You are on page 1of 16

LAPORAN PENDAHULUAN

DISLOKASI
Departemen Emergency Mata Kuliah Clinical Study 2

Disusun oleh :

Kelompok 8/Reguler 1
NUR ZAKIAH OKTAVIANA
135070207111009

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS BRAWIJAYA
2017
A. DEFINISI
Dislokasi adalah cedera struktur ligameno di sekitar sendi, akibat gerakan menjepit atau
memutar / keadaan dimana tulang-tulang yang membentuk sendi tidak lagi berhubungan,
secara anatomis (tulang lepas dari sendi). (Brunner & Suddarth. 2001).
Dislokasi adalah keluarnya (bercerainya) kepala sendi dari mangkuknya, dislokasi merupakan
suatu kedaruratan yang membutuhkan pertolongan segera. (Arif Mansyur, 2000).
Dislokasi merupakan keadaan ruptura total atau parsial pada ligamen penyangga yang
mengelilingi sebuah sendi. Biasanya kondisi ini terjadi sesudah gerakan memuntuir yang
tajam (Kowalak, 2011).
Dislokasi adalah terlepasnya kompresi jaringan tulang dari kesatuan sendi. Dislokasi ini
terdapat hanya kepada komponen tulangnya saja yang bergeser atau terlepasnya seluruh
komponen tulang dari tempat yang seharusnya (dari mangkuk sendi).
B. ETIOLOGI
1. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan
jaringan. Misalnya pada umur 30- 40 tahun kekuatan otot akan relative menurun.
Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia 30 tahun.
2. Terjatuh atau kecelakan
Dislokasi dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga lutut mengalami
dislokasi.
3. Pukulan
Dislokasi lutut dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian lututnya dan
menyebabkan dislokasi.
4. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi keseleo karena kurangnya pemanasan.
5. Benturan keras pada sendi saat kecelakaan motor biasanya menyebabkan dislokasi.
6. Cedera olahraga. Pemain basket dan kiper pemain sepak bola paling sering mengalami
dislokasi pada tangan dan jari-jari karena secara tidak sengaja menangkap bola dari
pemain lain.
7. Terjatuh. Terjatuh dari tangga atau terjatuh saat berdansa diatas lantai yang licin.
8. Kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
C. MANIFESTASI KLINIS
1. Adanya bengkak / oedem
2. Mengalami keterbatasan gerak
3. Adanya spasme otot(kekauan otot)
4. Nyeri lokal (khususnya pada saat menggerakkan sendi)
5. Pembengkakan dan rasa hangat akibat inflamasi
6. Gangguan mobilitas akibat rasa nyeri
7. Perubahan warna kulit akibat ekstravasasi darah ke dalam jaringan sekitarnya (tampak
kemerahan).
8. Perubahan kontur sendi
9. Perubahan panjang ekstremitas
10. Kehilangan mobilitas normal
11. Perubahan sumbu tulang yang mengalami dislokasi
D. KLASIFIKASI
Dislokasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut :
1. Dislokasi kongenital : Terjadi sejak lahir akibat kesalahan pertumbuhan.
2. Dislokasi patologik : Akibat penyakit sendi dan atau jaringan sekitar sendi. misalnya
tumor, infeksi, atau osteoporosis tulang. Ini disebabkan oleh kekuatan tulang yang
berkurang.
3. Dislokasi traumatik : Kedaruratan ortopedi (pasokan darah, susunan saraf rusak dan
mengalami stress berat, kematian jaringan akibat anoksia) akibat edema (karena
mengalami pengerasan). Terjadi karena trauma yang kuat sehingga dapat mengeluarkan
tulang dari jaringan disekeilingnya dan mungkin juga merusak struktur sendi, ligamen,
syaraf, dan system vaskular. Kebanyakan terjadi pada orang dewasa.
Berdasarkan tipe kliniknya dibagi :
1. Dislokasi Akut
Umumnya terjadi pada shoulder, elbow, dan hip. Disertai nyeri akut dan pembengkakan
di sekitar sendi.
2. Dislokasi Berulang
Jika suatu trauma dislokasi pada sendi diikuti oleh frekuensi dislokasi yang berlanjut
dengan trauma yang minimal, maka disebut dislokasi berulang. Umumnya terjadi pada
shoulder joint dan patello femoral joint. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan
patah tulang/fraktur yang disebabkan oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh
karena kuatnya trauma, tonus atau kontraksi otot dan tarikan.
Berdasarkan tempat terjadinya :
1. Dislokasi Sendi Rahang
Dislokasi sendi rahang dapat terjadi karena :
a. Menguap atau terlalu lebar.
b. Terkena pukulan keras ketika rahang sedang terbuka, akibatnya penderita tidak
dapat menutup mulutnya kembali.
2. Dislokasi Sendi Bahu
Pergeseran kaput humerus dari sendi glenohumeral, berada di anterior dan medial
glenoid (dislokasi anterior), di posterior (dislokasi posterior), dan di bawah glenoid
(dislokasi inferior).
3. Dislokasi Sendi Siku
Merupakan mekanisme cederanya biasanya jatuh pada tangan yang dapat menimbulkan
dislokasi sendi siku ke arah posterior dengan siku jelas berubah bentuk dengan
kerusakan sambungan tonjolan-tonjolan tulang siku.
4. Dislokasi Sendi Jari
Sendi jari mudah mengalami dislokasi dan bila tidak ditolong dengan segera sendi
tersebut akan menjadi kaku kelak. Sendi jari dapat mengalami dislokasi ke arah telapak
tangan atau punggung tangan.
5. Dislokasi Panggul
Bergesernya caput femur dari sendi panggul, berada di posterior dan atas acetabulum
(dislokasi posterior), di anterior acetabulum (dislokasi anterior), dan caput femur
menembus acetabulum (dislokasi sentra).
6. Dislokasi Patella
a. Paling sering terjadi ke arah lateral.
b. Reduksi dicapai dengan memberikan tekanan ke arah medial pada sisi lateral patella
sambil mengekstensikan lutut perlahan-lahan.
c. Apabila dislokasi dilakukan berulang-ulang diperlukan stabilisasi secara bedah.
d. Dislokasi biasanya sering dikaitkan dengan patah tulang / fraktur yang disebabkan
oleh berpindahnya ujung tulang yang patah oleh karena kuatnya trauma, tonus atau
kontraksi otot dan tarikan.

