Professional Documents
Culture Documents
Ventilasi Tambang
Lobang Jepang Bukittinggi
Disusun Oleh :
S1-Teknik Pertambangan
Teknik Pertambangan
Fakulats Teknik
i
2017
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT. Yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan
Laporan Praktek Ventilasi di Lobang Jepang Bukittinggi, mata kuliah Ventilasi
program studi S1 2015 jurusan Teknik Pertambangan Fakultas Teknik,
Universitas Negeri Padang.
Penulisan laporan ini merupakan syarat UAS pada mata kuliah Ventilasi.
Dalam penulisan laporan ini, penulis menyadari bahwa laporan ini jauh dari
kesempurnaan, oleh karena itu penulis mengharapkan masukan baik berupa kritik
dan saran yang bersifat membangun dari seluruh pihak demi kesempurnaan
Tugas Besar ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
1
BAB I
PENDAHULUAN
2
pekerjaan berteriak keras hingga terdengar oleh Romusha lain sehingga
mengganggu ritme kerjanya), tempat menaruh obor, dan mengetahui seberapa
lama para Romusha mengerjakan pembangunan lobang ini (setiap satu meter,
dibuat satu celah).
1.2 Geografis
Secara geografis keberadaan Goa Jepang atau Lubang Jepang ini terletak
di Bukit Sihanok Bukittinggi yang berada dalam kawasan objek wisata
Taman Panorama Bukittinggi, Sumatera Barat. Taman Panorama dan Goa
Jepang berada di Jl. Panorama Bukittinggi, Sumatera Barat, hanya beberapa
meter dari Pical Sikai
3
.
Gambar 1.2 Geografis Lobang Jepang
BAB II
PEMBAHASAN
4
- Dapur
- Penjara
- Ruang Makan
- Barak tentara, dll
Pemerintah Kota Bukittinggi berencana untuk memanfaatkan beberapa
ruangan di lorong-lorong ini untuk dijadikan sebagai kafe, mini teater,
museum dan lain sebagainya. Tanpa mengalih fungsikan dari keadaan semula,
ruangan-ruangan tersebut akan memberi gambaran yang cenderung lebih
natural. Sehingga setiap pengunjung bisa mengetahui dengan jelas fungsi
awal dari masing-masing ruangan ini.
5
Gambar 2.3 Ruang Amunisi
6
Gambar 2.6 Ruang Sidang
7
Gambar 2.8 Lorong 1 dan 2
8
2.2 Ventilasi Alami dan Kenyamanan Manusia
Berikut ini adalah beberapa persyaratan agar udara dapat mengalir secara
alami di dalam suatu terowongan :
9
kondisi ruang juga berhubungan dengan kelembaban udara yang
berlangsung dalam lingkungan tersebut. Sebagaimana terlihat dari tabel 1
di atas, berdasarkan penelitian (Mom 194, dalam Karsono) di daerah
Bandung pada tahun 1936- 1940 terlihat bahwa kenyamanan dapat dicapai
pada temperatur efektif antara 20-260C.
10
Gambar 2.12 Nomograph Temperatur Efektif (Mc Elroy dalam Hartman 1997)
11
Smoke tube disemprotkan sehingga asap dari tube keluar
(stopwatch di start)
Prosedur :
12
Temperatur dan kelembaban diukur dengan menggunakan hygometer
merk Dekko 642 N.
Prosedur :
13
BAB III
ANALIS DATA
1. Kelompok 1
14
Temperatur basah ( tw ) = 23,4 0C
Kelembapan relatif ( Rh ) = 81 %
Debit (Q) = V . A
2. Kelompok 2
Temperatur basah ( tw ) = 23 0C
Kelembapan relatif ( Rh ) = 86 %
Debit (Q) = V . A
3. Kelompok 3
15
Kecepatan ( V ) = 0,042 m/s
Kelembapan relatif ( Rh ) = 76 %
Kelembapan relatif ( Rh ) = 74 %
Debit (Q) = V . A
4. Kelompok 4
16
Temperatur basah ( tw ) = 22 0C
Debit (Q) = V . A
5. Kelompok 5
Kelembapan relatif ( Rh ) = 86 %
Debit (Q) = V . A
6. Kelompok 6
17
Data-data yang didapatkan di terowongan
Kelembapan relatif ( Rh ) = 72 %
E 100020’54,2”
Debit (Q) = V . A
7. Kelompok 7
Kecepatan ( V2 ) = 0,169m/s
18
Temperatur kering ( td ) = 22,3 0C
Kelembapan relatif ( Rh ) = 87 %
Kelembapan relatif ( Rh ) = 91 %
Kelembapan relatif ( Rh ) = 89 %
E 100021’56,2”
Debit (Q) = V . A
8. Kelompok 8
19
Luas terowongan ( A ) = 6,325 m2
Kelembapan relatif ( Rh ) = 82 %
Debit (Q) = V . A
9. Kelompok 9
Kelembapan relatif ( Rh ) = 86 %
E 9900723
Debit (Q) = V . A
20
Temperatur efectif ( te ) = 20,5 0C
10. Kelompok 10
Kelembapan relatif ( Rh ) = 63 %
Debit (Q) = V . A
11. Kelompok 11
21
Kecepatan ( V ) = 0,14 m/s
Kelembapan relatif ( Rh ) = 81 %
Kelembapan relatif ( Rh ) = 83 %
Kelembapan relatif ( Rh ) = 79 %
Debit (Q) = V . A
Temperatur efectif ( te ) = 23 0C
12. Kelompok 12
22
Luas terowongan ( A3 ) = 7,5 m2
Kelembapan relatif ( Rh ) = 82 %
Kelembapan relatif ( Rh ) = 79 %
Kelembapan relatif ( Rh ) = 79 %
E 990072
Debit (Q) = V . A
23
Temperatur efectif ( te ) = 23,4 0C
13. Kelompok 13
Kelembapan relatif ( Rh ) = 83 %
Debit (Q) = V . A
14. Kelompok 14
Kelembapan relatif ( Rh ) = 80 %
24
Debit (Q) = V . A
15. Kelompok 15
Kelembapan relatif ( Rh ) = 86 %
Kelembapan relatif ( Rh ) = 83 %
Kelembapan relatif ( Rh ) = 83 %
25
Hasil pengolahan data yang didapatkan
Debit (Q) = V . A
Temperatur efectif ( te ) = 25 0C
Temperatur efectif ( te ) = 24 0C
Temperatur efectif ( te ) = 24 0C
16. Kelompok 16
Kecepatan ( V ) = 0,15m/s
Kelembapan relatif ( Rh ) = 87 %
Debit (Q) = V . A
17. Kelompok 17
26
Data-data yang didapatkan di terowongan
Kelembapan relatif ( Rh ) = 75 %
Debit (Q) = V . A
18. Kelompok 18
Kelembapan relatif ( Rh ) = 76 %
Debit (Q) = V . A
27
3.2 Hasil Perhitungan
28
BAB III
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
29
mengetahui kenyamanan pengunjung di dalam Gua Jepang Bukittinggi,
maka temperatur yang sebaiknya di gunakan adalah temperatur efektif.
Hal ini dikarenakan udara yang ada di dalam terowongan ventilasi
merupakan udara bergerak yang bersumber dari ventilasi alami.
4.2 Saran
30
DAFTAR PUSTAKA
31
Yono, Tri Harso, 2007, “Dari Kenyamanan Termis Hingga Pemanasan Bumi :
Suatu Tinjauan Arsitektur Dan Energi”, Pidato Pengukuhan Guru Besar
Tetap, Universitas Tarumanegara, Jakarta
32
LAMPIRAN
33
34
35