yang ditekuk adalah lutut. Jika
harus memindahkan beban tanpa mengangkat hendaknya obyek dipindahkan cara
didorong, bila memungkinkan hendaknya alat bantu mekanik (Amundson, 2005).

Low back pain atau nyeri pada pinggang bawah adalah salah satu gangguan yang
terjadi pada pingang. Rasa nyeri ini dapat menjalar ke kaki, terutama bagian
sebelah belakang dan samping luar. Pada dasarnya nyeri pada pinggang bawah
timbul karena terjadinya tekanan pada susunan syaraf tepi daerah pinggang
(syaraf terjepit), jepitan pada syaraf ini terjadi karena gangguan pada otot dan
jaringan sekitarnya (Bisnis Indonesia, 2007).

OSHA (1984) Amerika Serikat, menyatakan bahwa, prinsip-prinsip ergonomi


sangat penting untuk mencegah terjadinya resiko nyeri pinggang bawah (Low
back pain) (Bisnis Indonesia, 2007)

Menurut Neuman (2006), prinsip kerja secara ergonomis agar terhindar dari
kelelahan dan resiko cedera otot dengan cara :
1. Gunakan tenaga seevisien mungkin, beban yang tidak perlu harus dikurangi/
dihilangkan, perhitungkan gaya berat jika perlu gunakan pengukit
2. Sikap berdiri, duduk, jongkok hendaknya sesuai dengan prinsip ergonomi
3. Panca indera dapat digunakan sebagai alat kontrol, bila lelah harus
istirahat(jangandipaksa) dan apabila lapar/ haus segera makan/ minum (jangan
ditahan)
4. Jantung digunakan sebagai parameter yang diukur lebih dari jumlah maximum
yang diperbolehkan.

Sebelum memilih program intervensi ergonomi perlu dilakukan proses dan


analisis ergonomi untuk untuk mengidentifikasi permasalahan ergonomi disuatu
7

lingkungan kerja. Evaluasi ergonomi meliputi beberapa hal yaitu analisis


lingkungan kerja, postur kerja, jenis pekerjaan, pengangkatan dan pengangkutan,
faktor-faktor bahaya, tingkat resiko/bahaya, tindakan koreksi, dan lainnya (Pusat
Kesehatan Kerja, 2005).

Selain hal tersebut ada yang perlu diperhatikan mengenai jam kerja yaitu; kerja
lembur (gunakan sistem rotasi dan seleksi pekerja), gunakan jam kerja yang
dianjurkan sesuai peraturan, kerja harian maksimal 8 jam/hari dengan 1 jam
istirahat, kerja dengan 4 kelompok dan 3shif.

Neuman (2006) menyatakan ada 8 jenis tool yang dapat digunakan untuk
melakukan evaluasi ergonomi yaitu: Tool untuk pengambilan keputusan strategis,
tool untuk sistem kerja dan desain produk, tool uji yang digunakan untuk
mengevaluasi lingkungan kerja, tool evaluasi yang berbasis komputer, Checklist
untuk evaluasi lingkungan kerja, kuesioner untuk mengetahui persepsi
faktorfaktor yang menimbulkan resiko, kuesioner untuk mengetahui kesehatan
dan kenyamanan, model ekonomi.

Angkat-Angkut2,3
Angkat-angkut adalah kegiatan dimana dilakukan pemindahan bahan atau barang
dari satu tempat ketempat lain (Suwarso, 2009). Faktor-faktor yang
mempengaruhi kegiatan mengangkat dan mengangkut adalah sebagai berikut:
Beban yang diperkenankan, jarak angkut, dan intensitas pembebanan, kondisi
lingkungan kerja yaitu keadaan medan yang licin, kasar, naik, turun, ketrampilan
bekerja, peralatan kerja, ukuran beban yang akan diangkat (Suma’mur, 1984).