E. P ATOFISIOLOGI
Penyebab terjadinya dislokasi sendi ada tiga hal yaitu karena kelainan congenital
yang mengakibatkan kekenduran pada ligamen sehingga terjadi penurunan stabilitas sendi.
Dari adanya traumatic akibat dari gerakan yang berlebih pada sendi dan dari patologik
karena adanya penyakit yang akhirnya terjadi perubahan struktur sendi. Dari 3 hal tersebut,
menyebabkan dislokasi sendi. Dislokasi mengakibatkan timbulnya trauma jaringan dan
tulang, penyempitan pembuluh darah, perubahan panjang ekstremitas sehingga terjadi
perubahan struktur. Dan yang terakhir terjadi kekakuan pada sendi. Dari dislokasi sendi,
perlu dilakukan adanya reposisi.
Adanya tekanan eksternal yang berlebih menyebabkan suatu masalah yang disebut
dengan dislokasi yang terutama terjadi pada ligamen. Ligamen akan mengalami kerusakan
serabut dari rusaknya serabut yang ringan maupun total ligamen akan mengalami robek dan
ligamen yang robek akan kehilangan kemampuan stabilitasnya. Hal tersebut akan membuat
pembuluh darah akan terputus dan terjadilah edema. Sendi mengalami nyeri dan gerakan
sendi terasa sangat nyeri. Derajat disabilitas dan nyeri terus meningkat selama 2 sampai 3
jam setelah cedera akibat membengkak dan pendarahan yang terjadi maka menimbulkan
masalah yang disebut dengan dislokasi.
Trauma Langsung Trauma tidak langsung Kondisi patologis

