You are on page 1of 15

MAKALAH TOKSIKOLOGI INDUSTRI 2

NEMATISIDA

Oleh :

Mahmudah Aslamiyah 101511535002

Jeacqueline Panorama Perwira N 101511535011

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA BANYUWANGI

2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala Rahmat dan
Hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dengan judul
“Nematisida” ini dibuat dengan tujuan memberikan pemahaman mengenai dampak pestisida
nematisida terdapat dan sebagai salah satu tugas mata kuliah Toksikologi Industri 2. Proses
pembuatan makalah ini tidak akan mampu terselesaikan dengan baik tanpa bantuan beberapa
orang yang turut berperan. Dalam kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Tim dosen pembimbing mata kuliah Toksikologi Industri 2.
2. Teman-teman FKM PSDKU Universitas Airlangga di Banyuwangi yang saling memberikan
semangat dan masukan.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini belum sempurna, oleh
karena itu penulis mengharapkan adanya masukan berupa kritik dan saran yang membangun.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat untuk pengembangan wawasan dan peningkatan ilmu
pengetahuan bagi kita semua.

Banyuwangi, 28 September 2018

Penulis

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................2
DAFTAR ISI..............................................................................................................................3
BAB I PENDAHULUAN..........................................................................................................4
1.1 Latar Belakang..................................................................................................................4
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................4
1.3 Tujuan...............................................................................................................................5
BAB II PEMBAHASAN...........................................................................................................6
2.1 Kandungan Nematisida....................................................................................................6
2.2 Kegunaan Nematisida.......................................................................................................6
2.3 Dampak Nematisida Terhadap Kesehatan........................................................................8
2.4 Upaya Pencegahan dan Pengendalian............................................................................10
BAB III PENUTUP..................................................................................................................14
3.1 Kesimpulan.....................................................................................................................14

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertanian dan pestisida merupakan dua hal yang tidak dapat dipisahkan. Menurut PP
No 7 tahun 1973, pestisida adalah semua zat kimia atau bahan lain serta jasad renik dan virus
yang digunakan untuk mengendalikan atau mencegah hama atau penyakit yang merusak
tanaman, bagian tanaman atau hasil-hasil pertanian, mengendalikan rerumputan atau gulma,
mengatur pertumbuhan tanaman, mengendalikan hama-hama pada hewan peliharaan,
mengendalikan hama air, dan mengendalikan binatang yang dapat menyebabkan penyakit
pada manusia dan binatang yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia dan binatang
yang perlu dilindungi. Pestisida dikelompokan berdasarkan organisme pengganggu tanaman
(OPT) yang menyerang, diantaranya insektisida, akarisida, fungisida, bakterisida, herbisida,
rodentisida, moluskisida dan nematisida.
Nematisida merupakan salah satu jenis pestisida yang bertujuan untuk membasmi
cacing parasit pada tanaman. Tanaman yang sering terserang adalah kopi dan lada. Hama ini
menyerang bagian akar dari tanaman kopi dan lada. Menurut penelitian Retno dan Mulyadi
( 2007) menyatakan bahwa setiap 10 gram akar kopi Arabika terdapat 1974,2 ekor nematoda
R. simillis dan dalam 100 ml tanah terdapat 225,3 ekor nematoda R. simillis, sedangkan pada
akar kopi Robusta setiap 10 gram akarnya terdapat 563,3 ekor nematoda P. coffeae dan dalam
100 ml tanah terdapat 26,3 ekor nematoda P. coffeae. Hasil tersebut tentunya terbilang cukup
tinggi. Penyemprotan nematisida terus dilakukan oleh petani. kegiatan tersebut tentunya akan
berdampak bagi kesehatan petani. gangguan kesehatan akibat paparan nematisida diantaranya
hipertiroid, keracunan, dan infertil. Menurut WHO (2018), mencatat 1-5 juta kasus keracunan
terjadi tiap tahunnya, khususnya pada pekerja pertanian. Sebesar 80% terjadi di negara
berkembang dengan morytality rate sebesar 5,5% atau sekitar 220.000 jiwa. Dampak besar
yang diakibatkan oleh pestisida tentunya harus mendapat perhatian besar untuk mencari
metode pencegahan yang baik agar kasus gangguan kesehata akibat pestisida dapat dicegah.
1.2 Rumusan Masalah
1. Apa kandungan pestisida jenis nematisida ?
2. Apa saja kegunaan nematisisda untuk tanaman ?
3. Apa dampak nematisida terhadap kesehatan ?
4. Bagaimana upaya pencegahan dan pengendalian terhadap dampak yang ditimbulkan
oleh nematisida ?

