Professional Documents
Culture Documents
1) Jarak Hutan Tanam Industri (HTI) dengan lokasi pabrik PT TeLPP yaitu 30
km.
2) Jarak PT TeLPP dengan sumber air kurang dari 2 km, yaitu sungai lematang
3) Terdapat fasilitas transportasi darat, pelabuhan serta kota penunjang seperti
Prabumulih, Palembang, dan Bandar Lampung.
1
BAB II
URAIAN PROSES
2
3
2.2.1.1.Penyimpanan Kayu
Kayu yang diterima oleh PT TeLPP yaitu kayu dengan ukuran panjang 2,4
m dan diameter berkisar antara 5-60 cm dari area HTI dan non HTI (kayu dari
masyarakat). Kayu-kayu tersebut dikirim menggunakan truk dan disimpan di area
penyimpanan (wood yard) untuk dikeringkan secara alami selama 23 hari untuk
menghilangkan senyawa organik yang mudah menguap karena dapat mengganggu
berlangsungnya proses pemasakan (cooking) dan pemutihan (bleacing).
di paling bawah tumpukan dan dimasak terlebih dahulu. Pengambilan chip ini
menggunakan screw conveyor.
White liquor dan cold blow kemudian diinjeksikan ke bagian input pompa
lower cooking dan masuk ke sirkulasi cairan cooking. Penambahan white liquor ini
9
bertujuan untuk menjaga chip dengan konsentrasi kimia yang merata di dalam
digester, sedangkan penambahan cold blow bertujuan untuk menurunkan
konsentrasi solid dalam filtrat selama pemasakan chip.
Cairan tersebut dipanaskan menggunakan heater hingga suhu ±162oC dan
kemudian dikembalikan ke tengah digester (di atas saringan sirkulasi lower)
melalui pipa sentral. Pemasakan chip dilakukan hingga mencapai kappa number
yang rendah sekitar 20-45 menit. Kappa number merupakan nilai yang
menunjukkan banyaknya lignin yang terkandung pada chip.
3) Extraction Zone
Cairan pemasak dari cooking zone setelah melewati waktu tinggal selama
105 menit pada co-current (upper cooking) dan counter current (lower cooking)
kemudian di ekstraksi dari digester melalui saringan ekstraksi. Tujuan dari ekstraksi
ini yaitu untuk mengeluarkan black liquor dengan kandungan residual alkalinya
yang sudah rendah yang dapat meningkatkan kappa number.
Aliran ekstraksi masuk ke flash tank 1 untuk membuat steam yang dimana
flash steam tersebut digunakan untuk memanaskan chip ke steaming vessel dan
sisanya masuk ke chip bin. Jumlah flash steam yang dihasilkan tergantung dari
jumlah aliran cairan dan temperatur cairan ekstraksi. Cairan dari flash tank 1
kemudian dialirkan ke flash tank 2 dan menghasilkan steam yang akan masuk ke
chip bin dan flash steam condensor. Pada daerah ekstraksi terdapat dua baris
saringan plate, aliran airan melalui saringan plate ke internal header, dua nozzle
10
ekstraksi, dan dua switching valve setiap header, sebuah timer yang diatur selama
90 detik pada masing-masing valve.
4) Washing Zone
Setelah melalui proses ekstraksi pada daerah ekstraksi, chip akan turun
masuk ke daerah pencucian di dalam digester yang disebut dengan Hi-Heat
Washing. Pada zona ini terjadi aliran counter current cooking dan penambahan
white liquor untuk mempertahankan residual alkali. Pada daerah Hi-Heat Wash,
terdapat dillution factor yang merupakan perbedaan antara aliran cairan pencuci
(white liquor) yang naik dan aliran cairan bersama pulp yang turun. Rancangan
produksi volume daerah pencucian sekitar 120 menit untuk Hi-Heat Washing.
5) Blowing
Cairan pencuci (cold blow) berasal dari tangki filtrate pressure diffuser yang
dipompakan ke bagian bawah digester, tujuan penambahan cairan ini untuk
mendinginkan pulp sebelum dikeluarkan dan untuk menjaga tekanan pada digester.
Cairan tersebut juga berperan sebagai pengganti cairan pemasak dan sebagai
pengencer konsentrasi pulp sebelum keluar hingga 10%. Perbedaan tekanan yang
ada di antara digester bagian dalam dengan outlet device dan blow line akan
mengakibatkan chip yang telah masak menjadi serat dan kemudian dikeluarkan
melalui outlet device.
Pulp yang telah keluar kemudian dimasukkan ke dalam PDW (Pressure
Diffuse Washer) untuk mencuci kembali pulp dari cairan hasil dari pemasakan.