Klasifikasi Angkat-Angkut
Jenis-jenis cara mengangkat dan mengangkut menurut Occupational Safety and
Health Administration OSHA, dalam Bambang (2008), diklasifikasikan menjadi
lima yaitu :
8

1. Mengangkat atau menurunkan (Lifting atau Lowering)


Mengangkat adalah kegiatan memindahkan barang ke tempat yang lebih tinggi
yang masih dapat dijangkau oleh tangan. Kegiatan lainya adalah menurunkan
barang.
2. Mendorong atau menarik (Pus atau Pull)
Kegiatan mendorong adalah kegiatan menekan berlawanan arah tubuh dengan
usaha yang bertujuan untuk memindahkan obyek. Sedangakan yang dimaksud
kegiatan menarik merupakan kebalikan dari pengertian di atas.
3. Memutar (Twisting)
Kegiatan memutar merupakan kegiatan yang memutar tubuh bagian atas ke
satu atau dua sisi, sementara tubuh bagian bawah berada dalam posisi tetap.
Kegiatan memutar ini dapat dilakukan dalam keadaan tubuh yang diam
4. Membawa (Carrying)
Kegiatan membawa merupakan kegiatan memegang atau mengambil barang
dan memindahkanya. Berat benda menjadi berat total pekerja.
5. Menahan (Holding)
Memegang obyek saat tubuh berada dalam posisi diam (statis).

Metode Mengangkat dan Mengangkut Yang Benar.


Cara mengangkat dan mengangkut yang benar harus memenuhi prinsip kinetis
yaitu : Beban diusahakan menekan pada otot-otot tungkai yang kuat dan sebanyak
mungkin otot tulang belakang yang lebih lemah dibebaskan dari pembebanan
(Suma’mur, 2009).

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan angkat-angkut yaitu
semua rintangan hendaknya disingkirkan sebelum pekerjaa dimulai, tinggi
maksimum tempat pengangan dari lantai tidak lebih dari 35cm, jika suatu beban
harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan agar menggunakan alat mekanis
atau katrol, beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan
tubuh, punggung harus lurus aga bahaya kerusakan terhadap discus dapat
dihindarkan (Suma’mur, 2009).
9

Dari berbagai masalah ergonomi dalam sistem kerja bongkar muat, yang paling
dominan adalah aktivitas angkat. Untuk mencegah terjadinya efek cedera pada
anggota tubuh yang rawan (seperti pinggang dan punggung), maka aktivitas
tersebut harus dilakukan dengan teknik mengangkat yang benar. Secara garis
besar teknik tersebut adalah sebagai berikut dibawah ini :
1. Pegangan terhadap bahan yang diangkat harus tepat
2. Lengan harus berada sedekat mungkin dengan badan dan dalam posisi lurus
3. Posisi tulang belakang harus tetap lurus
4. Dagu segera ditarik setelah kepala bisa ditegakkan
5. Posisi kaki meregang untuk membagi momentum dalam posisi mengangkat
6. Berat badan di manfaatkan untuk menarik dan mendorong sedangkan gaya
untuk gerakan dan perimbangan
7. Beban diusahakan sedekat mungkin tehadap garis vertical yang melalui pusat
gravitasi tubuh (Tarwaka, 2004).

Menurut Bambang (2008), cara untuk mengurangi resiko cedera yang mungkin
timbul saat mengangkat beban yaitu :
1. Usahakan untuk tidak mengangkat beban melebihi batas kemampuan dan
jangan mengangkat beban dengan gerakan cepat dan tiba-tiba.
2. Tempatkan beban sedekat mungkin dengan pusat tubuh. Karena makin dekat
beban, makin kecil pengaruhnya dalam member tekanan pada punggung, bahu
dan lengan. Makin dekat beban maka makin mudah untuk menstabilkan tubuh.
3. Tempatkan kaki sedekat mungkin dengan beban saat mulai mengangkat dan
usahakan beban seimbang. Tekuk lutut dalam posisi setengah jongkok sampai
sudut paling nyaman.
4. Jaga sikap punggung dan bahu tetap lurus, artinya tidak membungkuk,
menyamping atau miring.
5. Turunkan beban dengan menekuk lutut dalam posisi setengah jongkok dengan
sudut paling nyaman.

Ada beberapa hal yang perlu diperhatikan dalam kegiatan angkat-angkut yaitu
semua rintangan hendaknya disingkirkan sebelum pekerjaan dimulai, tinggi
10

maksimum tempat pengangan dari lantai tidak lebih dari 35cm, jika suatu beban
harus diangkut dari permukaan lantai dianjurkan agar menggunakan alat
mekanis(katrol), beban yang akan diangkut harus berada sedekat mungkin dengan
tubuh, punggung harus lurus agar bahaya kerusakan terhadap discus dapat
dihindarkan(Suma’mur, 1984).