4
1.3 Tujuan
1. Mengetahui kandungan nematisida yang digunakan petani untuk memberantas hama
nematoda.
2. Mengetahui kegunaan nematisida pada tanaman.
3. Mengetahui dampak kesehatan yang dihasilkan dari paparan nematisida.
4. Mengetahui upaya pencegahan dan pengendalian dampak kesehatan akibat paparan
nematisida.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1 Kandungan Nematisida
Bahan baku dari pestisida untuk mengendalikan hama pada bagian akar yaitu
karbofuran dan karbosulfan sebanyak 3%. Bahan aktif karbofuran ini berfungsi sebagai
pengendali hama nematoda yang terdapat di akar, serangga dan juga ulat. Salah satu merek
dagang pestisida untuk nematoda yaitu Fudaran 3GR, pestisida ini juga berfungsi sebagai
pembasmi insektisida yang tentunya didalam pestisida ini terdapat kandungan karbofuran
sebesar 3%. Fudaran 3GR ini memiliki sifat sistemik, memiliki cara kerja dengan cara
diserap oleh tanaman melalui jaringan-jaringan tanaman setelah butiran fudaran 3 GR larut
dalam air. Sehingga ketika hama memakan bagian dari tumbuhan tersebut, zat yang telah di
serap oleh tanaman akan masuk dalam sistem pencernaan dan akan membunuh hama dan
nematoda itu sendiri. Dosis yang di rekomendasikan oleh pestisida Fudaran 3GR sendiri yaitu
sebesar 20 kg per hektar.
Gambar 1. Contoh nematisida yang beredar di pasaran

Sumber : google.com
2.2 Kegunaan Nematisida
Sesuai dengan namanya, nematisida digunakan untuk memberantas dan memperlambat
laju pertumbuhan hama filum nematoda (cacing) pada tumbuhan. Pemberantasan nematoda
lebih sulit dan cukup membutuhkan biaya. Pemakaian nematisida sering ditemui pada
perkebunan yag memiliki omset yang cukup tinggi seperti perkebunan kopi dan lada.
Nematisida juga dapat memberantas serangga dan cendawan (jamur). Nematisida bersifat

6
toksik pada tanaman, sehingga penyemprotan nematisida harus dilakukan 3 minggu sebelum
tanam.
Gambar 2. Proses Penyemprotan Nematisida

Pestisida
(nematisida)
Larutan semprot
Air Atomisasi Butiran semprot

Deposit Bidang sasaran


Di distribusikan
Hilang (endo loss) :
run off, roll off, Hilang (exo loss) : drift,
percikan, hujan menguap, jatuh ke
tanah

Gambar 3. Hama nematoda (cacing) pada akar pohon kopi

Sumber : google.com

Gambar 5. Hama nematoda

7
Sumber : google.com

Menurut hasil penelitian yang dilakukan oleh Hulupi & Mulyadi (2007) menyatakan
bahwa nematoda jenis R. Similis dan P. Coffeae dapat menimbulkan kerusakan pada kopi
Arabika maupun kopi Robusta yang ditanam pada lahan ketinggian menengah, namun R.
Similis lebih merusak kopi Arabika dibandingkan kopi Robusta. Sebaran R. Similis lebih
banyak berada pada kedalaman tanah lebih dari 50 cm di bwah permukaan tanah, sesuai
dengan zona kepadatan akar kopi Arabika yang mencapai kedalaman lebih dari 30 cm,
sedangkan P. Coffeae berada pada zona perakaran dengan kedalaman kurag dari 30 cm,
sesuai dengan pola kepadatan akar kopi Robusta yang lebih banyak terdapat pada kedalaman
kurang dari 20 cm.
2.3 Dampak Nematisida Terhadap Kesehatan
Nematisida merupakan bahan kimia yang dekat dengan kehidupan manusia, terutama
petani. Setiap hari petai terpapar nematisida atau pestisida jenis lainnya. Baik dalam jumlah
besar maupun kecil. Menurut Oktafa (2016), intake racun pestisida dapat terjadi secara sadar
atau tidak kedalam tubuh manusia melalui kulit, pernafasan dan oral.
1. Kontaminasi melalui kulit
Kontaminasi lewat kulit merupakan kontaminasi yang paling sering terjadi
walaupun tidak semuanya berakhir pada keracunan akut. Sebanyak lebih dari 90%
kasus keracunan di seluruh dunia disebabkan oleh kontaminasi lewat kulit
(Djojosumarto,2008 dalam Oktafa, 2016). Menurut Oktafa (2016), risiko keracunan
semakin besar jika nilai lethal dose 50 (LD50) semakin kecil, konsentrasi pestisida
semakin pekat, formulasi pestisida dalam bentuk yang mudah diserap. Bagian kulit
yang memiliki risiko terpapar lebih besar meliputi punggung tangan. Paparan terjadi

