Professional Documents
Culture Documents
IIPAN
ATIMUR l!z
-b'
31 F
B
1
Peralatan Tegangan linggi
Edisi Kedua
Bonggas L. Tohing
Depa rte m e n Te kn i k El e ktro
Fakultas Teknik
Universitas Sumatera Utara, Medan
PENERBIT ERIANGGA
Jl. H. Baping Raya No. 100
Ciracas, Jakarta 13740
http :i/www.erlangga. co. id
(Anggora IKAPI)
MILIK
Brdrn Pcrpustakesn .
dan KcareiPan
I ProPlnsi
r . ur/"-- Jelrs-Trrr'$--
\;;a7opr/n /top,
Buku ini diset dan dilayout oleh Bagian Produksi Penerbit Erlangga
dengan Power MacPro
161514131254321
Dilarang keras mengutip, menjiplak, memfotokapi, atau memperbanyak dalam
bentuk apapun, baik sebagian atau keseluruhan isi buku ini, serta
memperjualbelikannya tanpa izin tertulis dari Penerbit Erlangga.
Tentang Penulis tx
Prakata Edisi Pertama x
Prakata Edisi Kedua xi
Daftar Lambang dan Satuan xii
Pendahuluan 1
Bab 3 Konduktor 38
3.1 Bahan dan Jenis Konduktor 38
3.2 Kawat Telanjang 38
3.3 Kabel 39
3.4 ParameterKonduktor 41
3.5 Pemilihan Ukuran Konduktor 43
Ditinjau dari Segi Ekonomi 43
Ditinjau dari Segi Teknis 44
3.6 Rel Daya 45
Gaya dan Tekanan pada Rel Tunggal 46
Gaya dan Tekanan pada Rel Multi Batang 49
lndeks 225
Tentang Penulis
erkembangan sistem tenaga listrik yang pesat membuat peralatan tegangan tinggi
menjadi bidang studi yang penting bagi mahasiswa teknik tenaga listrik dan juga
bagi para teknisi yang berkecimpung dalam perusahaan energi listrik maupun
perusahaan jasa rekayasa kelistrikan. Mengingat pentingnya studi ini, maka Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan RI telah menetapkan studi Peralatan Tegangan Tinggi
menjadi mata kuliah keahlian dalam kurikulum nasional bidang Teknik Elektro. Karena
Peralatan Tegangan Tinggi merupakan mata kuliah yang baru beberapa tahun terakhir ini
diajarkan di Jurusan Teknik Elektro, maka buku-buku acuan terbitan lokal yang secara
khusus membahas peralatan tegangan tinggi belum ada. Hal inilah yang mendorong
Penulis menyusun buku ini.
Lingkup studi yang akan disajikan dalam buku ini antara lain meliputi: konstruksi,
prinsip kerja dan karakteristik dari peralatan tegangan tinggi yang dijumpai pada gardu
induk. Buku ini juga menyajikan dasar-dasar perencanaan untuk menentukan spesi{ikasi
suatu peralatan untuk suatu keperluan teftentu. Dengan demikian, mahasislva yang telah
mempelajari buku ini dapat mengembangkannya nanti setelah bekerja di lapangan
Penulis menyadari bahwa buku ini belum sempurna. Oleh karena itu penulis sangat
mengharapkan kritik dan saran-saran dari rekan-rekan untuk penyempurnaan isi dan
lingkup bahasannya.
Penulis menyampaikan terima kasih kepada para asisten mahasisr'va dan rekan-
rekan staf pengajar di Laboratorium Teknik Tegangan Tinggi, Fakultas Teknik USU,
yang membantu penulis menyusun buku ini.
Akhir kata, semoga buku ini bermanfaat bagi kita semua.
eralatan Tegangan Tinggi, edisi kedua, adalah edisi terbaru hasil penyempurnaan
dari edisi pertama. Penerbitan edisi kedua ini merupakan perwujudan dari respons
positif dan masukan yang penulis terima dari para pengguna. Dalam buku edisi
kedua ini, sejumlah koreksi dan penambahan materi telah dilakukan, dengan maksud
agar isi buku ini semakin mudah dipahami dan semakin lengkap materinya.
Buku ini diharapkan dapat menjadi referensi yang berguna dar. up-to-date bagi
mahasiswa teknik elektro yang mendalami program studi teknik tenaga listrik, khususnya
bagi peserta mata kuliah Peralatan Tegangan Tinggi (yang dianggap sangat penting
sehingga ditetapkan sebagai mata kuliah keahlian dalam kurikulum nasional). Buku ini
juga bermanfaat bagi para praktisi dan profesional industri yang berkecimpung dalam
bidang teknik tenaga listrik baik di perusahaan energi listrik maupun di perusahaan jasa
rekayasa kelistrikan. Selain itu, para guru di sekolah kejuruan teknik elektro pun dapat
menjadikan buku ini sebagai salah satu referensi pendamping dan penambah-wawasan
dalam proses belajar-mengajar yang mereka laksanakan.
Buku ini bertujuan memperkenalkan para pembaca kepada peralatan-peralatan
tegangan tinggi yang dijumpai pada sistem tenaga listrik; terutama dari sisi konstruksi,
prinsip kerja, karakteristik, serta hal-hal yang membedakan peralatan tegangan tinggi
tersebut dengan peralatan tegangan rendah. Buku ini juga menyajikan konsep dasar
perencanaan untuk menentukan spesiflkasi suatu peralatan untuk suatu keperluan tertentu
dan konsep dasar perancangan isolasi peralatan tegangan tinggi. Dengan demikian,
mahasiswa yang telah mempelajari buku ini diharapkan dapat mengembangkannya
nanti setelah bekerja di lapangan
Akhirnya, penulis ingin mengucapkan terimakasih kepada pihak editorial Penerbit
Erlangga yang telah membantu proses produksi naskah sehingga bisa terbit sebagai
buku. Penulis juga sangat berterimakasih kepada rekan-rekan akademisi dan para
pengguna yang telah memberikan masukan berharga untuk perbaikan buku ini. Penulis
juga menanti segala masukan yang bermanfaat untuk buku ini sehingga ke depannya
buku ini akan semakin sempurna dan semakin bermanfaat bagi para pengguna.
Bonggas L. Tobing
Medan, Juni 2012
Daftar Lambang dan Satuan
.C Faktor koreksi
Temperatur k
,l' diamater isolator
Kecepatan rambat Faktor perkalian
U m/ps k
tegangan impuls momen inersia
Galat rasio trafo Faktor jenis pem-
7o k
ukur s bumian netral sistem
Kecuraman muka
Faktor koreksi
i gelombang tegangan kV/ps k.
kelembabam udara
impuls
Faktor transformasi
6 Fluks weber k
aktual trafo arus
Faktor transformasi
lJo Permeabilitas udara 4,7r x lO-7 Hlm k
pengenal trafo arus
xiv Peralatan Tegangan l rnggi
Faktor transformasi
a pengenal trafo M Modulus Young N/mm2
tegangan
Pendahuluan
Distribusi
pusat Gardu Induk Transmisi Gardu Induk
Pembangkit
GAMBAR 1.1
Diagram garis sistem tenaga listrik sederhana
Peralatan Tegangan linggi
Dengan mengabaikan arus kapasitif pada transmisi, makh arus di sepanjang kawat
transmisi dapat dianggap sama dan besarnya adalah sama dengan arus pada ujung
penerima transmisi. Jika P sama dengan daya beban pada ujung penerima transmisi
(watt), v. sama dengan tegangan fasa-ke-fasa ujung penerima transmisi (volt) dan cos
g sama dengan faktor daya beban, maka arus pada kawat transmisi adalah:
I=L t.2
{54cose
Jika Persamaan 1.2 disubstitusikan ke dalam persamaan 1.1, maka diperoleh:
LP = .P2R. 1.3
' Vr, cos2 g
Terlihat bahwa rugi-rugi transmisi berbanding lurus dengan resistansi konduktor dan
berbanding terbalik dengan kuadrat tegangan transmisi, sehingga pengurangan rugi-rugi
yang diperoleh dari peninggian tegangan transmisi jauh lebih besar daripada pengurangan
rugi-rugi dari pengurangan resistansi konduktor. Maka, rugi-rugi transmisi dikurangi
dengan mempertinggi tegangan transmisi. Hal inilah yang membuat tegangan transmisi
sistem tenaga listrik semakin tinggi dan saat ini sudah ada yang mencapai 750 kv.
Gardu Induk
Pembangkit
Pusat
Pembangkit
1 1/1s0 kv
Interkonektor
150 kv
Gardu Induk
Pembangkit 215t150 kV Transmisi 150/20 kv
150 kv
Distribusi
Transmisi
t1t275 kY Gardu
150 kv
Hubung
GAMBAR 1.2
Diagram garis sistem tenaga listrik interkoneksi
Bab '1 Pendahuluan
GAMBAR 1.3
Gardu induk pasangan luar
GAMBAR 1.4
Gardu induk pasangan dalam
Peralatan Tegangan Tlnggi
l..qe(
--F H*HoH :L)}>.....#cB
fra* rru.r
; I os L
GAMBAR 1.5
Diagram garis suatu gardu induk
Jika sistem tenaga listrik membutuhkan perbaikan faktor daya, pada gardu induk
dipasang kapasitor tegangan tinggi. Dalam buku ini akan diuraikan tentang prinsip kerja
dan karakteristik dari semua peralatan tegangan tinggi tersebut, kecuali filter frekuensi
tinggi, karena peralatan ini merupakan perangkat komunikasi radio yang lebih layak
dibicarakan dalam teknik telekomunikasi radio.
Peralatan bertegangan rendah seperti daftar di atas, bukan barang baru dalam
teknik kelistrikan. Trafo arus, kapasitor, trafo, pelindung tegangan lebih, pemutus dan
sakelar dijumpai juga pada instalasi 2201380 volt. Jika sekarang dilakukan pembahasan
secara khusus mengenai peralatan yang sama tetapi bertegangan tinggi, itu disebabkan
adanya perbedaan pada konstruksinya. Ada lima hal utama yang membedakan peralatan
tegangan tinggi dari peralatan tegangan rendah, yaitu sistem isolasinya, ukuran komponen
peralatan yang menghantarkan arus, sistem pendinginan, penyambungan konduktor dan
pelindung tegangan lebih. Berikut ini akan dijelaskan perbedaan konstruksi peralatan
tegangan tinggi dengan peralatan tegangan rendah.
,={ 1.4
Karena peralatan tegangan tinggi bekerja pada tegangan yang tinggi, maka isolasinya
memikul tekanan medan elektrik yang tinggi sehingga konstruksinya harus dirancang
agar mampu memikul tekanan medan elektrik tersebut. Tujuan ini dapat dicapai dengan t
Bab 1 Pendahuluan
memperbesar dimensi bahan isolasi dan mengendalikan tekanan medan elektrik. Maka
suatu peralatan tegangan tinggi dapat ditandai dari dimensi sistem isolasi yang lebih
besar dan adanya usaha pengendalian tekanan medan elektrik pada peralatan itu.
Untuk melihat pengaruh tegangan terhadap konstruksi isolasi suatu peralatan listrik,
pada Gambar 1.6 di bawah ini diberikan contoh perbedaan konstruksi dua isolator
pendukung yang terbuat dari bahan porselen dengan tegangan kerja masing-masing 35
kV dan 110 kV. Terlihat bahwa volume isolator pendukung 110 kV hampir 3,8 kali
volume isolator 35 kV. Dengan perkataan lain, kenaikan tegangan kerja isolator dari
35 kV menjadi 110 kV membuat volume isolator naik menjadi 3,8 kali volume awal.
Contoh di atas menunjukkan bahwa volume bahan isolasi akan bertambah dengan
bertambahnya tegangan kerja. Hal inilah yang membuat harga suatu peralatan tegangan
tinggi didominasi oleh harga bahan isolasinya. Maka perlu ada upaya untuk mengurangi
pemakaian bahan isolasi pada peralatan tegangan tinggi, yaitu dengan mengendalikan
tekanan medan elektrik yang terjadi pada peralatan tersebut. Berikut ini akan diberikan
dua cara pengendalian tekanan medan elektrik yalg dijumpai dalam praktik sehari-hari.
Cara pertama adalah dengan menata bagian-bagian peralatan yang membentuk
susunan elektroda sedemikian rupa sehingga tekanan medan elektrik pada sistem isolasi
menjadi berkurang. Pada Gambar 1.7 di halaman 6 diperlihatkan perbedaan tekanan
medan elektrik pada dua peralatan yang tegangan kerjanya sama, tetapi susunan
elektrodanya berbeda. Jika dalam hal ini volume baharlisolasi yang digunakan adalah
sama, maka bahan isolasi peralatan dengan susunan elektroda (a) dapat dipilih karena
sistem isolasi peralatan dengan susunan elektroda (rz) memikul tekanan medan elektrik
yang lebih lebih rendah daripada tekanan medan elektrik yang dipikul peralatan dengan
susunan elektroda (b). Jika kekuatan dielektrik kedua peralatan adalah sama yaitu sama
dengan E2*uk, peralatan (b). maka menurut Persamaan 1.2, jarak elektroda (s) pada
-(ii)
peralatan dapat dikurangi sehingga vdlume isolasi peralatan (a) lebih kecil dari
volume isolasi peralatan (b).
Cara lain untuk menghemat pemakaian bahan isolasi adalah dengan menambahkan
elektroda perata tegangan pada peralatan untuk meratakan distribusi tegangan pada
sistem isolasi peralatan tersebut. Ada tiga jenis elektroda perata, yaitu elektroda perata
internal, elektroda perata eksternal dan elektroda perata intermediasi. Pada Gambar
210 mm
€
180 mm 1234 mm
€
:4
:z--<
7----<
7---<
>----<
z--s
C- 1-,*
35 kV 110 kv
GAMBAR 1.6
lsolator pendukung 35 kV dan 1 1 0 kV
Peralatan Tegangan linggi
r=/ --r.-
-i
/J
l/
Al'
ll\
<->l I
tr
l*
u,.,-. I lll}r.,
'-"1 l}]**tlll
.------.---->
.lr
l1ilUM
--;-
Susunan (a) Susunan (D)
GAMBAR 1.7
Pengaruh bentuk elektroda terhadap tekanan medan elektrik
Eiektroda
ff
intemal
Mantel isolasi
GAMBAR 1.8
Pemasangan elektroda internal dan elektroda eksternal
Bab 1 Pendahuluan
10OVo l0OVo
75Vo
50Va
25Vo
Elektroda perata
GAMBAR 1.9
Bushing tanpa elektroda perata dan dengan elektroda perata
LP=PR 1.5
Selubung anti
korosi
Pipa baja
Minvak
Pelindung Radiator
kedap minyak
maka peralatan dilengkapi dengan peralatan pendingin. Misalnya, inti kabel dibuat
berbentuk pipa (hollow conductor') dan pada bagian dalan pipa dialirkan air pendingin
atau dengan memasukkan kabel ke dalam suatu pipa yang dialiri air pendingin, seperti
diperlihatkan pada Gambar 1.10. Pada trafo daya, minyak isolasinya dibuat bersirkulasi
melalui radiator, sepefii diperlihatkan pada Gambar 1.11 .
Terminal
GAMBAR 1.12
Penyambung kabel tegangar tinggi
Bab 1 Pendahuluan
GAMBAR 1.13
Trafo daya dengan alat proteksr arester
Bab 2
Pemutus Daya
etiap sistem tenaga listrik dilengkapi dengan sistem proteksi yang berfungsi untuk
mencegah terjadinya kerusakan pada peralatan sistem dan untuk mempertahankan
kestabilan sistem ketika terjadi gangguan. Dengan demikian kontinuitas pelayanan
sistem dapat dipertahankan. Salah satu komponen sistem proteksi adalah pemutus daya
(circuit breaker).
Berikut ini akan dijelaskan peran pemutus daya pada sistem tenaga listrik, konstruksi
dan karakteristik pemutus daya serta pemilihan kapasitas pemutus daya untuk suatu
sistem tenaga listrik.
GAMBAR 2.1
Diagram garis sistem tenaga listrik terinterkoneksi
Bab2 Pemutus Daya 11
dan 6 harus membuka. Akibatnya aliran daya ke beban terputus. Tetapi dengan adanya
pemutus daya 2 dan 3, maka ketika terjadi gangguan di titik F, kedua pemutus daya
tersebut akan membuka sedangkan pemutus daya I dan 6 tetap tertutup, sehingga
aliran daya ke beban tetap dipertahankan. Dalam hal ini pemutus daya2 dan 3 beraksi
melokalisir jaringan yang terganggu, sehingga jaringan yang sehat tetap beroperasi.
Ketika terjadi gangguan hubung singkat, generator dengan tiba-tiba dipaksa bekerja
mengeluarkan daya yang besar. Perubahan kerja yang tiba-tiba ini dapat menimbulkan
ketidakstabilan sistem. Tetapi jika pemutus daya2 dan 3 membuka sebelum batas waktu
pemutusan kritis terlampaui, kestabilan sistem dapat diperlahankan.
Peranan pemutus daya dalam pemeliharaan komponen sistem tenaga listrik dapat juga
dijelaskan dengan Gambar 2. I di atas. Misalkan trafo To akan menjalani pemeliharaan.
Untuk keperluan pemeliharaan ini pemutus daya 1 dan 8 harus dibuka. Seandainya
pemutus daya 9 tidak ada, aliran daya ke jaringan L, akan terputus. Untuk mencegah
pemutusan aliran daya ke jaringan Zr, pemutus daya 9 ditutup sehingga jaringan L,
disulang dari trafo I..
Syarat-syarat yang harus dipenuhi oleh suatu pemutus daya agar dapat melaksanakan
fungsi di atas, adalah sebagai berikut:
1. Mampu menyalurkan arus maksimum sistem secara kontinu.
2. Mampu memutuskan dan menutup jaringan dalam keadaan berbeban maupun
terhubung singkat tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus daya itu sendiri.
3. Dapat memutuskan arus hubung singkat dengan cepat agar arus hubung singkat
tidak sampai merusak peralatan sistem, tidak membuat sistem kehilangan kestabilan
dan tidak merusak pemutus daya itu sendiri.
Keterangani
1. Kontak tetap
2. Kontak bergerak
3. Bilik kontak
4. Tungkai penggerak kontak
5. Bushing
6. Tangki berisi minyak
isolasi
7. Penggerak mekanik
GAMBAR 2.2
Bentuk fisik dan skema konstruksi suatu pemutus daya
12 Peralatan Tegangan linggi
Keterangon:
P = Pegas
KI = Kontak tetap pemutus daya
KB = Kontak bergerak pemutus daya
IP = Tungkai kontak bergerak
IC = Kumparan pemutus
G = Tungkai kumparan pemutus
C?' = Trafo arus
R = Relai arus lebih
K = Kontak relai
B = Sumber arus searah
7.SR
GAMBAR 2.3
Hubungan relai proteksi dengan pemutus daya
Hubungan kerja pemutus daya dengan relai proteksi diperlihatkan pada Gambar
2.3. Misalkan hubung singkat terjadi pada fasa R. Akibatnya arus di fasa R melonjak
relatif besar. Arus yang besar ini melalui kumparan primer C7,, akibatnya arus yang
mengalir di kumparan sekunder CT, dan relai R, juga semakin besar. Jika arus tersebut
melebihi setting arus relai maka relai bekerja menutup kontak K,, akibatnya arus mengalir
pada kumparan pemutus ZC sehingga tungkai kumparan pemutus G tertarik ke atas.
Akibatnya tungkai kontak bergerak TP lertarik ke kiri, sehingga kontak bergerak KB
menjauh dari kontak tetap KT. Dengan kata lain, kontak pemutus daya terbuka.
vk
<------->
-\r----.-----1[:I-
+ ---------------->
l,tl 1", i
Busur api
.1/ Busur api padam
-
(c) Timbul busur api (d) Busur api padam
GAMBAR 2.4
Tegangan dan arus sesaat pada pembukaan pemutus daya
Adanya beda tegangan di antara kontak dapat mengulangi terjadinya busur api.
Hal ini terjadi jika kuat medan elektrik yang terdapat pada medium isolasi di antara
kontak melebihi kekuatan dielektrik medium tersebut. Keadaan seperti ini dijumpai
pada pembukaan kontak pemutus daya bertegangan tinggi. Untuk menjelaskannya,
perhatikan Gambar 2.5.
Misalkan pada saat / = /,., kuat medan elektrik di antara kontak melebihi kekuatan
dielektrik medium isolasi di sela kontak. maka medium isolasi akan tembus listrik.
Peristiwa tembus listrik ini disusul terjadinya busur api ulangan, sehingga arus kembali
mengalir pada rangkaian meskipun sebenarnya kontak pemutus daya sudah terpisah.
