You are on page 1of 9

REVIEW JURNAL INTERNASIONAL

Planning Coastal Areas and Waterfronts for Adaptation to Climate Change in


Developing Countries

Disusun untuk memenuhi Tugas Mata Kuliah Pengelolaan Wilayah Pesisir dan Pulau-
Pulau Kecil (TKP 511)
Dosen Pengampu: Grandy Loranessa Wungo, ST, MT

Disusun oleh:

Vitalia Irmawati 21040115120028

DEPARTEMEN PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA


FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
Pendahuluan
Jurnal coastal planning ini membahas mengenai perencanaan adaptasi suatu wilayah
pesisir terhadap perubahan iklim khususnya di negara berkembang. Wilayah pesisir di
negara berkembang banyak menarik minat masyarakat karena kegiatan ekonominya
seperti transportasi laut, sumber daya,rekreasi dan pariwisata serta berbagai spesies dan
habitat yang memberikan manfaat kepada masyarakat. kepadatan penduduk di wilayah
pesisir tiga kali lebih tinggi dibanding rata-rata secara global, hampir seperempat populasi
dunia bertempat tinggal kurang dari 100 km jarak pantai dan 100 m diatas permukaan laut.
Perencanaan yang dilakukan yaitu dari tahap menilai kerentanan pesisir, baru kemudian
melakukan pengembangan strategi adaptasi.
Menilai Kerentanan Pesisir
Menilai kerentanan dari segi atau kondisi sosial, ekonommi dan lingkungan masyarakat
saat ini guna menetukan tujuan-tujuan yang yang gagal diatasi oleh rencana pembangunan
serta memproyeksikan tantangan pembangunan yang akan dihadapi dimasa mendatang.
Menilai dampak Dampak langsung dari perubahan iklim pada wilayah pesisir. Menilai
dampak perubahan iklim saat ini dan masa mendatang pada kondisi lingkungan dan sosial-
ekonomi, dampak langsung dari perubahan iklim pada daerah pesisir termasuk kenaikan
permukaan laut, gelombang badai dan hujan lebat, meningkatnya suhu air dan pasang air
laut, menjadi faktor yang memberikan dampak secara tidak langsung bagi kesehatan dan
keselamatan masyarakat khususnya wilayah pesisir. Mengidentifikasi hubungan antara
tujuan pembangunan yang belum terpenuhi dan kerentanan terhadap perubahan iklim yang
menjadi faktor penyebab kerentanan, mengidentifikasi tujuan dan kapasitas proses
adaptasi, membangun dan menentukan skenario kerentanan di masa depan dan pengaruh
timbal balik antara perubahan iklim dan pembangunan yang mengadopsi konteks adaptasi
perubahan iklim untuk mencegah adanya maladaptasi di negara berkembang.
Menilai rencana pengembangan kerentanan
Rencana pengembangan faktor utama gagal untuk mengatasinya di wilayah pesisir dan
memiliki efek tidak langsung pada perubahan iklim di negara-negara berkembang termasuk
penggunaan sumber daya yang besar, pencemaran industri dan kegiatan pertanian, tingkat
urbanisasi yang tinggi dan tidak terkendali, perubahan penggunaan lahan, pengelolaan
kawasan pesisir yang tidak berkelanjutan, menurunnya layanan dan kemiskinan semakin
meluas, buta huruf dan masalah kesehatan. Tekanan pada sumber daya alam seperti
memancing dengan metode panen yang merusak menghancurkan karang, merusak habitat
dan berkurangnya rumput laut. Pembuangan limbah dari adanya kegiatan industri ,
pertanian, pupuk dan logam berat ke pesisir pantai yang memiliki efek toksik jangka
panjang karena terakumulasi dalam jaringan ikan juga kegiatan ekstraktif seperti
penambangan pasir dan hidrokarbon yang menyebabkan erosi pantai dan tumpahan