Proses ini berlangsung dengan memasukkan air ke sekeliling diffuser, kemudian
11
masuk ke dalam pulp dan naik ke atas saringan ekstraksi. Setelah itu pulp masuk ke
zona washing. Pada zona ini diinjeksikan hot water untuk mencuci pulp dan
menurunkan kadar lignin pada pulp.
2.2.3.1.Deknoting
Pulp hasil proses pemasakan masih mengandung knot atau mata kayu yang
tidak masak, sehingga harus dipisahkan karena dapat mengurangi nilai hasil akhir
serta menyebabkan penurunan kualitas dan gangguan pada proses lain. Pemisahan
knot terdiri dari tiga proses yaitu primary knotter, secondary knotter, dan
mengurangi kandungan pulp sekecil apapun yang masih terdapat knot.
Proses deknoting ini menggunakan prinsip Cascade System, yaitu pulp yang
masuk ke primary knotter. Semua knot yang bersifat reject pada primary knotter
disaring kembali pada secondary knotter karena masih mengandung banyak serat
(fiber). Pada secondary knotter, sebagian pulp dipisahkan dari knot sebelum dikirim
ke coarse screen, lalu di dalam coarse screen knot dan pulp dipisahkan secara
sempurna. Knot kemudian dikembalikan menuju digester sedangkan pulp
dilanjutkan ke sistem. Reject hasil secondary knotter diumpan ke deknotting reject
cleaner yang dilengkapi dengan pasir besi.
akan di press kembali di TRPE (Twin Roll Press Evaluation) dimana sebelumnya
telah diencerkan dengan hot water.
2.2.3.4.Brown Stock Washing
Bahan kimia seperti lignin dan kotoran-kotoran yang ikut terbawa pada pulp
akan dicuci di brown stock dengan arah yang berlawanan, dimana air panas
digunakan sebagai pencuci pada tahap akhir dari rantai pencucian. Pada proses
pencucian tersebut, filtrat yang berasal dari tahap pencucian akhir akan digunakan
sebagai cairan pencuci pada tahap awal pencucian. Sehingga dengan cara ini pulp
dapat dicuci secara efisien dengan hanya memakai satu aliran air panas.
Pencucian brown stock mengalami dua tahapan, tahapan pertama di hi-heat
washing zone dan continous digester kemudian di dalam pressure diffuser washer.
Tahapan ketiga atau tahapan terkahir dalam tahapan pencucian brown stock adalah
pre-O2 washing jenis dewatering press sebelum O2 menuju ke reaktor. Pada
Dewatering Press, pulp dicuci dengan filtrat hasil dari pencuci di first post oxygen
yang terjadi sesuai dengan pengenceran dan pengentalan, sehingga tidak ada
pergantian cairan dalam dewatering press. Pada proses dewatering press, pulp
ditekan untuk mencapai sekitar 30% konsistensi dan setelah itu pulp diencer dengan
menggunakn filtrat dari first post O2 washing pada screw dilution sehingga
konsistensinya menjadi 12%. Alkali yang digunakan untuk delignifikasi
ditambahkan bersama dengan cairan pengencer. Sebelum masuk ke O2
delignifikasi, pulp yang telah dicuci kemudian dicuci lagi di dalam twin roll press
ini merupakan alat baru yang dimiliki oleh PT. Tanjungenim Lestari.
2.2.3.5.Twin Roll Press Evolution (TRPE)
Tujuan penggunaan alat ini hampir sama dengan yang lainnya.
Perbedaannya pada prinsip kerja, dimana prinsip kerja dari TRPE adalah pulp yang
masuk akan disebarkan melalui rotofonmer dan menyebabkan pulp tersebar secara
merata ke bagian penekanan (pengepressan). TRPE juga ditambahkan cairan
pencuci sehingga dapat meningkatkan efisiensi dari pencucian. Selanjutnya, pulp
akan diencerkan kembali dan ditampung dalam LC accumulator tank.
2.2.3.6.Delignifikasi Oksigen
Proses delignifikasi dapat ditunjukkan dari hasil penentuan bilangan kappa
(kappa number). Kappa number digunakan untuk menyatakan berapa jumlah lignin
14
yang masih tersisa di dalam pulp setelah pemasakan, pencucian, dan pemutihan.
Proses delignifikasi menggunakan oksigen dengan tujuan untuk menurunkan nilai
dari kandungan lignin dalam pulp. Proses oksigen delignifikasi merupakan
pemutihan tahap awal yang berguna untuk mengurangi kandungan lignin dari pulp
yang belum mengalami proses pemutihan sehingga dapat menghemat bahan kimia
yang digunakan dengan harga yang cukup mahal. Setelah mengalami proses
oksigen delignifikasi, maka bilangan kappa berkurang yakni sekitar 8-10.