8
pada saat petani melakukan aktifitas penyemprotan, pencampuran, dan pencucian
alat-alat penyemprotan.
2. Kontaminasi melalui pernafasan
Kontaminasi melalui pernafasan menempati posisi kedua penyebab keracunan
pestisida terbesar setelah kontaminasi kulit. Gas dan partikel pestisida terhirup
melalui hidung masuk kedalam tubuh manusia. Gas atau partikel yang bersifat halus
( kurang dari 10 mikron) dapat masuk kedalam paru-paru, sedangkan partikel yang
lebih besar ( lebih dari 50 mikron) akan menempel pada selaput lendir di hidung atau
kerongkongan (Oktafa, 2016). Pestisida dapat terhirup kedalam manusia juga
dipengaruhi oleh nilai lethal dose (LD50) sama halnya dengan kontaminasi kulit.
Toksisitas pestisida yang terhirup ditentukan oleh konsentrasinya didalam udara, lama
waktu terpapar dan kondisi fisik individu saat terpapar pestisida atau saat melakukan
penyemprotan.
3. Kontaminasi melaui oral
Kontaminasi pestisida melalui mulut tidak terlalu sering terjadi dibandingakn
dengan kontaminasi melalui kulit dan pernafasan. Contoh kontaminasi pestisida
melalui oral menurut Quijano dan Rengam (2001) dalam Oktaf (2016) meliputi kasus
bunuh diri yang dengan sengaja meminum pestisida, melakukan aktiftitas makan
minum atau merokok saat penyemprotan pestisida, menyeka keringat dengan tangan
atau kain yang terkontaminasi pestisida, drfit atau butiran pestisida terbawa angin
masuk kedalam mulut, makanan dan minuman yang terpapar pestisida tertelan
kedalam tubuh.
Nematisida merupakan jenis dari pertisida yang berfungsi untuk memberantas
nematoda parasit (cacing parasit) yang menyerang akar dan batang tumbuhan tentuya
memiliki dampak kesehatan bagi manusia, khususnya bagi petani yang terpapar nematisida
secara langsung dengan kadar yang tinggi dan waktu yang lama. Menurut Suhartono (2014),
dampak dari paparan pestisida bagi manusia meliputi :
1. Hipoteroid
Suatu kondisi kelainan pada seseorang akibat adanya gangguan kelenjar tiroid,
baik berupa perubahan bentuk kelenjar maupun perubahan fungsi (berlebihan,
berkurang atau normal) (Kemenkes RI, 2015). Menurut kelainan fungsinya, gangguan
tiroid akibat paparan pestisida disebut hipertiroid yaitu kumpulan manifestasi klinis
akibat berkurang atau berhentinya produksi hormon tiroid. Hipertiroid merupakan
efek dari pestisida organofosfat dan karbamat yang dapat mengganggu kerja endokrin