Tegangan antar kontak yang menimbulkan pengulangan busur api sama dengan tegangan
sumber ketika r = /. dan disebut tegangan terpaan ballk (.restrike voltttge). Hubungan
rangkaian benar-benar terputus setelah busur api padam dan tidak berulang lagi. Keadaan
ini dapat dicapai dengan melengkapi pemutus daya dengan pemadam busur api.
GAMBAR 2.5
Tegangan dan arus pada keadaan busur api berulang
14 Peralatan Tegangan 1 rnggi
lonisasi
Pada Gambar 2.6 diperlihatkan model suatu atom helium. Inti atom helium terdiri dari
dua proton bermuatan positif dan dua neutron yang tidak bermuatan. Dua elektron
bermuatan negatif berputar mengelilingi inti atom dengan lintasan yang berbeda. Tiap
elektron mempunyai energi ikat, yaitu energi yang mengikat elektron terhadap inti atom,
agar elektron tetap berada pada lintasannya. Dalam keadaan normal jumlah proton sama
dengan jumlah elektron, sehingga suatu atom dalam keadaan normal akan bersifat netral.
Karena suatu proses, dimisalkan terjadi benturan antara elektron dengan suatu
pafiikel dari luar. Jika energi kinetik partikel ketika membentur elektron lebih besar
daripada energi ikat elektron, maka elektron akan keluar dari lintasannya menjadi
elektron bebas, sehingga partikel yang tersisa dalam atom tinggal berupa dua proton,
dua neutron dan satu elektron. Karena muatan positif lebih banyak daripada muatan
negatif, maka total muatan atom sekarang menjadi positif. Atom yang bermuatan positif
ini disebut ion positif. Terlepasnya elektron dari ikatan atom netral menjadi elektron
bebas disebut ionisasi.
Ionisasi dalam gas dapat terjadi karena tiga hal, yaitu: karena adanya radiasi sinar
kosmis, adanya massa yang membentur gas dan karena kenaikan temperatur gas.
. Radiasi Sinar Kosmis
Ruang di atas bumi secara terus menerus dibombardir dengan partikel-patikel
submikroskopis yang berenergi tinggi. Sebagian berasal dari matahari yang sering
disebut sinar kosmis. Sebagian lagi berasal dari pemisahan bahan radioaktif yang
setiap menit terjadi di dalam bumi, di langit dan di dalam organisme makhluk
hidup. Partikel berenergi tinggi ini membentur elektron molekul netral sehingga
elektron terlepas dari molekul netral. Peristiwa ini membuat gas dan udara bebas
selalu mengandung elektron-elektron bebas.
. Ionisasi Benturan
Pada Gambar 2.7 diperllhatkan dua elektroda plat sejajar yang dipisahkan bahan
isolasi gas. Jika kedua elektroda dihubungkan ke sumber tegangan searah, maka di
antara kedua elektroda timbul medan elektrik yang arahnya dari anoda ke katoda.
Sebelumnya sudah dijelaskan bahwa gas selalu mengandung elektron bebas sebagai
hasil radiasi sinar kosmis. Misalkan di dalam gas dijumpai satu elektron bebas
(e). Karena adanya medan elektrik, elektron tersebut akan mengalami gaya yang
arahnya menuju anoda.
Dalam perjalanannya menuju anoda, elektron itu membentur molekul-molekul
netral gas. Jika energi kinetik elektron bebas lebih besar daripada energi ikat
€u
entD e,O
H
\
Elektron
bebas
(.a) Satu elektron bebas (e,) membentur elektron (b) Elektron terikat (e,) terlepas dari
terikat (e,) lintasannya menjadi elektron bebas
GAMBAR 2.6
Proses ionisasr
l
Anoda (+)
Elektron bebas
Molekul netral
GAMBAR 2.7
lonisasi benturan
elektron atom netral gas, maka elektron akan keluar dari lintasannya menjadi
elektron bebas baru dan menyisakan ion positif. Ion positif akan mengalami gaya
dan bergerak menuju katoda sedangkan elektron bebas baru akan bergerak menuju
anoda. Elektron baru ini akan mengadakan ionisasi benturan lagi, sehingga jumlah
elektron bebas dan ion positif di dalam gas semakin banyak.
Ionisasi Termal
Jika temperatur gas dalam suatu bejana tertutup dinaikkin, maka molekul-molekul
gas akan bersirkulasi dengan kecepatan tinggi sehingga terjadi benturan antar
molekul. Jika temperatur semakin tinggi, maka kecepatan molekul semakin tinggi,
sehingga benturan antar molekul semakin keras dan dapat membuat terlepasnya
elektron dari molekul netral.
Deionisasi
Jika suatu elektron bebas bergabung dengan suatu ion positif akan dihasilkan suatu
molekul netral. Peristiwa penggabungan ini disebut deionisasi. Deionisasi akan
mengurangi partikel bermuatan dalam suatu gas. Jika pada suatu gas terjadi aktivitas
deionisasi yang lebih besar daripada aktivitas ionisasi, maka muatan-muatan bebas di
dalam gas itu akan berkurang. Ada empat proses deionisasi yang berhubungan dengan
pemadaman busur api pada suatu pemutus daya, yaitu: deionisasi medan elektrik,
deionisasi rekombinasi, deionisasi akibat pendinginan dan deionisasi tangkapan elektron.
Emisi
Emisi adalah peristiwa pelepasan elektron dari permukaan suatu logam menjadi elektron
bebas di dalam gas. Ada dua proses emisi yang berhubungan dengan pembentukan
busur api pada pemutus daya, yaitu emisi termal dan emisi medan tinggi.
. Emisi Termal
Suatu logam yang mempunyai titik lebur tinggi, seperti tungsten dan karbon, jika
dipanaskan hingga bertemperatur tinggi, maka dari permukaannya akan dilepaskan
elektron-elektron. Elektron tersebut keluar dari permukaannya dan menjadi elektron
bebas di dalam gas. Proses inilah disebut emisi termal.
. Emisi Medan Tinggi
Jika permukaan suatu logam diamati dengan mikroskop, akan terlihat bahwa
permukaan logam tersebut tidak semuanya mulus, tetapi selalu dijumpai titik-titik
yang runcing seperti diperlihatkan pada Gambar 2.8.
Jika logam tersebut dikenai medan elektrik, maka elektron yang terdapat pada
permukaan logam katoda (K) akan mengalami gaya yang arahnya menuju anoda
GAMBAR 2.8
Permukaan logam dan medan tinggi
I
(A). Elektron pada titik runcing akan mengalami gaya yang lebih besar karena
intensitas medan elektrik pada bintik tersebut relatif lebih besar dibandingkan
dengan intensitas medan elektrik di bagian yang datar. Jika intensitas medan
elektrik cukup besar, maka dari titik runcing tersebut akan dilepaskan elektron
bebas. Pelepasan elektron ini sering disebut emisi bintik katoda.
Kawasan nesatif
Kontak + ++ * * 4 ** Kontak
tetap bergerak
NiILIK
GAMBAR 2.9 Brden Pcrpustakatn
Pembentukan busur api
deu Kra rsipan
Prupinsi J*ra Timlue
18 Peralatan Tegangan linggi
Tujuan akhir pemadaman busur api adalah untuk membuat arus pada pada sela
kontak sama dengan no1. Membuat arus searah menjadi nol berbeda dengan membuat
arus bolak-balik menjadi nol. Oleh karena itu, pemadaman busur api pada pemutus
daya searah berbeda dengan pemadaman busur api pada pemutus daya bolak-balik.
Uraian berikut ini akan menjelaskan perbedaan kedua pemadaman tersebut.
Cara pertama dilakukan pada pemutus daya berkapasitas dan bertegangan rendah,
sedangkan cara kedua dilakukan pada pemutus daya tegangan tinggi'
Pada cara pertama, jatuh tegangan pada busur api diperbesar dengan menaikkan
resistansi busur api. Menaikkan resistansi busur api dapat dilakukan dengan tiga cara:
a. Memperpanjang lintasan busur api.
b. Menekan permukaan busur api supaya diameter busur api semakin kecil.
c. Memotong busur api dengan beberapa plat logam sehingga membentuk segmen-
segmen busur api pendek yang terhubung secara seri seperti diperlihatkan pada
Gambar 2.10. Setiap segmen busur api mengalami pengerutan sehingga resistansi
seluruh segmen busur api lebih besar daripada resistansi busur api tanpa plat logam.
Cara kedua adalah membuat arus pada busur api sama dengan nol, yaitu dengan
menghubungkan suatu kapasitor bermuatan ke terminal pemutus daya dengan polaritas
yang berlawanan, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.11.
Pengerutan
Kontak
F-
t:"1 7r--r Busur apr
------\ / ---'
Plat logam
GAMBAR 2.10
Pemilahan busur api
-
I
19
I
----------------
Kapasitor
Jika pengurangan partikel bermuatan karena proses deionisasi lebih banyak daripada
penambahan muatan karena proses ionisasi, maka busur api akan padam. Usaha-usaha
yang dilakukan untuk menimbulkan proses deionisasi, antara lain adalah sebagai berikut.
a. Meniupkan udara ke sela kontak, sehingga busur api mengalami pendinginan dan
partikel-partikel hasil ionisasi terdorong menjauhi sela kontak.
b. Menyemburkan minyak atau gas isolasi ke busur api untuk mendinginkan busur
api sehingga peluang bagi proses rekombinasi semakin besar.
c. Memotong busur api dengan tabir isolasi atau tabir logam, sehingga memberi
peluang yang lebih besar bagi proses rekombinasi.
d. Membuat medium pemisah kontak dari bahan gas elektronegatif, sehingga elektron-
elektron bebas tertangkap oleh molekul netral gas tersebut.
Tegangan pemulihan pada kontak suatu pemutus daya bergantung kepada karak-
teristik rangkaian sistem yang hubungannya akan diputuskan. Berikut ini akan dijelaskan
tegangan pemulihan untuk lima jenis karakteristik rangkaian.
ffiangkaian ffiesistif
Pada Gambar 2.12a diperlihatkan suatu resistor yang dihubungkan ke sumber tegangan
bolak-balik V, melalui satu pemutus daya CB.
Jika pemutus daya membuka kontaknya, maka ada beda tegangan di antara kontak
tetap dengan kontak bergeraknya. Jika beda tegangan antar kontak dimisalkan vo, maka
persamaan tegangan pada rangkaian Gambar 2.12a adalahl.
Vr=Vt+V, 2.1
Ketika kontak tertutup, tegangan kontak adalah nol. Misalkan kontak dipisahkan
ketika I = lr (lihat Gambar 2.12b), maka busur api timbul dalam selang waktu /r - /2.
Jika i sama dengan arus sesaat yang melalui busur api dan Ro sama dengan resistansi
busur api, maka dalam selang waktu tersebut, tegangan kontak naik menjadi:
Karena resistansi busur api relatif kecil, maka tegangan kontak hanya beberapa puluh
volt, sehingga dapat diabaikan.
Kemudian busur api padam ketika r = tz dan mulai saat itu arus pada rangkaian
sama dengan nol (i = 0), sehingga tegangan pada resistor juga sama dengan nol (V, =
rR = 0). Dengan demikian, terhitung mulai r = b, Iegangan pemulihan kontak menjadi:
v*= V, 2.4
Kenaikan tegangan pemulihan sama dengan kenaikan tegangan sumber. Jika saat
busur api mulai padam diambil sebagai acuan waktu, dan V = nilai puncak tegangan
sesaaf sumber, maka nilai sesaat tegangan kontak adalah:
vk
"F----3"
= kontak
terbuka
(a) (b)
ffiangkaian Kapasitif
Pada Gambar 2.13a diperlihatkan suatu rangkaian kapasitif.
Sebelum kontak pemutus daya membuka, arus pada rangkaian ini mendahului
tegangan sebesar 90o, seperti diperlihatkan pada Gambar 2.13b. Jika V, adalah tegangan
pada kapasitor, maka sebelum kontak terbuka, persamaan tegangan pada rangkaian
tersebut adalah sebagai berikut:
Vr=Vt*V, 2.6
Jika tegangan kontak diabaikan, maka tegangan kapasitor akan sama dengan tegangan
sumber. Tegangan pada kontak dapat dituliskan sebagai berikut:
Vr=vr-V, 2.7
Misalkan ketika r = /r, kontak pemutus daya dibuka. Dalam selang waktu tt - tz,
timbul busur api. Selama ada busur api, tegangan kapasitor sama dengan tegangan
sumber. Ketika arus sama dengan nol, yaitu ketika r = /2, busur api padam. Pada saat
itu tegangan pada kapasitor sama dengan nilai puncak tegangan sesaat sumber, sehingga
persamaan tegangan kontak setelah busur api padam adalah:
Vt=Vr-V 2.8
Jika saat busur api mulai padam diambil sebagai acuan waktu, maka nilai sesaat
tegangan kontak adalah:
Vt =Vcos@t-V 2.9
v,
*-Tl
<__gE
1
V, V,
,I ,t,
(a)
ffiangkaian Induktif
Pada Gambar 2.14a diperlihatkan suatu rangkaian induktif. Sebelum kontak pemutus
daya terbuka, arus pada rangkaian ini tertinggal 90' dari tegangan, seperti diperlihatkan
pada Gambar 2.14b.
Jika V, adalah tegangan pada induktor, maka sebelum kontak terbuka, persamaan
tegangan pada rangkaian di atas adalah sebagai berikut:
l/"=V*+VL 2.10
dan
V,=L4
Ldt 2.1t
Jika tegangan kontak diabaikan, maka tegangan pada induktor sama dengan tegangan
sumber. Tegangan pada kontak dapat dituliskan sebagai berikut:
Vr = V, - VL 2'12
Misalkan ketika I = ll, kontak pemutus daya dibuka. Dalam selang waktu /, -
rr, dmbul busur api. Selama ada busur api, tegangan induktor sama dengan tegangan
sumber. Ketika t = t2, arus sama dengan nol dan busur api padam. Pada saat itu
tegangan induktor sama dengan nol (karena nilai i pada Persamaan 2.Ll sama dengan
nol), sehingga tegangan kontak setelah busur api padam adalah:
Vt = V, 2.13
Jika saat busur api mulai padam diambil sebagai acuan waktu, maka nilai sesaat
legangan kontak adalah:
Vt = V cos o/ 2.14
vk
4-"**"
CB
1 1
V, VL
I I
(a)
R
2.15
Seandainya pemutus daya membuka ketika t = tr, karena adanya busur api pada
sela kontak pemutus daya, maka arus pada rangkaian tetap mengalir hingga t = tz.
Ketika busur api padam, tegangan kontak menjadi sama dengan tegangan sumber.
Dengan kata lain, sesaat setelah busur api padam, tegangan kontak tiba-tiba naik
dari nol mengikuti tegangan sumber. Dalam kasus ini, tegangan kontak naik ke suatu
nilai tertentu yang lebih kecil daripada tegangan maksimum sumber dan besarnya
bergantung kepada besarnya sudut fasa g. Semakin besar R, semakin kecil sudut fasa
g, dan kenaikan tegangan pemulihan semakin kecil. Dengan perkataan lain, keberadaan
resistor R dalam rangkaian membuat kenaikan tegangan kontak semakin kecil. Prinsip
ini digunakan untuk mengurangi kenaikan tegangan pemulihan pada saat pembukaan
suatu pemutus daya.
Pada Gambar 2.16a di halaman 24 diperlihatkan suatu pemutus daya yang dilengkapi
dengan suatu resistor. Sesaat setelah kontak utama S, dibuka, kontak bantu Su ditutup
sehingga resistor R terhubung seri dengan beban Z.
Keberadaan resistor ini akan mengurangi kenaikan tegangan pemulihan kontak utama,
sehingga terpaan balik busur api dapat dihindarkan. Beberapa saat kemudian, kontak
bantu dibuka sehingga rangkaian terbuka sempurna. Pada saat penutupan pemutus daya,
dapat terjadi tegangan lebih transien. Besar tegangan transien ini dapat dikurangi dengan
terlebih dahulu menutup kontak bantu, beberapa saat kemudian kontak utama ditutup.
Dewasa ini, resistor dan kontak bantu diganti dengan varistor atau resistor non-linier
seperti diperlihatkan pada Gambar 2.16b. Varistor yang umum digunakan terbuat dari
bahan ZnO. Varistor memiliki resistansi besar ketika dialiri arus lemah, tetapi memiliki
vk
.{-----Y
A CB1
I
v VZ
I
(.a)
(a)
(.a)
Bentuk tegangan yang dihasilkan adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 2.11b.
Terlihat bahwa kenaikan tegangan pemulihan relatif lebih tinggi dibandingkan dengan
kenaikan tegangan pemulihan pada rangkaian induktif. Kemungkinan terjadinya tegangan
seperti ini harus dipertimbangkan dalam pemilihan suatu pemutus daya.
Berikut ini akan dijelaskan prinsip kerja masing-masing pemutus daya di atas.
Busur api akan padam ketika arus mencapai nilai nol yang pertama. Busur api
tidak terulang lagi, karena tegangan tidak cukup kuat menimbulkan emisi medan yang
dapat mengawali terpaan balik busur api.
Letak isolasi pendukung kontak harus diatur sedemikian rupa sehingga tidak gosong
karena panas yang ditimbulkan busur api. Isolator gosong akan memproduksi karbon
sehingga isolasi seakan-akan menjadi elektroda dan dari elektroda ini keluar elektron
hasil emisi termal yang dapat mengawali terjadinya terpaan busur api balik.
Pemutus daya ini digunakan untuk rangkaian dc dan ac tegangan rendah, dengan
kuat arus pada rangkaian sampai ratusan ampere. Khusus pemutus daya ac tegangan
rendah, kontaknya dapat dibuat dari bahan bertitiklebur rendah seperti kuningan dan
tembaga.
Untuk rangkaian bertegangan lebih tinggi, konstruksi kontak dan pemadam busur
api dibuat seperti yang diperlihatkan pada Gambar 2.19a. Busur api yang memanjang
karena dorongan udara, dipilah oleh tabir-tabir metal, sehingga terbentuk beberapa
segmen busur api yang terhubung seri. Jumlah jatuh tegangan seluruh segmen busur api
lebih besar daripada jatuh tegangan busur api yang tidak dipilah. Di samping itu, tabir
metal juga berfungsi menjadi pendingin bagi busur api. Pemutus daya ini digunakan
untuk tegangan beberapa ribu volt dan dapat memutuskan arus beberapa ribu ampere.
Pemutus daya udara jenis lain diperlihatkan pada Gambar 2.19b. Tabirnya dibuat
dari bahan isolasi, sehingga busur api dipaksa menelusuri permukaan isolasi. Dalam
hal ini pemadaman busur api terjadi karena: (a) efek pemanjangan busur api, (b) efek
pendinginan permukaan isolator dan (c) karena partikel bermuatan mempunyai peluang
yang besar untuk mengadakan rekombinasi. Pemutus daya ini digunakan untuk memutus
arus sampai 50 kA dan dapat digunakan pada rangkaian bertegangan sampai 10 kV.
Busur api
Busur api
Gelembung gas
Minyak
Panas yang ditimbulkan busur api menaikkan temperatur minyak, sehingga minyak
meng-alami dekomposisi dan menghasilkan gas hidrogen. Gas hidrogen bersifat
menghambat produksi ion, sehingga membantu pemadaman busur api. Sementara itu,
minyak mendinginkan busur api dengan menghantarkan panas dari busur api ke tangki
pemutus daya. Keberhasilan pendinginan ini bergantung kepada luas permukaan busur
api yang bersentuhan dengan minyak dan daya hantar panas minyak. Adanya hidrogen
dan pendinginan seperti tersebut di atas, membuat minyak sangat efektif memutuskan
arus. Di samping itu, minyak sekaligus berfungsi sebagai bahan isolasi untuk mengisolir
bagian-bagian pemutus daya yang berbeda tegangan dengan tanah.
Kelemahan pemutus daya minyak adalah sebagai berikut
1. Minyak mudah terbakar dan jika mengalami tekanan dapat meledak.
2. Kekentalan minyak memperlambat pemisahan kontak, sehingga tidak cocok untuk
sistem yang membutuhkan pemutusan arus yang cepat.
3. Interaksi busur api dengan minyak menimbulkan karbonisasi dan memproduksi
gas hidrogen. Jika karbonisasi berlangsung lama akan terjadi endapan karbon dan
jika gas hidrogen bercampur dengan udara, maka dapat menimbulkan campuran
yang eksplosif.
4. Minyak akan mengalami degradasi jika bercampur dengan air atau karbon, maka
perlu diadakan pemeriksaan rutin terhadap sifat dielektrik dan sifat kimia minyak.
