You are on page 1of 5

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Menurut Saifudin (2009) yang dikutip dalam buku Rukiyah dkk, (2016)
Persalinan dan kelahiran merupakan kejadian fisiologis yang normal. Kelahiran seorang
bayi juga merupakan peristiwa sosial yang ibu dan keluarga menantikannya selama 9
bulan. Ketika persalinan dimulai, peranan ibu adalah melahirkan salah satu cara
menurunkan angkakematian ataupun angka kesakitan ibu adalah dengan mengurangi atau
mencegah terjadinyakomplikasi pasca persalian,lebih sefesifik lagi adalah mengurangi
timbulnyakomplikasi setelah bedah caseare. section caesare merupakan suatu cara
persalian janin dengan membuat sayatan pada dinding perut, secrtion caesare juga dapat di
definisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan janin dari dalam rahim. section
caesare jauh lebih aman berat kemajuan dalamantibiotik, tranfusi darah, anastesi dan
tehnik oprasi tersebut tanpa dasar inikasi yang lebih kuat (Amru,Sofian. Rustam Mochtar,
2012).

salah satu cara menurunkan angkakematian ataupun angka kesakitan ibu adalah
dengan mengurangi atau mencegah terjadinyakomplikasi pasca persalian,lebih sefesifik
lagi adalah mengurangi timbulnyakomplikasi setelah bedah caseare. section caesare
merupakan suatu cara persalian janin dengan membuat sayatan pada dinding perut,
secrtion caesare juga dapat di definisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim. section caesare jauh lebih aman berat kemajuan dalamantibiotik,
tranfusi darah, anastesi dan tehnik oprasi tersebut tanpa dasar inikasi yang lebih kuat
(Amru,Sofian. Rustam Mochtar, 2012).

WHO menyarankan oprasi sesar yang di lakukan hanya sekitar 10-15% dari
jumlah total kelahiran. WHO tersebut didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul
akibat sesar, penelitian yang dilakuakn di Bangladesh, menemukan dalam 10 tahun terjai
21.149 kelahiran dan 70,5% di antaranya bedah sesar. persalinan bedah sesar meningkat
45,8% menjadi 70,5% dalam 10 tahun sedangkan kelahiran spontan berkurang dari 54,1%
menjadi 29,4% (sadiah, Hani 2012)salah satu cara menurunkan angkakematian ataupun
angka kesakitan ibu adalah dengan mengurangi atau mencegah terjadinyakomplikasi
pasca persalian,lebih sefesifik lagi adalah mengurangi timbulnyakomplikasi setelah bedah
caseare. section caesare merupakan suatu cara persalian janin dengan membuat sayatan
pada dinding perut, secrtion caesare juga dapat di definisikan sebagai suatu histerotomia
untuk melahirkan janin dari dalam rahim. section caesare jauh lebih aman berat kemajuan
dalamantibiotik, tranfusi darah, anastesi dan tehnik oprasi tersebut tanpa dasar inikasi
yang lebih kuat (Amru,Sofian. Rustam Mochtar, 2012).

WHO menyarankan oprasi sesar yang di lakukan hanya sekitar 10-15% dari
jumlah total kelahiran. WHO tersebut didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul
akibat sesar, penelitian yang dilakuakn di Bangladesh, menemukan dalam 10 tahun terjai
21.149 kelahiran dan 70,5% di antaranya bedah sesar. persalinan bedah sesar meningkat
45,8% menjadi 70,5% dalam 10 tahun sedangkan kelahiran spontan berkurang dari 54,1%
menjadi 29,4% (sadiah, Hani 2012)Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan
Indonesia (SDKI) tahun 2012, Angka Kematian Ibu (AKI) yang berkaitan dengan
kehamilan, persalinan, dan nifas sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup. Angka ini
masih cukup tinggi jika dibandingkan dengan negara–negara tetangga di Kawasan
ASEAN. Pada tahun 2007, ketika AKI di Indonesia mencapai 228, AKI di Singapura
hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per 100.000 kelahiran hidup, Filipina 112
per 100.000 kelahiran hidup, serta Malaysia dan Vietnam sama-sama mencapai 160 per
100.000 kelahiran hidup (Depkes, 2014).

