Professional Documents
Culture Documents
OLEH:
EP-5C
2018
ABSTRACT
PENDAHULUAN
Setelah terjadinya peristiwa krisis moneter yang terjadi pada saat pemerintahan
Soeharto , membuat ekonomi Indonesia mengalami penurunan yang drastis , seperti
turunnya harga rupiah dan peningkatan inflasi yang semakin tinggi. Pergantian
pemerintahan pun dilakukan agar dapat memulihkan krisis ekonomi yang terjadi.
Selama beberapa dekade pergantian pemerintahan sampai saat ini, ekonomi di Indonesia
sudah menunjukkan peningkatan dan perbaikan yang cukup baik, sedikit demi sedikit
Indonesia dapat meninggalkan krisis ekonomi tersebut .
Suku bunga adalah satu kebijakan moneter yang dilakukan oleh Bank Sentral
dengan menambah atau mengurangi jumlah uang dengan cara menaikan atau
menurunkan tingkat suku bunga. Jika Bank Sentral menaikan tingkat suku bunga
diharapkan masyarakat tertarik untuk menyimpan uang di bank dan dengan demikian
jumlah uang yang beredar berkurang. Selain itu kenaikan suku bunga tabungan akan
meningkatkan suku bunga kredit, dengan naiknya suku bunga kredit maka minat untuk
mengajukan kredit akan berkurang.
PEMBAHASAN
1
Badan Pusat statistik, 2014
perekonomian makro dibidang perbankan ini dapat kita rasakan pertumbuhan ekonomi
itu meningkat.Bank Indonesia (BI) memperkirakan pertumbuhan ekonomi sepanjang
triwulan I-2011 masih akan tumbuh tinggi, yakni di kisaran 6,4 persen. Sehingga,
sepanjang tahun. Pendapat Domestik Bruto (PDB) Indonesia saat ini menempati urutan
ke-18 dari 20 negara yang mempunyai PDB terbesar di dunia. Hanya ada 5 negara Asia
yang masuk ke dalam daftar yang dikeluarkan oleh Bank Dunia. Kelima negara Asia
tersebut adalah Jepang (urutan ke-2), Cina (urutan ke-3), India (urutan ke-11), Korea
Selatan (urutan ke-15). Indonesia yang kini mempunyai PDB US$700 miliar, boleh saja
bangga. Apalagi, dengan pendapatan perkapita yang mencapai US$3000 per tahun
menempatkan Indonesia di urutan ke-15 negara-negara dengan pendapatan perkapita
yang besar.
Indonesia telah menikmati pertumbuhan yang kuat dan stabil selama satu
setengah dasawarsa sejak terjadinya Krisis Asia (Tabel 1). Kinerja tersebut sebagian
besar dihasilkan dari reformasi kebijakan yang dilaksanakan selama periode tersebut,
khususnya dalam hal kerangka kerja ekonomi makro yang kokoh. Sebagian besar
dari pertumbuhan tersebut didorong dari dalam negeri, di mana konsumsi rumah
tangga secara khusus memberikan landasan yang mantap dan kuat. Kondisi pasar
tenaga kerja yang telah membaik serta program pengentasan kemiskinan yang
semakin efektif telah membantu meningkatkan pendapatan dan kepercayaan rumah
tangga. Sektor eksternal juga memainkan peran penting, khususnya melalui
permintaan global untuk ekspor komoditas. Laju reformasi telah menurun, dan
hal tersebut mungkin sebagian diakibatkan oleh perlambatan pertumbuhan
yang terjadi akhir-akhir ini.
Kebijakan Moneter adalah upaya penguasa moneter yaitu Bank Sentral untuk
memengaruhi perkembangan variabel moneter demi tercapainya tujuan perekonomian.4
Kebijakan moneter adalah salah satu bagian integral dari kebijakan ekonomi makro
2
Pohan, 2008
3
Badan Pusat Statistik, 2014
4
Litteboy, dkk (2006:198) dan Mishkin (2004:257)
yang ditujukan untuk mendukung sasaran ekonomi makro yaitu pertumbuhan ekonomi
yang tinggi, stabilitas harga, pemerataan pembangunan dan keseimbangan neraca
pembayaran.5 Kebijakan Moneter ada dua macam yaitu, kebijakan moneter kontraktif
dan kebijakan moneter ekspansif. Kebijakan moneter ekspansif dilakukan untuk
mendorong kegiatan ekonomi dengan cara meningkatkan jumlah uang beredar,
sedangkan kebijakan moneter kontraktif dilakukan untuk memperlambat kegiatan
ekonomi dengan mengurangi jumlah uang beredar. 6
Kebijakan moneter adalah salah satu elemen kebijakan ekonomi tidak terlepas
dari kesulitan yang dalam mengakomodasi berbagai sasaran kebijakan secara
serentak. Kesulitan tersebut telah berlangsung sejak periode sebelum krisis dan akhirnya
berdampak negatif terhadap kondisi fundamental ekonomi makro, di mana sebelumnya
kondisi makroekonomi berdasarkan hasil pengamatan dianggap cukup kuat ternyata
tidaklah sekuat yang diyakini semula. Sebagai salah satu instrumen kebijakan
ekonomi makro, kebijakan moneter memiliki peran yang sangat penting dalam
penyelesaian krisis ekonomi yang sedang terjadi di Indonesia. Apalagi mengingat
bahwa krisis ini telah berkembang menjadi fenomena yang dikenal sebagai
financial distress, yaitu proses demonetisasi berupa penurunan permintaan akan
likuiditas perekonomian sebagai akibat meningkatnya permintaan akan uang kartal.
