You are on page 1of 4

A.

Teknik Pengambilan Data

1. Penelitian Kuantitatif

Teknik sampling yang biasa digunakan dalam penelitian kuantitatif, yakni


probability sampling dan nonprobability sampling. Probability sampling
adalah teknik sampling yang memberi peluang sama kepada anggota populasi
untuk dipilih menjadi anggota sampel.

Cara ini biasa disebut random sampling atau cara pengambilan sampel
secara acak. Berikut jenis – jenis probability sampling:

a. Sampling Acak (Random Sampling), dapat dilakukan secara tradisional


dengan bilangan random, komputer dengan tabel acak, maupun undian.
Sebagai contoh pengambilan dilakukan dengan undian biasanya
digunakan oleh ibu – ibu arisan, maka setiap anggota populasi diberi
nomor terlebih dahulu sesuai jumlah anggota populasi. Kemudian
anggota populasi akan diambil secara acak. Disini mereka mempunyai
peluang yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel. Misalnya
peluang setiap anggota populasi = 1/1000. Dengan demikian cara
pengambilannya bila nomor satu telah diambil, maka perlu
dikembalikan lagi, kalau tidak dikembalikan peluangnya menjadi tidak
sama lagi. Misal nomor pertama tidak dikembalikan lagi maka peluang
berikutnya menjadi 1: (1000 – 1) = 1/999. Peluang akan semakin besar
bila yang telah diambil tidak dikembalikan. Bila yang telah diambil
keluar lagi, dianggap tidak sah dan dikembalikan lagi.
b. Sampling Stratifikasi (Stratified Random Sampling), dilakukan dengan
cara membagi populasi yang ada menjadi beberapa kelompok sesuai
dengan klasifikasi dengan mendasarkan diri pada relevansi, kebutuhan,
dan keselarasan dengan tujuan penelitian. Setelah itu sampel akan
dipilih dari setiap kelompok secara random atau acak. Misalnya di
sekolah, ada kelas satu, kelas dua, kelas tiga, dst. Mereka juga bisa
dibedakan menurut jenis kelamin laki – laki dan perempuan.
c. Sampling Klaster (Cluster sampling), dimana teknik ini digunakan jika
peneliti ingin dalam setiap kelompok sampel heterogenitasnya tetap
terjaga. Misalnya peneliti hendak melakukan penelitian pada populasi
yang jumlahnya 4000 guru di 100 sekolah. Sampel yang diinginkan 400
orang. Berarti ada 40 guru dari setiap sekolah, jumlah klaster yang
diinginkan adalah 10. Jadi, semua guru yang ada dalam 10 sekolah sama
dengan jumlah sampel yang diinginkan.
d. Sampling Sistematik (Systematic Sampling), dilakukan dengan cara
peneliti memberikan batasan berupa suatu elemen dari setiap populasi
yang akan terpilih menjadi sampel, dengan demikian elemen pertama
dari setiap akan terpilih menjadi sampel. Penentuan urutan elemen tetap
dilakukan secara random atau acak. Sampling sistematik biasanya
digunakan dalam traffic survey atau marketing research.

Non probability sampling artinya tidak semua anggota populasi mempunyai


peluang untuk terpilih sebagai sampel, dengan demikian temuan hasil
penelitian yang menggunakan teknik ini tidak dapat langsung digeneralisasikan
sebagai hasil penelitian terhadap populasi. Tujuan peneliti menggunakan
sampling ini karena memiliki hambatan – hambatan sehingga melakukan
penghematan sumber daya yang dimiliki.

Berikut jenis – jenis Non probability sampling:

a. Sampling Sistematis, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan urutan