minyak yang menyebabkan kontaminasi air. Urbanisasi yang cepat dengan kepadatan
penduduk yang tinggi di sepanjang garis pantai menekan sumber daya alam, kepadatan
penduduk rata-rata di wilayah pesisir global adalah sekitar 80 orang per kilometer persegi
tetapi di daerah pesisir di Afrika utara mencapai 500 hingga 1.000 orang per kilometer
persegi. Perubahan penggunaan lahan pada kawasan waterfront atau lahan basah seperti
mangrove menjadi kawasan perkotaan dan industri yang terus berkembang. Pembuangan
limbah perkotaan tanpa adanya pengolahan terlebih dahalu yang menyebabkan
penyebaran serta penularan penyakit, berkurangnya jumlah oksigen di air yang
menyebabkan terganggunya pertumbuhan reproduksi ekosistem. Dibeberapa negara
berkembang, lebih dari 90% air limbah domestik dibuang diperairan pantai tanpa adanya
pengolahan terlebih dahulu sehingga menyebabkan kematian kurang lebih 3 juta orang
yang disebabkan oleh penyakit karena tercemarnya air. Struktur rekayasa seperti
bendungan dan struktur rekreasi di kawasan pesisir mungkin mengubah pola sirkulasi air
tawar, sedimen dan pengiriman nustrisi ke ekosistem laut. Manajemen yang tidak
berkeanjutan, serta hanya fokus kepada pembangunan ekonomi tanpa memperhatkan isu-
isu lingkungan dan tidak adanya pengelolaan sektor ekonomi yang terpadu termasuk
pariwisata, perikanan, pertanian, budidaya perairan, kehutanan, manufaktur, ekstraksi
minyak dan gas, pembuangan limbah, transportasi laut, dan pengembangan real estat di
kawasan pesisir. Sebagian besar negara berkembang mengalami penurunan kualitas
layanan dan semakin menyebar luasnya kemiskinan, buta huruf dan masalah kesehatan.
Kurang lebih 17% penduduk di negara berkembang memiliki penghasilan di bawah $ 1,25
perhari pada tahun 2011. Sedangkan di Afrika lebih dari 50% penduduk menderita penyakit
akibat tercemarnya air yang dikonsumsi seperti kolera dan diare pada bayi. Setidaknya 3,6
detik orang meninggal karena kelaparan, lebih dari 40% penduduk dunia tidak memiliki
sanitasi dasar dan dari satu miliar orang masih menggunakan sumber air minum yang tidak
aman. Sedangkan 38% penduduk dewasa di Afrika buta huruf dua pertiganya adalah
wanita. Pembangunan yang tidak terpenuhi melipatgandakan dampak perubahan iklim,
meningkatkan kerentanan wilayah pesisir terhadap perubahan iklim dan menghambat
proses adaptasi dan pengembangan.
Menilai Kerentanan terhadap perubahan iklim
Menilai kerentanan iklim saat ini dan masa mendatang terhadap kondisi lingkungan dan
sosial ekonomi. Dampak perubahan iklim mengubah pada wilayah pesisir seperti
meningkatnya permukaan air laut, gelombang badai dan hujan lebat, meningkatnya suhu
serta pengasaman laut. Secara global permukaan air laut mengalami peningkatan rata-rata
1,7 mm/tahun pada tahun 1900 dan 2010, peningkatan tertinggi yaitu 3,2 mm/tahun 1993-
2010, yang berarti selama abad ke 20 peningkatan permukaan air laut kurang lebih 28 cm,
dan diproyeksikan menjadi 0,28-0,98 m pada tahun 2100 yang kebanyakan mengancam
wilayah pesisir dan daerah dataran rendah, sedangkan peningkatan permukaan air laut
bisa lebih tinggi dari yang telah diproyeksikan. Peningkatan permukaan air laut ini
disebabkan adanya pemanasan global sehingga suhu semakin meningkat, es mencair dan
meningkatnya permukaan air laut. Kenaikan permukaan air laut tidak lepas dari aktivitas
manusia terhadap erosi pantai yang mengarah ke permukiman, fasilitas rekreasi dan dekat