Apabila dibiarkan terus berlanjut, proses ini akan menimbulkan dampak
negatif terhadap pertumbuhan ekonomi jangka panjang. Pemicu terjadinya
fenomena flight to currency yang begitu tiba-tiba adalah ketidak pastian nilai tukar
rupiah. 7Oleh karena itu, upaya pemulihan ekonomi sangat tergantung kepada
ketepatan strategikebijakan moneter yang diambil, khususnya dalam rangka
mengembalikan kepastian nilai tukar.
Strategi kebijakan moneter merupakan bagian dari kebijakan makro yang
bertujuan untuk mengendalikan stabilitas nilai mata uang. Apabila stabilitas
kegiatan ekonomi terganggu, maka salah satu kebijakan yang bisa digunakan
adalah kebijakan moneter untuk memulihkannya dengan serangkaian tindakan
stabilisasi. Ada beberapa penyebab kegagalan dalam pengendalian stabilitas nilai
5
Iswardono (1997:126)
6
Warjiyo, 2004.
7
McNelis, 1988.
uang yaitu adanya ketidakstabilan pengganda uang (money multipler), velositas
jumlah uang yang beredar (velocity of money) sampai dengan perubahan
paradigma mekanisme transmisi kebijakan moner.
Kebijakan moneter suatu bank sentral atau otoritas moneter dimaksudkan
untuk mempengaruhi kegiatan ekonomi riil dan harga melalui mekanisme
transmisi yang terjadi. Untuk itu, otoritas moneter harus memiliki pemahaman
yang jelas tentang mekanisme transmisi di negaranya. Mekanisme transmisi
kebijakan moneter dapat bekerja melalui berbagai saluran, seperti suku bunga,
agregat moneter, kredit, nilai tukar, harga aset, dan ekspektasi.8 Sehingga,
pemahaman tentang transmisi kebijakan moneter menjadi kunci agar dapat
mengarahkan kebijakan moneter untuk mempengaruhi arah perkembangan ekonomi
riil dan harga di masa yang akan datang.
Paradigma baru ini telah ditegaskan dalam UU No. 23 Tahun 1999 dan
amandemen UU No. 3 Tahun 2004 sebagai landasan penerapan kerangka kerja
infasi targeting di Indonesia. Kerangka kerja tersebut menyebutkan bahwa sasaran akhir
kebijakan moneter adalah tercapainya kestabilan nilai rupiah. Sasaran inflasi ditetapkan
dengan memperhatikan kondisi makro, proyeksi arah pergerakan ekonomi dan
pertimbangan kerugian sosial (social welfare) sebagai akibat adanya kebijakan yang
telah dilakukan. Selain itu kerangka kerja targeting inflasi diharapkan dapat
menciptakan tingkat inflasi rendah dan stabil yang menunjang pertumbuhan
ekonomi dalam jangka pendek, sedangkan dalam jangka panjang pertumbuhan
ekonomi dipengaruhi oleh teknologi, tingkat produktivitas, pertumbuhan
angkatan kerja dan iklim yang kondusif.9
8
Warjiyo dan Agung, 2002.
9
Hutabarat, 2000.
3.4.Pengaruh Kebijakan Suku Bunga terhadap Perekonomian
1. Pengaruh Suku Bunga terhadap Kapasitas Produksi
Dari sisi industri dalam negeri, kenaikan pada suku bunga yang
dilakukan oleh Bank Sentral seiring dengan berjalannya waktu, akan ada
dampak pada jumlah produksi. Sisi positifnya adalah tenaga kerja semakin
bertambah, hasil produksi meningkat, akibatnya kapasitas ekspor bertambah
sehingga jumlah pengangguran juga menurun akibat banyaknya tenaga kerja
yang terserap di dalamnya.