dari anggota populasi. Sebagai contoh anggota populasi yang terdiri dari
100 orang diberi nomor urut 1 – 100. Pengambilan sampel dapat dilakukan
dengan mengambil nomor ganjil saja, genap saja, atau kelipatan dari
bilangan tertentu.
b. Sampling Kuota (Quota Sampling), yaitu teknik pengambilan sampel dari
suatu populasi yang mempunyai ciri – ciri tertentu sampai jumlah kuota
yang diinginkan terpenuhi. Sebagai contoh penelitian tentang nasabah bank
syariah, dimana ditentukan jumlah sampel yang diambil sebanyak 100
orang. Jika pengambilan data belum memenuhi 100 orang, maka penelitian
dianggap belum selesai.
c. Sampling Insidental, yaitu teknik pengambilan sampel berdasarkan
kebetulan. Artinya siapa saja yang secara kebetulan atau insidental bertemu
dengan peneliti dapat digunakan sebagai sampel, bila dipandang orang yang
kebetulan ditemui cocok sebagai sumber data.
d. Sampling Jenuh (Sensus), yaitu teknik pengambilan sampel dimana semua
anggota populasi digunakan sebagai sampel. Teknik ini sering digunakan
bila jumlah populasi relatif kecil, kurang dari 30 orang.

2. Penelitian Kualitatif

Teknik sampling yang biasa digunakan dalam penelitian kualitatif, yakni


purposive sampling dan snowball sampling. Purposive sampling adalah teknik
pengambilan sampel sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan
tertentu ini, misalnya orang tersebut yang dianggap paling tahu tentang apa
yang kita harapkan, atau mungkin dia sebagai penguasa sehingga akan
memudahkan peneliti menjelajahi obyek/situasi sosial yang diteliti.

Sampel yang akan digunakan sebagai sumber data atau informan, sebaiknya
memenuhi criteria sebagai berikut:

a. Mereka yang menguasai dan memahami suatu bidang tertentu.

b. Mereka yang tergolong masih berkecimpung atau terlibat pada kegiatan


yang tengah diteliti.

c. Mereka yang mempunyai waktu yang memadai untuk dimintai informasi.

d. Mereka yang tidak cenderung menyampaikan informasi hasil


“kemasannya” sendiri.

e. Mereka yang pada mulanya tergolong “cukup asing” dengan peneliti


sehingga lebih menggairahkan untuk dijadikan narasumber.

Peneliti perlu menyebutkan siapa saja yang memiliki kemungkinan


digunakan sebagai sumber data. Misalnya akan meneliti profil pebisnis sukses,
maka sampel sumber datanya adalah orang-orang yang dianggap sukses dalam
bisnis, pakar bisnis, keluarga pebisnis, dan kawan-kawan dekatnya.
Selanjutnya jika ingin meneliti tentang koperasi mahasiswa, maka sampel
sumber datanya adalah pengurus koperasi mahasiswa, anggota koperasi
mahasiswa, dan pelanggan yang biasa belanja di koperasi mahasiswa. Intinya
orang yang dijadikan sumber data adalah yang dianggap paling tahu tentang
yang diteliti.

Snowball sampling adalah teknik pengambilan sampel sumber data, yang


pada awalnya jumlahnya sedikit, lama – lama menjadi besar. Hal ini dilakukan
karena dari jumlah sumber data yang sedikit itu belum mampu memberikan
data yang lengkap dan pasti, maka perlu mencari orang lain lagi yang dapat
digunakan sebagai sumber data. Dengan demikian jumlah sampel sumber data
yang diperoleh akan semakin besar seperti bola salju yang menggelinding.

Contoh dalam penelitian, peneliti telah merencanakan A sebagai orang


pertama yang menjadi sumber data. Informan awal ini sebaiknya dipilih orang
yang bisa “membukakan pintu” untuk mengenali medan secara luas.
Selanjutnya oleh A disarankan ke B dan C untuk menambah informasi. Dari B
dan C belum memperoleh data yang lengkap, maka menuju ke D dan E.
Dilakukan terus hingga data yang diperoleh jenuh, sudah mencukupi, dan tidak
perlu menambah sampel yang baru.

Jadi, penambahan sampel dihentikan manakala datanya sudah jenuh. Dari


berbagai informan, baik yang lama maupun yang baru, tidak memberikan data
baru lagi. Bila pemilihan sampel benar – benar jatuh pada subyek yang
menguasai situasi sosial yang diteliti ( obyek), maka merupakan keuntungan
bagi peneliti, karena tidak memerlukan banyak sampel lagi, sehingga penelitian
cepat selesai. Jadi yang menjadi kepedulian bagi peneliti kualitatif adalah
“tuntas dan kepastian” perolehan informasi dengan keragaman variasi yang
ada, bukan banyaknya sampel sumber data.

You might also like