pantai dan tepi laut merendam lahan basah yang diperuntukkan bagi habitat dari beberapa
tanaman dan hewan. Meningkatkan salinitas air tanah serta mendorong air asin terus ke
akuifer bawah tanah yang meyebabkan tekanan air negara-negara berkembang. Wilayah
pesisir juga rentan terhadap peningkatan intensitas gelombang badai dan siklon tropis
sebagai akibat dari kenaikan permukaan laut, zona efek gelombang badai mulai dari 25 Nm
hingga 500 Nm, kerusakan lingkungan dan infrastruktur menyebabkan kerugian tahunan
yang diperkirakan dengan miliaran dolar, membunuh sekitar 10.000 orang dan
menghancurkan habitat. Suhu permukaan laut juga mengalami peningkatan secara
signifikan selama 30 tahun terakhir disepanjang lebih dari 70% garis pantai dunia. Tingkat
kenaikan suhu rata-rata 0,180C perdekade. Pemanasan memengaruhi habitat lautseperti
bakau dan memaksa spesies untuk bermigrasi ke arah utara, beberapa ekosistem yang
tidak dapat bertahan karena peningkatan suhu akan mati atau punah. Semua dampak dari
perubahan iklim akan berpengaruh terhadap kegiatan ekonomi yang mengalami kerugian
besar, kerugian ekonomi diperkirakan $ 700 miliar, mendekati 1% PDB global dan 7% dari
PDB di negara berkembang pada tahun 2010, tahun 2030 kerugian ekonomi global
mendekati 2,1% dari PDB globabl, sebagian besar wilayah yang terkena dampak adalah
sub-Saharan Afrika, pulau-pulau kecil, negara berkembang dan Asia Selatan. Peningkatan
permukaan air laut akan berpengaruh terhadap transportasi laut yang memenuhi 80%
distribusi pengangkutan dunia karena pelabuhan yang terendam. Meningkatnya suhu dan
pengasaman laut juga akan berpengaruh terhadap distribusi dan produktivitas perikanan
yang menyediakan mata pencaharian 35 juta penduduk yang kebanyakan dari mereka
tinggal di negara-negara berkembang. Hilangnya fasilitas rekreasi pantai dan pemutihan
terumbu karang akan mengancam kepariwisataan yang menyediakan devisa di 46 dari 49
negara berkembang. Ketersediaan spesies dan habitat seperti lahan basah pesisir dan
bakau memberikan manfaat bagi masyarakat dan ekosistem, menjaga ekologi,
menciptakan zona penyangga yang efektif untuk melindungi garis pantai dari erosi dan
menjadi habitat bagi banyak spesies. Dampak dari perubahan iklim akan berpengaruh pada
perkotaan dan infrastruktur karena berkurangnya lahan, kerusakan bangunan akibat banjir
dan menurunnya tingkat investasi real estate dikawasan pesisir.
Memetakan kerentanan penggunaan lahan
Memetakan perubahan penggunaan lahan serta kegiatan yang berperan dalam perubahan
iklim dan merusak rencana pembangunan. Pemetaan perubahan penggunaan lahan akan
membahas bagaimana perubahan penggunaan lahan mempercepat perubahan iklim.
Memetakan kerentanan melalui data (peta & foto udara) dan peralatan (Sistem Informasi
Geografis GIS, Penginderaan Jauh dan GPS Sistem Pemosisian Global) sangat penting
untuk penilaian yang efektif dan valid. Data penting yang digunakan termasuk peta sejarah,
peta penggunaan lahan, data pasang surut dan kondisi biofisik, data data pada elemen
iklim, laju resesi garis pantai, dan informasi geodetik juga diperlukan untuk memetakan
potensi luasnya genangan dari peningkatan permukaan laut dan gelombang badai akibat
dari perubahan iklim saat ini dan masa depan pada tahun 2050 dan 2100 untuk
menentukan area yang tidak stabil akibat adanya kerentanan.