Menurut Suma’mur (1984) batasan pemindahan material yang aman sesuai


dengan ketentuan The National Occupational Health and Safety Commision(Work
safe Australia dapat dilihat pada table dibawah ini.

Tabel 1. Batasan Pemindahan Material


Level Batasan angkat(kg) Tindakan
1 16 Tidak perlu tindakan khusus
2 16-25 Tidak perlu alat dalam mengangkat,
ditekankan pada metode angkat
3 25-34 Tidak perlu alat untuk mengangkut
pilih job
redesign(rancangan ulang pada tipe
pekerjaan)
4 >34 Harus dengan alat bantu mekanis

Apabila terjadi kesalahan dalam proses pengangkatan ataupun pengangkutan


dapat terjadi berbagai keluhan ataupun cedera otot. Kekuatan otot dan keluhan
otot merupakan salah satu indikator untuk evaluasi penerapan ergonomi, adapun
faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot dan menimbulkan keluhan otot
adalah (Amundson, 2005).:
 Posisi kerja yang tidak alamiah,
 Pengulangan pekerjaan pada satu jenis otot,
 Penggunaan tenaga yang berlebihan,
 Posisi kerja yang statis,
 Terjadi kontak langsung dengan lingkungan atapun peralatan kerja,
 Metode/cara kerja yang digunakan,
 Jam kerja yang terlalu panjang
11

Penerapan ergonomi didalam pekerjaan mengangkat dan mengangkut dengan


benar dapat mengurangi berbagai resiko cedera serta dapat mengurangi beban
kerja. Beban kerja seharusnya tidak melebihi 30-40% kemampuan maksimum
seorang pekerja dalam waktu 8 jam sehari, untuk mengukur waktu kemampuan
kerja maksimum digunakan pengukuran denyut nadi, yang diusahakan tidak
melebihi 30-40 kali permenit diatas denyut nadi sebelum bekerja (Tarwaka,
dkk,2004).

Di Indonesia beban fisik untuk mengangkat dan mengangkut yang dilakukan


seorang pekerja di anjurkan agar tidak melebihi dari 40 kg setiap kali mengangkat
dan mengangkut (Suwarso, 2009).

Tabel 2. Kategori Beban Kerja Berdasarkan Denyut Jantung/Nadi.


Kategori beban kerja Denyut jantung
Ringan 75-100
Sedang 100-125
Berat 125-150
Sangat berat 150-175
Sangat berat sekali >175

Menurut Tarwaka, dkk (2004) pengukuran denyut nadi untuk mengetahui berat
pembebanan yang diberikan, dengan mengetahui presentase CVL(cardiovaskulair
load) dengan rumus :

100 x (Denyut nadi kerja – Denyut nadi istirahat)


%CVL=
Denyut nadi maksimum – Denyut nadi istirahat

Denyut nadi maksimum dihitung sesuai dengan ketentuan wanita (220 – umur),
Laki-laki (200 – umur).
12

Frekuensi mengangkat dan mengangkutpun telah diatur dan memiliki batasan-


batasan, yaitu batasan fisiologi yang menggunakan metode mempertimbangkan
rata-rata beban metabolisme dan aktivitas angkat-angkut (berat beban dan
konsumsi oksigen), dan batasan psiko fisik yang menggunakan metode
berdasarkan eksperimen yang berupaya untuk mendapatkan berat dan tinggi
berbagai keadaan untuk mengangkat dan mengangkut (Suma’mur, 1984).

Tabel 3. Prentase Berat Sesuai Dengan Frekuensi Angkat

Frekuensi angkat Presentase berat yang boleh diangkat


Satu kali dalam 30 menit 95 kg
Satu kali dalam 25 menit 85 kg
Satu kali dalam 15-20 menit 66 kg
Satu kali dalam 10-15 menit 50 kg
Satu kali dalam 5 menit < 50 kg
Sumber : Buku Pedoman Praktikum Angkat-angkut (2007).

Kelelahan/Fatique1,2
Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan tubuh terhindar dari kerusakan
lebih lanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat (Tarwaka,dkk,2004).

