You are on page 1of 26

PENGKAJIAN RUANGAN ANESTESI DAN OK

A. Data Demografi
Nama : Tn. S
Umur : 38 th
Jenis Kelamin : Laki- Laki
Status : Nikah
Tanggal masuk Rs : 13-5-2017
Nama penanggung jawab :Ny. M
Diagnosa Medis : Corpus Alienum
No medical Recor :047979
B. Riwayat penyakit
1. Riwayat penyakit Sekarang :
Pasien berkunjung ke poli bedah dengan keluhan + 3 bulan pos dengan terkena
duri sawit dan terasa nyeri pada bagian tangan kanan pasien
2. .Riwayat penyakit Dahulu :
Pasien tidak ada riwayat penyakit operasi lain
3. Riwayat penyakit Keluarga :
Pasien mengatakan tidak pernah menderita penyakit yang menular ataupun
keturunan seperti TB dan DM.
C. PEMERIKSAAN HEAD TO TOES
Keadaaan umum : sedang
Viatal sing :
N :86x/i
P :20x/i
TD :100/60 mmhg
S :36 0c
1. Kulit :

Warna kulit sawo matang

2. Tinggi badan, berat badan :

TB : 80 cm

BB : 7,2
3. Mata :

I : simetris kiri dan kanan, cekung (+), konjungtiva tidak anemis,

P: tidak ada edem

P: -

A: -

4. Telingga:

I : secret (-), serumen (-)

P : tidak ada benjolan

P:-

A:-

5. Hidung :

I : simrtri kiri dan kanan

P :tidak ada polip

P : benjolan

A :-

6. Mulut :

mukosa mulut kering simetris tidak ada labio skiziz

7. Dada:

I : Simetris

P : tidak ada nyeri tekan

8. Jantung :

I : Ictus cordis tidak nampak


P: Ictus teraba RIC V MC
P : Pekak, batas jantung N (intercosta
ke 2 dan ke 5 sebelah kiri)
A : Lup dup
9. Abdomen :

I: Datar
P : Tidak ada pembengkakan
P : Timpani
A : Ada bunyi bising usus 10x/i
10. Punggung :

 Datar, Bersih

 tidak ada pembengkakan

11. Ekstremitas

Kuku bersih, turgor baik, capilary refill time > 3 detik, untuk mobilitas dan keamanan

(koordinasi otot, pergerakan tubuh) di semul ekstremitas baik, terpasang infus RL di

ekstremitas atas dekstra

12. Genitalia :

Tidak Menggunakan Kateter

13. Anus :

Tidak ada kelainan

14. Muskoloskeletal

Musculoskeletal
 Otot otot kuat berkembang dengan baik dan kekuatan bilateral sama
 Ektremitas simetris kiri dan kanan , kaki lurus dengen kelengkungan
minimum
Tidak ada kelainan pada

Kekuatan otot :
4444 4444

4444 4444

Fungsi refleksi
bisep :( √ )0( )1( )2( )3( )4
trisep :( √ )0( )1( )2( )3( )4
patella :( √ )0( )1( )2( )3( )4
achiles/ankle :( √ )0( )1( )2( )3( )4
babinski :( √ )0( )1( )2( )3( )4
Kesimpulan masalah keperawatan : dalam batas normal.

15. Neurologis :

Neurologi
a. Tingkat kesadaran
(√ ) compos mentis ( ) stupor
( ) apatis ( ) koma
( ) delirium ( ) samnolen

b. GCS :15 (E4M6V5)

c. Pengkajian syaraf cranial


No Nervus Data pengkajian
1 N. olfatorius normal
2 N. optikus Normal
3 N. okulomotorium normal
4 N. troklearasi Normal
5 N. trigeminus Normal
6 N. abdusen normal
7 N. fasialis Normal
8 N. vestibulokohklearis normal
9 N. glosofaringeus Normal
10 N. vagus Normal
11 N. assesorius Normal
12 N. hipoglosus Normal

PERSIAPAN PASIEN

 INFORM CONSENT

 Selain dilakukannya berbagai macam pemeriksaan penunjang terhadap pasien, hal

lain yang sangat penting terkait dengan aspek hukum dan tanggung jawab dan

tanggung gugat, yaitu Inform Consent. Baik pasien maupun keluarganya harus

menyadari bahwa tindakan medis, operasi sekecil apapun mempunyai resiko. Oleh

karena itu setiap pasien yang akan menjalani tindakan medis, wajib menuliskan
surat pernyataan persetujuan dilakukan tindakan medis (pembedahan dan

anastesi).