Gambar 1 (a) Kerentanan terhadap curah hujan ekstrem di di Tenggara


Queensland, Australia; (b) Eksposur; (c) Kepekaan; (d) Adaptif
Kapasitas. Gambar (a) menggambarkan integrasi dari tiga komponen
(paparan, kepekaan dan Kapasitas Adaptif) menjadi kerentanan bersih.

Mengembangkan Strategi Adaptasi


Menentukan strategi dan langkah-langkah adaptasi yang berhubungan dengan
perencanaan penggunaan lahan, kemudian memilih dan memprioritaskan adaptasi dengan
menggunakan analisis multi kriteria untuk memilih opsi terbaik melalui implementasi dan
pengarusutamaan pembangunan berkelanjutan dengan adaptasi sebagai bagian dari
pengkondisian rencana yang komprehensif, kemudian pemantauan dan evaluasi untuk
mengatasi hambatan dan terus mengetahui progres terkait target.

Menilai rencana Nilai kerentanan Penilaian kerentanan:


pengembangan terhadap perubahan  Identifikasi tujuan dan
kerentanann iklim objektif
 Identifikasi kapasitas
/kemampuan adapttasi
Memetakan kerentanan  Membangun skenario
penggunaan lahan sosial ekonomi

Menentukan tindakan dan


strategi adaptasi

Memprioritaskan pilihan
adaptasi
Proses adaptasi

Implementasi dan
pengarusutamaan

Pemantauan dan evaluasi

Gambar 2 Kerangka kerja adaptasi perubahan iklim yang berkelanjutan

Menentukan tindakan dan strategi adaptasi


Perencanaan penggunaan lahan adalah penggunaan lahan dan sumber daya alam dengan
cara yang efektif serta efisien dengan pemnafaatan lahan yang baik guna meningkatkan
kondisi ekonomi dan sosial masyarakat guna menjaga sumber daya di masa depan yang
berperan penting dalam adaptasi perubahan iklim. Banyak startegi kunci yang dapat
diadaptasi mengenai perubahan iklim dan perubahan penggunaan lahan melalui
pengembangan dan konservasi serta meningkatkan pembangunan berkelanjutan dengan
strategi yang membantu melindungi lingkunga menjadikan komunitas yang menarik, lebih
kuat secara ekonomi dan lebih beragam secara sosial di wilayah pesisir negara
berkembang. Mempertimbangkan adaptasi perubahan iklim kedalam manajemen kegiatan
perairan seperti perikanan, parwisata, dan transportasi laut, pengelolaan pesisir terpadu
dan perencanaan tata ruang maritim guna memastikan pertumbuhan di kawasan maritim,
penggunaan sumberdaya laut tetap berkelanjutan. Melindungi ekosistem pesisir melalui
pengelolaan yang berkelanjutan dengan mempertimbangkan ancaman perubahan iklim
memberikan perlindungan pesisir yang sesuai dan bertanggung jawab secara ekologis
terhadap pemukiman pesisir dan warisan alam atau budaya serta memberikan peluang
ekonomi yang berkelanjutan dan lapangan pekerjaan untuk mendukung masyarakat
setempat. Perencanaan zona pesisir harus mempertimbangkan perspektif umum yang luas
(tematik dan geografis) tentang sistem alam dan kegiatan manusia.
Perencanaan penggunaan lahan harus ada timbal balik antara memenuhi kebutuhan
manusia dan menjaga kapasitas ekosistem dengan mengakui bahwa penggunaan lahan
memberikan manfaat sosial dan ekonomi serta melestarikan ekosistem. Meperkuat
tindakan untuk memastikan bahwa penyangga ekologis seperti lahan basah dan bakau
dilindungi secara prioritas dalam perencanaan dengan membuat zona penyangga di sekitar
kawasan lindung dan mencegah pembangunan di lahan basah, membendung sungai,
menambang karang dan pasir pantai dan memotong hutan bakau, terlindunginya lahan
basah pesisir memberikan manfaat melestarikan ekosistem dan mengurangi dampak