FRAKTUR

Diskontinuitas tulang Pergeseran fragmen tulang Nyeri

Kerusakan fragmen tulang


Perubahan jaringan sekitar

Tek sumsum tulang > tinggi dr


Pergeseran Laserasi kulit Spasme otot kapiler
fragmen tulang
Kerusakan Peningkatan Reaksi stres pasien
integritas kulit tekanan kapiler
Deformitas
Melepas katekolamin
Putus vena/arteri Pelepasan
Gg. fungsi histamin
Mobilisasi asam lemak
Perdarahan
Gg. Mobilitas Protein plasma
fisik hilang
Bergabung dengan trombosit
Kehilangan vol.
cairan Edema
Emboli
Syok hipovolemik Penekanan pemb.
darah
Menyumbat pembuluh darah

Penurunan
perfusi jaringan

Gg. Perfusi
jaringan
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
Secara umum untuk menegakkan diagnosis maka Anda melakukan:
1. Eksplorasi riwayat (history) yaitu kejadian yang meliputi keluhan dan mekanisme trauma.
Biasanya penderita mengeluh nyeri dan penderita sadar bahwa sendinya keluar dari
kedudukan semestinya (gone out of place) dan disertai spasme otot akibat instabilitas
sendi atau kehilangan struktur sendi itu.
2. Pada pemeriksaan fisik akan teriihat sendi edema (kecuali sendi panggul yang ditutupi
oleh otot-otot tebal), deformitas seperti angulasi, rotasi, pemendekan, atau
pemanjangan. Palpasi terasa nyeri tekan pada daerah yang mengalami sprain atau
ligamen yang mengalami ruptur komplit. Sewaktu Anda meraba tulang-tulang yang
membentuk sendi dapat dirasakan posisinya, namun Anda sering juga terkecoh karena
pemeriksaan yang tidak memadai (inadequate examination) dan melupakan
pemeriksaan X-ray pada sendi itu. Pemeriksaan gerakan terdapat gerakan abnormal dan
sendi tersebut tidak stabil.
3. Pemeriksaan X-ray akan membuka tabir subluksasi atau dislokasi. Proyeksi konventional
AP dan lateral cukup memadai. Kadangkala membutuhkan proyeksi aksial seperti sendi
bahu dll.
4. CT scan
CT-Scan yaitu pemeriksaan sinar-X yang lebih canggih dengan bantuan komputer,
sehingga memperoleh gambar yang lebih detail dan dapat dibuat gambaran secara 3
dimensi. Pada psien dislokasi ditemukan gambar 3 dimensi dimana sendi tidak berada
pada tempatnya.
5. MRI
MRI merupakan pemeriksaan yang menggunakan gelombang magnet dan frekuensi
radio tanpa menggunakan sinar-X atau bahan radio aktif, sehingga dapat diperoleh
gambaran tubuh (terutama jaringan lunak) dengan lebih detail. Seperti halnya CT-Scan,
pada pemeriksaan MRI ditemukan adanya pergeseran sendi dari mangkuk sendi.
6. Dalam membaca radiograph yang periu diperhatikan adalah: derajat pergeseran, rongga
sendi (space), permukaan sendi, fraktur yang menyertainya (lokasi), apakah ada trap
dipermukaan sendi itu.
G. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan keperawatan
1. Penatalaksanaan keperawatan dapat dilakukan dengan RICE.
Rest = Diistirahatkan adalah pertolongan pertama yang penting untuk mencegah
kerusakan jaringan lebih lanjut.
Ice = Terapi dingin, gunanya mengurangi pendarahan dan meredakan rasa nyeri.
Compression = Membalut gunanya membantu mengurangi pembengkakan jaringan dan
pendarahan lebih lanjut.
Elevasi = Peninggian daerah cedera gunanya mengurangi oedema (pembengkakan) dan
rasa nyeri.
2. Terapi dingin
Cara pemberian terapi dingin sebagai berikut :
a. Kompres dingin
Teknik : potongan es dimasukkan dalam kantong yang tidak tembus air lalu
kompreskan pada bagian yang cedera. Lamanya : dua puluh – tiga puluh menit
dengan interval kira-kira sepuluh menit.
b. Massage es
Tekniknya dengan menggosok-gosokkan es yang telah dibungkus dengan lama lima -
tujuh menit, dapat diulang dengan tenggang waktu sepuluh menit.
c. Pencelupan atau perendaman
Tekniknya yaitu memasukkan tubuh atau bagian tubuh kedalam bak air dingin yang
dicampur dengan es. Lamanya sepuluh – dua puluh menit.
d. Semprot dingin
Tekniknya dengan menyemprotkan kloretil atau fluorimethane ke bagian tubuh yang
cedera.
3. Latihan ROM
Tidak dilakukan latihan pada saat terjadi nyeri hebat dan perdarahan, latihan pelan-
pelan dimulai setelah 7-10 hari tergantung jaringan yang sakit.