9
dan fungsi tiroid. Mekanis terganggunya tiroid yaitu pestisida menggangu struktur
dan fungsi kelenjar tiroid, menguba sirkulasi dan kadar hormon tiroid di jaringan dan
mengganggu pengaturan enzim yang berhubungan dengan keseimbangan hormon
tiroid (Komang, 2017).
2. Infertilitas, abortus spontan, gangguan tumbuh kembang bayi, Attention
Deficit Hyperactivity Disorder (ADHD) atau autisme pada bayi
Hipertiroid yang terjadi WUS dapat menyebabkan gangguan kesuburan. Begitu
pula bila terjadi pada ibu hamil, maka akan menimbulkan peluang terjadinya
gangguan tumbuh kembang janin bahkan abortus spontan. Akibat dari gangguan
tumbuh kembang bayi dapat menyebabkan ADHD.
3. Pusing, mual, gangguan kulit dan pernafasan
Penelitian yang dilakukan Siska ( 2008) tentang gangguan keehatan yang terjadi
akibat paparan pestisida antara lain pusing, sakit kepala, badan lemah, mual, dan
panas dikulit. Gangguan kesehatan tersebut terjadi selama atau setelah melakukan
penyemprotan pestisida.
2.4 Upaya Pencegahan dan Pengendalian
Kontaminasi pestisida yang mudah masuk kedalam tubuh melalui kulit, pernafasan dan
orang menyebabkan banyak gangguan kesehatan yang ditimbulkan dan dapat mengganggu
produktifitas bahkan berakibat fatal yaitu kematian. Adapun pencegahan dan pengendalian
dari dampak yang disebabkan dari penggunaan pestisida, nematisida atau jenis sebagai
berikut :
A. Pemilihan Pestisida
1. Dalam memilih formulasi pestisida, terlebih dahulu harus diketahui jenis hama,
penyakit dan gulmanya. Formulasi pestisida yang dipilih harus sesuai dengan hama,
penyakit dan gulma sasaran.
2. Sebelum membeli pestisida bacalah label pada wadahnya, terutama keterangan
mengenai jenis hama, penyakit, dan gulma sasaran, cara menggunakan dan bahaya
yang dapat ditimbulkan.
3. Membeli pestisida yang telah terdaftar dan diijinkan oleh pemerintah
B. Penggunaan Pestisida
1. Karyawan atau petugas penyemprot harus berbadan sehat, tidak mempunyai kelainan
kulit, luka terbuka maupun penyakit saluran pernapasan.
2. Anak-anak, wanita hamil atau menyusui dan yang kurang sehat, tidak diperbolehkan
ikut bekerja.

10
3. Sebelum bekerja, harus makan dan minum secukupnya.
4. Petugas harus memakai pakaian pelindung khusus, seperti : baju berlengan panjang,
celana panjang, pelindung badan (avron), sarung tangan, sepatu boot tinggi, topi,
masker, dan plastik penutup mata (“google”).
5. Pada waktu bekerja tidak boleh sambil makan, minum atau merokok.
6. Hindarkan pestisida terhirup melalui pernafasan atau terkena kulit, mata, mulut dan
pakaian.
7. Penakaran, pengenceran dan pencampuran pestisida dilakukan di tempat terbuka atau
di ruangan yang berventilasi baik dengan penerangan yang cukup.
8. Campurlah pestisida sesuai dengan takaran yang dianjurkan. Untuk pengenceran
gunakan air yang bersih. Pengadukan dilakukan dengan menggunakan alat yang telah
ditentukan, tidak boleh langsung dengan tangan. Pengadukan dilakukan sampai rata
secara hati-hati agar tidak tumpah atau memercik. Selama mencampur, pakailah
sarung tangan karet dan plastik penutup mata (“googles”).
9. Alat semprot yang digunakan harus dalam keadaan baik, bersih dan tidak bocor.
Untuk menghindari bahaya keracunan pada tanaman, alat-alat yang digunakan untuk
herbisida harus khusus dan tidak boleh digunakan untuk jenis pestisida lain (fungisida
atau insektisida).
10. Karyawan sebaiknya tidak bekerja sendiri, terutama jika bekerja dengan pestisida
yang relatif sangat beracun (misal : Paraquat).
11. Penyemprotan tidak dilakukan pada waktu akan turun hujan, angin bertiup kencang
dan arah semprot tidak boleh berlawanan dengan arah angin.
12. Bila pada waktu bekerja pestisida mengenai pakaian, kulit, mata atau bagian tubuh
lainnya, bersihkan segera dan cuci dengan air bersih dan sabun. Bila terkena mata,
cuci dengan air bersih selama 15 menit.
13. Bersihkan selalu muka dan tangan dengan air bersih dan sabun sebelum beristirahat
untuk makan, minum atau merokok. Disarankan pada saat makan tidak menggunakan
tangan tetapi dengan sendok.
14. Bila terjadi gejala keracunan, segera berhenti dan beri pertolongan pertama atau
dibawa ke poliklinik/ dokter bila perlu.
15. Alat-alat yang digunakan setelah bekerja serta pakaian, sepatu boot dan perlengkapan
kerja lainnya supaya dicuci dengan air bersih di tempat yang aman, jauh dari sumur
atau sumber air untuk keperluan hidup.