 Meskipun mengandung resiko tinggi tetapi seringkali tindakan operasi tidak dapat

dihindari dan merupakan satu-satunya pilihan bagi pasien. Dan dalam kondisi

nyata, tidak semua tindakan operasi mengakibatkan komplikasi yang berlebihan

bagi klien. Bahkan seringkali pasien dapat pulang kembali ke rumah dalam

keadaan sehat tanpa komplikasi atau resiko apapun segera setelah mengalami

operasi. Tentunya hal ini terkait dengan berbagai faktor seperti: kondisi nutrisi

pasien yang baik, cukup istirahat, kepatuhan terhadap pengobatan, kerjasama yang

baik dengan perawat dan tim selama dalam perawatan.

 Inform Consent sebagai wujud dari upaya rumah sakit menjunjung tinggi aspek

etik hukum, maka pasien atau orang yang bertanggung jawab terhdap pasien wajib

untuk menandatangani surat pernyataan persetujuan operasi. Artinya apapun

tindakan yang dilakukan pada pasien terkait dengan pembedahan, keluarga

mengetahui manfaat dan tujuan serta segala resiko dan konsekuensinya. Pasien

maupun keluarganya sebelum menandatangani surat pernyataan tersut akan

mendapatkan informasi yang detail terkait dengan segala macam prosedur

pemeriksaan, pembedahan serta pembiusan yang akan dijalani. Jika petugas belum

menjelaskan secara detail, maka pihak pasien/keluarganya berhak untuk

menanyakan kembali sampai betul-betul paham. Hal ini sangat penting untuk

dilakukan karena jika tidak meka penyesalan akan dialami oleh pasien/keluarga

setelah tindakan operasi yang dilakukan ternyata tidak sesuai dengan gambaran

keluarga.

Berikut ini merupakan contoh form inform consent :

PERNYATAAN
PERSETUJUAN TINDAKAN MEDIS/OPERASI

NAMA PASIEN : (L/P)

No. RM :

UNIT RAWAT :

Saya yang bertnda tangan di bawah ini :

Nama : ……………………….

Umur : ……………………….. tahun

Jenis kelamin : …………….

Alamat : ………………………

Suami/istri/ayah/ibu /keluarga‫٭‬ dari pasien yang bernama :

……………………………………………………………………………….

1. Menyatakan SETUJU/TIDAK SETUJU‫ ٭‬bahwa pasien tersebut akan dilakukan

tindakan medis operasi dalam rangka penyembuhan pasien.

2. Saya mengerti dan memahami tujuan serta resiko/komplikasi yang mungkin

terjadi dari tindakan medis/operasi yang dilakukan terhadap pasien dan oleh

karena itu bila terjadi sesuatu diluar kemapuan dokter sebagai manusia dan dalam

batas-batas etik kedokteran sehingga terjadi kematian/kecacatan pada pasien maka

saya tidak akan menuntut siapapun baik dokter maupun Rumah Sakit.

3. Saya juga menyetujui dilakukannya tindakan pembiusan baik lokal maupun

umum dalam kaitannya dengan tindakan medis/operasi tersebut. Saya juga

mengerti dan memahami tujuan dan kemungkinan resiko akibat pembiusan yang

dapat terjadi sehingga bila terjadi sesuatu diluar kemampuan dokter sebagai

manusia ddan dalam batas-batas etik kedokteran sehingga terjadi

kematian/kecacatan pada pasien maka saya tidak akan menuntut siapapun baik

dokter maupu Rumah sakit.


Yogyakarta, ……………………2007

Mengetahui,

Saya yang menyatakan,

Dokter yang merawat, Suami/istri/ayah/ibu /keluarga‫٭‬

____________________________________________________

(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap)

Saksi dari Rumah Sakit, Saksi dari keluarga,

_____________________________________________________

(tanda tangan dan nama lengkap) (tanda tangan dan nama lengkap)