Telah dijelaskan bahwa pemadaman busur api bergantung pada metode pendinginan
dan jenis gas hasil dekomposisi minyak. Pengembangan pemutus daya minyak didasarkan
atas perbaikan metode pendinginan busur api. Pada Gambar 2.21 di halaman 28
diperlihatkan dua metode pendinginan busur api pada pemutus daya minyak. Kontak
tetap ditempatkan pada suatu bilik. Bilik diberi leher untuk jalan masuk dan keluar
kontak bergerak.
Pada Gambar 2.21a diperlihatkan suatu kontak yang sudah dipisahkan. Busur
api terjadi datam bilik berisi minyak. Gas yang timbul karena dekomposisi minyak
menimbulkan tekanan terhadap minyak, sehingga minyak juga terdorong ke bawah
melalui leher bilik. Di leher bilik, minyak berinteraksi langsung dengan busur api.
Hal ini akan menimbulkan pendinginan busur api, mendorong proses rekombinasi dan
menjauhkan partikel bermuatan dari lintasan busur api.
Jenis bilik kontak lain diperlihatkan pada Gambar 2.21b. Leher bilik terbuat dari
laminasi isolasi. Jika kontak bergerak ke bawah, minyak akan mengalir dari sela-sela
laminasi, sehingga minyak terdorong dengan arah radial menuju busur api. Ada juga
pemutus daya yang dirancang dengan alat tambahan, sehingga busur api yang berada
28 Peralatan Tegangan linggi
di luar leher bilik didorong horizontal oleh suatu tabir isolasi, sehingga lintasan busur
api di luar leher bilik semakin panjang. Jenis pemutus daya ini dapat memutuskan arus
hubung singkat sampai l0 kA pada rangkaian bertegangan sampai 500 kV.
Tangki udara
bertekanan tinggi
Bilik kontak pemutus daya udara tekan diperlihatkan pada Gambar 2.Z3.Kontak bergerak
digerakkan oleh suatu piston. Pada keadaan normal, piston didorong oleh suatu pegas,
sehingga kontak bergerak terhubung dengan kontak tetap. Bilik kontak dihubungkan
dengan suatu tangki berisi udara bertekanan tinggi melalui suatu katup. Jika terjadi arus
hubung singkat, katup akan terbuka, udara bertekanan tinggi keluar dari tangki menuju
bilik kontak dan mendorong piston sehingga kontak bergerak juga terdorong menjauhi
kontak tetap. Pada waktu yang bersamaan, udara bertekanan tinggi mendinginkan busur
api yang timbul pada saat pembukaan kontak. Selain mendinginkan busur api, udara
bertekanan tinggi juga menyingkirkan partikel bermuatan dari sela kontak, sehingga
pemulihan kekuatan dielektrik pada sela kontak berlangsung cepat.
Karena pemulihan kekuatan dielektrik pada sela kontak berlangsung cepat, maka
busur api berlangsung singkat, sehingga peluruhan material kontak karena busur api itu
lebih sedikit daripada peluruhan material kontak pada pemutus daya minyak. Dengan
kata lain, sela kontak pemutus daya udara tekan akan lebih tahan lama daripada kontak
pemutus daya minyak.
Kecepatan pemulihan kekuatan dielektrik pada sela kontak pemutus daya berpengaruh
terhadap jarak minimal sela kontak. Jika pemulihan kekuatan dielektrik berlangsung
cepat, maka panjang sela kontak dapat dibuat lebih pendek. Dengan demikian, ukuran
bilik kontak dapat dikurangi.
Dilihat dari arah tiupan udara, ada dua jenis pemutus daya udara tekan, yaitu
pemutus daya di mana udara ditiup satu sumbu dengan busur api dan pemutus daya
di mana udara ditiup memotong busur api. Pada Gambar 2.23a, Ddara ditiupkan satu
sumbu dengan busur api. Karena pemulihan kekuatan dielektrik berlangsung cepat,
maka panjang sela kontak pada saat kontak terbuka penuh dapat dibuat lebih pendek.
Tetapi, pada saat tekanan udara sudah berkurang, tegangan sistem dapat menimbulkan
tembus listrik pada sela kontak. Untuk mencegah terjadinya tembus listrik tersebut,
suatu pemisah dihubungkan secara seri dengan kontak, yang terbuka setelah kontak
pemutus daya terbuka.
Pada Gambar 2.23b, terllhat udara ditiupkan memotong busur api dan mendorong
busur api menelusuri permukaan tabir isolasi, sehingga busur api bertambah panjang'
Hal ini memberi efek pendinginan terhadap busur api dan memberi peluang bagi
partikel bermuatan untuk mengadakan rekombinasi. Pada pemutus daya ini, panjang sela
kontak pada saat kontak terbuka penuh dapat dibuat lebih besar, sedemikian besarnya
*- Kontak
U
!-.,: P
i. ;'
.
-*on*
mlsolasi
iffi i; i __l<-
lldara .- - ..'1--\ !.- - .. .'.. Udara Udara
--------->
,/
Isolasi
<_
*'4. Isolasi
(a) Udara satu sumbu dengan busur api (b) Udara memotong busur apr
sehingga tegangan sistem tidak membuat sela kontak tembus listrik. Dengan demikian,
pemutus daya ini tidak perlu diperlengkapi dengan pemisah seperti halnya pada jenis
pemutus daya di atas. Pemutus daya jenis ini mampu memutus arus sampai 40 kA
pada rangkaian ac bertegangan sampai 765 kV.
Meskipun panjang sela kontak dapat dikurangi, konstruksi bilik kontak masih lebih
rumit dibandingkan dengan bilik kontak pemutus daya minyak. Kerumitan juga ditemukan
pada konstruksi penggerak kontak. Di samping itu, harus diwaspadai kebocoran udara
pada bilik kontak dan kebocoran pada tabung penghubung kompresor dengan bilik
kontak. Perlengkapan kompresor juga membutuhkan perawatan rutin.
Puputan
logam
t
Kontak
bergerak
Leher
bejana
Proses pemadaman busur api dengan gas sF6 dapat dijelaskan dengan bantuan
Gambar 2.26. Bagian utama suatu pemutus daya SF6 adalah kontak bergerak, kontak
tetap, bilik kontak berisi gas SF6 dan tangki gas SF6 bertekanan ringgi +14 kglcmz.
Tangki gas dihubungkan dengan bilik kontak melalui sebuah katup. Jika kontak terbuka,
katup akan membuka, sehingga gas SF6 dari tangki mendorong gas SF6 yang terdapat
pada bilik kontak.
Ketika kontak terbuka, terjadi busur api. Pada saat yang bersamaan, katup peng-
hubung bilik dengan tangki terbuka, sehingga gas SF6 keluar dari tangki mendorong
gas SF6 yang ada di bilik kontak. Gas SF6 yang ada pada bilik konrak menyembur
melalui leher bilik kontak sambil mendinginkan busur api. Pendinginan busur api dan
sifat elektronegatif yang dimiliki gas SF6 membuat pemulihan kekuaran dielektrik SF6
berlangsung cepat, sehingga ketika busur api padam, busur api tidak terulang lagi.
Kelemahan pemutus daya SFu adalah sebagai berikut.
a. Harga gas SF6 yang mahal mengakibatkan harga pemutus daya SF6 relatif mahal.
b. Setelah pemutus daya SF6 bekerja, perlu dilakukan rekondisi gas SF6, sehingga
dibutuhkan peralatan untuk rekondisi tersebut.
Tegangan pengenal suatu pemutus daya dirancang untuk lokasi yang ketinggiannya
maksimum 1000 m di atas permukaan laut. Jika pemutus daya dipasang di lokasi yang
ketinggiannya lebih daripada 1000 m, maka tegangan operasi maksimum pemutus daya
harus dikoreksi dengan faktor yang diperlihatkan pada Tabel 2.1.
t212 0,98
15 15 0.95
3030 0,80
Pada keadaan normal suatu pemutus daya dialiri arus yang sama dengan arus beban.
Jika terjadi hubung singkat tiga fasa setimbang pada sistem, seperti diperlihatkan pada
Gambar 2.27, arus hubung singkat (1") mengalir pada pemutus daya CB. Setelah itu,
kontak pemutus daya segera membuka untuk memutuskan arus hubung singkat tersebut.
Oleh karena itu, kapasitas suatu pemutus daya bergantung kepada besarnya arus hubung
singkat yang diperkirakan akan mengalir pada pemutus daya tersebut. Berikut ini akan
dijelaskan tentang bentuk arus hubung singkat yang mungkin melalui suatu pemutus
daya dan hubungan arus tersebut dengan kapasitas pemutus daya.
Hubung R
singkat
..---->
V
i;;;;; E
,5
1,,
I Arus
asimetris
T,
l^urr= t/2 I*
Arus hubung singkat jika lokasi hubung singkat jauh dari generator
Gambar 2.29 drperlihatkan tiga bentuk gelombang arus hubung singkat, yaitu: arus
subtransien (1") yang berlangsung kurang lebih satu sekon setelah peristiwa hubung
singkat; arus transien (1') yang berlangsung antara 0,2 - 2 sekon setelah peristiwa
hubung singkat; dan arus tunak (steadv state, [) yang berlangsung setelah komponen
arus searah menjadi nol. Arus subtransien dan arus transien merupakan arus asimetris,
sedangkan arus tunak adalah arus simetris.
^/: 2.17
+ Xz
e
Arus tunak
.(0
F-f,1 zJzr
ryW-r
Arus hubung singkat jika lokasi hubung singkat dekat dengan generator
Bab 2 Pemutus Daya 35
TABEL 2.2
Reaktansi Mesin untuk Perhitungan Arus Hubung Singkat
Reaktansi (7o)
Jenis Mesin Listrik
K,, Xo' X,)
di mana V=
n
Tegangan nominal generator
L_1,05 untuk sistem bertegangan rendah
= 1,1 untuk sistem bertegangan di atas 1000 V
R"= Resistansi ekuivalen semua R dan X yang dilalui arus hubung singkat,
terhitung dari sumber arus sampai dengan ke titik gangguan
X"= Reaktansi ekuivalen semua R dan X yang dilalui arus hubung singkat,
terhitung dari sumber arus sampai dengan ke titik gangguan
Nilai R dan X untuk setiap komponen dalam sistem dikoreksi sebagaimana di-
rekomendasikan dalam IEC 60909. Dalam perhitungan ini, reaktansi generator ditetapkan
sama dengan reaktansi subtransien yang sudah dikoreksi. Reaktansi mesin-mesin listrik
pada umumnya diperlihatkan pada Tabel 2.2.
Resistansi kumparan generator dapat diperkirakan sebagai berikut:
Generator > 100 MVA : Rr - 0,05 Xo"
Generator > 100 MVA : Rr - 0,07 Xi'
Generator bertegangan rendah :R*=Q,|J;g,
Arus subtransien menimbulkan gaya mekanis yang sangat tinggi pada kontak-kontak
pemutus daya. Oleh karena itu, suatu pemutus daya harus mampu menahan puncak
arus hubung singkat subtransien tertinggi atau puncak arus subtransien pada setengah
periode pertama. Kemampuan suatu pemutus daya menanggung arus subtransien tersebut
disebut kapasitas arus sesaat (momentary duQ).
Kapasitas arus sesaat adalah nilai puncak arus hubung singkat subtransien tertinggi
yang dapat ditanggung oleh pemutus daya tanpa menimbulkan kerusakan pada pemutus
daya tersebut. Kapasitas arus sesaat suatu pemutus daya ditentukan dengan terlebih
dahulu menghitung nilai efektif arus subtransien. Berdasarkan gambar 2.28 dan 2.29,
suatu pemutus daya harus mampu menanggung puncak arus hubung singkat Io YanE
besarnya . 2^/2 1". Dalam praktiknya, nllai Io selalu lebih kecil daripada < 2^/2'1" atat
dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sebagai:
Faktor ( tergantung kepada komponen arus searah 1r., sedangkan .Ir, tergantung
kepada perbandingan R, dengan Xr. Faktor ft, dapat dihitung dengan persamaan:
R
- 1-!
k"=1,02x0,98e-x" 2.19
36 Peralatan Tegangan Tinggi
Iika vn, adalah tegangan fasa-ke fasa sistem sebelum terjadi hubung singkat, maka
kapasitas daya sesaat pemutus daya adalah:
s- = {3 v*x I, 2.20
Dalam hal ini k, adalah faktor pengali arus transien yang tergantung kepada waktu
tunda pemutusan ams (7,) dan perbandingan arus subtransien (1') dengan arus nominal
generator (1,) seperti yang diperlihatkan pada gambar 2.30.
k1
N
1,00
0,95
0,90 \
0,85 \
0,80
0,75
0,60
0,55 {
rl
> 0,25 sekor
0,50
1,,
T.
nomlnal generatol
GAMBAR 2.30
Faktor pengali arus transien /kJ
Bab 2 Pemutus Daya 37
Kemampuan suatu pemutus daya untuk memutuskan arus harus sama dengan atau
lebih besar daripada arus transien 1,,' pada Persamaan 2.21. Dengan demikian, kapasitas
suatu pemutus daya dapat dihitung dengan persamaan berikut ini:
1-uk,=kxIo* 2.24
onduktor adalah salah satu komponen utama peralatan listrik dan instalasi listrik.
Konduktor berperan untuk menyalurkan arus dari satu bagian ke bagian lain dan
juga untuk menghubungkan bagian-bagian yang dirancang bertegangan sama.
Pada sistem tenaga listrik, konduktor bertegangan tinggi dijumpai pada transmisi, gardu
induk, jaringan distribusi dan panel daya. Pemilihan jenis dan ukuran konduktor harus
memenuhi syarat-syarat teknis dan harus ekonomis. Oleh karena itu, dalam bab ini
akan diuraikan jenis-jenis konduktor dan parameter yang perlu dipertimbangkan dalam
pemilihan ukuran konduktor.
ffiffi
(a) Konduktor batang (b) Kawat pilin (c) Konduktor rongga (d) Konduktor berkas
GAMBAB 3.1
Bentuk penampang konduktor telanjang
3.3 KABEL
Pada Gambar 3.2 di halaman 40 diperlihatkan penampang konstruksi suatu kabel tiga
fasa. Bagian utama dari suatu kabel adalah inti atau konduktor, bahan isolasi, bahan
pengisi, bahan pengikat, bahan pelindung beban mekanik dan selubung pelindung luar.
Semua bahan tersebut harus membentuk suatu konstruksi yang membuat kabel menjadi
fleksibel dan tetap memiliki kekuatan mekanis yang memadai.
Kabel tegangan tinggi pada umumnya berinti tunggal dan berinti tiga, bahannya
terbuat dari pilinan serat tembaga atau aluminum. Bentuk penampangnya tidak berupa
lingkaran tetapi dibuat berbentuk sektoral agar dengan diameter luar yang tetap diperoleh
luas penampang inti yang lebih besar. Atau dengan luas penampang inti yang tetap
diperoleh diameter luar yang lebih kecil, sehingga ongkos pembuatannya lebih murah.
40 Peralatan Tegangan Tinggi
Isolasi
lnti (konduktor)
Pengisi
Isolasi pengikat
Logam pembalut
Bantalan
Logam pelindung
Selubung luar
GAMBAR 3.2
Penampang kabel tegangan tinggi
Inti dibungkus dengan bahan isolasi utama yang sifat mekanisnya fleksibel sehingga
mudah digelar dan perubahan kekuatan mekanisnya tidak signifikan jika temperatur
berubah dari temperatur kamar sampai temperatur operasi. Sifat termal inti kabel yang
utama adalah: memiliki ketahanan termal yang tinggi, koef,sien muai panas rendah, daya
hantar panas tinggi dan tidak mudah terbakar. Sifat elektrik bahan isolasi yang utama
aclalah: memiliki kekuatan dielektrik yang tinggi agar diameter luar dapat dikurangi
sehingga ongkos pembuatan kabel berkurang; resistansi isolasinya tinggi; dan rugi-rugi
dielektriknya rendah. Sedangkan sifat kimia yang diinginkan adalah tidak bereaksi
dengan asam dan alkali pada temperatur kerja, dan tidak mengisap air atau kedap air.
Bahan isolasi yang digunakan antara lain minyak, polimer dan kertas yang
diimpregnasi minyak mineral. Jika bahan isolasi utama berupa bahan padat seperti
polymer dan karet, maka di antara konduktor dengan isolasi utama dapat terjadi rongga.
karena permukaan konduktor yang tidak benar-benar mulus. Untuk mengatasi hal ini,
maka di antara konduktor dengan isolasi utama dibuat lapisan tipis yang terbuat dari
bahan silikon.
Ketiga inti kabel diikat dengan bahan isolasi yang disebut dengan isolasi pengikat.
Ruang kosong yang terdapat di antara isolasi utama maupun antara isolasi utama dengan
isolasi pengikat diisi dengan bahan isolasi yang kualitasnya lebih rendah, sepefti jerami
atau potongan-potongan kertas. Kemudian isolasi pengikat dibungkus dengan selubung
yang terbuat dari lempengan timah. Permukaan luar selubung timah dilapisi dengan pita
atau kawat baja untuk meninggikan kekuatan mekanis kabel. Lapisan baja ini harus
dilapisi dengan bahan anti-karat. Selubung timah dilapisi lagi dengan bantalan, yaitu
suatu bahan yang sifatnya elastis. Bantalan berfungsi untuk melindungi isolasi pengikat
dari tekanan mekanis yang berlebihan jika terjadi benturan mekanis pada bagian luar
kabel. Kemudian bantalan diselubungi dengan pelindung dari baja anti-karat yang
berfungsi untuk melindungi kabel dari beban mekanis yang berasal dari luar kabel.
Lapisan terakhir adalah bahan pembungkus yang mencegah masuknya air ke dalam
bahan pelindung.
Jika bahan isolasi utama kabel adalah kertas, maka kertas harus dikeringkan terlebih
dahulu. Kertas yang dijumpai sehari-hari selalu lembab karena serat kertas menyerap
air dari udara di sekitarnya. Pengeringan kertas dilakukan dalam bejana vakum pada
Bab 3 Konduktor 41
temperatur 120 - 135 'C. Setelah itu, kertas dicelupkan dalam minyak mineral dan
resin dan dikeringkan dalam bejana yang tertutup sangat rapat. Minyak harus memiliki
kekentalan yang rendah pada temperatur pencelupan tetapi kekentalannya tinggi pada
temperatur operasi kabel, koefisien muainya rendah dan titik bekunya harus di bawah
temperatur operasi kabel. Resin adalah bahan tambahan untuk mencegah terjadinya
oksidasi yang dapat mempercepat penuaan dan menimbulkan pelapukan. Bahan tambahan
juga diperlukan untuk mencegah penurunan viskositas minyak. Tegangan tembus listrik
gabungan keftas dengan minyak lebih tinggi dari tegangan tembus masing-masing bahan
jika sendiri-sendiri.
Ada kabel yang bahan isolasinya berupa serat yang diimpregnasi minyak. Hal
ini bertujuan agar kabel lebih fleksibel sehingga mudah digelar. Penyambungan pada
kabel jenis ini lebih mudah karena ketika penyambungan dilakukan minyak tidak
keluar dari ujung-ujung kabel sehingga tidak terjadi rongga-rongga udara dalam isolasi
kabel. Kelemahan utama kabel ini terletak pada kemungkinan terjadinya gelembung
gas ketika beroperasi melayani beban yang berfluktuasi di mana kabel berulang-ulang
mengalami pemanasan dan pendinginan. Karena koefisien pemuaian bahan isolasi
kabel lebih besar dari bahan pembungkusnya (biasanya dari timah), maka pemanasan
kabel akibat pembebanan maksimum akan mengakibatkan pemuaian bahan isolasi lebih
besar daripada pembungkusnya, sehingga pembungkus tersebut membengkak. Ketika
beban berkurang akan terjadi pendinginan yang mengakibatkan bahan isolasi menyusut
sehingga terdapat rongga-rongga di antara pembungkus dengan isolasi. Lama-kelamaan
rongga tersebut akan terisi dengan gas yang berasal dari bahan isolasi. Melalui proses
difusi, rongga-rongga gas tersebut menyelusup ke permukaan inti kabel, yaitu kawasan
di mana intensitas medan elektrik maksimal. Di kawasan ini, rongga-rongga gas dapat
mengalami tembus listrik sehingga terjadi peluahan sebagian (partial dist:harge) di
dalam kabel. Peluahan sebagian ini merupakan awal terjadinya tembus listrik pada
bahan isolasi. Terjadinya peluahan sebagian dapat dicegah dengan mengurangi intensitas
medan elektrik pada permukaan inti kabel, yaitu dengan menambah tebal bahan isolasi.
Akibatnya, ongkos pembuatan kabel semakin tinggi. Itu sebabnya kabel ini hanya
digunakan untuk tegangan bolak-balik sampai 35 kV saja. Di atas tegangan tersebut
pengurangan intensitas medan elektrik dengan menambah tebal bahan isolasi tidak
ekonomis lagi.
