Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
1
kontak dengan medium. Gel inimerupakan penghalang fisik lepasnya obat dari
matriks secara cepat(Martodiharjo, 1996).
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
a. Extended release drug products
1). Sustained release
SR dirancang untuk melepaskan suatu dosis terapi awal obat (loading
dose) secara tepat yang diikuti pelepasan obat yang lebih lambat dan
konstan.Kecepatan pelepasan obat dirancang sedemikian rupa agar jumlah obat
yang hilang dari tubuh karena eliminasi diganti secara konstan. Keunggulannya
adalah dihasilkan kadar obat dalam darah yang merata tanpa perlu mengulangi
pemberian dosis.
3) Controlled Release
Controlled release menunjukkan bahwa pelepasan obat dari bentuk
sediaanterjadi sesuai dengan yang direncanakan, dapat diramalkan dan lebih
lambat dari biasanya (Ansel, 1995) Kurva hubungan antara kadar obat dalam
darah terhadap waktu dari berbagai bentuk sediaan obat dapat dilihat pada gambar
berikut:
4
terhadap Waktu dari Sediaan A: Conventional; B: Sustained release; C:
Prolonged Action
5
e. Jika penderita mendapat reaksi samping obat atau secara tiba-tiba mengalami
keracunan maka untuk menghentikan obat dari system tubuh akan lebih sulit
dibanding sediaan konvensional.
f. Tidak dapat digunakan untuk obat yang memilki dosis besar (500 mg)
a. Dosis
Produk oral yang digunakan peroral dengan dosis lebih besar dari 500 mg
sangat sulit untuk dijadikan sediaan lepas lambat karena pada dosis yang besar
akan dihasilkan volume sediaan yang terlalu besar yang tidak dapat diterima
sebagai produk oral.
b. Kelarutan
Obat dengan kelarutan dalam air yang terlalu rendah atau terlalu tinggi
tidakcocok untuk sediaan lepas lambat. Batas terendah untuk kelarutan pada
sediaan lepas lambat adalah 0,1mg/ml. Obat yang kelarutannya tergantung pada
pH fisiologis akan menimbulkan masalah yang lain karena variasi pH pada
saluran cerna dapat mempengaruhi kecepatan disolusinya.
c. Koefisien Partisi
Obat yang mudah larut dalam air memungkinkan tidak mampu menembus
membrane biologis sehingga obat tidak sampai ke tempat aksi. Sebaliknya, untuk
obat yang sangat lipofil akan terikat pada jaringan lemak sehingga obat tidak
mencapai sasaran.
d. Stabilitas obat
Bahan aktif yang tidak stabil terhadap lingkungan yang bervariasi di
sepanjang saluran cerna (enzim, variasi pH, flora usus) tidak dapat diformulasikan
menjadi sediaan lepas lambat
6
e. Ukuran molekul
Molekul obat yang besar menunjukkan koefisien difusi yang kecil
dankemungkinan sulit dibuat sediaan lepas lambat.
a. Absorbsi
Obat yang lambat diabsorbsi atau memiliki kecepatan absorbsi
yangbervariasi sulit untuk dibuat sediaan lepas lambat. Batas terendah harga
konstanta kecepatan absorbsi untuk sediaan oral adalah sekitar 0,25/jam dengan
asumsi waktu transit gastrointestinal 10-12 jam.
b. Volume Distribusi
Obat dengan volume distribusi yang tinggi dapat mempengaruhikecepatan
eliminasinya sehingga obat tersebut tidak cocok untuk sediaan lepas lambat.
c. Durasi
Obat dengan waktu paro pendek dan dosis besar tidak cocok untuksediaan
lepas lambat. Obat dengan waktu paro yang panjang dengan sendirinyaakan dapat
mempertahankan kadar obat pada indeks terapetiknya sehingga tidak perlu dibuat
sediaan lepas lambat.
d. Indeks terapetik
Obat dengan indeks terapetik yang sempit memerlukan control yang
telititerhadap kadar obat yang dilepaskan dalam darah. Sediaan lepas lambat
berperan dalam mengontrol pelepasan obat agar tetap dalam indeks terapetik.
e. Metabolisme
7
Sediaan lepas lambat dapat digunakan pada obat yang metabolism secara
luas asalkan kecepatan metabolismenya tidak terlalu tinggi.