‫ ٭‬coret yang tidak perlu

PERSIAPAN MENTAL/PSIKIS

 Persiapan mental merupakan hal yang tidak kalah pentingnya dalam proses
persiapan operasi karena mental pasien yang tidak siap atau labil dapat
berpengaruh terhadap kondisi fisiknya.
 Tindakan pembedahan merupakan ancaman potensial maupun aktual pada
integeritas seseorang yang dapat membangkitkan reaksi stres fisiologis
maupun psikologis (Barbara C. Long)
 Contoh perubahan fisiologis yang muncul akibat kecemasan/ketakutan antara
lain:
1. Pasien dengan riwayat hipertensi jika mengalami kecemasan
sebelum operasi dapat mengakibatkan pasien sulit tidur dan tekanan
darahnya akan meningkat sehingga operasi bisa dibatalkan.
2. Pasien wanita yang terlalu cemas menghadapi operasi dapat
mengalami menstruasi lebih cepat dari biasanya, sehingga operasi
terpaksa harus ditunda
 Setiap orang mempunyai pandangan yang berbeda dalam menghadapi
pengalaman operasi sehingga akan memberikan respon yang berbeda pula,
akan tetapi sesungguhnya perasaan takut dan cemas selalu dialami setiap
orang dalam menghadapi pembedahan. Berbagai alasan yang dapat
menyebabkan ketakutan/kecemasan pasien dalam menghadapi pembedahan
antara lain :
a. Takut nyeri setelah pembedahan
b.Takut terjadi perubahan fisik, menjadi buruk rupa dan tidak berfungsi
normal (body image)
c. Takut keganasan (bila diagnosa yang ditegakkan belum pasti)
d.Takut/cemas mengalami kondisi yang dama dengan orang lan yang
mempunyai penyakit yang sama.
e. Takut/ngeri menghadapi ruang operasi, peralatan pembedahan dan
petugas.
f. Takut mati saat dibius/tidak sadar lagi.
g.Takut operasi gagal.
 Ketakutan dan kecemasan yang mungkin dialami pasien dapat dideteksi
dengan adanya perubahan-perubahan fisik seperti: meningkatnya frekuensi
nadi dan pernafasan, gerakan-gerakan tangan yang tidak terkontrol, telapak
tangan yang lembab, gelisah, menayakan pertanyaan yang sama berulang kali,
sulit tidur, sering berkemih. Perawat perlu mengkaji mekanisme koping yang
biasa digunakan oleh pasien dalam menghadapi stres. Disamping itu perawat
perlu mengkaji hal-hal yang bisa digunakan untuk membantu pasien dalam
menghadapi masalah ketakutan dan kecemasan ini, seperti adanya orang
terdekat, tingkat perkembangan pasien, faktor pendukung/support system.
 Untuk mengurangi dan mengatasi kecemasan pasien, perawat dapat
menanyakan hal-hal yang terkait dengan persiapan operasi, antara lain :
 Pengalaman operasi sebelumnya
 Pengertian pasien tentang tujuan/alasan tindakan operasi
 Pengetahuan pasien tentang persiapan operasi baik fisik maupun penunjang.
 Pengetahuan pasien tentang situasi/kondisi kamar operasi dan petugas kamar
operasi.
 Pengetahuan pasien tentang prosedur (pre, intra, post operasi)
 Pengetahuan tentang latihan-latihan yang harus dilakukan sebelum operasi dan
harus dijalankan setalah operasi, seperti : latihan nafas dalam, batuk efektif,
ROM, dll.
 Persiapan mental yang kurang memadai dapat mempengaruhi pengambilan
keputusan pasien dan keluarganya. Sehingga tidak jarang pasien menolak
operasi yang sebelumnya telah disetujui dan biasanya pasien pulang tanpa
operasi dan beberapa hari kemudian datang lagi ke rumah sakit setalah merasa
sudah siap dan hal ini berarti telah menunda operasi yang mestinya sudah
dilakukan beberapa hari/minggu yang lalu. Oleh karena itu persiapan mental
pasien menjadi hal yang penting untuk diperhatikan dan didukung oleh
keluarga/orang terdekat pasien.
 Persiapan mental dapat dilakukan dengan bantuan keluarga dan perawat.
Kehadiran dan keterlibatan keluarga sangat mendukung persiapan mental
pasien. Keluarga hanya perlu mendampingi pasien sebelum operasi,
memberikan doa dan dukungan pasien dengan kata-kata yang menenangkan
hati pasien dan meneguhkan keputusan pasien untuk menjalani operasi.
 Peranan perawat dalam memberikan dukungan mental dapat dilakukan dengan
berbagai cara:
1. Membantu pasien mengetahui tentang tindakan-tindakan yang dialami
pasien sebelum operasi, memberikan informasi pada pasien tentang waktu
operasi, hal-hal yang akan dialami oleh pasien selama proses operasi,
menunjukkan tempat kamar operasi, dll.
Dengan mengetahui berbagai informasi selama operasi maka diharapkan
pasien mejadi lebih siap menghadapi operasi, meskipun demikian ada keluarga
yang tidak menghendaki pasien mengetahui tentang berbagai hal yang terkait
dengan operasi yang akan dialami pasien.
2. Memberikan penjelasan terlebih dahulu sebelum setiap tindakan persiapan
operasi sesuai dengan tingkat perkembangan. Gunakan bahasa yang
sederhana dan jelas. Misalnya: jika pasien harus puasa, perawat akan
menjelaskan kapan mulai puasa dan samapai kapan, manfaatnya untuk apa,
dan jika diambil darahnya, pasien perlu diberikan penjelasan tujuan dari
pemeriksaan darah yang dilakukan, dll. Diharapkan dengan pemberian
informasi yang lengkap, kecemasan yang dialami oleh pasien akan dapat
diturunkan dan mempersiapkan mental pasien dengan baik
3. Memberi kesempatan pada pasien dan keluarganya untuk menanyakan
tentang segala prosedur yang ada. Dan memberi kesempatan pada pasien
dan keluarga untuk berdoa bersama-sama sebelum pasien di antar ke kamar
operasi.
4. Mengoreksi pengertian yang saah tentang tindakan pembedahan dan hal-hal
lain karena pengertian yang salah akan menimbulkan kecemasan pada
pasien.
5. Kolaborasi dengan dokter terkait dengan pemberian obat pre medikasi,
seperti valium dan diazepam tablet sebelum pasien tidur untuk menurunkan
kecemasan dan pasien dapat tidur sehingga kebutuhan istirahatnya
terpenuhi.
Pada saat pasien telah berada di ruang serah terima pasien di kamar operasi,
petugas kesehatan di situ akan memperkenalkan diri sehingga membuat pasien
merasa lebih tenang. Untuk memberikan ketenangan pada pasien, keluarga
juga diberikan kesempatn untuk mengantar pasien samapi ke batas kamar
operasi dan diperkenankan untuk menunggu di ruang tunggu yang terletak di
depan kamar operasi.