Kematian ibu setiap hari pada tahun 2015, sekitar 830 perempuan meninggal
karena komplikasi kehamilan dan kelahiran bayi. Hampir semua kematian ini terjadi
karena rendahnya pelayanan kesehatan, dan sebagian besar dapat dicegah. Penyebab
utama kematian adalah perdarahan, hipertensi, infeksi, dan penyebab tidak langsung,
sebagian besar karena interaksi antara kondisi medis yang sudah ada sebelumnya dalam
kehamilan. Risiko seorang wanita di negara berkembang meninggal karena penyebab
ibu yang terkait selama hidupnya adalah sekitar 33 kali lebih tinggi dibandingkan dengan
wanita yang tinggal di negara maju. Kematian ibu merupakan indikator kesehatan yang
menunjukkan kesenjangan yang tinggi antara daerah kaya dan miskin, perkotaan dan
pedesaan, baik antara negara yang satu dengan yang lainnya (WHO, 2015).

Penurunan AKI di Indonesia terjadi sejak tahun 1991 sampai dengan 2007, yaitu
dari 390 menjadi 228. Namun demikian, SDKI tahun 2012 menunjukkan peningkatan
AKI yang signifikan yaitu menjadi 359 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup. AKI
kembali menujukkan penurunan menjadi 305 kematian ibu per 100.000 kelahiran hidup
berdasarkan hasil Survei Penduduk Antar Sensus 2015. Hasil Survei Penduduk Antar
Sensus (SUPAS) 2015 juga menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) sebesar 22,23 per
1.000 kelahiran hidup, yang artinya sudah mencapai target MDG 2015 sebesar 23 per
1.000 kelahiran hidup. Begitu pula dengan Angka Kematian Balita (AKABA)
menunjukkan hasil sebesar 26,29 per 1.000 kelahiran hidup, juga sudah memenuhi target
MDG’s 2015 sebesar 32 per 1.000 kelahiran hidup (Kemenkes, 2015