11
16. Kemasan kosong bekas pestisida supaya dikembalikan ke gudang kebun dan akan
dimusnahkan atau dikubur oleh petugas gudang/ petugas yang ditunjuk.
17. Sisa pestisida dari lapangan harus dipastikan diserahkan dan disimpan dengan baik di
gudang.
18. Setelah selesai bekerja para petugas harus segera mandi
19. Setiap pekerja semprot dimutasikan ke pekerjaan lainnya dengan rotasi 2 (dua) bulan
sekali. Hal ini bertujuan untuk memutus kontak pekerja dengan pestisida.
20. Pemberian extra fooding (susu dan telur) dalam bentuk natura, diberikan langsung di
lapangan.
C. Penyimpanan Pestisida
1. Kemasan pestisida yang baru masuk gudang, diberi tanggal pembelian. Untuk
memudahkan penghapusan bahan-bahan yang kadaluarsa perlu dilaksanakan prinsip
FIFO-first in first out.
2. Pestisida harus disimpan di tempat yang khusus (gudang dalam gudang) dan terpisah
dari pupuk, bahan makanan, dan sumber air. Tempat penyimpanan harus berventilasi
baik dan tidak terkena langsung sinar matahari. “Waspada bahaya kebakaran karena
beberapa bahan formulasi mudah terbakar”.
3. Tiap jenis pestisida harus ditempatkan secara terpisah menurut kelompoknya masing-
masing yaitu herbisida, fungisida, insektisida dan sebagainya.
4. Pestisida harus disimpan dalam wadah pembungkus asli yang tertutup rapat dan tidak
bocor, dengan label yang berisi keterangan lengkap dan jelas. Jika perlu label ditutup
dengan selotip transparan supaya tidak lepas dari wadah.
5. Selama dalam penyimpanan, diusahakan wadah pestisida selalu tertutup rapat, karena
uap air, zat asam di udara, suhu yang relatif tinggi, sinar matahari dan air dapat
merusak pestisida sehingga efektifitasnya berkurang atau bahkan hilang.
6. Pestisida yang disimpan harus diperiksa secara teratur untuk mengetahui ada tidaknya
kebocoran atau pestisida yang rusak. Siapkan wadah kosong dengan berbagai jenis
dan ukuran untuk di gunakan sewaktu-waktu bila terjadi kebocoran. Setelah pestisida
dipindahkan, berilah label pada wadah baru dengan keterangan mengenai merk
dagang pestisida yang dipindahkan tersebut.
7. Pada saat pengontrolan stock barang di gudang (pestisida, solar, bensin dan
sebagainya), tidak diperbolehkan dilakukan dengan cara memindahkan ke
tempat/bagian yang lebih kecil, akan tetapi dilakukan dengan menggunakan alat
pengukur khusus yang berada pada setiap jenis barang.

12
D. Rincian instruksi kerja
1. Segera berhenti bekerja bila timbul gejala keracunan.
2. Cuci segera kulit atau rambut yang terkena pestisida dengan sabun dan air yang
banyak.
3. Lepaskan pakaian yang terkena pestisida untuk diganti dengan yang bersih.
4. Cucilah segera dengan air bersih yang banyak selama 15 menit atau lebih secara terus
menerus bila pestisida mengenai mata.
5. Bawalah penderita ke tempat terbuka yang berudara segar, longgarkan pakaian yang
ketat dan baringkan dengan dagu agak terangkat ke atas supaya dapat bebas bernafas
bila pestisida terhisap melalui pernafasan.
6. Usahakan supaya penderita muntah bila pestisida tertelan dan penderita dalam
keadaan sadar. Ulangi pemuntahan sampai yang dimuntahkan berupa cairan jernih.
Usaha pemuntahan tidak boleh dilakukan bila :
a) Penderita dalam keadaan kejang atau tidak sabar
b)Penderita tertelan bahan yang mengandung minyak mineral berat
c) Penderita tertelan bahan alkalis atau asam kuat yang korosif dengan gejala rasa
terbakar atau nyeri pada mulut dan kerongkongan.
7. Usahakan supaya saluran pernafasan tidak tersumbat bila penderita tidak sadar.
“Jangan memberikan sesuatu melalui mulut kepada penderita yang tidak sadar. Bila
pernafasan penderita berhenti, usahakan pernafasan buatan.”
8. Usahakan jangan sampai timbul cedera bila penderita kejang. Longgarkan pakaian di
sekitar leher, taruh bantal di bawah kepala dan berikan ganjal di antara gigi untuk
mencegah penderita menggigit bibir atau lidahnya sendiri.
9. Bila langkah-langkah pertolongan pertama terhadap keracunan pestisida tidak
memberikan pengaruh yang baik, maka segera bawa penderita ke poliklinik/ dokter.
10. Detail mengenai pertolongan pertama terhadap keracunan pestisida terdapat pada SOP
K3 dan proteksi lingkungan.