PEMERIKSAAN STATUS ANASTESI

Pemeriksaaan status fisik untuk dilakukan pembiuasan dilakukan untuk


keselamatan selama pembedahan. Sebelum dilakukan anastesi demi
kepentingan pembedahan, pasien akan mengalami pemeriksaan status fisik
yang diperlukan untuk menilai sejauh mana resiko pembiusan terhadap diri
pasien. Pemeriksaan yang biasa digunakan adalah pemeriksaan dengan
menggunakan metode ASA (American Society of Anasthesiologist).
Pemeriksaan ini dilakukan karena obat dan teknik anastesi pada umumnya
akan mengganggu fungsi pernafasan, peredaran darah dan sistem saraf.
Berikut adalah tabel pemeriksaan ASA.
ASA grade Status Fisik Mortality (%)
I. Tidak ada gangguan organik, biokimia dan psikiatri. Misal: penderita dengan
herinia ingunalis tanpa kelainan lain, orang tua sehat, bayi muda yang sehat
0,05
II. Gangguan sistemik ringan sampai sedang yang bukan diseababkan oleh
penyakit yang akan dibedah. Misal: penderita dengan obesitas, penderita
dengan bronkitis dan penderita dengan diabetes mellitus ringan yang akan
mengalami appendiktomi 0,4
III. Penyakit sistemik berat; misalnya penderita diabetes mellitus dengan
komplikasi pembuluh darah dan datang dengan appendisitis akut. 4,5
IV. Penyakit/gangguan sistemik berat yang menbahayakan jiwa yang tidak selalu
dapat diperbaiki dengan pembedahan, misalnya : insufisiensi koroner atau
infark miokard 25
V. Keadaan terminal dengan kemungkinan hidup kecil, pembedahan dilakukan
sebagai pilihan terakhir. Misal: penderita syok berat karena perdarahan akibat
kehamilan di luar rahim pecah. 50

PEMERIKSAAN PENUNJANG

Persiapan penunjang merupakan bagian yang tidak dapat dipisahkan dari tindakan
pembedahan. Tanpa adanya hasil pemeriksaan penunjang, maka dokter bedah tidak meungkin
bisa menentukan tindakan operasi yang harus dilakukan pada pasien. Pemeriksaan penunjang
yang dimaksud adalah berbagai pemeriksaan radiologi, laboratorium maupun pemeriksaan
lain seperti ECG, dan lain-lain.

Sebelum dokter mengambil keputusan untuk melakukan operasi pada pasien, dokter
melakukan berbagai pemeriksaan terkait dengan keluhan penyakit pasien sehingga dokter
bisa menyimpulkan penyakit yang diderita pasien. Setelah dokter bedah memutuskan untuk
dilakukan operasi maka dokter anstesi berperan untuk menentukan apakan kondisi pasien
layak menjalani operasi. Untuk itu dokter anastesi juga memerlukan berbagai macam
pemrikasaan laboratorium terutama pemeriksaan masa perdarahan (bledding time) dan masa
pembekuan (clotting time) darah pasien, elektrolit serum, Hemoglobin, protein darah, dan
hasil pemeriksaan radiologi berupa foto thoraks dan EKG.

