You are on page 1of 9

BAB I

LAPORAN PENDAHULUAN NYERI

A. DEFINISI

Nyeri merupakan kondisi berupa perasaan tidak menyenangkan bersifat sangat subyektif
karena perasaan nyeri berbeda pada setiap orang dalam hal skala atau tingatannya, dan hanya
orang tersebutlah yang dapat menjelaskan atau mengevaluasi rasa nyeri yang dialaminya. (Aziz
Alimul, 2006).

Nyeri didefinisikan sebagai suatu keadaan yang mempengaruhi seseorang dan


ekstensinya diketahui bila seseorang pernah mengalaminya (Tamsuri, 2007).

Sensori yang tidak menyenangkan dan pengalaman emosional yang muncul secara aktual
atau potensial kerusakan jaringan atau menggambarkan adanya kerusakan .serangan mendadak
atau pelan intensitasnya dari ringan sampai berat yang dapat diantisipasi dengan akhir yang dapat
diprediksi dan dengan durasi kurang dari 6 bulan. (Asosiasi Studi Nyeri Internasional)

B. FISIOLOGI NYERI

Reseptor nyeri adalah organ tubuh yang berfungsi untuk menerima rangsang nyeri. Organ
tubuh yang berperan sebagai reseptor nyeri adalah ujung syaraf bebas dalam kulit yang berespon
hanya terhadap stimulus kuat yang secara potensial merusak. Reseptor nyeri disebut juga
nosireceptor, secara anatomis reseptor nyeri (nosireceptor) ada yang bermielien dan ada juga
yang tidak bermielin dari syaraf perifer.

Berdasarkan letaknya, nosireseptor dapat dikelompokkan dalam beberapa bagaian tubuh


yaitu pada kulit (Kutaneus), somatik dalam (deep somatic), dan pada daerah viseral, karena
letaknya yang berbeda-beda inilah, nyeri yang timbul juga memiliki sensasi yang berbeda.
Nosireceptor kutaneus berasal dari kulit dan sub kutan, nyeri yang berasal dari daerah ini
biasanya mudah untuk dialokasi dan didefinisikan. Reseptor jaringan kulit (kutaneus) terbagi
dalam dua komponen yaitu :

1. Reseptor A delta

Merupakan serabut komponen cepat (kecepatan tranmisi 6-30 m/det) yang


memungkinkan timbulnya nyeri tajam yang akan cepat hilang apabila penyebab nyeri
dihilangkan

2. Serabut C

Merupakan serabut komponen lambat (kecepatan tranmisi 0,5 m/det) yang terdapat pada
daerah yang lebih dalam, nyeri biasanya bersifat tumpul dan sulit dilokalisasi.Struktur reseptor
nyeri somatik dalam meliputi reseptor nyeri yang terdapat pada tulang, pembuluh darah, syaraf,
otot, dan jaringan penyangga lainnya. Karena struktur reseptornya komplek, nyeri yang timbul
merupakan nyeri yang tumpul dan sulit dilokalisasi.

Reseptor nyeri jenis ketiga adalah reseptor viseral, reseptor ini meliputi organ-organ
viseral seperti jantung, hati, usus, ginjal dan sebagainya. Nyeri yang timbul pada reseptor ini
biasanya tidak sensitif terhadap pemotongarn organ, tetapi sangat sensitif terhadap penekanan,
iskemia dan inflamasi.

C. JENIS –JENIS

Menurut tempatnya nyeri :

1. Nyeri perifer dibagi menjadi 3 macam

• Superficial : nyeri yang muncul karena rangsangan pada kulit dan mukosa.

• Visceral : nyeri yang timbul karena stimulasi rasa nyeri pada rongga abdomen,
cranium, dan thorax
• Nyeri alih : nyeri yang d irasakan pada daerah yang jauh dari jariingan penyebab
nyeri

2. Nyeri sentral : nyeri yang muncul akibat stimulasi pada medulla spinalis, batang otak,
dan thalamus.

3. Nyeri psikogenik : nyeri yang tidak diketahui penyebeb fisiknya, atau dengan kata lain
nyeri ini timbul akibat pikiran si penderita itu sendiri yang dipengaruhi oleh faktor psikologis
bukan fisiologis.

Klasifikasi nyeri secara umum di bagi menjadi dua, yakni nyeri akut dan kronis.

1. Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat menghilang, yang
tidak melebihi 6 bulan dan di tandai adanya peningkatan tegangan otot.

2. Nyeri kronis merupakan nyeri yang timbul secara perlahan-lahan, biasanya berlangsung
cukup lama, yaitu lebih dari 6 bulan. Termasuk dalam kategori nyeri kronis adalah nyeri
terminal, sindrom nyeri kronis, dan nyeri psikosomatis. Ditinjau dari sifat terjadinya, nyeri dapat
dibagi kedalam beberapa kategori, di antaranya nyeri tersusuk dan nyeri terbakar.

D. ETIOLOGI NYERI

• Trauma pada jaringan tubuh, misalnya kerusakkan jaringan akibat bedah atau cidera.

• Iskemik jaringan.