Prinsip dari delignifikasi oksigen ini adalah proses oksidasi dari gugus
hidroksil lignin sehingga lignin dapat terlepas dari pulp dan larut dalam air. Pada
proses oksigen delignifikasi ini berlangsung pada konsistensi menengah dengan
temperatur dan tekanan tinggi, sedangkan bahan kimia yang dipakai adalah oksigen
dan alkali, dipakai salah satu NaOH atau white liquor oksidasi.
Delignifikasi berlangsung di dalam aliran ke atas (upflow) reaktor, dimana
waktu yang dibutuhkan (retention time) menurut waktu yang dirancang adalah satu
jam. Untuk mencegah waktu singkat di dalam reaktor yang disebabkan chanelling,
yang menyebabkan pendeknya retention time, maka aliran yang merata dan stabil
di dalam reaktor sangat diperlukan, yang dapat dicapai dengan menjaga konsistensi
pulp sekitar 10%. Pada proses delignifikasi dengan oksigen ini konsistensi dari pulp
harus diperhatikan. Hal ini diperlukan karena oksigen yang diberikan ke dalam pulp
berbentuk gas, perlu pengadukan merata agar diperoleh luas permukaan kontak
yang besar antara pulp dengan oksigen. Makin encer pulp maka oksigen yang
diberikan harus lebih banyak, hal ini sangatlah merugikan kedepannya karena
memerlukan biaya lebih untuk mendapatkan banyak oksigen.
Selama proses oxygen delignification, sebagian besar zat-zat organik
dipisahkan atau dilarutkan dari kayu, bersama-sama dengan sisa-sisa alkali. Zat-zat
organik ini dan zat-zat kimia harus dipisahkan dari pulp dan didaur ulang di
recovery boiler, sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi
steam, serta untuk mendaur ulang bahan-bahan kimia pemasakan. Pada reaktor O2
terjadi reaksi eksotermis yang menaikkan temperatur dari 101oC menjadi 106oC.
PT. Tanjungenim Lestari juga menambahkan satu unit O2 reaktor ditujukan
untuk menambah waktu tinggal dari proses pelepasan liginin dalam O2 reaktor
15
D1 D2 Pulp
D2 Stage Bleached HDT
Press
Pulp hasil dari proses pencucian selanjutnya harus melalui tahap pemutihan
(bleaching) karena pulp siap jual haruslah memiliki nilai brightness sebesar 90.
Untuk itulah perlu dilakukan proses pemutihan atau biasa disebut sebagai
bleaching. Belum putihnya pulp ini dikarenakan masih adanya lignin yang
dikandung oleh pulp meskipun pulp sudah dilignifikasi pada proses pencucian.
Lignin sebenarnya bisa dihilangkan sempurna pada proses delignifikasi dengan
mengatur reaktor pada suhu tinggi. Kelemahan pertama dari proses ini adalah
proses pemutihannya memakan waktu yang lama.
16
Kelemahan kedua dari proses ini adalah penghilangan seluruh kadar lignin
dengan pemanasan pada suhu tinggi dalam proses delignifikasi dapat menyebabkan
putusnya rantai-rantai panjang selulosa dan hemiselulosa menjadi rantai yang lebih
pendek. Pulp yang memiliki rantai selulosa dan hemiselulosa pendek akan sulit
dijadikan kertas karena tensile strength dari kertas-kertas ini sangat rendah.
Selulosa dan hemiselulosa merupakan senyawa organik yang sensitive terhadap
suhu tinggi. Oleh karena itu diperlukan proses pemutihan dan penghilangan lignin
lanjutan agar pulp memiliki brightness yang sesuai untuk dijual
Proses pemutihan di PT. Tanjungenim Lestari Pulp and Paper
menggunakan proses ECF (elementary chlorine free) yaitu proses pemutihan
dengan menggunakan senyawa klor dalam bentuk ClO2, juga ditambah peroksida
untuk meningkatkan derajat keputihan jika derajat keputihan yang diinginkan
belum tercapai. Proses pemutihan memiliki beberapa tahapan proses yang harus
dilalui, tahapan-tahapan tersebut adalah sebagai berikut:
2.2.4.1.Second Post Washing
Tahap ini melakukan pencucian dengan menggunakan air panas dimana
jumlah air yang digunakan didasarkan pada dilution factor. Filtrat dari second post
washing digunakan di first post washing dan filtrate dari first post washing dipakai
untuk cairan pengencer di screen room yang terdapat sebelum pre- O2 washing.