13
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
1. Kandungan dari nematisida adalah karbofuran dan karbosulfan sebanyak 3%.
Selain untuk memberantas hama cacing, nematisida juga dapat digunakan untuk
memberantas hama serangga. Merek dagang yang biasa digunakan adalah Fudaran
3GR.
2. Sesuai dengan namanya, nematisida digunakan untuk memberatas organisme
pengganggu tumbuhan yaitu nematoda parasit (cacing parasit). Hama ini biasa
menyerang akar tumbuhan kopi dan lada. Spesies nematoda parasit yaitu R.
Simillis dan P. Coffeae.
3. Dampak nematisida pada kesehatan antara lain hipertiroid, infertilitas, gangguan
perkembangan bayi, keracunan dan kematian.
4. Adapun cara penanganan dan pengendalian dampak nematisida dapat dilakukan
dengan cara memperhatikan komposisi bahan kimia yang terkandung dalam
nematisida, cara penggunaan nematisida beserta konsentrasi yang dianjurkan,
batas aman penggunaan nematisida, penyimpanan nematisida, APD yang diapaki
selama penyemprotan dan cara membersihkan diri setelah melakukan
penyemprotan.

14
DAFTAR PUSTAKA

Halupi R & Mulyadi, 2007, Sebaran Populasi Nematoda Radopholus similis dan
Pratylenchus coffeae Pada Lahan Perkebunan Kopi,
http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=270796&val=7118&title=Distribution%20of%20Radopholus
%20similisand%20Pratylenchus%20CoffeaeNematodes%20in%20Coffee
%20Plantation 27 September (22.30)
Kementrian Kesehatan RI, 2015, Infodatin ; Situasi dan analisis penyakit tiroid,
www.depkes.go.id/download.php%3Ffile
%3Ddownload/pusdatin/infodatin/infodatin-
tiroid.pdf+&cd=1&hl=id&ct=clnk&gl=id 28 September 2018 (12.35)
Pamungkas, O S, 2016, BAHAYA PAPARAN PESTISIDA TERHADAP KESEHATAN
MANUSIA http://download.portalgaruda.org/article.php?
article=478734&val=7718&title=BAHAYA%20PAPARAN%20PESTISIDA
%20TERHADAP%20KESEHATAN%20MANUSIA 28 September 2018
(10.34)
Pemerintah RI, 1995, PP RI No. 6 Tahun 1995 Tentang Zat Atau Senyawa Kimia, Zat
Perangsang Tumbuh, Bahan Lain, Serta Mikroorganisme Atau Virus Yang
Digunakan Untuk Melindungi Tanaman, Sekretaris Negara, Jakarta.
Pundu, 2012. Kebijakan dan Pedoman Pengelolaan Pestisida. Jakarta
Sulistyoningrum, D C S, 2008, Gangguan Kesehatan Akut Petani Pekerja Akibat Pestisida
Di Desa Kedung Rejo Kecamatan Megaluh Kabupaten Jombang,
https://repository.usd.ac.id/2458/ 28 September 2018 (12.45)
Yuda Y K, 2017, Risiko Hipotiroidisme oleh Paparan Pestisida pada Pekerja Agrikultur,
juke.kedokteran.unila.ac.id/index.php/medula/article/view/1913 28
September 2018 (12.30)
Yuniarti Catur G M, dkk, 2015, ANALISIS RISIKO PAJANAN PESTISIDA TERHADAP
KESEHATAN PETANI,
https://journal.unnes.ac.id/nju/index.php/kemas/article/viewFile/3387/3299
28 September 2018 (10.54)

15

You might also like