8
b. Sistem terkontrol membran atau reservoir
Dalam sistem ini membran berfungsi sebagai pengontrol
kecepatanpelepasan obat dari bentuk sediaan.Agar obat dapat berdifusi keluar
maka membran harus bersifat permeable terhadap obat misalnya dengan hidrasi
air di saluran gastrointestinal, atau obat yang terlarut dalam komponen membran
seperti plasticizer.Tidak seperti sistem matriks hidrofil, polimer membran tidak
bersifat mengembang dan tidak mengalami erosi.
9
campuran obat dan polimer hidrofilik yang dikempa.Sistem ini mampu
mengembang, diikuti oleh erosi bentuk gel dan terdisolusi dalam media air. Pada
saat komponen koloid hidrofilik kontak dengan air maka akan membentuk suatu
lapisan matriks yang terhidrasi. Lapisan inilah yang mengontrol difusi air
selanjutnya kedalam matriks. Difusi obat melewati lapisan matriks
terhidrasimengontrol kecepatan pelepasan obat. Lapisan matriks terhidrasi bagian
luar akan mengalami erosi sehinggamenjadi terlarut, kecepatan erosi tergantung
dari sifat koloid
b. Kekerasan Tablet
Kekerasan adalah parameter yang menggambarkan ketahanan tablet
dalammelawan tekanan mekanik, seperti goncangan, kikisan, dan terjadi
keretakan tablet selama pembungkusan, pengangkutan, pemakaian. Kekerasan ini
dipakai sebagai ukuran dari tekanan pengempaan. Faktor yang mempengaruhi
10
kekerasan tablet adalah tekanan kompresi dan sifat bahan yang dikempa.
Kekerasan tablet biasanya 4-8 kg. Troches dan tablet sustained release dikompresi
dengan kekerasan 10-20 kg.
c. Kerapuhan Tablet
Parameter lain dari ketahanan tablet dalam melawan pengikisan
dangoncangan adalah kerapuhan. Besaran yang dipakai adalah % bobot yang
hilang selama pengujian.Alat yang digunakan adalah abrasive tester. Faktor-faktor
lain yang mempengaruhi kerapuhan antara lain banyaknya kandungan serbuk
(fines). Kerapuhan diatas 1% menunjukkan tablet yang rapuh dan dianggap
kurang baik (Banker dkk., 1986). Perhitungan kerapuhan tablet diungkapkan
dengan persamaan berikut ini:
1.5. Disolusi
Dua mekanisme utama yang mengontrol pelepasan obat adalah
disolusibahan aktif dan difusi obat yang terlarut (Collet dan Moreton, 2002).
Disolusi atau pelarutan didefinisikan sebagai proses melarutnya suatu obat dari
sediaan padat dalam medium tertentu (Wagner, 1971). Proses disolusi terjadi
dalam dua tahap, pertama terjadi pelepasan molekul obat dari permukaan obat dari
permukaan zat padat penyusunnya ke permukaan cairan yang berbatasan dengan
zat padat tersebut, selanjutnya diikuti dengan difusi dari permukaan ke medium.