Kelelahan diatur otak secara central, pada syaraf pusat terdapat system
aktivasi(bersifat simpatis) dan inhibisi(bersifat para simpatis), istilah kelelahan
biasanya menunjukkan kondisi yang berbeda-beda dari setiap individu, tetapi
semuanya bemuara pada efisiensi dan penurunan kapasitas kerja serta kelelahan
tubuh (Tarwaka, dkk,2004).

Kelelahan di klasifikasikan menjadi dua (2) jenis yaitu; kelelahan otot adalah
merupakan tremor pada otot/perasaan nyeri pada otot, dan kelelahan umum adalah
kelelahan yang biasanya ditandai dengan berkurangnya kemauan untuk
melakukan kerja yang disebabkan oleh karena monotoni, intensitas dan lamanya
kerja fisik, kesdaan lingkungan, sebab-sebab mental, status kesehatan dan keadaan
gizi kerja (Wijaya, 1993).
13

Suma’mur (1994) kedua jenis kelelahan tersebut dapat mengakibatkan turunnya


efisiensi dan ketahanan tubuh dalam bekerja, yang termasuk di dalamnya adalah :
a. Kelelahan yang bersumber utama dari mata ( kelelahan visual ).
b. Kelelahan fisik umum.
c. Kelelahan mental.
d. Kelelahan syaraf.
e. Kelelahan oleh lingkungan kronis sebagai pengaruh berbagai faktor secara
menetap.

Secara umum gejala kelelahan dapat dimulai dari yang sangat ringan sampai
perasaan yang sangat melelahkan, kelelahan subyektif biasanya terjadi pada akir
jam kerja, apabila rata-rata beban kerja melebihi 30-40% dari tenaga aerobik
maksimal Menurut Astrand & Rodahl,1977 dan Pulat dalam Tarwaka, dkk, (2004)

Grandjean 1991 dalam Tarwaka, dkk, (2004), menjelaskan bahwa faktor


penyebab terjadinya kelelahan di industri sangat bervariasi, dan untuk
memelihara/mempertahankan kasehatan dan efisiensi, proses penyegaran harus
dilakukan diluar tekanan (cancel out the stress), penyegaran terjadi terutama
selama waktu tidur malam, tetapi periode istirahat dan waktu-waktu berhenti kerja
juga dapat memberikan penyegaran.

Adapun faktor-faktor penyebab terjadinya kelelahan kerja adalah : Intensitas dan


lamanya kerja fisik dan mental, problem fisik, faktor lingkungan (iklim,
penerangan, kebisingan, getaran), faktor kondisi kesehatan, gizi/ nutrisi, circadian
rhytm ( Tarwaka, dkk, 2004).

Selain hal tersebut dalam hal kelelahan yang di timbulkan oleh kegiatan/
pekerjaan angkat-angkut juga di pengaruhi oleh sikap kerja. Sikap kerja harus
selalu diupayakan agar merupakan sikap ergonomik, karena sikap tubuh saat
melakukan pekerjaan dapat menentukan atau mempengaruhi keberhasilan suatu
pekejaan, oleh karena itu kita wajib mengetahui hal-hal yang berkaitan dengan
14

sikap kerja diantaranya adalah : Sikap kerja yang ideal, perbandingan sikap kerja
duduk dan berdiri ditinjau dari epidemiologi, kekurangan kerja statis, prinsip
dasar mengatasi sikap tubuh, kasus umum yang berkaitan dengan sikap kerja,
kelainan akibat sikap kerja yang salah, sikap kerja saat mengangkat dan
mengangkut, load moment, sikap kerja yang sering dipakai (Styawati, 2009).

Resiko yang dapat ditimbulkan akibat pengaruh terjadinya kelelahan diantaranya


yaitu terjadinya stress akibat kerja, penurunan motivasi kerja, performansi rendah,
kualitas kerja rendah, banyak terjadi kesalahan, penyakit akibat kerja, cedera,
terjadi kecelakaan akibat kerja, dan lain-lain ”Menurut Grandjean”, dalam
Tarwaka, dkk (2004).