Dibawah ini adalah berbagai jenis pemeriksaan penunjang yang sering dilakukan pada
pasien sebelum operasi (tidak semua jenis pemeriksaan dilakukan terhadap pasien, namun
tergantung pada jenis penyakit dan operasi yang dijalani oleh pasien). Pemeriksaan
penunjang antara lain :

a. Pemeriksaan Radiologi dan diagnostik, seperti : Foto thoraks, abdomen, foto


tulang (daerah fraktur), USG (Ultra Sono Grafi), CT scan (computerized
Tomography Scan), MRI (Magnrtic Resonance Imagine), BNO-IVP,
Renogram, Cystoscopy, Mammografi, CIL (Colon in Loop), EKG/ECG
(Electro Cardio Grafi), ECHO, EEG (Electro Enchephalo Grafi), dll.
b. Pemeriksaan Laboratorium, berupa pemeriksan darah : hemoglobin, angka
leukosit, limfosit, LED (laju enap darah), jumlah trombosit, protein total
(albumin dan globulin), elektrolit (kalium, natrium, dan chlorida), CT BT,
ureum kretinin, BUN, dll. Bisa juga dilakukan pemeriksaan pada sumsun
tulang jika penyakit terkaut dengan kelainan darah.
c. Biopsi, yaitu tindakan sebelum operasi berupa pengambilan bahan jaringan
tubuh untuk memastikan penyakit pasien sebelum operasi. Biopsi biasanya
dilakukan untuk memastikan apakah ada tumor ganas/jinak atau hanya
berupa infeksi kronis saja.
d. Pemeriksaan Kadar Gula Darah (KGD)
Pemeriksaan KGD dilakukan untuk mengetahui apakah kadar gula darah
pasien dalan rentang normal atau tidak. Uji KGD biasanya dilakukan dengan
puasa 10 jam (puasa jam 10 malam dan diambil darahnya jam 8 pagi) dan
juga dilakukan pemeriksaan KGD 2 jam PP (ppst prandial).
e. Dan lain-lain

OBAT-OBATAN PRE MEDIKASI

Sebelum operasi dilakukan pada esok harinya. Pasien akan diberikan obat-obatan
permedikasi untuk memberikan kesempatan pasien mendapatkan waktu istirahat yang cukup.
Obat-obatan premedikasi yang diberikan biasanya adalah valium atau diazepam. Antibiotik
profilaksis biasanya di berikan sebelum pasien di operasi. Antibiotik profilaksis yang
diberikan dengan tujuan untuk mencegah terjadinya infeksi selama tindakan operasi,
antibiotika profilaksis biasanya di berikan 1-2 jam sebelum operasi dimulai dan dilanjutkan
pasca beda 2- 3 kali. Antibiotik yang dapat diberikan adalah ceftriakson 1gram dan lain-lain
sesuai indikasi pasien.

PERSIAPAN PASIEN DI KAMAR OPERASI

Persiapan operasi dilakukan terhadap pasien dimulai sejak pasien masuk ke ruang perawatan
sampai saat pasien berada di kamar operasi sebelum tindakan bedah dilakukan. Persiapan di
ruang serah terima diantaranya adalah prosedur administrasi, persiapan anastesi dan
kemudian prosedur drapping.
Di dalam kamar operasi persiapan yang harus dilakukan terhdap pasien yaitu berupa tindakan
drapping yaitu penutupan pasien dengan menggunakan peralatan alat tenun (disebut : duk)
steril dan hanya bagian yang akan di incisi saja yang dibiarkan terbuka dengan memberikan
zat desinfektan seperti povide iodine 10% dan alkohol 70%.

Prinsip tindakan drapping adalah:

o Seluruh anggota tim operasi harus bekerja sama dalam pelaksanaan prosedur
drapping.
o Perawat yang bertindak sebagai instrumentator harus mengatahui dengan baik
dan benar prosedur dan prinsip-prinsip drapping.
o Sebelum tindakan drapping dilakukan, harus yakin bahwa sarung tangan tang
digunakan steril dan tidak bocor.
o Pada saat pelaksanaan tindakan drapping, perawat bertindak sebagai omloop
harus berdiri di belakang instrumentator untuk mencegah kontaminasi.
o Gunakan duk klem pada setiap keadaaan dimana alat tenun mudah bergeser.
o Drape yang terpasang tidak boleh dipindah-pindah sampai operasi selesai dan
harus di jaga kesterilannya.
o Jumlah lapisan penutup yang baik minimal 2 lapis, satu lapis menggunkan
kertas water prof atau plastik steril dan lapisan selanjutnya menggunakan alat
tenun steril.
 Teknik Drapping :
o Letakkan drape di tempat yang kering, lantai di sekitar meja operasi harus
kering
o Jangan memasang drape dengan tergesa-gesa, harus teliti dan
memepertahankan prinsip steril
o Pertahankan jarak antara daerah steril dengan daerah non steril
o Pegang drape sedikit mungkin
o Jangan melintasi daerah meja operasi yang sudah terpasang drape/alat tenun
steril tanpa perlindungan gaun operasi.
o Jaga kesterilan bagian depan gaun operasi, berdiri membelakangi daerah yang
tidak steril.
o Jangan melempar drape terlalu tinggi saat memasang drape (hati-hati
menyentuh lampu operasi)
o Jika alat tenun yang akan dipasang terkontaminasi. Maka perawat omloop
bertugas menyingkirkan alat tenun tersebut.
o Hindari tangan yang sudah steril menyentuh daerah kulit pasien yang belum
tertutup.
o Setelah semua lapisan alat tenun terbentang dari kaki sampai bagian kepala
meja operasi, jangan menyentuh hal-hal yang tidak perlu.
o Jika ragu-ragu terhdap kesterilan alat tenun, lebih baik alat tenun tersebut
dianggap terkontaminasi.

Tindakan keperawatan pre operetif merupakan tindakan yang dilakukan oleh perawat
dalam rangka mempersiapkan pasien untuk dilakukan tindakan pembedahan dengan tujuan
untuk menjamin keselamatan pasien intraoperatif. Persiapan fisik maupun pemeriksaan
penunjang serta pemeriksaan mental sangat diperlukan karena kesuksesan suatu tindakan
pembedahan klien berawal dari kesuksesan persiapan yang dilakukan selama tahap persiapan.

Kesalahan yang dilakukan pada saat tindakan preoperatif apapun bentuknya dapat
berdampak pada tahap-tahap selanjutnya, untuk itu diperlukan kerjasama yang baik antara
masing-masing komponen yang berkompeten untuk menghasilkan outcome yang optimal,
yaitu kesembuhan pasien secara paripurna.

OBAT-OBATAN ANESTESI

Alat Anestesi Umum yang perlu disiapkan

 Masker (sesuaikan dengan ukuran wajah pasien)


 Laringoskop (terdiri atas holder dan blade. Pilih blade yang nomor 3
untuk pasien dewasa dengan ukuran sedang… bila lebih besar pakai
ukuran 4, untuk anak gunakan ukuran nomor 2. Jangan lupa untuk
mencek lampunya apakah nyalanya cukup terang)
 Endotracheal 3 ukuran (biasanya kita menyiapkan nomor 6, 6.5, 7)
 Untuk anak dengan BB di bawah 20 kg, ukuran ET digunakan rumus
sebagai berikut: (umur +2)/2. misal hasilnya adalah 5 à maka siapkan
ukuran 4.5, 5, dan 5.5

Jangan lupa mencek ET dengan memompanya


- Cuff (gunanya untuk memompa ET agar posisinya terfiksir)
- Goedel 3 ukuran (3=hijau, 4 =kuning, 5=merah)
- Hoarness dan Ring Hoarness (untuk memfiksir masker di
wajah)
- Stilet (kawat guide saluran nafas)
- Jackson Rees (system pemompaan digunakan untuk pasien
anak-anak)
- Jelly
- Precordial
- Kapas alkohol
- Plester
- Xilocain pump
- Naso (buat di hidung. Tidak selalu digunakan.. hanya pada
keadaan tertentu)

Sedangkan untuk Anestesi Spinal siapkan tambahan:

- Spinocain (ada 3 ukuran. Siapkan nomor 25, 27, 29)


- Spray alcohol
- Betadin
- Kassa steril
- Bantal
- Spuit 5 cc

Obat-Obatan Anestesi Umum: (urutkan di atas meja sesuai urutan di bawah)

1. Sulfas Atropin
2. Pethidin
3. Propofol/ Recofol
4. Succinil Cholin
5. Tramus
6. Sulfas Atropin Efedrin

Obat untuk Anestesi Spinal:

Buvanest atau Bunascan

Catapress (kadang dokter tertentu menambahkannya untuk menambah efek buvanest)

Obat-obatan emergency yang harus ada dalam kotak emergency:

 Atropin
 Efedrin
 Ranitidin
 Ketorolac
 Metoklorpamid
 Aminofilin
 Asam Traneksamat
 Adrenalin
 Kalmethason
 furosemid (harus ada untuk pasien urologi)
 lidocain
 gentamicyn salep mata
 Oxitocyn (untuk pasien obsgyn)
 Methergin (untuk pasien obsgyn)
 Adrenalin

