You are on page 1of 5

Bertambahnya usia mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan dermis menjadi

lebih tipis, jumlah serat elastis berkurang dan kolagen menjadi lebih kaku. Lemak subkutan terutama di
ekstemitas berkurang. Hilangnya kapiler di kulit mengakibatkan penumnan suplai darah, kulit menjadi
hilang kekenyalannya, keriput dan menggelambir. Pigmentasi rambut menurun dan rambut menjadi
bemban, distribusi pigmen kulit tidak rata dan tidak beraturan terutama pada bagian yang selalu
terpajan sinar matahari. Kulit menjadi lebih kering dan rentan terhadap iritasi karena penumnan aktivitas
kelenjar sebasea dan kelenjar keringat sehingga menyebabkan kulit Iebih rentan terhadap gatal-gatal.
Perubahan ini membuat toleransi terhadap suhu dan pajanan sinar matahari yang ekstrim menurun. \

e. Perubahan sistem reproduksi

Saat menopause produksi estrogen dan progesteron oleh ovarium menurun. Pada wanita terjadi
penipisan dinding vagina dengan pengecilan ukuran dan hilangnya elastisitas; penumnan sekresi vagina
mengakibatkan kekeringan, gatal dan menurunnya keasaman vagina. Uterus dan ovarium mengalami
atropi. Tonus otot pubokoksigeus menurun sehingga vagina dan perineum melemas. Akibat perubahan
tersebut vagina dapat mengalami perdarahan dan nyen‘ saat senggama. Pada lanjut usia laki-laki, ukuran
penis dan testis mengecil dan kadar androgen menurun.

f. Pembahan genitourinaria

sistem genitourinaria tetap berfungsi secara adekuat pada individu lansia, meskipun terjadi penumnan
massa ginjal akibat kehilangan beberapa nefron. Perubahan fungsi ginjal meliputi penurunan laju
infiltrasi, penurunan fungsi tubuler dengan penumnan efisiensi dalam resorbsi dan pemekatan urin, dan
perlambatan restorasi keseimbangan asam basa terhadap stress. Ureter, kandung kemih dan uretra
kehilangan tonus ototnya. Kapasitas kandung kemih menurun sehingga lansia tidak mampu
mengosongkan kandung kemihnya secara sempuma. Retensi urin yang terjadi akan meningkatkan risiko
infeksi. Wanita lansia biasanya mengalami penurunan tonus otot perineal yang mengakibatkan stress
inkontinensia dan urgensi inkontinensia. Pada lansia laki-laki sering ditemukan pembesaran kelenjar
prostat (Hiperplasia Prostat Benigna) yang dapat menyebabkan retensi urin kronis, sering berkemih dan
inkontinensia.

9. Perubahan gastrointestinal

Saluran gastrointestinal masih tetap adekuat pada lansia, tetapi pada beberapa Iansia dapat terjadi
ketidaknyamanan akibat melambatnya motilitas. Sekitar setengah populasi telah habis giginya saat
bemsia 60 tahun. Meskipun merupakan konsekuensi proses penuaan yang tidak dapat dihindari,
seringkali terjadi penyakit periodontal yang menyebabkan gigi berlubang dan ompong. Aliran ludah pun
berkurang sehingga lansia mengalami mulut kering.
Peristaltic esophagus kurang efisien, sfingter gastroesofagus gagal relaksasi mengakibatkan kelambatan
pengosongan esophagus. Lansia biasanya mengeluh adanya perasaan penuh, nyeri ulu hati, dan
gangguan pencemaan. Motilitas gaster juga menurun, akibatnya terjadi keterlambatan pengosongan isi
lambung, sekresi asam dan pepsin gaster berkurang menyebabkan menurunnya absorbsi besi, kalsium
dan vitamin B12.