kenaikan permukaan laut pada infrastruktur pesisir dan penggunaan lahan.
Menegakkan peraturan penggunaan lahan untuk memilih area yang kurang rentan
terhadap risiko perubahan iklim dan mengurangi ketergantungan pada transportasi dan
energi di perkotaan. Meningkatkan ketahanan daerah perkotaan dengan perencanaan
penggunaan lahan dan alat perlindungan lahan seperti rekayasa lunak dan keras yang
digunakan untuk menyelamatkan zona penting ketika strategi sebelumnya tidak dapat
dilakukan lagi karena kepadatan penduduk yang tinggi. Strategi pengulangan (retreat)
memaksa pembatasan terhadap pembangunan di sekitar pesisir dan dataran rendah yang
retan akan banjir serta di daerah-daerah dengan tingkat kerawanan yang tinggi. Peraturan
zonasi dengan memberlakukan penggunaan lahan tertentu di daerah-daerah rentan seperti
rekreasi atau perubahan penggunaan lahan. Pembatasan membutuhkan kompensasi bagi
pemilik properti di kawasan pesisir, peraturan yang melarang konstruksi, konversi
kepemilikan lahan menjadi sangat lama, sewa bersyarat berakhir ketika permukaan air laut
mencapai batas tertentu atau pemilik properti meninggal.
Meningkatkan ketahanan masyarakat yang rentan terhadap dampak negatif banjir,
gelombang badai, dan gelombang ekstrim dengan meningkatkan kesadaran masyarakat,
meningkatkan kapasitas adaptasi dengan memetakan kawasan yang rentan. Perencanaan
tata ruang harus mempertimbangkan cara-cara untuk meningkatkan kesadaran akan
bahaya keterpaparan, dengan hati-hati menemukan fasilitas baru yang jauh dari area banjir,
menemukan fasilitas seperti tempat pembuangan limbah di luar daerah rawan banjir.
Pengembangan kembali situs brownfield menjadi ruang hijau untuk penggunaan rekreasi
dan memastikan cakupan fasilitas layanan tanggap bencana dalam perencanaan tata
ruang seperti stasiun pemadam kebakaran, fasilitas layanan kesehatan dan penyelamatan
juga akan membantu resiko.
Mengembangkan kontrol penggunaan lahan untuk mengurangi tingkat pasokan
penggunaan air, memobilisasi sumber air non-konvensional dan mempertahankan serta
memulihkan fungsi lahan basah utama dan daerah aliran sungai. Strategi ini bertujuan
untuk mengurangi kesenjangan antara pasokan dan permintaan air dengan melindungi air
tanah, meningkatkan efisiensi dalam penggunaan air dibidang pertanian serta perkotaan
dan meningkatkan pakasitas penyimpanan. Rencana pengelolaan air bah terpadu untuk
beradaptasi dengan banjir, dengan mengurangi kebocoran air bah melalui penerapan
teknik manajemen air hujan dan meningkatkan kapasitas saluran pembuangan secara
terpisah dari infrastruktur sanitasi.
Prioritas Opsi/Pilihan Adaptasi
Memilih dan memprioritaskan kebijakan dan tindakan adaptasi dengan menggunakan satu
atau lebih kriteria dan metode prioritas. Analisis multi-kriteria cocok untuk negara-negara
berkembang karena akan jauh lebih mudah, jika menggunakan metode yang berbeda akan
sulit dalam melakukan analisis manfaat sosial dan keuangan, biaya implementasi dan
penilaian ahli berhubungan dengan pembangunan berkelanjutan, kriteria berkelanjutan
seperti ekonomi, sosial dan lingkungan. Keberlanjutan ekonomi; pertumbuhan,
pengembangan dan produktivitas. Keberlanjutan sosial; pemerataan, pemberdayaan,
aksesibilitas, partisipasi, identitas budaya dan stabilitas kelembagaan. Lingkungan
berkelanjutan; integritas ekosistem, daya dukung, keanekaragaman hayati. Komunitas dan
organisasi sebagai alat partisipasi masyarakat dalam meningkatkan tujuan pembangunan