• Spasmus otot merupakan suatu keadaan kontraksi yang tak disadari atau tak terkendali,
dan sering menimbulkan rasa sakit. Spasme biasanya terjadi pada otot yang kelelahan dan
bekerja berlebihan, khususnya ketika otot teregang berlebihan atau diam menahan beban pada
posisi yang tetap dalam waktu yang lama.

• Inflamasi pembengkakan jaringan mengakibatkan peningkatan tekanan lokal dan juga


karena ada pengeluaran zat histamin dan zat kimia bioaktif lainnya.
• Post operasi setelah dilakukan pembedahan.

E. MANIFESTASI KLINIS / BATASAN KARAKTERISTIK

Laporan secara verbal atau non verbal

Posisi antalgic untuk menghindari nyeri

Gerakan melindungi

Tingkah laku berhati-hati

Gangguan tidur (mata sayu, tampak capek, sulit atau gerakan kacau, menyeringai)

Terfokus pada diri sendiri

Fokus menyempit (penurunan persepsi waktu, kerusakan proses berpikir, penurunan


interaksi dengan orang dan lingkungan)

Tingkah laku distraksi, contoh : jalan-jalan, menemui orang lain dan/atauaktivitas,


aktivitas berulang-ulang)

Respon autonom (seperti diaphoresis, perubahan tekanan darah, perubahan nafas, nadi
dan dilatasi pupil)

Perubahan autonomic dalam tonus otot (mungkin dalam rentang dari lemah ke kaku)

Tingkah laku ekspresif (contoh : gelisah, merintih, menangis, waspada, iritabel, nafas
panjang/berkeluh kesah)

Perubahan dalam nafsu makan dan minum

F. PATOFISIOLOGI
G. MENGUKUR INTENSITAS NYERI

Skala Menurut Hayward

Skala Keterangan

0 Tidak Nyeri

1 – 3 Nyeri ringan

4 – 6 Nyeri sedang
7 – 9 Nyeri berat, tetapi masih bisa dikontrol

10 Nyeri hebat, tetapi tidak bisa dikontrol

Skala Nyeri Menurut McGill

Skala Keterangan

1 Tidak Nyeri

2 Nyeri Sedang

3 Nyeri Berat

4 Nyeri sangat berat

5 Nyeri hebat

H. KOMPLIKASI

1. Edema Pulmonal 4. Hipertensi

2. Kejang 5. Hipovolemik

3. Masalah Mobilisasi 6. Hipertermia

I. PENGKAJIAN
Pengkajian nyeri yang akurat penting untuk upaya pelaksanaan nyeri yang efektif. Karena nyeri
merupakan pengalaman yang subjektif dan dirasakan secara berbeda pada masing-masing
individu, maka perawat perlu mengkaji semua factor yang mempengaruhi nyeri seperti factor
fisiologis, psikologis, perilaku, emosional, dan sosiokultural. Pengkajian nyeri terdiri atas dua
kompenen utama yaitu :

Riwayat nyeri untuk mendapatkan data dari klien.

Observasi langsung pada respons perilaku dan fisiologis klien.

Tujuan pengkajian adalah untuk mendapatkan pemahaman objektif terhadap pengalaman


subjektif. Mnemonic untuk pengkajian nyeri.

P Provoking atau pemicu yaitu factor yang memicu timbulnya nyeri

Q Quality atau kualitas nyeri

R Region atau daerah perjalanan ke daerah lain

S Severity atau keganasan, yaitu intensitasnya

T Time atau waktu, yaitu serangan, lamanya, kekerapan, dan sebab

J. INTERVENSI KEPERAWATAN

NOC :

- Pain Level

- Pain control

- Comfort level

Kriteria Hasil :

- Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan tehnik


nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan)
- Melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen nyeri

- Mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda nyeri)

- Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

- Tanda vital dalam rentang normal

NIC :

Pain Management

- Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk lokasi, karakteristik, durasi,


frekuensi, kualitas dan faktor presipitas

- Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

- Gunakan teknik komunikasi terapeutik untuk mengetahui pengalaman nyeri pasien

- Kaji kultur yang mempengaruhi respon nyeri

- Evaluasi pengalaman nyeri masa lampau

- Evaluasi bersama pasien dan tim kesehatan lain tentang ketidakefektifan kontrol nyeri
masa lampau

- Bantu pasien dan keluarga untuk mencari dan menemukan dukungan

DAFTAR PUSTAKA

Aziz. 2006. Nursing Interventions Classification (NIC). Solo: Mosby An Affiliate Of


Elsefer
Herdman, T Heather, 2010. Diagnosis Keperawatan : Definisi dan Klasifikasi. 2009-
2010.Jakarta:EGC

Muhammad,Wahit Iqbal dkk. 2007.Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia. Jakarta : EGC

Mubarak, Wahit Iqbal dkk. 2007. Buku ajar kebutuhan dasar manusia : Teori & Aplikasi
dalam praktek. Jakarta: EGC.

Nanda International. 2011. Nursing Diagnoses: Definition & classification 2012-2014,


Jakarta: Buku Kedokteran EGC

Tamsuri. 2007. Nursing Outcome Classification (NOC).Jakarta: Mosby Elsevier,


Academic Press

Wartonah. 2006.Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Jakarta: Salemba


Medika.

Willkinson. Judith M. 2007. Diagnosa Keperawatan.Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran

You might also like