Setelah pekerja melakukan pekerjaannya maka umumnya terjadi kelelahan, dalam


hal ini kita harus waspada dan harus kita bedakan jenis kelelahannya, beberapa
ahli membedakan/membaginya sebagai berikut (Depkes, 2005):

1. Kelelahan fisik
Kelelahan fisik akibat kerja yang berlebihan, dimana masih dapat dikompensasi
dan diperbaiki performansnya seperti semula. Kalau tidak terlalu berat kelelahan
ini bisa hilang setelah istirahat dan tidur yang cukup.

2. Kelelahan yang patologis


Kelelahan ini tergabung dengan penyakit yang diderita, biasanya muncul tiba-tiba
dan berat gejalanya.

3. Psikologis dan emotional fatique


Kelelahan ini adalah bentuk yang umum. Kemungkinan merupakan sejenis
“mekanisme melarikan diri dari kenyataan” pada penderita psikosomatik.
Semangat yang baik dan motivasi kerja akan mengurangi angka kejadiannya di
tempat kerja.
15

4. Upaya kesehatan kerja dalam mengatasi kelelahan, meskipun seseorang


mempunyai batas ketahanan, akan tetapi beberapa hal dibawah ini akan
mengurangi kelelahan yang tidak seharusnya terjadi :
 Lingkungan harus bersih dari zat-zat kimia. Pencahayaan dan ventilasi harus
memadai dan tidak ada gangguan bising
 Jam kerja sehari diberikan waktu istirahat sejenak dan istirahat yang cukup
saat makan siang.
 Kesehatan pekerja harus tetap dimonitor.
 Tempo kegiatan tidak harus terus menerus
 Waktu perjalanan dari dan ke tempat kerja harus sesingkat mungkin, kalau
memungkinkan.
 Secara aktif mengidentifikasi sejumlah pekerja dalam peningkatan semangat
kerja.
 Fasilitas rekreasi dan istirahat harus disediakan di tempat kerja.
 Waktu untuk liburan harus diberikan pada semua pekerja
 Kelompok pekerja yang rentan harus lebih diawasi misalnya;
- Pekerja remaja
- Wanita hamil dan menyusui
- Pekerja yang telah berumur
- Pekerja shift
- Migrant.
 Para pekerja yang mempunyai kebiasaan pada alkohol dan zat stimulan atau
zat addiktif lainnya perlu diawasi.

Pemeriksaan Kelelahan
Tes kelelahan tidak sederhana, biasanya tes yang dilakukan seperti tes pada
kelopak mata dan kecepatan reflek jari dan mata serta kecepatan mendeteksi
sinyal, atau pemeriksaan pada serabut otot secara elektrik dan sebagainya.
Persoalan yang terpenting adalah kelelahan yang terjadi apakah ada hubungannya
dengan masalah ergonomi, karena mungkin saja masalah ergonomi akan
mempercepat terjadinya kelelahan (Depkes, 2005).
16

Suma’mur (1994) metode dan alat untuk mengetahui adanya kelelahan adalah
sebagai berikut :
a. Uji Fliker Fusion ( Uji Hilangnya Kelipan )
Yaitu pengukuran terhadap kecepatan berkedipnya lampu secara bertahap
ditingkatkan sampai kecepatan tertentu, kemudian cahaya nampak berbaur
sebagai cahaya kontinyu. Dengan adanya kelelahan maka kemampuan tenaga
kerja untuk melihat kelipan akan berkurang.
b. Uji Konsentrasi
Yaitu pengukuran menggaunakan rangsangan bunyi dan cahaya dengan alat
Lakassidaya.
c. EEG (Electro Enchephalografi)
d. Uji Waktu reaksi
Yaitu jangka waktu dari pemberian suatu rangsang sampai kepada suatu saat
kesadaran atau dilaksanakannya suatu kegiatan tertentu. Sebagai misalnya ada
nyala lampu ataupun suara ( alat Lakasi Daya ), bisa juga dengan injak pedal.
e. Pertanyaan – pertanyaan langsung yang ada hubungannya dengan
kelelahan.

Penerapan Ergonomi di tempat kerja bertujuan agar pekerja saat bekerja selalu
dalam keadaan sehat, nyaman, selamat, produktif dan sejahtera. Untuk dapat
mencapai tujuan tersebut, perlu kemauan, kemampuan dan kerjasama yang baik
dari semua pihak.

You might also like