Absorbsi zat gizi di usus halus nampaknya juga berkurang dengan bertambahnya usia namun masih tetap
adekuat. fungsi hepar, kandung empedu dan pankreas biasanya tetap dapat dipertahankan meski tidak
efisiennya dalam absorbsi dan toleransi terhadap lemak.

H. Perubahan musculoskeletal

Pada wanita pasca menopause mengalami kehilangan densitas tulang yang massif akan mengakibatkan
osteoporosis dan berhubungan dengan kurang aktivitas, masukan kalsium yang tidak adekuat dan
kehilangan estrogen. Pengurangan dan penyusutan tinggi tubuh akibat dari perubahan osteoporotic
pada tulang punggung, kifosis dan fleksi pinggul serta lutut. Perubahan ini menyebabkan penurunan
mobilitas, keseimbangan dan fungsi organ internal.

Ukuran otot berkurang dan otot kehilangan kekuatan, fleksibilitas dan ketahanannya sebagai akibat
penurunan aktivitas dan penuaan. Kartilago sendi memburuk secara progresif mulai usia pertengahan.

I. Perubahan sistem persarafan

Pada Iansia terjadi perubahan struktur dan fungsi sistem saraf. Massa otak berkurang secara progresif
akibat dari berkurangnya sel saraf yang rusak dan tidak dapat diganti. Juga terjadi penurunan sistesis dan
metabolism neurotransmiter utama. Impuls saraf dihantar Iebih lambat, sehingga lansia memerlukan
waktu yang lebih lama untuk merespon dan bereaksi. Kinerja sistem saraf otonom berkurang efisiensinya
dan mudah terjadi hipotensi postural yang menyebabkan seseorang merasa pusing saat berdiri dengan
cepat. Homeostasis juga lebih sulit untuk dijaga, perubahan sistem saraf seiring dengan penurunan aliran
darah otak, walau dalam kondisi normal pasokan glukosa dan oksigen masih mencukupi.

J. Pembahan sensorik

Kehilangan sensorik akibat penuaan mengenai organ sensorik penglihatan, pendengaran, pengecap,
peraba dan penghidu serta dapat mengancam interaksi dan komunikasi dengan lingkungan.
Pada penglihatan, sel tengah lensa yang tidak pemah digantikan dengan sel baru akan menjadi kuning,
kaku, padat dan berkabut. Sedangkan pada bagian permukaan lensa yang selnya selalu baru membuat
bagian Iuar lensa mata tetap elastis untuk akomodasi dan berfokus pada jarak jauh dan dekat. Akibatnya
lensa menjadi kurang Heksibel dan titik dekat fokus berpindah lebih jauh (Presbiopi). Lansia
membutuhkan kacamata baca untuk memperbesar obyek. Selain itu lensa yang menguning dan berkabut
menyebabkan sinar berpendar yang membuat lansia sangat peka terhadap sinar yang menyilaukan.
Kemampuan membedakan hijau dan biru juga berkurang. Pupil berdilatasi dengan lambat karena otot
iris menjadi semakin kaku. Lansia memerlukan sinar yang lebih lama untuk menyesuaikan diri dengan
lingkungan gelap dan terang serta memerlukan sinar yang lebih terang untuk melihat benda yang sangat
dekat.

Kehilangan kemampuan untuk mendengar nada frekuensi tinggi terjadi pada usia pertengahan.
Kehilangan pendengaran yang berhubungan dengan usia ini disebut presbikusis, disebabkan karena
perubahan telinga dalam yang irreversible. Seringkali lansia tidak mampu melakukan percakapan karena
nada konsonan frekuensi tinggi seperti huruf f, s, th, ch, sh, b, t, p semuanya terdengar sama.
Ketidakmampuan berkomunikasi membuat mereka merasa terisolasi dan menarik diri dari pergaulan.
Perilaku lansia ini sering disalahkaprahkan sebagai kebingungan atau “senile ”. Bila dicurigai ada
gangguan pendengaran, maka harus dilakukan kajian telinga dan pendengaran.