4. Dislokasi reduksi: dikembalikan ketempat semula dengan menggunakan anastesi jika
dislokasi berat.
Penatalaksanaan medis : Farmakologi
1. Analgetik
Analgetik biasanya digunakan untuk klien yang mengalami nyeri. Berikut contoh
obat analgetik :
a. Aspirin:
Kandungan : Asetosal 500mg ; Indikasi : nyeri otot ; Dosis dewasa 1 tablet atau 3
tablet perhari, anak > 5 tahun setengah sampai 1 tablet, maksimum 1 ½ sampai
3 tablet perhari.
b. Bimastan :
Kandungan : Asam Mefenamat 250 mg perkapsul, 500 mg perkaplet ; Indikasi :
nyeri persendian, nyeri otot ; Kontra indikasi : hipersensitif, tungkak lambung,
asma, dan ginjal ; efeksamping : mual muntah, agranulositosis, aeukopenia ;
Dosis: dewasa awal 500 mg lalu 250 mg tiap 6jam.
c. Pemberian kodein atau obat analgetik lain (jika cedera berat).
d. Pemasangan pembalut elastis atau gips, atau jika keseleo berat, pemasangan
gips lunak atau bidai untuk imobilisasi sendi.
e. Pembedahan yang segera dilakukan untuk mempercepat kesembuhan,
termasuk penjahitan kedua ujung potongan ligamen agar keduanya saling
merapat.
Pembedahan
1. Operasi ortopedi
Operasi ortopedi merupakan spesialisasi medis yang mengkhususkan pada pengendalian
medis dan bedah para pasien yang memiliki kondisi-kondisi arthritis yang mempengaruhi
persendian utama, pinggul, lutut dan bahu melalui bedah invasif minimal dan bedah
penggantian sendi. Prosedur pembedahan yang sering dilakukan meliputi:
 Reduksi terbuka : melakukan reduksi dan membuat kesejajaran tulang yang
patah setelah terlebih dahulu dilakukan diseksi dan pemajanan tulang yang
patah.
 Fiksasi interna : stabilisasi tulang patah yang telah direduksi dengan skrup,
plat, paku dan pin logam.
 Artroplasti: memperbaiki masalah sendi dengan artroskop(suatu alat yang
memungkinkan ahli bedah mengoperasi dalamnya sendi tanpa irisan yang besar)
atau melalui pembedahan sendi terbuka.
Managemen Trauma Sendi
Prinsip penanganan trauma sendi sama dengan prinsip penanganan fraktur. Umumnya, pada
dislokasi atau subluksasi harus secepatnya dikembalikan ke posisi normal.
1. Kontusi. Pada kontusi dilakukan aspirasi cairan karena dapat mengakibatkan rasa nyeri.
Darah di dalam sendi tentu akibat pemutusan pembuluh darah di daerah itu dan
pemeriksaan X-ray sangat diperlukan untuk melihat apakah ada fraktur.
2. Sprain Ligamen. Penyebab sprain adalah peregangan mendadak pada ligamen sendi itu
sehingga mengakibatkan robekan parsial dan perdarahan. Penderita akan mengeluh rasa
nyeri terutama bila penderita menggerakkan sendi tersebut sebagai akibat peregangan
ligamen. Sendi akan teriihat edema, nyeri tekan di sekitar lesi. Pemeriksaan stabilitas
sendi dalam batas normal karena tidak ada perpanjangan ligamen. Pemeriksaan X-ray
dibutuhkan guna untuk melihat apakah ada fraktur, dislokasi atau subluksasi. Instabilitas
tersembunyi ditentukan dengan cara pemeriksaan X-ray teknik stres pada sendi tersebut.
Terapinya bersifat proteksi seperti strapping agar tidak ada gerakan sehingga selama
proses penyembuhan tidak terjadi peregangan. Kemudian diikuti latihan aktif
guna mempertahankan lingkup gerak sendi dan memperkuat otot yang mengontrol
gerakan sendi itu.
3. Dislokasi atau Subluksasi. Penatalaksanaan dislokasi atau subluksasi adalah
mengembalikan kedudukan sendi tersebut ke tempat semula secepatnya dengan
manipulasi dan bila gagal dilakukan tindakan operasi. Setelah berhasil Anda jangan lupa
memeriksa stabilitas sendi tersebut guna mencegah terjadinya instabilitas sendi,
sehingga tidak terjadi dislokasi berulang. Ligamen sangat memegang peranan daiam
stabilitas sendi, oleh karena itu bila terjadi ruptur komplit harus dibarengi dengan
repair. Bila teriambat maka outcome tidak memuaskan. Akan berbeda dengan ligamen
pergelangan kaki atau sendi interphalanx umumnya cukup dengan imobilisasi dan dalam
keadaan tertentu saja untuk dilakukan operasi. Perlu Anda ketahui imobilisasi sendi siku