2.2.4.2.DO Stage
Awalnya pulp akan diencerkan menggunaka filtrat D1D2 di screw conveyor
serta ditambah larutan asam seperti HCl dan H2SO4 untuk menstabilkan pH. Pulp
17
Pulp yang sudah dipress tadi kemudian akan memiliki konsistensi tinggi,
yaitu sektitar 32% konsistensi kemudian dibawa oleh press discharger ke dillution
screw untuk diencerkan menjadi 12% konsistensi dengan menggunakan filtrat dari
D1/D2 press. Tujuan dilakukan proses pengenceran ini adalah untuk memudahkan
pulp tersebut ditransportasikan. Pada dilulltion screw juga ditambahkan caustic
yang berfungsi untuk mengendalikan pH, target pH akhir adalah sekitar 3-4.
2.2.4.4.Tahap Pemutihan Kembali (D1/D2)
Tahap ini merupakan tahapan untuk mennyempurnakan proses pemutihan
agar brightness pulp mencapai nilai standar ISO untuk produk siap jual. Pada proses
ini digunakan bahan kimia berupa ClO2 sebagai agen pemutih pada tahap ini. Dari
D1/D2 stage bleaching pulp dipompakan ke D1/D2 washing. Dari dillution screw,
pulp jatuh ke dalam stand pipe kemudian dipompakan dari MC-pump menuju D1
upflow tower, ClO2 untuk reaksi di tower ditambahkan ke dalam pulp melalui
chemical mixer. Jumlah ClO2 yang ditambahkan ditentukan berdasarkan pada laju
pulp produksi, pulp terlebih dahulu dipanaskan di ClO2 heater dengan filtrat EO
untuk menurunkan jumlah steam yang diperlukan untuk pemanasan pulp.
Setelah melewati D1 upflow tower kemudian pulp dipompakan lagi ke D2
upflow tower melalui D2 mixer dan dikeluarkan ke stand pipe MC-pump. Kemudian
dari D1/D2 stage bleaching pulp dipompakan ke D1/D2 washing. Pulp dipress dan
dikentalkan menjadi konsistensi tinggi diantara dua roll, tapi tidak terjadi
displacement washing dipress tersebut melainkan dewatering press. Setelah dipress
kemudian pulp masuk ke dillution screw untuk diencerkan menjadi 12% konsistensi
dan jatuh ke dalam stand pipe. Selesai dari D2, pulp secara kimiawi telah selesai
diputihkan dengan brightness 89% ISO. Pulp kemudian dikirim ke tangki
penyimpanan yang disebut Bleached High Density Tank (BHDT) untuk menurukan
suhunya dan homogenisasi. Proses pemutihan semuanya berlangsung pada
konsistensi medium 10–12%. Temperatur yang diinginkan untuk tahap-tahap
pemutihan antara 60–70oC untuk tahap D0, 60–80oC untuk tahap Eop, dan 70–80oC
untuk tahap D1/D2.
2.2.5. Pembentukan Lembaran Pulp (Pulp Machine)
Tujuan dari perancangan pulp mesin adalah untuk membuat pulp berbentuk
lembaran dengan kapasitas sebesar 1500 ton/ hari. Perkiraan teori dari kadar air
19
lembaran pulp yang ingin dibentuk adalah berkisar 10%. Proses ini terbagi menjadi
beberapa tahapan diantaranya Screening (Tahap Penyaringan), Wet End (Tahap
Pembentukan), Drying (Tahap Pengeringan), Cutting (Tahap Pemotongan).
Marking Warehouse
pulp yang masih berbentuk bubur dilakukan dengan cara mendistribusikan pulp di
atas wire sehingga air akan jatuh dengan gaya gravitasi, kemudian pulp dialirkan
ke atas. Pengisapan dengan menggunakan vacuum sistem air dari hasil
pengurangan di wire kemudian akan ditampung untuk digunakan kembali pada
proses penyaringan dan pemutihan pulp. Hal ini akan menyebabkan pulp
mengalami perubahan konsistensisnya menjadi sekitar 35% dan kedua sisinya
dipotong untuk merapikan lembaran dengan lebar 7,8 meter, kemudian lembaran
dikirim ke bagian pengepresan untuk mengurangi kandungan air dengan cara di
pres, dimana airnya diserap lewat felt bagian atas dan bagian bawah yang juga
berfungsi sebagai penghantar pulp ke proses selanjutnya, pada felt dipasang suction
bar yang dihubungkan dengan vacuum sistem untuk menyerap air, tingkat
kekeringan akhir (dryness) berkisar 45% -50% lalu siap ditransfer menuju dryer.