Jenis bahan isolasi kabel lain adalah kertas yang diimpregnasi dengan minyak
bertekanan. Kabel ini digunakan untuk transmisi tegangan tinggi. Minyak bertekanan
akan mencegah terbentuknya rongga-rongga gas dalam kabel, karena aliran minyak dalam
kabel akan segera mengisi rongga tersebut dengan minyak. Dengan cara ini, kelemahan
yang terdapat pada kabel berisolasi serat dapat diatasi, tetapi ongkos pembuatannya
lebih tinggi karena adanya perangkat tambahan, yaitu alat untuk membuat minyak tetap
befiekanan.
pada konduktor sama dengan jumlah panas yang disebarkan konduktor ke medium
sekitarnya. Arus tertinggi yang dapat dialirkan secara kontinu oleh suatu konduktor di
mana arus tersebut tidak menimbulkan kenaikan temperatur konduktor lebih dari 75 .C
disebut daya hantar arus (curuent carrying capacity). Dalam pemilihan suatu konduktor,
perlu diperhatikan agar arus kontinu yang akan dialirkan tidak melebihi daya hantar
arus konduktor yang dipilih.
Jarak atau spasi antar konduktor ditetapkan sedemikian sehingga tidak terjadi
peluahan sebagian atau korona pada permukaan konduktor. untuk itu kuat medan
elektrik pada permukaan setiap konduktor perlu diketahui. Kuat medan elektrik tertinggi
yang ditemukan harus lebih rendah dari kekuatan dielektrik bahan isolasi utama. Pada
transmisi hantaran udara, kuat medan pada permukaan konduktor direduksi dengan
menggunakan penghantar berkas (bundled conductor). Di bawah ini diberikan formula
perhitungan kuat medan elektrik tertinggi pada permukaan konduktor sistem tiga fasa
yang diperoleh secara aproksimasi.
E_
kuv
"maks - 3.1
nrorn(ry)
Dalam hal ini: "/ = Jarak antar konduktor fasa (m)
fta = Faktor koreksi kuat medan konduktor berkas yang bergantung
kepada jumlah konduktor per fasa
r" = Jai-jari ekuivalen konduktor (m)
rr = Iari-jari luar konduktor (m)
n = Jumlah berkas konduktor per fasa
Untuk konduktor tunggal, re sama dengan jari-jari luar konduktor (rr). Untuk
konduktor berkas denganjarak antar konduktor sama dengan s meter, jari-jari ekuivalen
dihitung dengan persamaan di bawah ini:
Nilai ft, bergantung kepada jumlah berkas konduktor per fasa, yang besarnya adalah
seperti diperlihatkan pada Tabel 3.1.
TABEL 3.1
Faktor ko Konduktor Berkas
n Susunan kb
2 oo t*# )r
o 2r, tE
3
oo I *-4,
oo 3r,-tD
4
oo l*---
Bab 3 Konduktor 43
Jarak antar konduktor pada jaringan hantaran udara, selain dibatasi oleh medan
tertinggi yang diizinkan, dibatasi juga oleh jarak ayunan konduktor jika ditiup angin'
Jarak ayunan bergantung kepada kecepatan angin, diameter konduktor, berat jenis
konduktor, lendutan dan jarak rentangan. Konduktor yang lebih ringan, spasinya harus
lebih besar daripada konduktor yang lebih berat.
Hal lain yang perlu diperhatikan dalam pemilihan konduktor adalah resistansinya,
kekuatan mekanisnya, jari-jari geometris rata-rata (GMR = geometric mean radius) dan
diameter luarnya. Resistansi konduktor berpengaruh terhadap rugi-rugi daya dan jatuh
tegangan (voltage drop) pada konduktor. Semakin besar resistansi suatu konduktor.
semakin besar rugi-rugi daya dan jatuh tegangan pada konduktor tersebut'
GMR dan diameter luar berpengaruh terhadap reaktansi induktif dan kapasitif
konduktor. Untuk jaringan hantaran udara tiga fasa yang ditransposisi, yang jari-jari
geometris rata-rata konduktornya sama dengan GMR mete\ panjang konduktornya
sama dengan i kilometer dan frekuensi tegangannya sama dengan f (Hz)' maka nilai
reaktansinya dapat dihitung dengan rumus di bawah ini:
3.3
ohm 3.4
3H PR
-m- = Hk b" flt' 3.6
3H 12o
-tr- Hn bu A m 3.j
Dari Persamaan 3.7 diperoleh ukuran konduktor yang ekonomis sebagai berikut:
3H"P p
A_ 10 Hrbum
3.8
n= Al 3.9
3I o'
Menurut diagram fasor Gambar 2.3b, arus konduktor lebih kecil dari arus beban.
Tetapi dalam perencanaan arus konduktor dapat dianggap sama dengan arus beban.
Jlka Pu = besar beban yang diramalkan pada ujung penerima transmisi, 4 = tegangan
fasa-fasa ujung penerima transmisi dan cos g = faktor daya beban yang diramalkan,
maka arus pada konduktor transmisi dapat dihitung dengan Persamaan di bawah ini:
J"
(a) Rangkaian ekuivalen transmlsl (&) Diagram fasor arus dan tegangan transmisi
GAMBAR 3.3
Rangkaian ekuivalen dan diagram fasor arus - tegangan transmisi
Bab 3 Konduktor 45
P,0
r 3.10
K o- r/34cos9
11 -,f
-1'--
R'=+ 3.1 1
Pada Lampiran I diberikan tabel yang memuat jenis, ukuran, dan karakteristik
dari konduktor tembaga dan aluminium. Pada tabel tersebut dapat dicari konduktor
yang resistansinya per kilometer pada temperatur kerja lebih kecil atau sama dengan
R' dan mampu mengalirkan arus 1*. Jika resistansi konduktor terpilih adalah R*' ohm/
km, maka resistansi konduktor yang dipilih adalah:
Rt=Rt'xl 3.12
Selanjutnya nilai arus dan tegangan jika transmisi menggunakan konduktor yang
dipilih dapat dihitung. Jika tegangan fasa ke netral ujung penerima adalah V,,,, n*a
arus kapasitansi pada ujung penerima adalah:
rr=&v"_
3.l3
3.t4
*=arc,r(qH+) 3.15
Tegangan ujung pengirim fasa ke netral dapat dihitung dengan persamaan berikut:
Dengan demikian dapat dihitung jatuh tegangan pada konduktor yang dipilih, yaitu:
lv -vl x t007o
\v - '-! v: 3.11
sehingga mampu memikul arus yang akan disalurkan. Kemampuan menghantar arus
konduktor dapat dilihat pada Lampiran L Jika pada rel mengalir arus hubung singkat,
maka rel daya akan mengalami gaya elektromagnetik yang besarnya bergantung kepada
besarnya arus hubung singkat dan jarak antar rel. Oleh karena itu, jarak antar rel harus
dirancang sedemikian rupa sehingga gaya yang diakibatkan arus hubung singkat tidak
sampai merusak rel dan isolator penyangganya. Berikut ini akan diuraikan perihal gaya
dan tekanan yang terjadi pada konduktor dan isolator penyangga suatu rel akibat arus
hubung singkat pada sistem ac tiga fasa.
1t i, i, I
F_ 3.18
2rJ
Pada persamaan di atas: F = Gaya tarik-menarik antar konduktor (N)
& = Permeabilitas medium yang berada di antara kedua
konduktor
= 4r x 10-7 H/m untuk udara
I = Arus yang mengalir pada konduktor (A)
/ = Panjang konduktor (m)
J = Jarak antara kedua konduktor (m)
Prinsip di atas digunakan untuk menentukan besar gaya tarik-menarik pada rel
daya. Pada Gambar 3.4 diperlihatkan susunan rel suatu panel tiga fasa ac, yang setiap
relnya terdiri dari satu batang konduktor.
Rel daya dirancang atas pertimbangan arus tertinggi yang mungkin melalui rel,
yaitu arus puncak hubung singkat tiga fasa tertinggi yang diperkirakan melalui rel.
Jika arus simetris mengalir pada rel suatu panel, maka tiap rel akan mengalami gaya.
Gaya ini merupakan hasil interaksi arus fasa R dengan arus fasa S, interaksi arus fasa
S dengan arus fasa I dan interaksi arus fasa R dengan arus fasa 7. Karena arus fasa
-->l r
t,tl<- ,s I
n]-a ri
nlll m
I|t ln lll lll^ t,l
ilt M
----t
t
t1--- .-]-'1
ffi ffi
-!:- -=E:=
-
-
-rI__l--\
tltJl
r<---------->t <-------------i>t
GAMBAR 3.4
Susunan rel daya konduktor tunggal
Bab 3 Konduktor 47
berbentuk sinusoidal dan masing-masing berbeda fasa 120 derajat listrik dan jarak antar
fasa juga tidak sama, maka gaya pada setiap rel tidak sama. Gaya sesaat yang terjadi
pada tiap rel adalah:
uioirl pi*irl
l.l9
Karena arus berbentuk sinusoidal, maka gaya sesaat di atas juga berbentuk sinusoidal.
Jika nilai puncak arus sesaat adalahi maka nilai puncak gaya pada masing-masing
rel adalah sebagai berikut;
Fn = Fr = 0,13
uli2 3.22
Z*
dan
"
Fs = 0,86
uliz 3./-.)
,, t
Dengan membandingkan Persamaan 3.22 dengan 3.23, terllhat bahwa gaya paling besar
terjadi pada rel yang berada di tengah (fasa S).
Dasar perhitungan dalam perencanaan rel daya adalah gaya mekanis tertinggi
yang diperkirakan terjadi pada rel. Gaya mekanis tertinggi terjadi ketika rel dialiri arus
puncak subtransien dari arus hubung singkat tertinggi yang mungkin mengalir pada rel.
Jika arus hubung singkat tiga fasa tertinggi yang diperkirakan melalui rel adalah 1r,.
(A), dan medium yang berada di antara rel adalah udara dengan p = 4t x 10-' H/m,
maka gaya tertinggi dalam newton yang timbul pada rel tengah adalah:
4n x IO-7 1r,,2 I
Fp = o'86 x 2rJ
L,iz x Io-7 1p,,2 I
3.24
J
Jika o = Tekanan atau s/ress pada rel (N/m1
a = Faktor jumlah penyangga terhadap tekanan rel (lihat Tabel 3.2)
I4l = Tahanan momen rel (m3)
TABEL 3.2
Faktor Penyangga Terhadap Tekanan Rel dan Gaya lsolator
B
Susunan Penyangga d
Isolator A lsolator B
0,5*
A=0,5 B = 1,0
0,73**
aFrl
o= W 3.25
Tahanan momen suatu batang konduktor bergantung kepada arah gaya pada rel dan
bentuk penampang rel. Hal ini diperlihatkan dengan jelas pada Gambar 3.5. Rel
dinyatakan dapat memikul arus hubung singkat yang diperkirakan, jika:
di mana ontinadalah kekuatan mulur minimal bahan rel (lihat Lampiran 2).
Gaya yang terjadi pada isolator penyangga adalah:
F,=lFFo 3.27
F nt
I lI
I
lllll' hr) n ,f----ll w=[
-l Llv '=a
+lr t
l<--
(a) Batang tegak (b) Batang mendatar
GAMBAR 3.5
Tahanan momen berdasarkan bentuk penampang rel konduktor
Bab 3 Konduktor 49
Jika o.uu, adalah kekuatan mulur maksimal bahan rel (iihat karakteristik material
Lampiran 2) dan tekanan pada rel o > 0,8 o*uor, maka nilai 7 - 1.
Jika tekanan pada rel o < 0,8 o-"*.. maka nilai 7 dihitung dengan Persamaan
3.28 di bawah ini:
0,8 o-*,
v- 3.28
Isolator dinyatakan memenuhi syarat teknis jika gaya'yang terjadi padanya (f,) tidak
melebihi batas pembebanan maksimal isolator.
te -, - Io"
n
3.29
Gaya yang timbul pada satu rel sebagai hasil interaksi antar arus fasa, disebut gaya fasa
(Fo), sedangkan gaya hasil interaksi antar arus pada elemen rel disebut gaya elemen
(F"). Gaya fasa dan gaya elemen diperlihatkan pada Gambar 3.7 di halaman 50.
Pengikat
I
i -t v L J t€rert lt9ttl l
B'ffitiB [r,6,,*Xrgi.'P*
+jd-l-Ejir EAlEiAXiXii
ttl
T--r_T Konduktor
-lr!
.T-
i ). / lsolator
I
-\//
l--------------i-------------- I
pJ5Jr Pengikat
li
GAMBAR 3.6
Susunan rel batang ganda pada suatu panel daya
50 Peralatan Tegangan T rnggi
: J, .
i<-i-->l
,I
F,
Fett 2)
GAMBAR 3.7
Gaya fasa dan gaya elemen
Karena arus pada setiap elemen adalah sefasa, maka gaya yang paling besar terjadi
pada elemen terluar. Jika, yaitu:
Arus pada masing-masing elemen sama dan satu fasa, maka gaya hasil interaksi
arus pada dua elemen dapat dihitung dengan Persamaan 3.18. Dengan menganggap
bahwa media yang berada di antara elemen-elemen adalah udara, maka gaya tarik-
menarik antar dua elemen dapat ditulis sebagai berikut:
Fe = 2 x ,-e, .,.Jt_r,
lO-7 tt-12 t, *
t=L -l
Jr_, + ... + --L-4
_)
F" _2 x lo-7 (t")2 ll
-1. -l J
J"
Gaya pada Persamaan 3.18 berlaku untuk susunan konduktor garis paralel
berdiameter mendekati nol atau konduktor garis berdiameter sangat kecil dibandingkan
terhadap jarak antar konduktor. Untuk susunan konduktor batang seperti diperlihatkan
pada Gambar 3.7, dan jarak antar konduktor sangat dekat, dan penampang tidak
berbentuk lingkaran, maka jarak antar konduktor tidak dapat disamakan dengan jarak
antar sumbu konduktor, tetapi bergantung pada tebal (r) dan tinggi (/z) konduktor. Oleh
karena itu, jarak efektif (J") bergantung kepada ukuran penampang elemen dan jumlah
elemen. Nilai "f" untuk berbagai ukuran rel diperlihatkan pada Tabel 3.3.
Tekanan pada rel akibat gaya fasa adalah:
o-p=oFnl
gk"w" 3.34
TABEL 3.3
Jarak Efektif Elemen Rel
Jarak Efektif O) cm
Susunan Tebal h=4 h=5 h=6 h=8 h =10 h=12 h=16 h =20
Elemen (/) cm cm cm cm cm cm cm cm cm
da beberapa tingkat tegangan pada suatu sistem tenaga listrik, yaitu: tegangan
nominal, tegangan maksimum, tegangan puncak maksimum dan tegangan lebih.
Tegangan nominal adalah tegangan pengenal sistem. Nilai tegangan ini dinyatakan
dalam harga efektif dan dituliskan pada papan nama sistem. Dalam praktiknya, sistem
beroperasi pada tegangan yang tidak sama dengan tegangan nominalnya, adakalanya
beroperasi di bawah tegangan nominal dan adakalanya di atas nominal. Jika sistem
beroperasi di atas tegangan yang diizinkan, maka sistem dinyatakan memikul tegangan
lebih. Tegangan lebih dapat merusak peralatan, oleh karena itu peralatan perlu dilindungi
agar tidak rusak karena tegangan lebih tersebut.
Berikut ini akan dijelaskan tentang jenis-jenis tegangan lebih yang mungkin
terjadi pada suatu sistem tenaga listrik; jenis-jenis alat pelindung tegangan lebih dan
karakteristik alat-alat pelindung tersebut.
GAMBAR 4.1
Tegangan Iebih akibat sambaran petir
Tegangan lebih eksternal adalah tegangan impuls yang terjadi pada sistem tenaga
listrik akibat sambaran petir pada kawat hantaran udara transmisi sistem tersebut.
Sambaran petir pada kawat transmisi merupakan suntikan muatan listrik. Mengingat
bahwa suatu kapasitor dibentuk oleh dua material konduktor yang diisolir oleh bahan
dielektrik, maka antara kawat transmisi dengan tanah terbentuk suatu kapasitor, karena
dalam hal ini kawat transmisi dan tanah adalah dua material konduktor yang diisolir
bahan dielektrik udara. Karena itu, suntikan muatan pada kawat transmisi analog
dengan suntikan muatan pada suatu kapasitor. Suntikan muatan pada suatu kapasitoi
akan menaikkan tegangan kapasitor. Karena itu, suntikan muatan pada kawat transmisi
akan menaikkan tegangan kawat transmisi melebihi tegangan operasinya. Tegangan
lebih ini berbentuk gelombang impuls yang merambat menuju ujung-ujung transmisi
seperti diperlihatkan pada Gambar 4. 1. puncak tegangan dapat mencapai 100
- 1000
kV, dan berlangsung dalam waktu mikrosekon. Tegangan lebih akibat sambaran petir
disebut tegangan impuls petir. Durasi dan amplitudo masing-masing tegangan di atas,
diperlihatkan pada Gambar 4.2.
Amplitudo tegangan pada Gambar 4.2 dinyatakan dalam per-unit puncak tegangan
maksimum fasa-ke-tanah sistem. Jika tegangan maksimum sistem sama aengan v*"u.,
maka tegangan maksimum fasa-ke-tanah sistem sama dengan V^
kJ^/3. Dengan aemitian
Amplitudo
Tegangan (pu)
GAMBAR 4.2
Durasi dan besaran tegangan pada sistem tenaga listrik
Bab 4 Pelindung Tegangan Lebih 55
Melihat bahaya yang dapat terjadi akibat tegangan lebih, maka perlu dilakukan
tindakan untuk mengurangi tegangan lebih yang tiba pada peralatan sistem agar tegangan
lebih tersebut tidak melebihi kekuatan isolasi peralatan. Ada dua cara yang dilakukan,
yaitu memasang alat pelindung tegangan lebih dan kawat tanah.
Kawat
pembumian
20 kv
------' Teminal
$#
&t
GAMBAR 4.3
Arester jenis saluran dan pemasangannya pada jaringan distribusi
56 Peralatan Tegangan Tinggi
Suatu alat pelindung tegangan lebih akan mengalirkan arus petir ke tanah. oleh
karena itu, alat pelindung tegangan lebih harus dirancang sedemikian rupa, sehingga
ketika mengalirkan arus ke tanah, alat pelindung tidak mengalami kerusakan.
Ada tiga jenis alat pelindung tegangan lebih pada sistem tenaga listrik, yaitu sela
batang, arester jenis tabung atau arester ekspulsi, dan arester jenis katup. Berikut ini
akan dijelaskan prinsip kerja masing-masing alat-alat pelindung regangan lebih tersebut.
Karvat janngan
GAMBAR 4,4
Pelindung tegangan lebih sela batang
I
Bab 4 pelindung Tegangan Lebih
57
TABEL 4.1
Panjang Sela Batang untuk Berbagai Tegangan Sistem
Arus Susulan
Pada Gambar 4.5 diperlihatkan suatu sistem yang dilengkapi alat pelindung
sela batang.
Panjang sela diatur sedemikian sehingga terpercik jika mlmikul tegangan sebesar
v,.
Misalkan suatu tegangan impuls petir merambat menuju transformator. Jika t.gurgin
impuls petir telah tiba pada terminal pelindung, maka tegangan sela batang naik mengikuti
kenaikan tegangan impuls, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.6.
Ketika tegangan pada sela mencapai tegangan percik sela (v,), sela terpercik sehingga
kedua elektroda batang terhubung singkat. Akibatnya, t"gurrgi, di terminal pelindung
tiba-tiba menjadi nol dan arus petir mengalir ke tanah. Arus petir berlangsung dalam
waktu mikrosekon dan menimbulkan busur api pada sela. Setelah arus petir
nol, busur
api pada sela tetap berlangsung karena dipertahankan tegangan bolak-balik frekuensi
daya sendiri. Dengan kata lain, sela elektrodatetap terhubung iingkat. Akibatnya
timbul
arus hubung singkat frekuensi daya yang disebut dengan arus susulan. Arus
susulan ini
diputuskan dengan membuka pemutus daya, akibatnya terjadi pemutusan aliran
daya;
Sela batang
GAMBAR 4.5
Sistem dengan pelindung sela batang
Gelombang impuls
yang tiba di trafo jika
pelindung tidak ada
I
Gelombang impuls
yang tiba di trafo.jika
pelindung bekerja
GAMBAR 4.6
Tegangan pada sela batang
58' Peralatan Tegangan Tinggi
suatu keadaan yang tidak diinginkan terjadi pada suatu sistem tenaga listrik. Besarnya
arus susulan ini tergantung kepada impedansi jaringan, impedansi pembumian netral
sistem dan impedansi pembumian alat pelindung.