dan pencegahan perubahan iklim.
Implementasi dan Pengarusutamaan
Implementasi dan mengarusutamakan perencanaan penggunaan lahan sebagai ukuran
adaptasi perubahan iklim dalam perencanaan pembangunan nasional, lokal atau sektoral
ke dalam proses meningkatkan kefektifitasan kebijakan. Pengarusutamaan mengacu pada
penggabungan langkah-langkah dan strategi untuk mengurangi kerentanan kenaikan
permukaan laut ke dalam kebijakan, struktur dan proses berkenaan langsung dengan
rencana pembangunan berkelanjutan dataran rendah kawasan pesisir dan pulau-pulau
kecil di negara berkembang dengan menerapkan kebijakan "win adaptation - win
sustainable development".
Menentukan point utama untuk pengarusutamaan dengan memahami hubungan antara
kebijakan, rencana dan program mengenai perubahan iklim, pengembangan dan
pengentasan kemiskinan melalui analisis dampak sosial ekonomi dan manfaat dari
pilihan/opsi adaptasi. Kemudian mengarusutamakan ke dalam proses kebijakan
pembangunan yang sedang berlangsung ke dalam penganggaran dan pembiayaan,
implementasi dan pemantauan isu-isu prioritas pembangunan nasional akibat perubahan
iklim seperti makanan, air, keamanan energi, keseamatan dan kesehatan masyarakat.
Monitoring dan Evaluasi
Tujuan dari monitoring itu sendiri yaitu untuk tetap memantau kemajuan dari penerapatan
adaptasi perubahan iklim dan berbagai komponennya (kebijakan, strategi, tindakan)
mengenai target. Hal tersebut guna meningkatkan rencana operasional serta dalam
pengambilan tindakan yang lebih efisien dalam menangani kendala atau hambatan yang
terjadi dengan cara yang benar. Evaluasi menentukan relevansi, efisiensi, efektivitas dan
dampak dari suatu strategi adaptasi dalam implementasinya yang dilakukan beberapa
tahun setelah proyek tersebut selesai. Lima faktor yang menentukan keberhasilan adaptasi
adalah: efektifitas; itervensi adaptasi yang efektif berguna untuk mencapai sasaran yang
ditentukan, apakah untuk mengurangi resiko, meningkatkan kapasitas atau meningkatkan
pemeliharaan. Fleksibilitas; bagaimana adapatasi dapat menghadapi ketidakpastian
perubahan iklim dimasa mendatang, dan dapat mengatasi berbagai peruabahan iklim yang
telah diperkirakan. Ekuitas; ketimpangan dalam dimensi adaptasi yaitu mengenai intervensi
adaptasi yang tidak seimbang sehingga merusak potensi di masa depan dan tidak
berkelanjutan, sehingga adaptasi tetap harus mempertahankan kesetaraan, kerentanan
dengan mempertimbangkan persamaan antara sekor, kawasan dan masyarakat. Efisiensi;
biasanya digunakan untuk membandingkan biaya dengan cara alternatif untuk mengetahui
jumlah biaya terendah dan pencapaian target yang disetujui. Keberlanjutan; keberlanjutn
adaptasi yang juga melihat diluar lingkup dampak intervensi. Hal tersebut melihat manfaat
jangka panjang dan dampak lingkungan, sosial dan ekonomi. Peran stakeholder juga
penting dalam pembangunan nasional dalam mengatasi perubahan iklim.
Kesimpulan
Menurut penulis, tahapan atau rencana adaptasi terahadap perubahan iklim tersebut sudah
runtut, sehingga jika di imlpementasikan pada negara-negara berkembang akan berhasil
atau akan menjadi nilai pus tersendiri. Rencana ini memikirkan dari banyak aspek, karena
diharapkan jika di implementasikan akan berkelanjutan. Tahapan tersebut dari proses
menilai kerentanan atau melakukan identifikasi terlebih dahulu, baru kemudian melakukan
proses tindakan.

You might also like