dan sendi panggul berguna sekali untuk pencegahan terjadinya osifikan miositis
pasca trauma.
H. KOMPLIKASI
Komplikasi dislokasi meliputi :
1. Komplikasi dini
 Cedera saraf: saraf aksila dapat cedera. Pasien tidak dapat mengerutkan oto
deltoid dan mungkin terdapat daerah kecil yang mati rasa pada otot tersebut.
 Cedera pembuluh darah : arteri aksilla dapat rusak
 Fraktur dislokasi
 Kerusakan arteri
Pecahnya arteri karena trauma dapat ditandai dengan tidak adanya nadi, CRT
(capillary refill time) menurun,sianosis pada bagian distal,hematoma melebar,dan
dingin pada ekstremitas yang disebabkan oleh tindakan darurat spilinting, perubahan
posisi pada yang sakit, tindakan reduksi, dan pembedahan.
2. Sindrome kompartemen
Sindrom kompartemen merupakan komplikasi serius yang terjadi karena terjebaknya
otot, tulang, saraf, dan pembuluh darah dalam jaringan parut. Hal ini disebabkan oleh
edema atau perdarahan yang menentukan otot, saraf dan pembuluh darah, atau karena
tekanan dari luar seperti gips dan pembebatan yang terlalu kuat
3. Komplikasi lanjut
4. Kekakuan sendi bahu
Immobilisasi yang lama dapat mengakibatkan kekakuan sendi bahu. Terjadinya
kehilangan rotasi lateral, yang secara otomatis membatasi abduksi.
5. Kelemahan otot
6. Dislokasi yang berulang
Terjadi kalau labrum glenoid robek atau kapsul terlepas dari bagian depan leher glenoid.
Askep Teoritis Dislokasi
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahap awal dari proses keperawatan untuk mengumpulkan data pasien
dengan menggunakan tehnik wawancara, observasi, pemeriksaan fisik dan pemeriksaan penunjang
tetapi pada pasien dislokasi difokuskan pada :
1) Keluhan Utama
Keluhan utama pada pasien dislokasi adalah psien mengeluhkan adanya nyeri. Kaji penyebab,
kualitas, skala nyeri dan saat kapan nyeri meningkat dan saat kapan nyeri dirasakan menurun.
2) Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian yang terjadi dislokasi, pergerakan terbatas, pasien
melaporkan penyebab terjadinya cedera.
3) Riwayat Penyakit Dahulu
Pada pengkajian ini ditemukan kemungkinan penyebab dislokasi, serta penyakit yang pernah
diderita klien sebelumnya yang dapat memperparah keadaan klien dan menghambat proses
penyembuhan.
4) Pemeriksaan Fisik
1. Tampak adanya perubahan kontur sendi pada ekstremitas yang mengalami dislokasi
2. Tampak perubahan panjang ekstremitas pada daerah yang mengalami dislokasi
3. Adanya nyeri tekan pada daerah dislokasi
4. Tampak adanya lebam pada dislokasi sendi
5) Kaji 14 kebutuhan dasar Henderson. Untuk dislokasi dapat difokuskan kebutuhan dasar manusia
yang terganggu adalah:
b) Rasa nyaman (nyeri) : pasien dengan dislokasi biasanya mengeluhkan nyeri pada bagian dislokasi
yang dapat mengganggu kenyamanan klien.
c) Gerak dan aktivitas: pasien dengan dislokasi dimana sendi tidak berada pada tempatnya semula
harus diimobilisasi. Klien dengan dislokasi pada ekstremitas dapat mengganggu gerak dan aktivitas
klien.
d) Makan minum: pasien yang mengalami dislokasi terutama pada rahang sehingga klien
mengalami kesulitan mengunyah dan menelan. Efeknya bagi tubuh yaitu ketidakseimbangan nutrisi
kurang dari kebutuhan tubuh.
e) Rasa aman(ansietas): klien dengan dislokasi tentunya mengalami gangguan rasa aman atau
cemas(ansietas) dengan kondisinya.
6) Pemeriksaan diagnostik
a) Pemeriksaan rontgen untuk melihat lokasi dari dislokasi.
b) Pemeriksaan CT-Scan digunakan untuk melihat ukuran dan lokasi tumor dengan gambar 3
dimensi.
c) Pemeriksaan MRI untuk pemeriksaan persendian dengan menggunakan gelombang magnet
dan gelombang frekuensi radio sehingga didapatkan gambar yang lebih detail.
B. Diagnosa Keperawatan
1) Nyeri akut berhubungan dengan agen penyebab cedera (fisik)
2) Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan gangguan muskuloskletal
3) Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan kesulitan
mengunyah atau menelan.
C. Intervensi Keperawatan
Nursing Care Plan Pasien Dislokasi
Dx.1 Nyeri Akut (Nanda NIC NOC hal:530)