Seandainya sela tidak terpercik, maka tegangan lebih akan menimbulkan lompatan
api pada isolator pendukung sela batang. Untuk mencegah terjadinya lompatan api
tersebut, maka harus dipenuhi syarat-syarat di bawah ini:
S:>! 4.2
J
a. Jika pelindung tegangan lebih sela batang bekerja, harus terjadi pemutusan aliran
daya pada sistem. Itu sebabnya, pelindung tegangan lebih sela batang umumnya
digunakan sebagai pelindung tegangan lebih cadangan'
b. Tegangan percik sela lebih besar pada tegangan impuls bermuka curam, sehingga
panjang sela harus diperkecil jika digunakan sebagai pelindung terhadap tegangan
impuls petir. Tetapi panjang sela yang pendek membuat sela terpercik jika dikenai
tegangan impuls hubung-buka.
c. Bekerjanya sela batang dipengaruhi kondisi udara sekitar, karena medium yang
berada di antara sela adalah udara yang tegangan tembusnya bergantung kepada
temperatur, tekanan dan kelembaban.
d. Bekerjanya sela batang juga tergantung kepada polaritas tegangan impuls.
Konduktor transmisi
Sela luar
Elektroda
Saluran
pembuangan gas
GAMBAR 4.7
Arester ekspulsi
menimbulkan deionisasi. Arus susulan merupakan arus sinusoidal. Artinya, dalam satu
periode, arus susulan dua kali bernilai nol. Ketika arus susulan mencapai nol, busur
api mengecil, dan pada saat itulah busur api dipadamkan oleh gas yang diproduksi
tabung serat. Jika busur api sudah padam, maka arus susulan tidak berlanjut lagi. Arus
susulan paling lama bertahan selama dua periode, tapi biasanya sudah padam dalam
waktu setengah periode arus susulan.
Kemampuan gas memadamkan busur api bergantung kepada besarnya energi panas
busur api. Energi panas busur api bergantung kepada besar arus susulan yang mengalir
pada arester, sedangkan besar arus susulan bergantung kepada tegangan sistem dan
parameter impedansi sistem. Jika arus susulan besar, busur api yang ditimbulkannya
juga besar, sehingga gas yang diproduksi tabung serat tidak mampu lagi memadamkan
busur api tersebut. Akibatnya, arus susulan tetap berlanjut. Maka, pemakaian arester ini
terbatas hanya pada sistem yang kapasitas daya hubung singkatnya rendah, umumnya
pada sistem yang bertegangan sampai 33 kV. Arester ini dapat digunakan untuk
melindungi transformator distribusi bertegangan 3 - 15 kY tetapi belum memadai
untuk melindungi transformator daya. Arester ini dapat juga digunakan pada saluran
transmisi untuk mengurangi besar tegangan impuls petir yang masuk ke gardu induk.
Keuntungan arester ini adalah sebagai berikut:
a. Karena konstruksinya sederhana, harganya tidak begitu mahal.
b. Unjuk kerjanya lebih baik daripada pelindung jenis sela batang, karena dapar
memadamkan sendiri arus susulan.
c. Karakteristik volt-waktu arester ini lebih baik daripada sela batang.
d. Pemasangannyamudah.
I=KV" 4.3
Misalkan karakteristik resistor non-linier adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 4.9b
dan arus petir yang mengalir pada arester adalah seperti diperlihatkan pada Gambar
4.9c. Dalam selang waktu 0 - /,, arus petir naik dan mencapai nilai puncak i, = I*.
Dalam selang waktu ini resistansi R mengecil, sehingga kenaikan tegangan terminal
arester dibatasi hanya sampai V,. Seandainya nilai resistor R konstan, maka ketika arus
petir mencapai nilai puncak (/,,,), tegangan di terminal arester sama dengan V,. Artinya
Konduktor transmisi
Sela percik
Resistor non-linier
GAMBAR 4.8
Arester katup
Bab 4 Pelindung Tegangan Lebih 61
(b) (,)
GAMBAR 4.9
Rangkaian ekuivalen dan karakteristik arester
tegangan sistem tetap tinggi, sehingga tujuan perlindungan tidak tercapai. Dalam selang
waktu /, - /2, arus petir menurun, nilai resistor R membesar. Ketika arus petir menjadi
nol, masih tersisa arus susulan (l") yang relatif kecil. Arus susulan ini juga akan semakin
kecil karena resistansi R semakin membesar, akhirnya tersisa arus yang lebih kecil
lagi, yaitu arus kendali (i*). Biasanya arus kendali ini kurang lebih 50 A. Ketika arus
kendali sama dengan nol, busur api pada sela padam sehingga arus kendali menjadi
nol dan tidak berlanjut lagi. Seluruh proses di atas diperlihatkan pada Gambar 4.10.
Pada Gambar 4. 10 terlihat bahrva besarnya arus susulan tergantung kepada waktu
tibanya tegangan petir. Jika tegangan petir tiba ketika tegangan sesaat sistem mendekati
nilai puncaknya, maka arus susulannya besar. Jika tegangan impuls tiba ketika tegangan
sesaat sistem mendekati nilai nol, maka arus susulannya kecil.
Tegangan di teminal arester sama dengan tegangan di terminal peralatan yang
dilindunginya. Tegangan petir yang tiba pada suatu peralatan yang dilindungi dengan
arester katup diperlihatkan pada Gambar 4. ll di halaman 62. Karena tegangan yp
berlangsung lebih lama daripada V,, maka tingkat tegangan perlindungan arester ini
ditetapkan sama dengan Vr.
Keterangan:
{o = Tegangan imPuls Petir
{, = Tegangan gagal sela arester
Vr, = Tegangan sisa
l, = Atus petir
1. = Arus susulan
1* = Arus kendali +50 A
v,,, I Arus petir nol
Arester bekerja
Tegangan impuls petir tiba pada
terminal arester
GAMBAR 4.10
Tegangan dan arus pada arester katup sela pasif
62 Peralatan Tegangan Tinggi
Bentuk gelombang
yang tiba di peralatan
jika tidak ada arester
Bentuk gelombang yang
tiba di peralatan jika
arester bekerja
GAMBAR 4.11
Tegangan impuls yang tiba pada peralatan
katup sela aktif, ada suatu usaha untuk memadamkan busur api, yaitu memperpanjang
dan mendinginkan busur api dengan cara membangkitkan medan magnet pada sela
percik. Prinsip kerjanya dapat dijelaskan dengan bantuan Gambar 4'12'
Arester katup sela aktif terdiri dari sela utama (G,), kumparan (X), sela bantu (G6)
dan resistor non-linier. Semuanya dimasukkan dalam tabung isolasi porselen. Jika suatu
tegangan impuls petir membuat sela utama arester terpercik, maka mula-mula, arus
petir mengalir ke tanah melalui sela utama, kumparan dan resistor non-linier (Gambar
4.12a). Karena tegangan impuls petir merupakan tegangan berfrekuensi tinggi, maka
impedansi kumparan menjadi besar, sehingga tegangan pada terminal kumparan menjadi
tinggi. Beda tegangan yang tinggi pada terminal kumparan, mengakibatkan sela bantu
terpercik. Dengan terperciknya sela bantu, maka arus petir mengalir melalui sela bantu,
sedangkan kumparan tidak lagi dilalui arus petir (Gambar 4.12b). Setelah arus petir
menjadi nol, mengalir arus susulan berfrekuensi daya' Pada frekuensi daya, impedansi
kumparan sangat rendah, sehingga sebagian arus susulan mengalir melalui kumparan,
I'
Jaringan
Jaringan Jaringan
--[r
ll,,
Jr'=* G,, Gu
J-+
--------->
Gb
<-
Resistor Resistor
Nonlinier Nonlinier
(a) Aliran arus sesaat setelah (b) Aliran arus ketika (c) Aliran arus ketika
ada arus petir. arus petir tinggi. terjadi arus susulan
GAMBAR 4.12
Rangkaian arester katup sela aktif
Bab 4 Pelindung Tegangan Lebih 63
r
Jaringan
Tegangan Tinggi Jaringan
u,_I-K
tr-:
G, I
G,-
''^J
K
T--c
qH \ Resistor Nonlinier
Gbl Resistor
Nonlinier
n Resistor
,fl
,J NonJinie
mengakibatkan busur api pada sela bantu tidak stabil dan akhirnya padam. Selanjutnya,
semua arus susulan mengalir melalui kumparan (Gambar 4.12c). Arus susulan pada
kumparan membangkitkan medan magnet yang menerpa busur api pada sela utama,
membuat lintasan busur api semakin panjang dan temperatur busur api berkurang,
sehingga ketika arus susulan bernilai nol, busur api pada sela utama padam.
Jika arester ini hendak digunakan pada jaringan bertegangan lebih tinggi, maka
ditambah satu atau lebih set "sela utama-kumparan-sela bantu" seperti diperlihatkan
pada Gambar 4.13. Sela bantu dapat juga diganti dengan resistor non-linier seperti
diperlihatkan pada Gambar 4.14.
Diafragma baja
Pegas
Seal
Ventilasi Semen perekat
Logam oksida
Logam pengantara
Badan penyangga
Cincin pengikat
Ventilasi
GAMBAR 4.15
Konstruksl arester logam oksida
tekananudaradiruangbejanaisolasinaiktinggi,sehinggaudaradapatmenembus
diafragmadankeluardarilobangventilasiyangterdapatpadakeduaujungarester'
4.16.
Karakteristik suatu bahan logam oksida diperlihatkan pada Gambar
Karena resistor non-linier teriambung langsung ke
jaringan' pada keadaan normal'
arester mengalirkan arus berfrekuensi daya ke tanah. Arus ini
sangat rendah' besarnya
dalam orde I0-o u-p"r" pada tegangan hingga 350 kV. Tanggapannya terhadap tegangan
lebih tiba di
lebih berlangsung cepat; yaitu dalam orde 0,5 nanosekon. Jika tegangan
resistansi resistor
terminal arester, arus ya;g mengalir ke tanah semakin tinggi dan
ke tanah, kenaikan
non-linier menurun. Maka, ketika-arus petir mengalir melalui arester
teganganpadaterminalaresterdapatdibatasihinggatidaksampaimerusakperalatan
yang dilindungi.
kiloampere,
Arester ini dapat mengalirkan arus dari orde ampere hingga beberapa
sedangkan tegangan kerjanya dari orde volt hingga ratusan
kilovolt. Kelemahan arester
yang besar; dan
ini adalah mengalirkan u-, Uo"or kontinu ke tanah; menyerap energi
mengandung kapasitansi, yaitu kapasitansi yang dibentuk
piring-piring logam oksida'
1 200
I 100
1000
900
+-l
800
d
u 700
co 600
.o
F
500
400
300
200
/
100
0
10-4 10-2 1 102 101
GAMBAR 4.16
Karakteristik tegangan - arus (y - /) logam oksida
1. Ada kalanya, suatu sistem beroperasi pada tegangan maksimum, yakni tegangan
kerja tertinggi yang diizinkan pada sistem tersebut. Umumnya tegangan maksimum
suatu sistem tidak lebih daripada 1,1 kali tegangan nominal sistem.
2. Saat sistem beroperasi pada tegangan maksimum, selalu ada kejadian yang membuat
tegangan sistem melebihi tegangan maksimum. Misalnya, saat suatu jaringan panjang
berbeban sangat rendah, maka tegangan pada ujung penerima melebihi tegangan
ujung pengirim. Pelepasan beban PLTA yang tiba-tiba membuat turbin berputar
lebih cepat, sehingga tegangan keluaran generator lebih tinggi daripada keadaan
normal. Kandungan harmonisa pada tegangan sistem juga menaikkan tegangan di
atas tegangan maksimum.
3. Jika salah satu fasa sistem terhubung singkat ke tanah, maka tegangan pada fasa
yang tidak terganggu sama dengan frr/: Ul tegangan operasi. Faktor k, bergantung
kepada metode pembumian netral sistem, impedansi urutan nol dan impedansi
urutan positif sistem. Dalam praktiknya, untuk sistem yang tidak dibumikan nilai
ftc = 1,0. Untuk sistem yang dibumikan efektif nilai ft, < 0,8 dan untuk sistem
yang dibumikan tidak efektif nllai kr = 0,8 - 1,0.
66 Peralatan Tegangan linggi
,.-v'uk'=l.l%l*
.mfi 4.5
Jz ,/z
Analisis hubung singkat sistem tenaga listrik menyatakan bahwa pada peristiwa
hubung singkat satu fasale tanah, tegangan fasa yang sehat akan naik menjadi &,y'3
kali tegangan normal. Bila hubung singkat terjadi ketika tegangan sistem sama dengan
tegangan maksimum (V-*J, maka tegangan tertinggi fasa yang sehat adalah:
Dalam praktiknya, untuk sistem yang tidak dibumikan nilai kr = 1,0; untuk sistem yang
dibumikan efektif nilai fr, = 0,8; dan untuk sistem yang dibumikan tidak efektif nilai
kn = 0,8 - 1,0. Jika nilai ftr< 0,75, maka tegangan pengenal arester ditambah dengan
fiktor keamanan 7,5Vo, sehingga tegangan pengenal arester menjadi:
Suatu sistem dibumikan efektif jika salah satu syarat di bawah ini dipenuhi:
a. (RolX,) < 1 dan (X,lX) < 3, di mana R, adalah resistansi urutan nol, X,
aOitafi reaktansi urutan nol dan X, adalah reaktansi urutan positif sistem dilihat
dari titik lokasi penempatan arester.
b. Semua titik netral transformator dibumikan langsung. Jika hanya sebagian dari
transformator yang netralnya dibumikan, sistem tidak dibumikan efektif.
c. Arus hubung singkat satu fasa ke tanah > 0,6 arus hubung singkat tiga fasa simetris.
Sistem yang dibumikan tidak efektif adalah sistem di mana tidak semua titik netral
transformator dibumikan, atau pembumiannya dilakukan melalui resistor atau reaktor.
Jika terjadi hubung singkat satu fasa ke tanah, maka arester pada fasa yang sehat
memikul tegangan tertinggi frekuensi daya seperti diperlihatkan pada Persamaan 4.6.
Vu= krV^u"
Arus yang diakibatkan v,,menimbulkan pemanasan pada resistor non-linier (izrt). Jika
V, berlangsung lama, panas yang diakibatkannya semakin besar dan temperatur resistor
non-linier semakin tinggi. Maka, tegangan pengenal arester harus diatur sehingga panas
yang terjadi akibat tegangan Y, tidak menaikkan temperatur resistor nonlinier melebihi
temperatur yang diizinkan. Setiap pabrik pembuat resistor non-linier, selalu memberikan
spesifikasi faktor ketahanan tegangan lebih sementara (k,1) dari resistor non-linier
yang diproduksinya. Faktor ini menyatakan perbandingan tegangan lebih sementara di
atas tegangan operasi kontinu yang diizinkan untuk suatu resistor non-linier. Faktor
ini bergantung pada lamanya tegangan tertinggi itu berlangsung. pada Gambar 4.17
diperlihatkan contoh faktorketahanan tegangan lebih sementara suatu resistor non-linier.
Jika tegangan lebih sementara sama dengan V,,, maka tegangan pengenal (tegangan
operasi kontinu) adalah:
V
' pt,=V,, 4.tt
kr,
Tegangan pengenal yang dipilih adalah tegangan pengenal yang terbesar di antara kedua
tegangan V*o dan Vr,,. Kemudian nilainya dibulatkan ke atas agar dapat dibagi dengan
tiga (Standar IEC 6m99-4).
k,r,
1.3
t,2
1,1
1,0
0,9
0,8
0.7 t (sekon)
1,0 10 1000 10000
GAMBAR 4.17
Contoh faktor ketahanan tegangan lebih sementara
68 Peralatan Tegangan Tinggi
Berikut ini diberikan contoh penentuan tegangan nominal suatu arester tanpa sela
yang dipergunakan pada sistem 150 kV. Titik netral sistem ditanahkan efektif dengan
ft, = 0,8. Tegangan maksimum sistem dimisalkan Y*uo, - 1,1 %o..= 165 kV' Tegangan
lSbih frekuensi daya berlangsung maksimum I sekon. Karakteristik resistansi non-linier
arester seperti diperlihatkan pada Gambat 4.13.
Tegangan pengenal menurut tegangan kontinu adalah:
Vook ll25 kV) lebih besar daripada Vptt (lll kV), maka tegangan pengenal ditetapkan
b5idasarkan Vro1,. yaitu 125 kV. Tegingan di atas 125 kV yang dapat dibagi dengan
tiga adalah tfOt<V, maka tegangan pengenal arester ditetapkan sama dengan 126 kV.
Spesifikasi suatu arester harus sesuai dengan kebutuhan. Oleh karena itu, sebelum
membeli suatu arester, perlu ditetapkan spesifikasi arester yang akan dibeli. Produsen
arester juga wajib mempublikasikan spesifikasi arester yang diproduksi. Sebelumnya
telah dijelaskan, dilihat dari ada-tidaknya sela percik, arester terdiri dari duajenis, yaitu:
arester bersela, yaitu arester yang memiliki sela percik; dan arester tanpa sela. Karena
prinsip kerja dan karakteristik kedua jenis arester tersebut berbeda, maka butir-butir
ipesifikasi kedua jenis arester itu juga berbeda. Berikut ini akan dijelaskan butir-butir
spesifikasi arester bersela dan arester tanpa sela.
TABEL 4.2
Tegangan Pengenal Standar Arester Bersela Percik (kVrms)
Untuk tegangan di atas 198 kY tegangan pengenal arester harus dapat dibagi 6.
TABEL 4.3
Tegangan Percik lmpuls Petir Maksimum
TABEL 4.4
Tegangan Percik lmpuls Hubung-Buka
TABEL 4.5
-linggi
Ketahanan Arus lmPuls
5 65
2,5 25
1,5 10
diperoleh melalui pelepasan muatan generator arus impuls pada tegangan tidak
kurang 5OVo daipada tegangan peluahan V.. Muatan dilepaskan melalui melalui
induktansi rendah dan resistor (R). Tegangan peluahan V", nilai resistansi resistor
(fi) dan durasi arus impuls diperlihatkan pada Tabel 4.6.
TABEL 4.6
Ketahanan Arus Durasi Paniang Arester 10 kA, Kelas Keria Berat
Untuk arester kerja-ringan, arus dan durasi waktu diperlihatkan pada Tabel 4.7.
TABEL 4.7
Standar Arus Durasi Panjang Arrester Kelas Kerja-Bingan
5 75 1000
)\ 50 500
Tegangan sisa
Adalah amplitudo tegangan di terminal arester saat arester mengalirkan arus petir
nominal. Besar arus peluahan nominal arester telah diberikan pada butir b di atas.
Tegangan sisa harus lebih rendah daripada tegangan sisa standar yang diperlihatkan
pada Tabel 4.8.
TABEL 4.8
Standar Tegangan Sisa
Margin
Ketahanan suatu peralatan memikul tegangan impuls, jika dipasang pada suatu
sistem bertegangan tefientu, disebut BIL (Basic Impulse Level). Untuk tegangan
sistem tertentu, telah ditetapkan BIL setiap peralatan yang akan dipasang pada
sistem tersebut. Contohnya dapat dilihat pada Lampiran 3. Selisih BIL peralatan
yang dilindungi dengan tingkat proteksi arester yang melindunginya disebut margin.
Margin biasanya ditetapkan 20 - 307o dari BIL peralatan yang dilindungi.
Arus peluahan maksimum
Adalah nilai puncak tertinggi dari arus impuls 5/10 p.s yang dapat dialirkan arester
tanpa merusak arester. Dewasa ini, arus peluahan maksimum arester dirancang 100
kA untuk jenis gardu dan 65 kA untuk arester jenis saluran.