Proses ini
11
jangka waktu yang lama (Wang dan Sheneis, 2006). Pada sistem matriks polimer
hidrofilik yang bersifat larut air, polimer hidrofilik dicampur dengan obat dan
bahan tambahan lain yang kemudian dikempa menjadi tablet, dalam kontak
dengan cairan, air akan berpenetrasi kedalam matriks merubah polimer menjadi
elastis, lapisan akan mengembang dan membentuk gel, obat dalam lapisan gel
akan larut dan berdifusi ke luar matriks. Pada waktu yang sama, polimer matriks
juga akan terlarut
12
Keterangan : J = fluks atau jumlah obat yang larut per satuan waktu melaluisatu
satuan luas permukaan dengan arah tegak lurus
(mg.𝑐𝑚−2 𝑑𝑒𝑡 −1 )
dW/dt = kecepatan disolusi
D = tetapan kecepatan difusi (cm-2 det-1)
dC/Dx = gradien konsentrasi
S = luas permukaan bahan obat yang terdisolusi Apabila tebal lapisan
jenuh = h, maka jarak yang ditempuh oleh obat untuk berdifusi
mencapai pelarut dX = h. perubahan konsentrasi dC = perubahan
kadar obat pada lapisan jenuh Cs, dan kadar obat yang terlarut dalam
pelarut adalah C.
13
0≤X1≤1 dimana, i=1,2,…,q ......................................................................... (9)
Campuran akan mengandung sedikitnya satu komponen dan jumlah fraksi
semua komponen adalah tetap, ini berarti :
X1+X2+….+Xq= .............................................................................................. (10)
Area yang menyatakan semua kemungkinan kombinasi dari komponen
komponen dapat dinyatakan oleh interior dan garis batas dari suatu gambar
dengan q tiap sudut dan q-1 dimensi. Semua fraksi dari kombinasi 2 campuran
dapat dinyatakan sebagai garis lurus.
14
James, 1996). Hubungan fungsional antara respon (variabel tergantung) dengan
komposisi (variabel bebas) dinyatakandengan persamaan:
Y= β1X1+β2X2+β12X1X2 …………………………………(11)
Y = respon
X1dan X2 = fraksi dari tiap komponen
β1 dan β2 = koefisien regresi dari X1, X2
β12 = koefisien regresi dari interaksi X1-X2
a. Kaptopril
Kaptopril mengandung tidak kurang dari 97,5% dan tidak lebih dari
102%C9H15NO3S, dihitung terhadap zat yang telah dikeringkan. Pemerian
serbuk hablur putih atau hamper putih; bau khas seperti sulfida. Melebur pada
15
suhu 104º sampai 110º.Kelarutan mudah larut dalam air, methanol, etanol, dan
dalam kloroform.
16
BAB III
PENUTUP
2.1 Kesimpulan
Sediaan lepas lambat merupakan bentuk sediaan yang dirancang untuk
melepaskan obatnya ke dalam tubuh secara perlahan-lahan atau bertahap supaya
pelepasannya lebih lama dan memperpanjang aksi obat
2.2 Saran
Supaya makalah ini dapat memberikan manfaat yang besar bagi pembaca,
maka penulis menyarankan :
1. Proses obat cepat lambat dan baik di gunakan selama disolusi 24 jam
2. Pemberian obat mudah pada pasien tanpa bantuan medis
3. Jagalah kebersihan lingkungan sekitar.
17
BAB IV
DAFTAR PUSTAKA
1. Eko, P., Seluk Beluk Suplement. 2006, Jakarta: PT. Gramedia Pustaka.
2. Liu, B., Terapi Bawang Putih. 2006, Jakarta: Prestasi Pustaka Raya.
4. Yoav, B.R., David, C.P.T., Eugene, K.R., Oded, F. H., Avner, R.R., Controlled-
Release Garlic Formulation, in United States Patent. 2001, Bio Dar Ltd., Yavne
(IL).
5. Palungkun, R., Budiarti, A., Bawang Putih Dataran Rendah. 1992, Jakarta:
Penebar Swadaya.
8. Lachman, L., H.A. Lieberman, and J.L. Kanig, The Theory and Practice of
18
9. Remington, J.P., Remington's Pharmaceutical Sciences, ed. 5. 1975,
894,896903,955-962. 10
19