Indera peraba memberikan pesan yang paling mudah diterjemahkan. Meskipun respon sensorik akan
menumpul seiring bertambahnya usia, namun tidak menghilang. Lansia senang menyentuh dan
disentuh, sehingga perawat dapat meningkatkan kontak rabaan dengan menawarkan tindakan
menggaruk punggung, pijatan di kaki, atau sentuhan lembut agar lansia tetap merasa memiliki perasaan
sejahtera dan mengurangi perasaan terasing.

Diantara rasa dasar manis, asam, asin dan pahit hanya rasa manis yang paling tumpul pada lansia.
Mereka sering menggunakan gula secara berlebihan, juga makanan asin dan berbumbu.

5. perubahan psikososial

Lansia yang sehat secara psikososial dapat dilihat dari kemampuannya beradaptasi terhadap kehilangan
fisik sosial dan emosional serta mencapai kebahagiaan, kedamaian dan kepuasan hidup. Ketakutan
menjadi tua dan tidak mampu produktif lagi memunculkan gambaran yang negatif tentang proses
menua. Banyak kultur dan budaya yang ikut menumbuhkan anggapan negatif ini, dimana lansia
dipandang sebagai individu yang tidak mempunyai sumbangan apapun terhadap masyarakat dan
memboroskan sumber daya ekonomi. Perawat dapat memberikan dorongan ikut serta dalam membuat
keputusan, kemandirian, aktivitas sosial lansia. Memberikan keluwesan, humor dan rasa keingintahuan
kepada lansia dapat meningkatkan adaptasi sosial dan psikologis serta citra diri yang positif. Perawat juga
hams memiliki pemahaman yang holistik tentang proses penuaan dan memperlakukan lansia dengan
hormat agar lansia mampu membuat keputusan dan mempertahankan otonomi sehingga kualitas hidup
mereka akan meningkat.

6. Perkembangan kognitif

Banyak mitos yang berkembang dimasyarakat tentang penurunan intelegensia lansia dan anggapan
bahwa lansia sulit untuk diberikan pelajaran karena proses pikir yang mulai melambat., mudah lupa,
bingung dan pikun. Padahal penelitian memperlihatkan bahwa lingkungan yang memberikan stimulasi,
tingkat pendidikan yang tinggi, status pekerjaan dan kesehatan kardiovaskular yang baik dapat
memberikan efek positif terhadap angka intelegensi lansia. Kemampuan belajar dan menerima
keterampilan serta informasi baru akan menurun pada individu yang telah melewati 7O tahun. Meskipun
banyak individu yang lebih tua tetap belajar dan berpartisipasi dalam berbagai pengalaman pendidikan.
Motivasi, kecepatan kinerja, kesehatan yang buruk dan status fisik kesemuanya mempakan faktor
penting yang mempengaruhi kemampuan pembelajaran. Pada lansia kehilangan ingatan jangka pendek
dan baru merupakan hal yang sering terjadi. Kehilangan indera, adanya distraksi dan tidak tertarik akan
informasi dapat semakin mengganggu lansia dalam belajar. Jika tidak ada masalah patologis pada lansia
disebut pelupa senilis benigna.

Perawat dapat mempermudah proses kemampuan belajar lanjut usia dengan cara memberikan tehnik
untuk meningkatkan daya ingat untuk memperkuat mengingat data yang berhubungan, mendorong
penggunaan intelegensia secara terus menerus, menghubungkan informasi baru dengan informasi yang
telah dikenal sebelumnya, mendorong lansia menggunakan kaca mata dan alat bantu pendengaran,
menggunakan penerangan yang tidak menyilaukan, menyediakan suasana yang nyaman dan tenang,
menentukan sasaran jangka pendek, periode mengajar diatur sesingkat mungkin, memberi jeda waktu
tugas sesuai dengan stamina kelompok, mendorong partisipasi verbal para peserta, menganjurkan cara
belajar yang positif.

You might also like