GAMBAR 4.18
Tegangan gagal sela
Bab 4 Pelindung Tegangan Lebih 73
Tegangan
A = Isolator 1
impuls
B = Isolator 2
3
C = Arester
I (ps)
t1 -
GAMBAR 4.19
Karakteristi k voltase-wa ktu
t( i-rs)
GAMBAR 4.20
1rngkat proteksi arester
74 Peralatan Tegangan'linggi
TABEL 4.9
Tingkat Proteksi Arester
Tegangan Sisa/
Tingkat Proteksi (kV)
arester
r. Panjang dan jarak rambat badan bobot polusi di lokasi
Jarak rambatb"d"; ;;; arester ditetapkan berdasarkan jarak rambat adalah:
bobot polusi dengan
pemasangan ut"tt"t t"""Uut' Hubungan
. Bobot polusi ringan 16 mr/kv
. Bobot polusi sedang 20 ruilkV
. Bobot polusi berat 25 mm/kV
. Bobot Polusi sangat berat 31 mrr/kv
Percik
Spesifikasi Arester tanpa Sela
tegangan kontinu, tegangan lebih
Suatu arester tanpa sela percik,
berhadapan.dengan
lebih
daya, tegangan lebih impils hulung buka dan tegangan
sementara frekuensi dengan keempat
arester tanPa sela berhug::gl'
impuls petir. Butir-butir spesiRtrasi sela
jenis teganga, t"r,.Uut' fi*lr*t standar
IEC;0099-4' spesifikasi arester tanpa
adalah sebagai berikut'
V""g p"".f, aiketahui
b. Tegangan resealing
arester, dan pada tegangan tersebut
arus
Adalah uutu, t"guigan pada terminal
susulanmasihdapatdipadamkan.TeganganiniharusSamaataulebihbesardaripada
tegangan oPerasi kontinu'
TABEL 4.10
Standar Tegangan Pengenal Arester Tanpa Sela
3-30
30-54 3
54-96 6
96 - 288 t2
288 - 396 18
396 - 756 24
d. Frekuensi pengenal
Sama dengan frekuensi sistem 50 Hz atau 60 Hz.
Arus nominal
Adalah besar puncak arus impuls ps menurut standar, dan digunakan untuk
8120
mengklasifikasikan arester. Puncak arus impuls petir nominal umumnya 2'5; 5;
10; atau 20 kA. Arus nominal 2,5 kA digunakan untuk tegangan nominal < 36
kV; 5 kA untuk tegangan pengenal .< 132 kv; 10 kA digunakan untuk tegangan
nominal 3 - 360 kV; dan 20 kA digunakan untuk tegangan nominal di atas 360
kV hingga 756 kV.
o Tegangan ketahanan imPuls Petir
Adalahtegangan impuls petir maksimum yang dapat dipikul arester tanpa menimbul-
kan percikan pada badan arester. Tegangan ketahanan impuls petir sama dengan
1,3 kali tingkat proteksi tegangan impuls arester.
yang puncaknya sama dengan 1,06 tingkat proteksi tegangan impuls hubung-buka
dalam waktu satu menit.
J. Thermal runaway
Adalah batas kehilangan energi pada arester agar tidak melebihi kemampuan
disipasi panas semua komponen arester (badan, terminal, dan lain-lain). Jika
kehilangan energi melebihi kemampuan disipasi panas arester, maka temperatur
resistor non-linier akan naik dan pada akhirnya dapat merusak resistor tersebut.
k. Kemampuan arus gangguan
Kemampuan arester mengalirkan arus gangguan saat terjadi kerusakan pada salah
satu piring resistor non-linier. Arester harus mampu mengalirkan arus gangguan
tersebut agar tidak terjadi kerusakan fatal pada tabung arester' Oleh karena itu'
kemampuan arus gangguan harus sama atau lebih besar dengan arus hubung singkat
maksimum fasa-ke-tanah pada titik pemasangan arester.
Ketahanan arus hubung singkat
Adalah batas arus frekuensi daya yang dapat mengalir pada arester tanpa menimbul-
kan kerusakan pada arester. Arus ini harus lebih besar daripada arus hubung singkat
satu fasa ke tanah di lokasi arester'
TABEL 4.11
Kelas Peluahan (Ltne Discharge Class\
Kelas peluahan dapat juga ditentukan berdasarkan tegangan tertinggi sistem seperti
diperlihatkan pada Tabel 4.12.
TABEL 4.12
Kelas Peluahan lvlenurut Tegangan Tertinggi Sistem
Jika ada kapasitor pada terminal peralatan yang dilindungi, maka kecuraman
gelombang tegangan impuls yang menuju peralatan akan berkurang, sehingga dildt
berkurang. Dalam hal ini, tidak menjadi masalah jika ada kawat penghubung arester
dengan peralatan yang dilindungi.
Karena keterbatasan tempat, ada kalanya arester ditempatkan dengan jarak tertentu
dari peralatan yang dilindungi. Jarak arester dengan peralatan yang dilindungi berpengaruh
terhadap besar tegangan yang tiba pada peralatan. Telah disebutkan sebelumnya, jika
jarak arester terlalu jauh, maka tegangan yang tiba pada peralatan dapat mencapai dua
kali tegangan yang datang. Hal ini dapat dijelaskan dengan konsep gelombang berjalan.
Pada Gambar 4.21 di halaman 78. diperlihatkan suatu gelombang tegangan impuls,
merambat pada suatu jaringan yang impedansi impulsnya 2,, menuju suatu jaringan
yang impedansi impulsny a Zr. Titlk I adalah titik persambungan kedua jaringan, dapat
berupa titik sambung jaringan hantaran udara dengan kabel, atau titik sambung jaringan
dengan transformator atau ujung dari suatu jaringan, atau sambungan jaringan transmisi
dengan rel daya gardu induk. Tegangan pada titik T dapat dinyatakan sebagai berikut:
et=ef+er 4.t4
Karena arus yang dipantulkan berpolaritas negatif, maka arus pada titik T adalah'.
i, = i.f - i, 4.15
Menurut Hukum Ohm:
ef et e,
,'_ ,, _ 4.16
Z; ZI' ZI
78 Peralatan Tegangan linggi
Keterangan:
er = Gelombang tegangan yang datang
rr = Gelombang arus yang datang
e, = Gelombang tegangan yang dipantulkan
j. = Gelombang arus yang dipantulkan
r, <- er = Gelombang tegangan yang diteruskan
e,<- l, = Gelombang arus yang datang diteruskan
GAMBAR 4.21
Gelombang berjalan dan pantulannya
Dari Persamaan 4.14 diperoleh tegangan e. dan jika tegangan ini disubstitusikan ke
dalam Persamaan 4.17, maka didapatkan:
€t el er- el
-=--
22 21 z1
et et 2rf
Zr' Zr- zl
* Z,+2,
2ur
n,
atau
zJ, zr
22,
€,=€J* 4.18
atau
rr*r,
Dengan cara yang sama, tegangan yang dipantulkan dapat diturunkan, hasilnya adalah
sebagai berikut:
Z, _ Z,
€, = €.f 4.19
" #,
Jlka Z, adalah suatu transformator, maka Z, - co, dan tegangan yang terjadi pada
terminal transformator adalah:
e, = 2e, 4.20
Artinya, nilai tegangan pada terminal transformator dua kali tegangan yang datang
menuju terminal transformator.
Sekarang dimisalkan ada suatu arester terpasang di antara jaringan dengan trans-
formator seperti diperlihatkan pada Gambat 4.22.
Suatu gelombang tegangan (er) merambat menuju terminal transfotmator dan ketika
gelombang tiba di terminal arester, arester bekerja sehingga gelombang yang diteruskan
ke transformator adalah seperti gelombang e, dalam hal ini kecuraman muka gelombang
sama dengan gelombang semula dan puncaknya sama dengan tegangan percik sela
arester (%). Menurut Persamaan 4.20, tegangan pada terminal transformator adalah
dua kali tegangan yang datang. Karena tegangan yang datang merupakan fungsi waktu,
maka tegangan pada terminal transformator juga merupakan fungsi waktu. Jika r = 0
dihitung saat gelombang e., tiba di terminal arester dan kecepatan merambat gelombang
Bab 4 Pelindung Tegangan Lebih 79
GAMBAR 4.22
Transformator dan arester terpisah
adalah v, maka waktu tempuh gelombang dari terminal arester ke terminal transfomator
adalah:
I 4.21
l=,
Tegangan pada terminal transfomator terbentuk dalam2t atatZllu, yaitu waktu tempuh
tegangan pantulan menuju arester ditambah dengan waktu tempuh tegangan pantulan
negatif dari arester kembali menuju terminal transformator. Tegangan maksimum terminal
transformator pada pantulan pertama gelombang dapat dinyatakan sebagai berikut:
Dalam praktiknya, tegangan mungkin lebih tinggi daripada perkiraan di atas karena
terjadinya osilasi sebagai akibat adanya induktansi penghantar yang menghubungkan
arester dengan transformator dan adanya kapasitansi dari transformator itu sendiri.
Di samping itu, saat arester bekerja mengalirkan arus petir ke bumi, maka terjadi
jatuh tegangan pada resistansi penghantar penghubung arester dengan jaringan dan
penghubung arester dengan elektroda pembumian. Jatuh tegangan ini dipengaruhi
oleh kenaikan arus petir dan akan mengakibatkan kenaikan tegangan antara terminal
arester dengan bumi. Adanya perbedaan potensial pembumian transformator dengan
potensial pembumian arester juga menambah tegangan di antara isolasi transformator.
Sehubungan dengan hal-hal di atas, adalah lebih baik membuat penghantar penghubung
sependek mungkin dan menghubungkan elektroda pembumian arester dengan elektroda
pembumian transformator. Resistansi pembumian diusahakan serendah mungkin, dan
akan lebih baik jika dapat dibuat di bawah satu ohm.
Jika diketahui tegangan impuls maksimum yang dapat dipikul transformator (BIL)
dalam kV, maka jarak maksimum arester dari peralatan dapat ditentukan sebagai berikut:
80 Peralatan Tegangan Tinggi
l_
v (vt maks - vu)
lmaks 4.24
-
2\
% *uk, = tegangan impuls maksimum yang dapat dipikul transformator (kV).
Kawat tanah
GAMBAR 4.23
Kawat tanah pada transmisi
Bab 4 Pelindung Tegangan Lebih 81
4
v
1
v
t,
?
iu
GAMBAR 4.24
Pengaruh kawat tanah terhadap impedansi impuls
Zona proteksi adalah kawasan di bawah kawat tanah, yang membatasi tempat objek-
objek yang dilindungi kawat tanah. Peluang suatu objek yang berada pada kawasan
tersebut terkena sambaran petir adalah sangat kecil. Zona proteksi yang diberikan oleh
kawat tanah transmisi diperlihatkan pada Gambar 4.25 di halaman 82. Zona proteksi
bergantung kepada banyaknya kawat tanah dan ketinggian kawat tanah di atas tanah.
Antara kaki menara dengan tanah terdapat resistansi kontak yang disebut dengan
resistansi kaki menara. Jika petir menyambar menara, maka arus petir mengalir ke tanah
melalui menara. Ketika menara menghantarkan arus ke tanah, terjadi jatuh tegangan
pada resistansi kaki menara, mengakibatkan menara bertegangan tinggi. Tegangan
tinggi pada menara dapat mengakibatkan terjadinya beda tegangan yang besar antara
kawat fasa dengan menara maupun antara kawat fasa dengan kawat tanah. Jika beda
tegangan tersebut melebihi tegangan lewat denyar isolator, akan terjadi lewat denyar dari
kawat fasa ke menara atau hubung singkat fasa-ke-tanah. Untuk mencegah terjadinya
lewat denyar pada isolator, maka harus ada jarak yang aman antara kawat fasa dengan
struktur menara maupun dengan kawat tanah. Mengingat bahwa penambahan jarak kawat
fasa ke struktur menara akan menambah biaya struktur menara, maka cara yang lebih
ekonomis adalah membatasi kenaikan tegangan pada menara. Hal ini dapat dicapai
dengan mengurangi resistansi kaki menara.
Resistansi kaki menara dapat dikurangi dengan mempermudah arus petir mengalir
ke tanah, yaitu dengan menambah luas permukaan konduktif yang mengadakan kontak
dengan tanah. Berikut ini akan dijelaskan dua cara untuk menambah luas permukaan
konduktif tersebut-
Pertama, menanam tegak beberapa elektroda batang di sekitar kaki menara, yang
terhubung konduktif dengan kaki menara. umumnya, diameter elektroda +15 mm dan
panjangnya +2,5 - 3 m. Untuk membatasi tegangan menara, resistansi kaki menara
dibatasi hingga 10 ohm. untuk mencapai nilai resistansi di bawah l0 ohm, jumlah dan
panjang elektroda batang diperbanyak. Di daerah yang struktur tanahnya keras atau
berbatu-batu, panjang elektroda dapat mencapai 50 m. Resistansi kaki menara akan
semakin rendah, jika panjang dan tebal atau diameter elektroda semakin besar. Tetapi,
adalah lebih baik menggunakan elektroda batang yang tipis tetapi panjang daripada
82 Peralatan Tegangan 1 rnggi
GAMBAR 4.25
Zona proteksi kawat tanah transmisi
elektroda batang tebal tetapi pendek. Bila elektroda berupa pipa konduktif, lebih baik
menambah panjang elektroda daripada menambah diameternya.
Cara kedua, adalah dengan metode counterpoise, yaitu dengan menanam be-
berapa kawat baja galvanis atau ACSR di dalam tanah pada kedalaman 0,5 - 1 m di
bawah permukaan tanah. Panjang kawat 50 - 100 m, digelar memanjang di bawah
kawat transmisi dan sejajar dengan kawat transmisi. Kemudian kawat-kawat tersebut
dihubungkan ke kaki menara, seperti diperlihatkan pada Gambar 4.26. Kawat dapat
juga digelar di bawah kaki menara dengan arah radial, atau kombinasi kawat radial
dengan kawat memanjang. Metode ini dapat mengurangi impedansi impuls menara
hingga mencapai 25 ohm.
t
t
4.
$
Kawat Radial
f;
GAMBAR 4.26
Counterpoise pada kaki menara transmisi
Bab 5
Sakelar Pemisah
Penggerak
Lengan
Kontak
Terminal
Isolator
Pendukung
Rangka Pendukung
GAMBAR 5.1
Sakelar pemisah
84 Peralatan Tegangan Tinggi
TABEL 5.1
Perbedaan sakelar pemisah dengan pemutus daya
Mampu mengalirkan arus beban kontinu Mampu mengalirkan arus beban kontinu
Dapat memutuskan arus beban Tidak dapat memutuskan arus beban, kecuali
arus beban +5 A
Dapat memutuskan arus hubung singkat Tidak dapat memutuskan arus hubung singkat
Dapat menghubungkan sumber dengan suatu Tidak dapat menghubungkan sumber dengan
jaringan yang sedang terhubung singkat suatu jaringan yang sedang terhubung singkat
Dapat menghubungkan beban besar pada Tidak dapat menghubungkan beban besar
suatu rangkaian pada suatu rangkaian
Ketika membuka suatu rangkaian, timbul Ketika membuka suatu rangkaian, beda
tegangan tinggi di antaratedua kutubnya tegangan di antara kedua kutubnya tidak
tinggi
Ketika membuka, timbul busur api berenergi Ketika membuka, timbul busur api berenergi
besar pada sela kontak, sehingga perlu usaha rendah pada sela kontak, sehingga busur api
pemadaman busur api padam sendiri
Porsea
Dari Pematang DS, DSO
Siantar f\114-n$
_-___________> r. Tl z I 'J \-)___/ i.
......-........:..........._Y /_1 P
Keterangan:
+flr_
CB.
-J- = Sakelar Pemisah Tarutung
tr = Pemutus Daya
O =Trafo Ke Tele I
"""" = Trafo
+
--> = Beban
GAMBAR 5.2
Lokasi penempatan sakelar pemisah
86 Peralatan Tegangan T tnggi
GAMBAR 5.3
Sakelar pemisah vertikal dan terbalik
"/
Kontak
I *.,*o l-
I
l y* i
A..L
x
t' o\.
l/
I
I A'
Tutup Buka T I
Buka
lh"** I
Buka
Tutup Tutup
(a) Kontak tunggal lengan (D) Kontak tunggal lengan (c) Kontak ganda
tunggal ganda
GAMBAR 5.4
Skema "tutup-buka" sakelar pemisah
Bab 5 Sakelar Pemisah 87
Keterangan:
1 = Rangka pendukung
2 = Penggerak mekanik
3 = Pemutar isolator
4 = Isolator berputar
5 = Isolator tetap
6 = Lengan pemisah
7 = Kontak
8 = Terminal
9 = Pendorong pegas
10 = Pegas pemegang lengan
l1 = Sela pelindung
12 = Sakelar pembumian
GAMBAR 5.5
Sakelar pemisah vertikal
88 Peralatan Tegangan llnggi
Keterangan:
I = Rangka pendukung
2 = Penggerak mekanik
3 = Pemutar
4 = Isolator
5 = Lengan pemisah
6 = Kontak
7 = Sela pelindung
8 = Sakelar pembumian
9 = Teminal
GAMBAR 5.6
Sakelar pemisah lengan ganda
GAMBAR 5.7
Sakelar pemisah lengan ganda dengan isolator pendukung disusun berbentuk "V"
Bab 5 Sakelar Pemisah 89
Keterangan:
1 = Rangka pendukung
2 = Penggerak mekanik
3 = Pemutar
4 = Isolator
5 = Lengan pemisah
6 = Kontak
7 = Sela pelindung
8 = Sakelar pembumian
9 = Terminal
GAMBAR 5.8
Sakelar pemisah lengan berputar
dibuat sama dengan ruang antar fasa sakelar kontak tunggal-lengan tunggal (sakelar
vertikal). Sakelar ini digunakan jika jarak bebas antara sakelar dengan hantaran udara
di atasnya sangat terbatas. Ketika memutar lengan pemisah, penggerak mekanik sakelar
ini membutuhkan energi yang rendah, karena penggerak mekanik tidak dibebani dengan
pegas sepefii halnya pada sakelar pemisah vertikal. Karena kedua ujung lengan pemisah
masing-masing diikat oleh satu kontak (ada dua kontak pengikat), maka sakelar ini
dapat memikul arus hubung singkat yang tinggi, memutuskan arus magnetisasi dan
arus pengisian transmisi (line discharge) yang lebih besar dibandingkan dengan jenis
sakelar pemisah yang lain.
Jika ruang untuk instalasi terbatas, maka kedua isolator pendukung (4) dapat
disusun dalam bentuk "V" seperti diperlihatkan pada Gambar 5.9.
GAMBAR 5,9
Sakelar pemisah lengan berputar dengan isolator pendukung disusun berbentuk"V"
90 Peralatan Tegangan linggi
Ada tiga cara mengadakan interlok, yaitu dengan hubungan mekanik, dengan
menggunakan kunci, atau dengan menggunakan solenoid. Cara pertama digunakan
pada sakelar pemisah yang dioperasikan manual. Interlok dilakukan dengan membuat
hubungan mekanik antara poros sakelar utama dengan poros sakelar pembumian,
sehingga sakelar utama tidak dapat ditutup jika sakelar pembumian masih terhubung.
Sebaliknya, sakelar pembumian tidak dapat ditutup jika sakelar utama masih terhubung.
Cara kedua digunakan pada sakelar pemisah yang dioperasikan dengan perangkat
elektromekanik. Kunci berfungsi untuk meluluskan atau mencegah operasi sakelar
pemisah dan pemutus daya. Selain mengadakan interlok antara sakelar pembumian
dengan sakelar utama, cara ini dapat mengadakan interlok antara satu sakelar pemisah
dengan sakelar pemisah lain pada jaringan yang sama, maupun interlok antara sakelar
pemisah dengan pemutus daya. Cara ketiga digunakan untuk meyakinkan pemutus
daya sudah terbuka sebelum sakelar pemisah dibuka. Solenoid dipasang pada sakelar
pemisah, dan dapat dioperasikan dengan sakelar kendali.
---T---
.d
-]-
G1l
I
-n DS
GAMBAR 5.10
l^
Jaringan keluaran suatu sistem
Bab 5 Sakelar Pemisah 91
TABEL 5.2
Tingkat lsolasi Sakelar Pemisah
t2 28 32 60175* 70185*
24 50 60 951125* I 10/140*
36 70 80 145t170* t65t195*
7)\ 140 160 325 375
Frekuensi Nominal -,
Nilai standar frekuensi nominal adalah 16 Hz, 25 Hz, 50 Hz and 60 Hz.
i
Arus Nominal
Adalah arus (rms) tertinggi yang dapat dialirkan sakelar pemisah dalam waktu
tidak terbatas. Arus pengenal standar sakelar pemisah yang dijumpai dewasa ini
antara lain adalah: 200,400,630, 800, 1250, 1600,2000,2500,3150,4000,5000,
6300 A.
Kenaikan Temperatur
Batas maksimum kenaikan temperatur komponen peralatan sakelar pemisah adalah
40 'C di atas temperatur sekelilingnya.
92 Peralatan Tegangan llnggi
TABEL 5.3
Tegangan Catu Daya Peralatan Bantu Sakelar Pemisah
1101125
kontak nominal adalah toleransi pergeseran kontak tetap suatu sakelar pemisah.
Spesiflkasi zona kontak diberikan oleh pabrikan. Pemakai harus yakin bahwa
pergeseran kedudukan kontak tetap tidak melebihi toleransi yang diberikan pabrikan.
Prosedur dan tegangan pengujian harus mengacu kepada standar pengujian yang dianut,
misalnya IEC 60694 dan IEC 62211-102.