2.2.5.3.Pengeringan (Drying)
Ketika pulp bergerak melewati dryer, udara panas secara kontinyu akan
dihembuskan pada bagian permukaan atas dan bawah dari lembaran pulp.
Tujuannya adalah untuk menyebakan air yang masih terkandung didalam lembaran
pulp menguap. Saat lembaran pulp bergerak diantara blow bar, udara dihembuskan
kedalam blow bar pada bagian atas dan bawah. Fungsi dari alat blow box ini untuk
menjaga agar lembaran tetap mengambang dari permukaan blow bar, serta
membantu pulp untuk siap ditransfer menuju tahap pemotongan.
2.2.5.4.Pemotongan (Cutting)
Lembaran pulp yang telah melalui berbagai proses sebelumnya akan
dipotong dengan ukuran tertentu dan ditampung dalam layboy dengan tumpukan
yang berbentuk bale. Kemudian lembaran pulp ditimbang dengan berat berkisar
250 kg/bale, lalu bale tersebut di press dengan tekanan 1000 KN untuk memadatkan
hingga mencapai tinggi sekitar 52 cm, setelah tahap tersebut lalu bale pulp menuju
pembungkusan. Pembungkus yang digunakan terbuat dari bahan pulp itu sendiri,
hanya saja ukurannya lebih besar. Dengan menggunakan mesin yang serba
otomatis lalu bale tersebut dibungkus dengan wrapper dan kemudian diberi merk
dan cap perusahaan (PT TeL Product). Setelah dikemas kemudian dilakukan
pengikatan menggunakan kawat untuk memudahkan penyimpanan dan penjualan.
21
Dari satu bale product tersebut diikat menjadi 8 bale (berat sekitar 2 ton) kemudian
produk siap disimpan di gudang. Penyimpanan pabrik dengan menggunakan
forklift untuk siap dipasarkan ke dalam maupun keluar negeri.
NaOH yang dihasilkan selanjutnya akan digunakan pada proses cooking dan
di bleaching plant, sedangkan gas chlorine digunakan untuk sintesa asam chlorida.
Selain itu, dihasilkan pula gas hidrogen sebagai hasil samping dan dibuang sebagai
gas vent.
22
memurnikan kondensat yang kurang baik dari evaporator dan cooking plant.
Permukaan pemanas unit evaporator dibuat dua unsur lembaran. Vapour
dikondensasi di bagian samping unsur. Black liquor mengalir bebas di luar unsur
ke bagian bawahnya. Vapour sekunder dilepas dari liquor secepatnya lalu
dikeluarkan di antara unsur yang akan ke bagian vapour (vapour body) dan
selanjutnya melewati entrainment separator.
Pompa sirkulasi liquor menjaga aliran liquor konstan di atas sejumlah unsur
bebas yang diumpankan. Black liquor yang terkonsentrasi dibakar dalam recovery
boiler yang tersusun dari gas tight membran wall construction furnance, kemudian
akan dihasilkan produk berupa smelt yang berbentuk liquor selanjutnya akan
dilarutkan ke dalam smelt dissolving tank, sehingga akan menghasilkan suatu
material berupa green liquor. Material green liquor dipompakan ke tanki yang sama
dalam recausticizing plant untuk diolah kembali menjadi white liquor.
2.3.3. Recausticizing & Lime Kiln Plant
Proses recausticizing merupakan suatu proses daur ulang cairan bekas
pemasak kayu (green liquor) menjadi cairan yang dapat digunakan kembali sebagai
cairan pemasak (white liquor) dengan adanya penambahan kapur, sedangkan lime
kiln adalah suatu proses daur ulang lime mud yang terbentuk dari proses
recausticizing menjadi kapur kembali dengan cara kalsinasi di dalam rotary kiln.
Reaksi yang terjadi:
H 2O CaO Ca(OH )2 kalor
Reaksi di atas disempurnakan dalam ketiga causticizer, dengan reaksi:
Ca(OH )2 Na2CO3 2 NaOH CaCO3
Dilakukan pemisahan antara larutan NaOH dan CaCO3. sedangkan di dalam lime
kiln terjadi reaksi:
CaCO3 CaO CO2
BAB III
PERALATAN PRODUKSI
2) Rotary barker bekerja hampir sama dengan drum barker, akan tetapi hal
yang membedakannya adalah letak bagian yang bergerigi. Rotary barker pada
dinding-dindingnya memiliki gerigi-gerigi untuk menguliti kulit kayu namun tidak
berputar dan memiliki alat penggerus di bagian dasar drum guna melepaskan kulit
kayu. Kelebihan rotary barker dibanding dengan drum barker yaitu efisien
pengulitan kayu lebih tinggi karena gerigi menggerus permukaan kayu yang diiringi
24
25
dengan perputaran kayu sehingga pengulitan terjadi lebih merata. Akan tetapi
rotary barker ini memiliki kapasitas yang lebih kecil.