PENATALAKSANAAN

1. Pre operasi
Kebanyakan pasien takut dilakukan pembedahan pada bagian spinal. Dan
dengan demikian membutuhkan keyakinan ( bahwa pembedahan tidak
melemahkan bagian belakang tubuh ) dan menjelaskan seluruh proses. Bila data
dikumpulkan berupa riwayat kesehatan beberapa keluhan nyeri, parastersia, dan
spasme otot perlu dicatat untuk memberikan dasar sebagai perbandingan
setelah pembedahan. Pengkajian pra operasi harus juga meliputi evaluasi pada
gerakan eksstremitas. Demikian pula fungsi kandung kemih dan usus besar.
Untuk memfasilitasi prosedur membalik pra operasi pasien diajarkan berbalik
dengan cara serempak satu kesatuan ( digelinding ) sebagai bagian persiapan
pra operasi. Bentuk-bentuk lain cara yang dilakukan pasca operasi yang harus
dilatih sebelum pembedahan adalah nafas dalam, batuk, dan latihan otot-otot
yang akan membantu mempertahankan tonus otot.

2. Pasca operasi
Setelah eksisi lumbal discus, maka perlu dilakukan pengecekan dengan
sering terhadap tanda-tanda vital dan luka terhadap adanya perdarahan karena
cidera vaskular adalah komplikasi pembedahan diskus perlu juga dievaluasi
sensasi dan kekuatan motorik pada ekstremitas bawah secara teratur dan
spesifik deemikian pula dengan warna dan temperatur kaki dan sensasi jari-jari
kaki. Selain itu penting juga untuk mengkaji kemungkinan retensi urine. Tanda-
tanda yang mungkin , terjadi kerusakan neurologik. Dapat diajarkan kepada klien
tentang bagaimana membalikkan tubuh di atas tempat tidur dan dijelaskan agar
melkukan latihan secara rutin. Hindarkan duduk kecuali untuk defekasi. Posisi
lutut yang fleksi sedikit dapat memberikan relaksasi otot bagian belakang tubuh.
Klien dibantu untuk bergerak dari satu sisi ke sisi yang lain yang bertujuan untuk
mengurangi tekanan. Tetapi lebih dahuklu diyakinkan bahwa tidak ada cidera
yang diakibatkan oleh perpindahan posisi. Membalikkan klien dilakukan dengan
tubuh sebagai kesatuan unit ( digelindingkan ) tanpa adanya lekukan pada
bagian punggung.
MASALAH
NO DATA PENYEBAB
KEPERAWATAN
1 Ds: INFEKSI Nyeri
- Klien mengeluh
nyeri pada bagian
luka atau yang
masuk duri
DO:
- Ekspresi wajah
meringis
- Adanya benjolan
pada anus
2 DS: Kecemasan/ansietas
- Klien menyatakan Perubahan status kesehatan

takut dengan

adanya
penyakitnya Sumber informasi yang tidak
DO: adekuat
- Klien tampak

gelisah
Koping klien tidak efektif


Ansietas

3 DS : Prosedur invasive Risiko infeksi

DO:
- Nampak merah
pada daerah luka
E. ANALISA DATA POSpost

MASALAH
NO DATA PENYEBAB
KEPERAWATAN
1 DS: Tindakan pembedahan Nyeri
- Klien menyatakan ↓
nyeri pada daerah Terputusnya kontinuitas jaringan
operasi ↓
DO: Pengeluaran zat-zat kimia
- Klien nampak (bradikinin, histamin,
meringis prostaglandin)

Merangsang hipotalamus

Stimulus korteks cerebri

Rasa nyeri dipersepsikan
2 ds : Tindakan pembedahan Risiko infeksi
do: ↓
- tampak luka di Terputusnya kontinuitas jaringan
daerah tangan klien ↓
Hilangnya fungsi kulit sebagai
proteksi

Memungkinkan masuk
mikroorganisme ke tubuh

Risiko infeksi
3 DS: - Kurang pengetahuan
DO: Perubahan status kesehatan
- Sering bertanya ↓
tentang penyakitnya Kurang informasi