Berikut ini akan dijelaskan hal-hal yang dilakukan pada tahap pertama sampai
dengan tahap ketiga.
Penentuan Spesifikasi
Dalam pemilihan sakelar pemisah dan sakelar pembumian, perlu dipertimbangkan per-
kembangan sistem, sehingga sakelar mampu menyesuaikan diri jika terjadi perkembangan
beban pada masa yang akan datang. Langkah persiapan sebelum menetapkan data
nominal suatu sakelar pemisah adalah menghimpun informasi dari lapangan mengenai
hal-hal di bawah ini:
. Arus beban normal dan arus beban lebih
. Kondisi gangguan
. Beban statis dan dinamis terminal hasil rancangan gardu induk
. Bentuk konduktor penghubung (konduktor padu atau fleksibel)
. Keadaan lingkungan yang menyangkut: temperatur, ketinggian, kelembaban, jenis
dan tingkat bobot polusi, dan keadaan khusus lainnya
. Unjuk kerja yang dibutuhkan (ketahanan mekanis)
. Tujuan penggunaan sakelar pemisah (pemisah jaringan, pemisah rel daya, atau
sakelar pembumian)
o Zona kontak
. Keperluan: transfer arus ke bus, sakelar pembumian atau pemisah
. Unjuk kerja yang dibutuhkan (ketahanan mekanis)
. Jumlah kutub
. Jarak antar fasa
' Ruang untuk operator
Informasi yang berhubungan dengan karakteristik mekanik sakelar pemisah:
' Metode pengoperasian: manual atau dengan penggerak mekanik; independen,
interlok atau dengan waktu tunda
. Catu daya
. Ketinggian lokasi pengoperasian
. Jumlah dan jenis kontak bantu (auxiliary switch)
. Tingkat perlindungan sela pelindung
o Kemampuan tekanan kerja bejana jika menggunakan gas
5. Pengujian rutin yang perlu disaksikan pemakai sebelum pengiriman:
. Tebal lapisan cat, lapisan galvanis, dan lain-lain
. Pencegahan korosi
. Pengawatan kendali
' Aksesori dan dokumen-dokumen pemasangan, pengoperasian, penyimpanan
dan pengangkutan
. Waktu pengoperasian
. Hal-hal khusus
ntuk memonitor dan mengendalikan kinerja suatu sistem tenaga listrik, diperlukan
alat ukur, lampu indikator dan relai proteksi. pengukuran tegangan tinggi tidak
dapat dilakukan langsung seperti halnya pengukuran tegangan rendah, karena
selain berbahayabagi operator, adalah sulit membuat voltmeter yang mampu mengukur
langsung tegangan tinggi. Lampu indikator dan relai proteksi, juga membutuhkan
tegangan rendah. Oleh karena itu, diperlukan trafo tegangan untuk mentransformasi
tegangan sistem ke suatu tegangan rendah agar dapat diukur dengan voltmeter dan
dapat dimanfaatkan untuk keperluan lampu indikator dan relai proteksi.
Berikut ini akan dijelaskan prinsip kerja dan jenis-jenis trafo regangan; kesalahan
pengukuran dengan menggunakan trafo tegangan; spesiflkasi dan pemilihan trafo
tegangan; dan pengujian trafo tegangan.
GAMBAR 6.1
Trafo tegangan
98 Peralatan Tegangan Tinggi
Ada dua jenis trafo tegangan, yaitu: trafo tegangan magnetik dan trafo tegangan
kapasitif. Trafo tegangan kapasitif, selain untuk keperluan pengukuran, sekaligus dapat
digunakan untuk keperluan komunikasi Qtower line carrier). Berikut ini akan diuraikan
tentang konstruksi dan karakteristik kedua jenis trafo tegangan tersebut.
E = Kumparan eksitasi
l( = Kumparan kompensasi
Ii = Kumparan tegangan tinggi
GAMBAR 6.2
Trafo tegangan magnetik
Bab 6 Trafo Tegangan 99
R
s
T
GAMBAR 6.3
Rangkaian trafo tegangan magnetik
Ada tiga jenis trafo tegangan magnetik, yaitu: trafo tegangan kutub tunggal, trafo
tegangan kutub ganda dan trafo tegangan tiga fasa. Rangkaian listrik masing-masing
jenis trafo tegangan tersebut diperlihatkan pada Gambar 6.3.
Pada trafo tegangan kutub tunggal, salah satu terminalnya dibumikan seperti ditunjuk-
kan pada Gambar 6.3a. Jika digunakan pada sistem tiga fasa V,,, maka dibutuhkan
tiga unit trafo tegangan kutub tunggal masing-masing dengan perbandingan tegangan
(Vtl\/3 - 100/./3) volt; kemudian kumparan primernya dan kumparan sekundernya,
masing-masing dihubungkan dalam hubungan bintang.
Di samping untuk pengukuran sistem tiga fasa, trafo tegangan kutub tunggal dan
trafo tegangan tiga fasa dapat sekaligus digunakan untuk mencatu tegangan kepada relai
proteksi arus-tanah. Dalam ha1 ini, trafo tegangan dilengkapi lagi dengan kumparan
tambahan yang digunakan untuk mendeteksi adanya arus gangguan tanah. Kumparan
tambahan ini disebut kumparan proteksi. Kumparan proteksi ketiga unit trafo tegangan
dihubungkan seri seperti diperlihatkan pada Gambar 6.4.
Jika besaran tegangan pada ketiga kumparan proteksi sama (Vo- = Vr, = V., =
{,), maka selama operasi normal, tidak ada tegangan pada terminal a-b,karenajumlah
vektoris ketiga tegangan sekunder Vor, 7r, dan Vr- adalah sama dengan nol (y, = 0).
Tetapi, jika terjadi hubung singkat fasa-ke-tanah pada salah satu fasa sistem (misalkan
di fasa R), maka tegangan pada fasa R menjadi sama dengan nol, sedangkan tegangan
pada fasa S dan 7 naik /3 kali daripada tegangan semula, sehingga di belitan sekunder
trafo tegangan P7, dan PZ, dibangkitkan tegangan ^/3V,,. Tegangan pada terminal a-b
j sama dengan resultan vektoris tegangan sekunder trafo tegangan PZ, dan PTr, yang
i
ri
Kumparan
pengukuran
Kumparan
proteksi
GAMBAR 6.4
Bangkaian kumparan tambahan trafo kutub tunggal
I0o ':': zrz' egangan lrnggi
besarnya tiga kali nilai tegangan fasa ke netral (3(,). Tegangan ini memicu relai
proteksi arus-tanah untuk bekerja. Tegangan pengenal kumparan proteksi biasanya dipilih
sedemikian sehingga ketika terjadi hubung singkat satu fasa ke tanah pada sistem, Vo
mencapai nilai yang sama dengan tegangan sekunder fasa-ke-fasa.
Bentuk badan trafo tegangan kutub tunggal dan kutub ganda diperlihatkan pada
Gambar 6.5. Trafo tegangan kutub ganda digunakan untuk pengukuran daya dan energi
sistem tiga fasa. Kedua terminalnya diisolir terhadap bumi seperti diperlihatkan pada
Gambar 6.5c.
Dilihat dari terminal belitan primernya, trafo tegangan kutub tunggal terdiri atas
trafo tegangan tanpa bushing (Gambar 6.54) dan trafo tegangan dengan bushing (Gambar
6.5b). Trafo tegangan dengan bushing digunakan untuk tegangan di atas 11 kV.
Konstruksi trafo tegangan kutub tunggal lebih sederhana daripada trafo kutub
ganda, karena tebal isolasi pada trafo tegangan kutub tunggal dapat dibuat bertingkat
sesuai dengan tekanan elektrik yang dipikulnya; sedangkan pada trafo tegangan kutub
ganda, seluruh kumparan tegangan tinggi harus diisolasi terhadap bagian-bagian yang
dibumikan dengan tebal isolasi yang sama, agar trafo tegangan dapat memikul tegangan
pengujian penuh. Oleh karena itu trafo tegangan kutub ganda hanya digunakan untuk
tegangan pengenal sampai 30 kV sedangkan trafo tegangan kutub tunggal dipergunakan
untuk tegangan pengenal yang lebih tinggi.
Beberapa macam konstruksi trafo tegangan magnetik diperlihatkan pada gambar 6.6.
Pemilihan jenis konstruksi trafo tegangan magnetik bergantung kepada nilai tegangan
operasi dan tempat instalasi. Untuk pemakaian pasangan dalam, trafo ukur tegangan
biasanya diisolasi dengan resin epoksi, di mana semua kumparan dan kadang-kadang
termasuk inti besi dicetak dalam bahan isolasi resin padat (Gambar 6.6a). Untuk operasi
pasangan luar, trafo resin epoksi masih dapat dipakai untuk tegangan pengenal yang
tidak terlalu tinggi.
untuk tegangan yang lebih tinggi dipakai trafo kutub tunggal dengan isolasi
minyak-kertas. Rancangan trafo kutub tunggal isolasi minyak-kertas terdiri dari dua
jenis, yairu: jenis tangki logam dan jenis tabung isolasi. Pada jenis pertama, badan aktif
trafo tegangan dimasukkan dalam bejana baja. Pada bejana dipasang bushing untuk
melewatkan tegangan tinggi ke terminalnya (Gambar 6.6b). Pada jenis kedua, badan
aktif trafo semua dibungkus dengan tabung porselen (Gambar 6.6c). Jenis terakhir
ini, biasanya digunakan untuk tegangan yang lebih besar daripada 66 kV. Pemilihan
GAMBAR 6.5
t
(b) Kutub tunggal dengan baslrlng
Bushing dari
porselen
Porselen <-
GAMBAR 6.6
Konstruksi badan trafo tegangan magnetik
jenis konstruksi trafo tegangan bergantung pada susunan bahan aktif trafo (inti dan
kumparan). Dilihat dari segi pemakaian tempat, jenis tabung isolasi adalah lebih baik
karena konstruksinya lebih kecil. Konstruksinya sangat berbeda dengan jenis tangki
Iogam yang harus menggunakan tabung porselen dengan diameter yang lebih besar.
Keterangan:
{, = Tegangan fasa ke netral transmisi
C, = Kapasitor tegangan tinggi
Cz = Kapasitor tegangan rendah
GAMBAR 6.7
Rangkaian ekuivalen trafo tegangan kapasitif
100r/3 volt. Ketika hubungan antara terminal kumparan primer trafo tegangan yang
dibumikan dengan inti atau badan trafo tegangan dibuka, kumparan primer dirancang
mampu memikul tegangan frekuensi daya sebesar 3 kV,,,, dalam durasi singkat.
Jika rugi-rugi pada trafo penengah diabaikan dan impedansi bebannya tidak
terhingga (terminal belitan sekunder terbuka), maka hubungan tegangan v,,, v, dan v,
dinyatakan sebagai:
v,, C,+C, 6.1
vl c(
-l
v1
6.2
=A t
v2
vn
=ArXA,=4, 6.3
v2
Jika rugi-rugi pada trafo penengah dan impedansi beban diperhitungkan, maka faktor
pemUagi tegangan kapasitor (a,) dan faktor transformasi sistem pengukuran \ao)_ akan
teruUatr. Untuk mengkompensaii perubahan tersebut, maka di antara kapasitor C, dengan
trafo penengah disisipkan suatu induktor kompensasi (l) seperti yang pada Gambar 6'8'
iilru zuadalah impedansi ekuivalen gabungan trafo penengah dengan beban dilihat
dari sisi t"gungun tinggi, maka hubungan tegangan jaringan dengan tegangan primer
trafo penengah menjadi:
V,, C, + C, l-alL(Ct+C2)
6.4
Vt
---l Ct jaC,Zo
Bila nilai L. C,dan C, dipilih sedemikian, sehingga memenuhi hubungan di bawah ini:
Keterangan:
V,, =Tegangan fasa ke netral :l-i.:r :
Cr = Kapasitor tegangan tinggi
C, = Kapasitor tegangan rendah
TP =Trafo penengah (interntediaic'
R = Resistor
I = Induktor kompensasi
SP = Sela pelindung
IIF = Peralatan komunikasi frekuensi tinggr
Z = Impedansi peredam
V, = Tegangan Primer trafo Penengah
% = Tegangan sekunder trafo penengah
S = Sakelar (ditutupjika tidak digunakan unruii
pengiriman sinyal komunikasi)
GAMBAR 6.8
Rangkaian lengkap trafo tegangan kapasitif
maka perbandingan V, dengan V, akan tetap seperti dinyatakan pada Persamaan 6.1.
Artinya, impedansi trafo penengah maupun impedansi beban (Z) tidak berpengaruh
terhadap faktor a,..
Jika terjadi tegangan lebih pada jaringan transmisi, tegangan pada kapasitor C.
akan naik dan dapat menimbulkan kerusakan pada kapasitor tersebut. Untuk mencegah
kerusakan tersebut dipasang sela pelindung (SP). Sela pelindung akan terpercik pada
tegangan yang lebih rendah daripada tegangan ketahanan isolasi kapasitor C, sehing-sa
kapasitor C, terlindung dari bahaya tegangan lebih yang terjadi pada jaringan. Jika sela
pelindung terpercik, terminal C, terhubung singkat ke tanah, sehingga mengalir arus
yang besar ke tanah. Untuk membatasi arus yang besar tersebut, sela pelindung (SP)
dihubungkan seri dengan suatu resistor (R).
Trafo penengah merupakan induktor non-linier. Trafo penengah ini membentuk
rangkaian tertutup dengan kapasitor Cr. Artinya, kapasitor C, membentuk rangkaian
tertutup dengan suatu induktor non-linier. Rangkaian seperti ini berpeluang menimbulkan
gejala feroresonansi. Osilasi feroresonansi dapat menyebabkan tegangan lebih lang
cukup besar dan menghasilkan panas yang tidak diinginkan pada inti dan kumparan
trafo penengah. Untuk meredam efek ferroresonansi tersebut, maka pada terminal belitan
sekunder trafo penengah dipasang suatu impedansi peredam (D yang tidak ada efeknre
terhadap galat dan respon sistem pengukuran.
Peristiwa hubung singkat pada jaringan mengakibatkan terjadi osilasi tegangan ;-
sisi sekunder trafo tegangan, karena dua hal berikut ini:
Cr Vz
Karena
d* I
b. Kapasitor C,, induktor kompensasi L dan peredam Z membentuk ranekeli: ....: '
beiitan primer sama dengan nol dan menjadi minimum jika hubung singkat terjadi
ketika tegangan sesaat belitan primer sama dengan maksimum.
Osilasi dapat berlangsung beberapa siklus. Jika relai proteksi bekerja akibat adanya
osilasi di sisi sekunder trafo tegangan, maka hal ini akan menimbulkan kesalahan operasi.
Oleh karena itu, relai proteksi harus memiliki waktu tunda operasi kira-kira l0 - 30
milisekon. Trafo kapasitif yang diproduksi saat ini dapat meredam osilasi dalam 20
milisekon. Namun. jika relai proteksi harus bekerja dalam 20 milisekon, maka trafo
ukur yang digunakan sebaiknya adalah jenis trafo tegangan magnetik 3-phase 5 limb,
yaitu trafo yang reluktansinya rendah. Trafo reluktansi rendah memudahkan keberadaan
fluks urutan nol, sehingga pada keadaan hubung singkat, urutan nol, urutan positif dan
urutan negatif tegangan tetap ada.
Perlu dicatat bahrva ketika terjadi pemutusan tiba-tiba karena adanya kesalahan
hubung singkat padajaringan, maka kawat yang terhubung dengan trafo tegangan kapasitif
akan menyimpan muatan statis. Dengan kata lain rangkaian ini dapat menghasilkan
tegangan lebih hubung-buka (swlrclring over voltage) yang tinggi. Hal seperti ini tidak
terjadi pada trafo tegangan magnetik, sehingga trafo ini dapat dihubungkan ke jaringan
tanpa resiko tegangan lebih. Maka, adakalanya trafo tegangan magnetik digunakan untuk
pengukuran tegangan tegangan tinggi meskipun trafo tegangan kapasitif sebenarnya
Iebih ekonomis untuk pengukuran tegangan tinggi. Perlu diingat bahwa konstruksi
isolasi trafo tegangan kapasitif lebih sederhana daripada trafo tegangan magnetik.
Rancangan konstruksi suatu trafo tegangan kapasitif biasanya seperti diperlihatkan
pada Gambar 6.9. Karena adanya pembagi kapasitif, maka konstruksinya dapat dibuat
hanya dalam bentuk trafo kutub tunggal. Kumparan proteksi dapat juga disediakan
dengan cara yang persis sama seperti pada trafo magnetik. Kapasitor C, dan C, terbuat
dari beberapa elemen kapasitor gulung yang dielektriknya terbuat dari bahan kertas-
minyak. Elemen-elemen kapasitor dihubungkan secara seri dan disusun di dalam suatu
tabung porselen yang ramping. Induktor kompensasi dan trafo penengah ditempatkan
Keterangan:
c,7F C, = Kapasitor tegangan tinggi
^ __)_
:T
C,T
C. = Kapasitor tegangan rendah
L = Induktor kompensasi
P = Kumparan primer
V = Kumparan sekunder untuk
:1- pengukuran
G = Kumparan sekunder untuk
relai arus tanah
r( = Terminal untuk alat
Komunikasi
GAMBAR 6.9
. :- s:--. s :'a'c tegangan kapasitif
' 'li
di dalam bejana logam. Di luar bejana disediakan temlrnal untlrk :;:i .:.-
(r\1. Terminal ini dapat dibumikan jika trafo tegangan kapasitii lr;.,' ,
untuk komunikasi. Agar efektif sebagai kopeling kapasitor. maka klpu.-:.:
C, dan C., harus memiliki nilai minimum 4400 pF.
IN _N I
Galat=l+lxl\jVo hA
lN, l
Untuk pengukuran daya dan energi bolak-balik, ada dua besaran yang perlu diuku:
yaitu tegangan dan sudut fasa tegangan. Oleh karena itu, jika trafo tegangan akan
digunakan untuk pengukuran daya dan energi bolak-balik, maka galat yang terjadi ketik;.
mengukur besaran-besaran tersebut perlu diketahui. Berikut ini akan dijelaskan galei
yang berhubungan dengan kedua besaran tersebut jika pengukuran dilakukan den-san
trafo tegangan.
Z' - V.'
(a) Rangkaian ekuivalen trafo dilihat dari sisi (D) Diagram fasor arus dan :e:"-...
tegangan tinggi
GAMBAR 6.10
Rangkaian ekuivalen trafo dan diagram fasor tegangan - arus
106 ,e'e,aian Tegangan llnggi
dan
Vr' = anV, 6'8
adalah:
Dalam hal ini a, adalah rasio transformasi nominal trafo tegangan yang besarnya
,,=ffi Vl-no.inul
6.9
maka Vr'sama
Jika impedansi beban tidak terhingga dan rugi-rugi trafo diabaikan,
dan sefasa d"rgun v,. Artinya, nllai vr'yang benar adalah sama dengan v,, Adanla
impedansi alat-ukur dun *gi-*gi trafo membuat besaran dan sudut fasaVr'berbeda
dengan besaran dan sudut fasa v,. Perbedaan besaran v, dengan
vr' menimbulkan
kesalahan relatif yang disebut dengan galat rasio (7):
lv-' - v.l
, =l- , ll x loo7o 6.10
berikut:
Menurut Persamaan 6'8, V2' = anVr, maka galat rasio dapat dituliskan sebagai
raV--V.t
, =l- ,- lx 1oo7o 6'11
Beda sudut fasa v, dengan vr' seharusnya sama dengan nol. Jika terjadi perbedaan
sudut fasa antara i, dengan Vr' sebesar 6, maka trafo tegangan dinyatakan memiliki
galat sudut sebesar 6.
Mengacu kepada diagram fasor pada Gambar 6'10b, hubungan fasor tegangan
primer dan sekunder dapat dituliskan sebagai berikut'
. 2,,'
') / T-z,\
v'=
(t+:rl
6.15
\ z't
Terlihat bahwa Vr' tergantung kepada impedansi alat ukur (Z ,')' Karena
itu' galat
kepada impedansi alat ukur atau beban yang terpasang
rasio dan galat sudut iergantung
pada tenninal sisi sekunder trafo. Beban yang terhubung pada terminal sisi
sekunder
beban terhadap galat diperlihatkan pada Gambar
irafo ukur disebut burden. Pengaruh
6.11.