Diagnosa
No Keperawatan Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan Rasional

Nyeri akut 1. Observasi keadaan umum


berhubungan Setelah diberikan asuhan pasien(tingkat nyeri dan TTV)
dengan agen keperawatan selama …x24 2. Beri posisi nyaman(semi fowler)
penyebab cedera- jam, diharapkan dengan 3. Berikan kompres hangat pada
Fisik(trauma kriteria hasil : lokasi dislokasi
kecelakaan dan 1. Memperlihatkan 4. Ajarkan teknik distraksi dan
cedera olahraga)- pengendalian nyeri. relaksasi
DS: klien 2. Melaporkan tidak 5. Beri HE tentang penyebab
melaporkan adanya nyeri nyeri, dan antisipasi
adanya nyeri.- 3. Tidak menunjukan ketidaknyamanan
DO: klien adanya nyeri 6. Kolaborasi dalam pemberian
tampak meningkat.(tidak analgetik
berperilaku ada ekspresi nyeri 1. Mengetahui keadaan
distraksi (mondar pada wajah,tidak umum pasien dan
mandir, aktivitas gelisah atau tingkat nyeri pasien
berulang, ketegangan 2. Posisi semi fowler dapat
memegang otot,tidak merintih meminimalkan nyeri
daerah nyeri), atau menangis.) pada dislokasi
1 perilaku 3. Kompres hangat
ekspresif(gelisah, berperan dalam
meringis, vasodilatasi pembuluh
menangis, darah.
menghela napas 4. Teknik distraksi dan
panjang) relaksasi berfungsi
dalam mengalihkan
fokus nyeri pasien
5. Penanaman HE pada
pasien berfungsi untuk
mengurangi kecemasan
pasien terhadap
kondisinya
6. Analgetik dapat
mengurangi rasa nyeri
pada dislokasi.