3) Chipper merupakan alat untuk mengecilkan ukuran log kayu menjadi serpih
kayu (chip). Kecepatan putaran chipper berkisar 1500 rpm, diameter chipper 3,5 m.
Chipper tersebut memiliki 12 pisau dalam satu chipper dengan panjang masing-
masing pisau berkisar 120 cm. Chipper ini terhubung langsung dengan conveyor
guna mengirim chip menuju chip yard.
4) Chip Screen bekerja dengan prinsip yang digunakan yaitu getaran, sehingga
chip-chip yang masuk ke screening akan terpisah dengan ukurannya. Chip screen
sangat berperan penting karena menyeragamkan ukuran chip sehingga proses
pemasakan chip berlangsung dengan merata.
2) Digester adalah alat pemasak chip yang berbentuk silinder yang disusun
tegak dan dirancang untuk tekanan serta temperatur yang tinggi. Continuous
digester merupakan tempat terjadinya proses pemasakan yang mempunyai daerah
pemasakan (cooking zone) 4 tingkat dimana pipa sirkulasi bagian atas mengalirkan
chip dan cairan dari pengeluaran HP-Feeder ke top separator di bagian atas
digester dan mengembalikan cairan yang diekstrak melalui saringan top separator
ke pemasukan pompa sirkulasi bagian atas. Chip level digester dikendalikan dengan
menjaga keseimbangan antara laju chip yang masuk dan keluar digester.
Kelebihan dari penggunaan digester continuous karena digester continuous
lebih efisien dalam hal ruang, lebih mudah untuk mengontrol dan memeberikan
hasil yang lebih baik, serta mudah untuk mengontrol komposisi liquor dan
mengurangi penggunaan bahan kimia, hemat tenaga, dan lebih efisien dari digester
batch dalam segi energi dan biaya, lebih mudah mengatur non condensable gases,
space efficient, laju alir steady state namun instalasinya lebih kompleks
27
5) TRPE (Twin Roll Press Evaluation) memiliki prinsip kerja yaitu pulp yang masuk
akan disebar melalui rotoformer, sehingga pulp terebut secara merata ke pengepresan.
Keuntungan dari alat ini adalah meningkatkan efisiensi dari pencucian pulp dengan
tambahan cairan pencuci sehingga pulp yang dihasilkan lebih baik.
6) O2 reaktor merupakan tempat terjadinya pemisahan zat organik dan sisa
alkali dari kayu. Pemisahan zat kimia tersebut ditujukan untuk didaur ulang di
recovery boiler sehingga dapat digunakan sebagai bahan baku untuk produksi
steam. Kondisi operasi yang terjadi di O2 reaktor ditujukan untuk menaikkan
temperatur dari 101oC menjadi 106oC. Selain itu, gas buangan yang tidak berguna
akan dikeluarkan menggunakan condenser dan fan buangan.
3.1.4. Tahap Bleacing
1) DO tower tempat proses reaksi pulp dengan bahan kimia bleaching.
Keuntungan dari DO Tower ini sendiri adalah suhu yang cukup rendah dan
waktu yang cukup cepat.
2) Up flow tower dan Down flow tower
3) Alat D1/D2 stage untuk meningkatkan kualitas dari bleaching itu sendiri
dengan menggunakan larutan ClO2 sebagai agen pemutih.
3.1.5. Tahap Pembentukan Lembaran Pulp
1) Screener untuk memisahkan kontaminan berdasarkan perbedaan ukuran
2) Cleaner untuk memisahkan kontaminan berdasarkan perbedaan berat jenis.
3) Foward cleaner, accept pulp akan terpental ke atas dan reject akan ke
bawah.
4) Reverse cleaner, accept akan ke bawah dan reject akan ke atas.
5) Vacuum untuk pengisapan kandungan air pada pulp.
6) Dryer untuk memberikan uap panas secara kontinyu sehingga dapat
mengeringkan lembaran pulp.
2) Screw conveyor pada chip yard digunakan untuk mengambil chip dengan
mekanisme kerjanya sama seperti mur atau baut yang memutar sehingga chip-chip
tersebut membentuk seperti tumpukan dan mudah ditransportasikan.