Jumlah Kematian Ibu di Provinsi Banten pada tahun 2011 adalah 168.8 /100.000
kelahiran hidup. Angka ini menurun jika dibandingkan dengan angka kematian ibu di
tahun 2010 yang mencapai 191/ 100.000 kelahiran hidup. Sedangkan angka kematian bayi
di Provinsi Banten pada tahun 2011 adalah 29.5 / 1000 kelahiran hidup. Angka ini juga
menurun dari tahun 2010 dimana angka kematian bayi di Provinsi Banten mencapai 34.2 /
1000 kelahiran hidup (Depkes,2011).
Jumlah kematian ibu di Provinsi Banten Kabupaten Tangerang pada tahun 2014
adalah sebanyak 47 kasus kematian dengan penyebab kematian ibu sebesar 90 % terjadi
pada saat persalinan dan segera setelah persalinan, jumlah kematian ibu pada tahun 2014
terjadi peningkatan dibandingkan pada tahun 2013 hal ini dikarenakan menurunnya
cakupan persalinan oleh tenaga kesehatan dan menurunnya cakupan penanganan
komplikasi obsteri (Dinkes, Kab. Tangerang, 2014).
Pada tahun 2014 penyebab kematian ibu terbanyak adalah karena
PEB/Eklamsia/ Hipertensi dalam kehamilan sebanyak 18 kasus (39 %). Jumlah kematian
Bayi meningkat selama tiga tahun pertama disebabkan karena meningkatnya jumlah kasus
Neonatal Komplikasi dan makin baiknya pencatatan dan pelaporan oleh petugas. Pada
tahun 2014 terjadi penurunan jumlah kematian bayi dikarenakan menurunnya jumlah
kematian neonatal. Dari 268 kematian bayi pada tahun 2014. Penyebab terbanyak
kematian bayi adalah BBLR, Asfiksia, disebabkan karena tingginya komplikasi Hipertensi
Dalam Kehamilan (HDK) dan Pre Eklampsi Berat (PEB) pada ibu (Dinkes Kab.
Tangerang, 2014).
AKI dan AKB merupakan masalah global yang harus segera ditangani, karena
dapat berdampak pada pembangunan dalam bidang kesehatan. Oleh karena itu,
pemerintah berupaya mencapai target Sustainable Develoment Goals (SDGs) yaitu pada
tahun 2030 dapat mengurangi AKI hingga di bawah 70 per 100.000 kelahiran hidup dan
mengakhiri kematian bayi dan balita yang dapat dicegah, menurunkan Angka Kematian
Neonatal setidaknya hingga 12 per 1.000 KH dan Angka Kematian Balita 25 per 1.000
KH (SDG’S, 2015).
Dalam upaya menurunkan AKI dan AKB, Kementerian Kesehatan membuat
rencana strategi untuk tahun 2015-2019, yaitu meningkatnya status kesehatan masyarakat
dan meningkatnya daya tanggap dan perlindungan masyarakat terhadap risiko sosial dan
finansial di bidang kesehatan. Indikator pencapaian yang dibuat adalah dengan
menurunnya AKI dari 359 per 100.00 kelahiran hidup menjadi 306 per 100.000 kelahiran
hidup, menurunnya angka kematian bayi dari 32 menjadi 24 per 1.000 kelahiran hidup,
menurunnya persentase BBLR dari 10,2% menjadi 8%, meningkatnya upaya peningkatan
promosi kesehatan dan pemberdayaan masyarakat, serta pembiayaan kegiatan promotif
dan preventif, dan meningkatnya upaya peningkatan perilaku hidup bersih dan sehat
(Kemenkes, 2015).
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menurunkan kematian ibu,
bayi baru lahir, bayi dan balita. Antara lain yaitu melalui penempatan bidan di desa,
pemberdayaan keluarga dan masyarakat dengan menggunakan Buku Kesehatan Ibu dan
Anak (Buku KIA) dan Program Perencanaan Persalinan dan Pencegahan Komplikasi
(P4K), serta penyediaan fasilitas kesehatan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi Dasar
(PONED) di Puskesmas perawatan dan Pelayanan Obstetri Neonatal Emergensi
Komprehensif (PONEK) di rumah sakit (Kemenkes, 2015).
salah satu cara menurunkan angka kematian ataupun angka kesakitan ibu adalah
dengan mengurangi atau mencegah terjadinyakomplikasi pasca persalian,lebih sefesifik
lagi adalah mengurangi timbulnyakomplikasi setelah bedah caseare. section caesare
merupakan suatu cara persalian janin dengan membuat sayatan pada dinding perut,
secrtion caesare juga dapat di definisikan sebagai suatu histerotomia untuk melahirkan
janin dari dalam rahim. section caesare jauh lebih aman berat kemajuan dalamantibiotik,
tranfusi darah, anastesi dan tehnik oprasi tersebut tanpa dasar inikasi yang lebih kuat
(Amru,Sofian. Rustam Mochtar, 2012).
WHO menyarankan oprasi sesar yang di lakukan hanya sekitar 10-15% dari
jumlah total kelahiran. WHO tersebut didasarkan pada analisis resiko-resiko yang muncul
akibat sesar, penelitian yang dilakuakn di Bangladesh, menemukan dalam 10 tahun terjai
21.149 kelahiran dan 70,5% di antaranya bedah sesar. persalinan bedah sesar meningkat
45,8% menjadi 70,5% dalam 10 tahun sedangkan kelahiran spontan berkurang dari 54,1%
menjadi 29,4% (sadiah, Hani 2012)
Berdasarkan Profil Kesehatan Puskesmas Pakuhaji (2016), di Puskesmas
Pakuhaji jumlah ibu hamil 1576. Dengan presentasi capuan K1 1385 (87,9%), cakupan
K4 1275 (80,9%). Data persalinan Puskesmas Pakuhaji tahun 2016 terdapat 1257
kelahiran. Yang melakukan kunjungan nifas (KF 1) jumlah nifas 1256 (83,5%), KF 2
jumlah ibu nifas 1251 (83,2%), dan KF 3 jumlah nifas 1201 (79,9%)
Maka dari data-data di atas perlu dilakukan asuhan kebidanan pada ibu hamil
secara komprehensif dan berkesinambungan mulai dari asuhan kehamilan, persalinan dan
nifas yang sehat dan meningkatkan kesejahteraan, kesehatan ibu dan bayi, mendeteksi
kehamilan dan kemungkinan terjadinya komplikasi yang terjadi selama masa
kehamilannya, menerapkan asuhan persalinan, nifas, bayi baru lahir yang sesuai serta
memberikan pendidikan kesehatan sesuai dengan kebutuhan pasien (Sarwono, 2009).
Untuk itu penulis melakukan asuhan kebidanan dari masa kehamilan, persalinan, nifas dan
bayi baru lahir pada Ny.U di Puskesmas Pakuhaji Kabupaten Tangerang

1.2 Rumusan Masalah


berdasarkan studi pendahuluan
1.3

You might also like