Efek jangka panjangnya adalah devisa yang masuk ke negara tersebut
juga akan semakin besar sehingga akan semakin menguatkan nilai tukar mata
uang dalam negeri. Hal ini berlaku pula sebaliknya, jika saja suku bunga
menurun, biasanya pelaku industri akan meresponsnya dengan menurunkan
produksi dalam negeri sebagai akibat dari kebijakan manajemen risiko untuk
meminimalkan potensi kerugian.
Dilihat dari manajemen risiko kredit, kenaikan suku bunga seringkali
dikhawatirkan oleh para kreditur/bank umum. Misalnya saja untuk industri
properti, bisa mengakibatkan tingkat penjualan perumahan semakin menurun.
Jika dipaksakan akan berimbas pada kredit macet.
Pada prinsipnya suku bunga adalah harga atas penggunaan uang atau sebagai
sewa atas penggunaan uang dalam jangka waktu tertentu, yang umumkan dalam
'persentase'. Suku bunga berhubungan negatif terhadap Investasi. Semakin rendah
tingkat bunga semakin banyak investasi yang dilakukan para pengusaha. Tingkat
investasi yang tinggi akan mendorong pendapatan nasional sehingga pertumbuhan
ekonomi akan meningkat.
Setiap masyarakat (atau investor) yang melakukan interaksi dengan bank, baik
interaksi dalam bentuk simpanan, maupun pinjaman (kredit), akan selalu terkait dan
dikenakan dengan yang namanya bunga. Bagi masyarakat (atau investor) yang
menanamkan dananya pada bank, baik itu simpanan tabungan, deposito dan giro akan
diberikan suku bunga simpanan (dalam bentuk %).
Suku bunga ini merupakan rangsangan dari bank agar masyarakat mau
menanamkan dananya pada bank. Semakin tinggi suku bunga simpanan, maka
masyarakat akan semakin giat untuk menanamkan dananya pada bank, dikarenakan
harapan mereka untuk memperoleh keuntungan. Dan begitu sebaliknya, semakin rendah
suku bunga simpanan, maka minat masyarakat (atau investor) dalam menabung akan
berkurang sebab masyarakat berpandangan tingkat keuntungan yang akan mereka
peroleh dimasa yang akan datang dari bunga adalah sangat kecil.
Saran
Dengan adanya kebijakan moneter khususnya pada suku bunga diharapkan pemerintah
mampu mengambil kebijakan yang sesuai dengan kondisi perekonimian di Indonesia
dengan begitu perekonomian Indonesia akan berlangsung stabil.
DAFTAR PUSTAKA
Warjiyo , Perry dan Zulverdi, Doddy, “Penggunaan Suku Bunga Sebagai Operasional
Kebijakan Moneter Di Indonesia”, Buletin Ekonomi Moneter dan Perbankan,
Juli 1998. Diakses 25 September 2018.
Wahyudi, Eko, “Pengaruh Suku Bunga Bank Indonesia (Bi Rate) Dan Produk Domestik
Bruto (PDB)Terhadap Laju Inflasi Di Indonesia Periode Tahun 2000.1-
2013.4”, Jurnal Ilmiah. Diakses 25 September 2018.
I Gede Agus Angga Saputra1 dan Ida Bagus Dharmadiaksa, “Pengaruh Tingkat Suku
Bunga, Nilai Tukar Rupiah, Leverage Dan Profitabilitas Pada Return Saham”,
E-Jurnal Akuntansi Universitas Udayana Vol.16.1. Juli (2016): 675-701.
Diakses 25 September 2018.
Umi Mardiyati dan Ayi Rosalina, “Analisis Pengaruh Nilai Tukar, Tingkat Suku Bunga
Dan Inflasi Terhadap Indeks Harga Saham”, Jurnal Riset Manajemen Sains
Indonesia (JRMSI)│Vol. 4, No. 1, 2013. Diakses 25 September 2018.
Erawati, Neny dan Llewelyn, Richard 2002, “Analisa Pergerakan Suku Bunga dan Laju
Ekspektasi Inflasi Untuk Menentukan Kebijakan Moneter Di Indonesia”.
Diakses 25 September 2018.
Miftahul Jannah dan Nurfauziah, “Analisis Pengaruh Nilai Tukar Rupiah, Tingkat Suku
Bunga Sbi (Bi Rate) Dan Harga Emas Dunia Terhadap Indeks Lq45 Di Bursa
Efek Indonesia”, Jurnal Manajemen Maranatha Nomor 2, Mei (2018). Diakses
25 September 2018.