3.2.2. Tahap Chip Cooking
1) Air Lock Feeder
Air lock feeder merupakan sebuah alat yang dirancang berbentuk bintang
yang memiliki tujuh buah kantung (pocket) untuk membatasi jumlah udara yang
keluar dan masuk ke chip bin serta untuk membatasi jumlah udara yang keluar dari
chip bin. Selain itu juga dilengkapi dengan chip gate yang dijaga tertutup oleh
bandul. Air lock feeder ini dapat mengoptimalkan penyebaran chip ke dalam chip
bin dengan merata.
2) Chip Bin merupakan vessel penampungan chip dengan dua fungsi utama
yaitu menyediakan waktu tinggal dan kesinambungan pengoperasian digester
selama ada masalah mengenai aliran chip yang masuk ke digester. Kedua, untuk
pemanasan awal (pre-steaming) sehingga dapat menyediakan waktu tinggal yang
cukup selama proses pemanasan awal. Pada bagian bawah chip bin berbentuk
diamondback dengan tujuan untuk mendapatkan aliran chip yang merata masuk ke
dalam chip meter.
3) Chip meter berbentuk bintang yang berputar dengan tujuh buah kantong
untuk mengukur besarnya jumlah chip untuk setiap putarannya. Chip meter juga
berfungsi menentukan laju produksi digester.
30
6) Nozzle utama pada pipa utama saluran masuk steaming vessel memiliki
saringan untuk menjaga agar chip tidak terdorong dari steaming vessel ke flash tank
1 saat tekanan tidak seimbang dalam sistem.
7) Chip Chute merupakan tabung tegak yang bertekanan (vertical pressure
vessel) yang menghubungkan steaming vessel dengan HP-feeder.
8) Pada chip chute terdapat level controller valve untuk mengendali level chip
berkisar 40-60%.
9) High Pressure Feeder memiliki rotor dengan empat kantong pengisi (pocket
helical) yang mengalir dari satu sisi rotor ke sisi lainnya. HPF bekerja berputar
searah jarum jam, arah putaran sangat penting untuk diamati dikarenakan mencegah
pergeseran putaran rotor dengan rumah HPF. Tekanan HPF adalah 1375 kPa yang
dapat menyebabkan chip dikirim menuju bagian atas digester atau top separator.
34
35
hilang ataupun rusak (dalam arti sosial ekonomi dan/atau ekologis) sebagai
akibat dari usaha dan/atau kegiatan.
Pada dasarnya, dokumen RKL-RPL terdiri dari 13 parameter yang terdiri
dari kualitas udara, kebisingan, limbah padat atau landfill, sampah domestik, flora
fauna darat, kesempatan kerja, potensi konflik sosial, pengelolaan bekerja sama
dengan pemerintah daerah, kualitas air permukaan, kesempatan berusaha, potensi
konflik sosial kegiatan proses, persepsi masyarakat dan kesehatan masyarakat.
Penyusuanan dokumen Rencana Pengelolaan Lingkungan (RKL) dan
Rencana Pemantauan Lingkungan (RPL) dilatarbelakangi oleh ketentuan pada
Sistem Manajemen Lingkungan. Didasarkan pada ISO 14001 dalam Sistem
Manajemen Lingkungan terdapat tiga komitmen yaitu comply to regulation
(memenuhi peraturan), prevention to pollution (pencegahan terhadap pencemaran),
dan continue improvement (perbaikan secara berkesinambungan). Copoly to
regulation diwujudkan dengan adanya dokumen RKL, RPL, serta merupakan
kewajiban bagi perusahaan sebagai acuan untuk pengelolaan agar tidak terjadi
kerusakan terhadap lingkungan. Hal tersebut telah dibedah serta dievaluasi dengan
tanda berupa proper hijau dimana menunjukkan bahwa PT Tanjungenim Lestari
Pulp dan Paper telah melakukan pengelolaan lingkungan lebih dari yang
dipersyratkan, mempunyai sistem pengelolaan lingkungan, hubungan baik dengan
masyarakat dan telah melakukan upaya 3R (Reduce, Recause, dan Recycle).
Langkah yang dilakukan oleh PT Tanjungenim Lestari Pulp dan Paper
diantaranya membuang dan mengoperasikan unit pengolahan limbah cair diluar
proses secara kontinyu, mengendalikan pengoperasian peralatan dengan emisi debu
dan gas yang efisiensinya tinggi, mempertahankan dan memelihara areal hijau
(buffer zone) dengan luas 252 ha disekitar pabrik guna mengurangi pencemaran
udara dan suara (kebisingan) ke pemukiman sekitar serta meningkatkan dan
mempertahankan habitat bagi fauna daratan, menjaga penyediaan air bersih untuk
kebutuhan domestik, dan membangun berbagaii fasilitas umum (poliklinik, sarana
olahraga, tempat beribadah) bagi masyarakat umum (Anugrah, 2017).