Kurang pengetahuan
F. RENCANA PERAWATAN PRE OPE

RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA


NO DIAGNOSA KEPERAWATAN
RENCANA TINDAKAN)
1 Nyeri berhubungan dengan adanya agen
T : T ; Nyeri berkurang/hilang
injuri ditandai dengan: - K : - Klien tidak mengeluh nyeri
DS: - Klien tampak tenang
- Klien mengeluh nyeri pada luka  I :
DO: 1. - Kaji tingkat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan beratnya (0 -
- Wajah klien nampak meringis 10)
2. -. Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan
stres
3. -.Anjuran klien untuk posisi yang nyaman yang dapat
mengurangi nyeri
4. -.Ajarkan teknik napas dalam bila rasa nyeri datang
5. - Kolaborasi dengan dokter pemberian analgetik sesuai
indikasi
2 Kecemasan berhubungan dengan T : Klien merasa aman, tidak takut/cemas
perubahan status kesehatan ditandai K : - Klien nampak rileks
dengan: Klien tidak gelisah
DS: -Kaji tingkat kecemasan
- Klien mengatakan cemas dengan Jelaskan tentang kondisi penyakit klien
penyakitnya - An jurkan untuk mengungkapkan perasaan dan jangan merasa
DO: sedih/takut bila dioperasi
- Klien nampak gelisah - Alihkan perhatian pasien ke hal-hal yang menyenangkan

4 Risiko infeksi berhubungan dengan 1. T : Tidak terjadi infeksi


adanya luka pada lukas ditandai dengan2. K : - Tidak ada tanda-tanda infeksi
faktor risiko 3. Anus tidak terluka/berdarah
4. I : - Observasi tanda-tanda infeksi
DO:
5. -Perhatikan kebersihan kulit klien dan kebersihan lingkungan
- Nampak merah pada bagian luka 6. -Anjurkan untuk rendam bokong dengan betadine
DS: klien nampak takut 7. - Anjurkan untuk mengubah posisi agar tidak terjadi luka di daerah
bokong
G. RENCANA PERAWATAN POST OPERASI
DIAGNOSA RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN (TUJUAN, KRITERIA RENCANA
NO
KEPERAWATAN TINDAKAN)
1 Nyeri berhubungan T : T :Nyeri berkurang/hilang
dengan terputusnya Klien tidak mengeluh nyeri
kontinuitas jaringan - Klien tampak tenang
karena tindakan operasi
I : - Kaji tingkat nyeri, catat lokasi, karakteristik dan beratnya (0-10)
ditandai dengan: - Berikan lingkungan yang tenang dan kurangi rangsangan stres
DS: - Anjurkan teknik napas dalam bila rasa nyeri datang
- Klien menyatakan nyeri - Kolaborasi pemberian analgetik sesuai indikasi
pada daerah operasi
DO:
- Klien nampak menangis
2 Risiko infeksi T : Infeksi tidak terjadi
berhubungan denganK : - Meningkatnya penyembuhan luka
luka insisi pada tangan - Bebas dan tanda-tanda infeksi
ditandai dengan: I : - Awasi TTV
DS: - - Lakukan pencucian tangan yang baik dengan perawatan luka yang aseptik
DO: - Observasi keadaan luka insisi
- Tampak luka insisi pada - Kolaborasi pemberian antibiotik sesuai indikasi
daerah tangan
3 Kurang pengetahuan berhubungan T : Klien dapat memahami dan kooperatif dalam pemberian
dengan kurang informasi ditandai tindakan pengobatan
dengan: K : - Klien tidak bertanya-tanya
DS: - Ikut serta dalam program pengobatan
DO: I : - Kaji tingkat pemahaman klien dan keluarga tentang
- Klien sering bertanya tentang penyakit
penyakitnya  Diskusikan perawatan insisi termasuk ganti balutan
 Tekankan pentingnya terapi antibiotik sesuai ketentuan
DAFTAR PUSTAKA

_______ . (2005) . NANDA Nursing Diagnosis and Clasification 2005-2006 . USA :


NANDA.
_______ . (2008) . Asuhan Keperawatan . didapat dari www.ns-
nining.blogspot.com [Diakses 23 Desember 2009].
_______ . (2009) . Laporan Pendahuluan Periappendic infiltrat . didapat
dari www.lantz23.wordpress.com [Diakses 26 Desember 2009]
Doenges, M E dkk . (2000) . Rencana Asuhan Keperawatan : pedoman untuk perencanaan
dan pendokumentasian perawatan pasien . Jakarta : EGC.
Elizabeth J. Corwin . (2001) . Buku Saku Patofisiologi . Jakarta : EGC.
Johnson, M et all . (2000) . Nursing Outcomes Classification (NOC). Mosby: Philadelphia.
Manjoer, Arif . (2000) . Kapita Selekta Kedokteran Jilid 2. Jakarta : Media Aesculspius.
McCloskey, J dan G, Bulechek . (2000) . Nursing Interventions Classification (NIC). Mosby:
Philadelphia
Smeltzer, S.C . (2002) . Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah Edisi 8
Vol. 2 . Jakarta : EGC.
Tighe, Shirley M . (2007) . Instrumentation for thr Operating Room Seventh
Edition . Misoury : Mosby Inc.

You might also like