Dx 2: Hambatan mobilitas fisik (Nanda NIC NOC hal:472)

Diagnosa Tujuan dan Kriteria


No Keperawatan Hasil Rencana Tindakan Rasional

Hambatan Setelah diberikan 1) Observasi 1) Menunjukkan tingkat


mobilitas fisik asuhan keadaan mobilisasi pasien dan menentukan
berhubungan keperawatan umum(tingkat intervensi
dengan gangguan selama …x24 jam, mobilitas dan selanjutnya2) Mempertahankan
muskuloskletal- diharapkan klien kekuatan atau meningkatkan kekuatan dan
DS: pasien dapat melakukan otot)2) Ajarkan ketahanan
mengeluh sulit mobilisasi dengan ROM3) Pengaturan otot3) Meningkatkan
dalam bergerak- teratur dengan posisi4) Berikan kesejahteraan fisiologis dan
DO: tidak kriteria hasil : bantuan perawatan psikologis4) Membantu individu
dapat melakukan 1. Klien diri: berpindah mengubah posisi tubuhnya
aktivitas secara mengatakan 5) Berikan HE 5) Mengubah persepsi pasien
mandiri, gerakan dapat tentang latihan fisik terhadap latihan fisik
tidak teratur atau melakukan 6) Kolaborasi 6) Mengembalikan posisi tubuh
tidak pergerakan dengan ahli autonom dan volunter selama
2 terkoordinasi dengan fisioterapi dalam pengobatan dan pemulihan dari
bebas memberikan terapi posisi sakit atau cedera
2. Gerakan yang tepat
pasien
terkoordinir
3. Pasien
dapat
melakukan
aktivitas
secara
mandiri

Dx 3: Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh (Nanda NIC NOC Hal: 503)

Tujuan dan Kriteria


No Diagnosa Keperawatan Hasil Rencana Tindakan Rasional

1. Kaji faktor penyabab


kesulitan mengunyah
2. Letakkan makanan
pada bagian mulut
Setelah diberikan yang tidak mengalami
Ketidakseimbangan asuhan keperawatan masalah
nutrisi kurang dari selama …x24 jam, 3. Atur posisi
kebutuhan tubuh diharapkan kebutuhan pasien(semi fowler)
berhubungan dengan nutrisi klien dapat 4. Kolaborasi dalam
kesulitan mengunyah terpenuhi secara pemasangan alat
atau menelan.- DS: adekuat dengan invasif(NGT)
pasien mengeluh susah kriteria 5. Mengetahui faktor
mengunyah, pasien hasil:1) Pasien tidak penyebab kesulitan
mengatakan nafsu makan melaporkan kesulitan mengunyah dan
menurun- DO: mengunyah2) Nafsu menentukan
pasien tampak lemas, makan pasien kembali intervensi selanjutnya
mukosa bibir kering, baik3) Keadaan 6. Mengurangi aktivitas
tampak kurang berminat umum pasien kembali pada rahang yang
3 terhadap makanan normal sakit
7. Posisi semi fowler
dapat mencegah
aspirasi
8. Mempertahankan
asupan nutrisi pasien

D. Implementasi Keperawatan
Dilaksanakan sesuai dengan intervensi.
E. Evaluasi
1. Nyeri dapat teratasi
2. Pasien dapat melkukan mobilitas secara normal
3. Kebutuhan nutrisi pasien terpenuhi secara adekuat

You might also like