Selain itu, masyarakat sekitar juga berpartisipasi dengan menyampaikan
aspirasi, kebutuhan dan nilai-nilai yang dimiliki masyarakat, serta usulan
36
8. Bark, chip, reject, dan sludge cake yang digunakan pada unit pengolah
limbah cair tersebut akan digunakan sebagai bahan bakar di power boiler.
Tujuan dari pelaksanaan terhadap pemantauan lingkungan adalah untuk
meningkatkan kualitas dari lingkungan agar dapat berjadalan sesuai dengan
fungsinya. Pada dasarnya, pengolahan limbah yang dilakukan oleh PT.
Tanjungenim Lestari Pulp & Paper ini terbagi menjadi tiga jenis, yaitu pengolahan
limbah cair, pengolahan limbah padat, dan pengendalian pencemaran udara.
Proses yang terjadi pada aerator basin yaitu penguraian senyawa organik
oleh bakteri sehingga menyebabkan terjadinya pengurangan kandungan pencemar
dalam limbah cair Pada proses dekomposisi atau penguraian senyawa-senyawa
organik, bakteri akan membutuhkan nutrient seperti nitrogen dan phospat yang
dapat disuplai dari urea dan asam fosfat. Limbah dari aeration basin akan dialirkan
lebih lanjut menuju ke secondary clarifier untuk dipisahkan dari limbah cair hasil
olahan dan hasil sebagian sludge (biomass) akan dikembalikan ke aeration basin.
Overflow limbah cair dari secondary clarifier tersebut akan dilakukan
pengontrolan kualitas yang ketat sebelum dialirkan dan dibuang ke sungai sehingga
kualitas dari buangan limbah cair olahan memiliki nilai yang tidak melebihi standar
dari kualitas baku mutu limbah cair industri pulp yang telah ditetapkan pemerintah
pada peraturan Kep-51/MENLH/10/1995 dan Keputusan oleh Gubernur Sumatera
Selatan No. 407/XI/1991. Limbah cair olahan ditampung di holding pond sebelum
dibuang ke sungai Lematang. Limbah dari holding pond akan masuk ke sungai
melalui satu buah saluran pipa dengan diameter 1,2 m dan limbah tersebut akan
dianalisa kandungan AOX-nya (Absorsable Organo Halogen) untuk mengetahui
kandungan halogen dalam limbah terolah, sebelum dibuang ke sungai Lematang.
Kualitas limbah cair akan dikontrol dengan permulaan dari pengontrolan
sumber buangan, proses pengolahan limbah cair, hingga pembuangan limbah cair
olahan menuju ke sungai Lematang. Effluent treatment beroperasi secara terus
menerus selama 24 jam. Apabila terjadi masalah di effluent treatment, maka limbah
cair akan ditampung di dalam emergency basin hingga kondisi di effluent treatment
kembali normal. Sludge dari primary clarifier dan secondary clarifier dicampur
dengan sludge dari fresh water treatment akan ditampung di sludge mixing tank
untuk dikirim ke dewatering. Sludge tersebut akan dipress di belt filter press untuk
menghasilkan sludge cake dengan konsistensi berkisar sebesar 36%. Filtrat dari
dewatering dikembalikan ke aeration basin sedangkan sludge cake sebagai produk
samping effluent treatment dikirim ke sebagai bahan bakar untuk power boiler.
PT. Tanjungenim Lestari Pulp & Paper juga memiliki IPAL lainnya yang
digunakan sebagai pengolahan limbah domestik yang berasal dari perumahan atau
townsite. Prinsip pengolahan limbah domestik adalah tahap pemisahan kotoran,
39
tahap sedimentasi, dan tahap aerasi secara biologi untuk menguraikan senyawa-
senyawa organik, serta tahap desinfektan dengan tujuan untuk menghilangkan
bakteri-bakteri yang berbahaya seperti bakteri coli. Tahap desinfektan dilakukan
dilakukan karena limbah domestik memiliki karakteristik yang berbeda dengan
limbah industri sehingga proses dan sistem pengolahannya pun harus berbeda pula.
41
MAKALAH RANCANG PABRIK
KOROSI
PT TANJUNGENIM LESTARI PULP AND PAPER
DISUSUN OLEH:
MARISSA CHANDRA 03031281520082
AULIA GAYENDRA PUTRI 03031381520068
LIFIA 03031381520057
.
.
.
JURUSAN TEKNIK KIMIA
FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS SRIWIJAYA
2018