'r 0-?
cos I = 0,5
cos (p = 1,0
(a) Pengaruh beban terhadap gaiat rasio (b) Pengaruh beban terhadap galat sudut
GAMBAR 6.11
Pengaruh beban terhadap galat trafo tegangan
Persamaan 6.15 menunjukkan bahwa galat trafo tegangan terjadi karena adan\i
impedansi Z"' . Seandaiflya Zet = 0, maka galat sama dengan nol dan galat tidak
dipengaruhi oleh beban trafo. Oleh karena itu, resistansi dan reaktansi bocor kumparan
trafo ukur tegangan harus dirancang sekecil mungkin. Besarnya Z"' bergantung kepada
frekuensi, maka galat trafo ukurjuga bergantung kepada frekuensi. Pada Gambar 6.11
diperlihatkan pengaruh frekuensi terhadap galat.
v= C' v
c C,+C, v=
n
6.16
a
Seandainya tidak ada rugi-rugi di antara terminal kapasitor C, dengan terminal alat
ukur dan impedansi alat ukur adalah tak-terhingga, maka tegangan Vr.' = V,. Artinla.
nilai Vr' yang benar sama dengan V.
y6
GAMBAR 6.12
Pengaruh frekuensi terhadap galat
NE Peralatan Tegangan 1 rnggi
V,,
GAMBAB 6.13
Rangkaian ekuivalen trafo kapasitif dilihat dari sisi tegangan tinggi
Jika tegangan fasa ke netral sistem (V,) dan semua impedansi pada rangkaian di atas
diketahui, maka dengan analisis rangkaian listrik, tegangan Vr' dapat dihitung. Dengan
demikian, galat rasio trafo tegangan kapasitif dapat dinyatakan seperti persamaan di
bawah ini:
lr,' - ,,1 x l00%o
lv,
= l-l
l
6.11
la,v, - v)
-l
_t_l
vc I
x I00Vo 6.18
Kesalahan sudut pada trafo tegangan kapasitif adalah beda sudut fasa antara fasor
V, dengan fasor Vr' . Jika referensi tegangan dalam analisis rangkaian adalah n ,, = V n I
6 dan hasil analisis memberikan nr' =Vr'< 6, maka kesalahan sudut trafo tegangan
kapasitif sama dengan 6.
Batas Galat
Suatu alat ukur dinyatakan sangat akurat jika galatnya sangat kecil. Oleh karena itu,
kelas ketelitian suatu alat ukur bergantung kepada galat alat ukur tersebut. Menurut
ketelitiannya, trafo tegangan dibagi atas beberapa kelas. Pada Tabel 6.1 diperlihatkan
kelas ketelitian trafo tegangan dan penggunaannya.
Batas galat pada Tabel 6.1 berlaku untuk kondisi sebagai berikut:
Tegangan yang diukur : (0,8 - 1,2) tegangan nominal
Beban : (0,25 - 1,0) burden nominal
Faktor daya : 0.8 lagging
0.5 +0,5 +20 Meter industri presisi dan sebagai sub-standar pada
pengujian wattmeter penunjuk
1,0 +1.0 +40 Meter industri presisi, sub-standar pada pengujian \\'attmeler
penunjuk, meter komersial dan industri, wattmeter penunjuk.
wattmeter grafis dan voltmeter
3,0 +3.0 +720 Voltmeter atau meter yang tidak mementingkan kesalahan
sudut. Untuk proteksi yang prinsip kerjanya didasarkan akan
adanya perbedaan fasa arus dengan tegangan. Misalnya.
relai arus terarah, relai daya balik dan relai jarak terarah
5,0 +5O t300 Trafo proteksi yang prinsip kerjanya tidak didasarkan akan
adanya perbedaan fasa arus dengan tegangan. Misalnya.
relai tegangan rendah dan relai tegangan lebih
10.0 +10,0 +600 Trafo tegangan residu
tiga fasa, dan terhubung antara fasa dengan tanah, tegangan pengenal dinyatakan
dalam besaran Vlt/3. Dalam hal ini, V adalah tegangan fasa-ke-fasa sistem standar
menurut IEC 60038.
. Tegangan Nominal Sekunder
Adalah besar tegangan sekunder yang dicantumkan pada papan nama trafo tegangan
dan dinyatakan dalam besaran Vlr/3. Oalamhal ini, V adalah tegangan fasa-ke-fasa
sekunder. Jika ada kumparan tambahan untuk proteksi arus-ke-tanah, tegangan
pengenalnya dinyatakan dalam besaran V/3. Dalam praktiknya, tegangan nominal
sekunder umumnya adalah 100, 110, ll5, 120,200 dan 230 Y.
. Rasio Nominal
Perbandingan tegangan nominal primer dengan tegangan nominal sekunder.
. Burden
Adalah beban pada terminal sekunder yang dinyatakan dalam besarnya daya (\.\ t
yang dikomsumsi beban pada faktor daya dan tegangan nominal sekunder.
. Burden Nominal
Adalah burden yang mengakibatkan galat sama dengan galat nominal ''. -
dicantumkan pada papan nama.
. Daya Nominal
Adalah daya keluaran (VA) trafo tegangan ketika bebannya sama dengan bui.l::
nominal dan tegangan sekundernya sama dengan tegangan nominal seku:,:::
Pada umumnya daya nominal adalah: 10, 15, 25, 30, 50, 75, 100. 150. lr r,. 1 r
400,500 VA. Daya nominal yang lebih disukai adalah yang diberi !an- r:. --
Pernyataan daya nominal pada trafo tegangan tiga fasa adalah dara per :.-.
lt0 'e'a a:ar
-egangan linggi
Galat Nominal
Adalah galat yang terjadi ketika tegangan primer sama dengan tegangan nominal
primer dan beban sama dengan burden nominal.
Faktor Tegangan
Adalah suatu faktor pengali terhadap tegangan nominal primer yang menghasilkan
batas tertinggi tegangan pada kumparan primer trafo tegangan dalam waktu
terbatas. Dalam batas waktu tertentu, suatu trafo tegangan dapat bekerja di atas
tegangan nominalnya. Batas tertinggi tegangan kerja suatu trafo tegangan adalah
Vr_.uk, = Faktor Tegangan X Vr_no.inur. Faktor tegangan bergantung kepada metode
penyambungan kumparan primer trafo tegangan pada sistem, dan metode pembumian
sistem. Nilai faktor tegangan untuk berbagai metode pembumian sistem diperlihatkan
pada Tabel 6.2 berikut.
TABEL 6.2
Faktor Tegangan Menurut IEC 60044-2
t,2 Kontinu Antara fasa dengan fasa Antara titik bintang transformator
dengan tanah
1,2 Kontinu Antara fasa dengan tanah Netral sistem dibumikan efektif
1,5 30 sekon
1,2 Kontinu Antara fasa dengan tanah Netral sistem dibumikan tidak
efektif. dan sistem dilengkapi
t,9 30 sekon dengan pemutus arus tanah otomatis
1,2 Kontinu Antara fasa dengan tanah Netral sistem terisolasi dari tanah
aLau uluurIllKail uetlBaIr KullrpaIaI
t,9 8 Jam kompensasi, dan sistem tidak
dilengkapi dengan pemutus arus
tanah otomatis
TABEL 6.3
Ketahanan Tegangan Frekuensi Daya dan Tegangan lmpuls Tra{o Tega^-::-
Ketahanan Terhad ap
Tegangan Tertinggi
Peralatan Tegangan Impuls Tegangan Impuls
Tegangan Frekuensi
(V . . kV-rms)
' maks/ Daya (kY-rms)
Petir Standar Hubung-Buka Standar
(kY-Puncak) (k!'-Puncalit
0,72 3
1,2 6
20
3.6 10
40
'7) 40
20
60
60
t2 28
75
75
r7,5 38
95
95
24 50
t25
'10 t45
36
170
52 95 250
'12,5 140 325
100 185 450
185 450
t23 230 550
230 550
t45 650
275
275 650
170
325 750
395 950
245
4@ 1050
395 950 '750
300
460 1050 850
4@ 1050 850
362
510 tt75 950
570 1300 1050
420 1050
630 1425
630 1425 1050
525 tt75
680 1550
880 1950 t4?5
765 1550
975 2100
Catatan: Nilai tertinggi diambil untuk peralatan pasangan yang berhadapan langsung denr::
tegangan lebih petir. Misalnya, peralatan yang dihubungkan langsung dengan
transmisi atau melalui kawat pendek
112 Peralatan Tegangan Tinggi
TABEL 6,4
Konsumsi Daya Meter dan Relai
TABEL 6.5
Perbandingan Trafo Tegangan Magnetik dengan Trafo Tegangan Kapasitif
Memiliki respon yang baik terhadap transien Responsnya kurang baik terhadap transien
jika ada gangguan pada sistem jika ada gangguan pada sistem
Menimbulkan kenaikan tegangan tanah yang Menimbulkan kenaikan tegangan tanah yang
rendah pada ketika dipisahkan dari sistem tinggi pada ketika dipisahkan dari sistem
Bab 6 Trafo Tegangan 113
TABEL 6.6
Jenis Trafo Tegangan Untuk Berbagai Keperluan
Komunikasi tanpa meter dan relai I unit trafo tegangan kapasitif per sirkuit
Bus 2
I unit
TTM
Tfi
*T:,1
Line 1
(a) (b)
GAMBAR 6.14
Susunan trafo tegangan pada dua gardu induk
114 Peralatan Tegangan 1 rnggi
Pada Gambar 6.14b hanya trafo tegangan kapasitif yang digunakan pada penyulang.
Jumlah trafo tegangan kapasitif pada setiap penyulang bergantung kepada kebutuhan.
Untuk keperluan meter, sinkronoskop dan relai, tegangan diperoleh dari trafo tegangan
magnetik yang dipasang satu set per rel daya. Dalam hal ini, kapasitas trafo tegangan
magnetik harus cukup besar supaya mampu melayani konsumsi daya semua peralatan
meter, sinkronoskop dan relai. Susunan mana yang akan dipilih dari kedua susunan di
atas akhirnya ditetapkan berdasarkan pertimbangan biaya.
Uji Jenis
Dalam uji jenis dilakukan pengujian sebagai berikut:
. Pengujian kenaikan temperatur
. Pengujian ketahanan memikul arus hubung singkat
. Pengujian ketahanan tegangan tinggi impuls petir
. Pengujian ketahanan tegangan tinggi impuls hubung-buka
. Pengujian ketahanan tegangan tinggi ac pada kumparan primer dan sekunder pada
kondisi basah
. Pengukuran galat
. Pengukuran tegangan interferensi radio (radio interference voltage)
. Pengujian peluahan sebagian Qtartial discharge)
. Pengukuran rugi-rugi dielektrik
. Penyetelan panjang sela pelindung
. Pengujian ferroresonansi
Uii Rutin
Setelah uji jenis selesai, dilakukan pengujian rutin. Uji rutin terdiri dari:
. Verifikasi terminal dan polaritas
. Pengujian ketahanan tegangan tinggi ac pada kumparan primer dan kumparan
sekunder
. Pengukuran galat;
. Pengujian ketahanan tegangan tinggi ac pada setiap seksi isolasi; dan
. Pengujian peluahan sebagian
Jika ada pengujian yang non-standar, dan hasilnya tidak sesuai dengan spesifikasi,
maka pengujian diulang kembali, setelah pengujian yang lain selesai. Jika pengujian
Bab6 TrafoTegangan 115
ketahanan tegangan ac pada kumparan primer akan diulang, maka tegangan penguji":
yang dikenakan hanya 807c daripada tegangan yang dispesifikasikan.
Uii Khusus
Uji khusus adalah pengujian yang telah disepakati sebelumnya oleh pabrikan dan
pembeli. Lingkup pengujian pada uji khusus yang dilakukan adalah:
. Pengujian ketahanan tegangan impuls terpotong
. Pengukuran kapasitansi dan rugi-rugi dielektrik kapasitior pembagi tegangan
. Pengujian mekanikal
. Pengukuran tegangan lebih yang ditransmisikan pada kumparan primer
Bab 7
Trafo Arus
ama halnya dengan trafo tegangan, trafo arus tegangan tinggi digunakan untuk
memonitor kinerja suatu sistem tenaga listrik. Pengukuran arus pada jaringan
tegangan tinggi tak dapat dilakukan langsung seperti padajaringan tegangan rendah,
karena selain berbahaya bagi operator, membuat amperemeter yang mampu mengukur
langsung arus yang mengalir pada jaringan tegangan tinggi adalah hal yang sulit.
Pada sistem tenaga listrik ditemukan juga relai-relai proteksi yang mengontrol
kinerja sistem tenaga listrik. Relai-relai tersebut juga membutuhkan besaran sensor
berupa arus lemah. Oleh karena itu, diperlukan trafo arus untuk mentransformasi arus
kuat pada suatu jaringan ke suatu nilai arus lemah supaya dapat diukur amperemeter
dan dapat dimanfaatkan sebagai besaran sensor pada relai proteksi.
Berikut ini akan dijelaskan tentang fungsi, prinsip kerja dan karakteristik trafo
arus. Kemudian akan diuraikan tentang jenis-jenisnya, definisi-definisi yang berkaitan
dengan karakteristik trafo arus dan cara menentukan spesifikasi suatu trafo arus untuk
suatu keperluan tertentu. Di samping itu diberikan juga penjelasan tentang jenis-jenis
pengujian tegangan tinggi yang dilakukan pada suatu trafo arus tegangan tinggi.
GAMBAR 7.1
Trafo arus
Pada Gambar 7.1 diperlihatkan contoh trafo arus yang digunakan untuk tegangan
rendah, tegangan menengah dan tegangan tinggi.
Di samping untuk pengukuran arus, trafo arus juga dibutuhkan untuk pengukuran
daya dan energi; dibutuhkan juga untuk keperluan telemeter dan relai proteksi. Kumparan
primer trafo arus dihubungkan seri dengan jaringan atau peralatan yang akan diukur
arusnya, sedangkan kumparan sekunder dihubungkan dengan meter atau relai proteksi.
Pada umumnya peralatan ukur dan relai membutuhkan arus 1 atau 5A.
Trafb arus bekerja sebagai trafo yang terhubung singkat. Rentang kerja trafo arus
yang digunakan untuk pengukuran biasanya 0,05 sampai l,2kali arus yang akan diukur.
Trafo arus untuk tujuan proteksi dirancang sedemikian sehingga mampu mengalirkan
arus lebih daripada 10 kali arus nominalnya.
Kumparan
bagian utama trafo arus dan rangkaian ekuivalennya dilihat dari sisi sekunder. Prinsip
kerjanya sama dengan trafo daya satu fasa. Jika pada kumparan primer mengalir arus
1,. maka pada kumparan primer timbul gaya gerak magnet sebesar N,1,. Gaya gerak
magnet ini memproduksi fluks pada inti. Fluks ini membangkitkan gaya gerak listrik
pada kumparan sekunder (82).
Jika terminal kumparan sekunder tertutup, maka pada kumparan sekunder mengalir
arus 1r. Arus ini menimbulkan gaya gerak magnet NrI, pada kumparan sekunder. Bila
pada trafo arus tidak ada rugi-rugi daya (trafo ideal), maka berlaku persamaan:
Tegangan pada terminal sekunder (Vr) bergantung kepada impedansi Zr, yaitu
impedansi gabungan peralatan dan kabel penghubung yang tersambung pada terminal
sekunder trafo arus. Tegangan tersebut dapat dituliskan sebagai berikut:
Jika resistansi dan reaktansi bocor kumparan trafo arus dinyatakan dalam impedansi
internal 2,, maka gaya gerak listrik pada kumparan sekunder harus lebih besar daripada
tegangan sekunder agar rugi-rugi tegangan pada impedansi Z,dapat dikompensasi. Oleh
karena itu, persamaan di bawah ini harus dipenuhi:
Dalam praktiknya trafo arus selalu mengandung arus eksitasi atau arus beban
nol Ams beban nol menimbulkan fluks bersama (d) yang dibutuhkan untuk
(1p).
membangkitkan gaya gerak listrik E . Hubungan fluks bersama (@) dengan gaya gerak
listrik E, adalah sebagai berikut:
Ez= 4,44 f Nz d = 4,44 f N2 AB 7.6
Gaya gerak listrik inilah yang mempertahankan aliran arus I, pada impedansi
(22 + Z). Maka, ampere belitan yang ditimbulkan arus beban nol (N,10) harus dapat
mengimbangi ampere belitan yang ditimbulkan arus primer (N,1,) dan ampere belitan
yang ditimbulkan arus sekunder (N212). Hubungan tersebut dapat dituliskan dalam
bentuk fasor:
Bab 7 Trafo Arus 119
'i-
N,Io-N,I,+NrI,
Jika arus 1o diabaikan maka N,I, = -N2lz atau besaran N,1, = Nr1r, atau sama
dengan Persamaan 7.1 di atas.
Dalam perencanaan suatu trafo arus, ditetapkan batas tertinggi arus kontinu yan-e
mengalir pada belitan primer dan belitan sekunder, masing-masing disebut arus nominal
primer dan arus nominal sekunder. Perbandingan arus nominal primer dengan arus
nominal sekunder disebut faktor rasio nominal.
Pada rangkaian sekunder suatu trafo arus ditemukan tiga impedansi yang terhubung
seri, yaitu: impedansi belitan sekunder trafo arus; impedansi kabel penghubung terminal
trafo arus dengan meter atau relai; dan impedansi relai atau meter. Jumlah semua
impedansi tersebut disebut burden.
Perbedaan utama trafo arus dengan trafo daya adalah:
a. Jumlah belitan kumparan primer trafo arus sangat sedikit, tidak lebih daripada
lima belitan.
b. Arus primer tidak dipengaruhi arus beban yang terhubung pada kumparan
sekundernya, karena arus primer ditentukan oleh arus pada jaringan yang diukur.
c. Semua beban pada kumparan sekunder dihubungkan seri.
d. Terminal sekunder trafo arus tidak boleh terbuka, oleh karena itu terminal kumparan
sekunder harus selalu dihubungkan dengan beban atau dihubung singkat jika
bebannya belum dihubungkan.
Berikut ini akan drjelaskan mengapa terminal sekunder trafo arus tidak boleh
terbuka. Jika arus sekunder nol, maka Persamaan 7.7 menjadi:
N,1o = N, 1,
Karena 11 tidak berubah, maka fasor Nt10 yang berubah semakin besar sehingga sama
dengan fasor N, 1,. Telah dijelaskan bahwa Nrlo membangkitkan fluks bersama td'
pada inti trafo. Oleh karena itu, kenaikan N,1o akan memperbesar fluks bersama td'
Rugi-rugi inti suatu trafo arus berbanding kuadrat dengan fluks, sehingga kenaikan
fluks bersama (@) akan memperbesar rugi-rugi inti. Rugi-rugi inti menimbulkan pana.
pada inti trafo, sehingga temperatur inti semakin tinggi. Akibatnya isolasi kumparan
trafo arus rusak. Hal ini akan menimbulkan hubung singkat pada kumparan tratb. Di
samping itu, gaya gerak listrik yang dibangkitkan pada kumparan sekunder juga aka:r
bertambah besar. Hal ini dapat menimbulkan kerusakan pada isolasi kumparan.
Rasio nominal suatu trafo arus adalah perbandingan jumlah belitan sekunder dengan
jum-lah belitan primer, atau:
, N,
*r=N= 1,,
7.8
L,
Jika suatu ketika suatu trafo arus mengukur sembarang arus 1,, dan arus di belitan
sekundernya adalah Ir, maka menurut Gambar 1.3, galat rasio trafo arus tersebut adalah:
- Nrlr
y= -N/,
N212 I
sedangkan galat sudut (6), yaitu beda sudut fasa fasor (NrI,) dengan fasor (-Nrlr). N,1,
adalah sama dengan jumlah proyeksi NrI, dan N,Io pada N,1,, yaitu:
IrX"'
GAMBAR 7.3
Diagram fasor ampere belitan trafo arus
Bab 7 Trafo Arus 121
It
IrN, + 1oN, cos (Eo - ez)
.11
= Nl
1
Jika rasio trafo arus ketika mengukur sembarang arus adalah O, = dan
Persamaan 7.11 dibagi dengan 1r, maka diperoleh:
1,
l,
lt N, .
ki= -=-
Io cos (90 - 9r)
l2 Nl 12
k - kl
r00vo 7.13
Tlx
Substitusi Persamaan 7.12 ke Persamaan 7.13 menghasilkan:
kt^
kn I, + 1o cos (go - 9r)
-1 x lo0%o 1.t4
Persamaan 7.14 menunjukkan bahwa galat bergantung kepada arus beban nol (/o).
Jika = 0, maka galat y = 0. Keadaan seperti ini tercapai hanya pada trafo arus ideal,
1n
yaitu trafo arus tanpa rugi-rugi inti. Karena 5 sangat kecil, maka tg 5 dapat dianggap
sama dengan 6, sehingga galat sudut 5 dapat ditulis sebagai berikut:
Karena eo= 90", maka sin (Eo - E) = coS gz. Selain itu, 5 = 0, maka cos 6 = l.
Dengan demikian, galat sudut dapat ditulis:
- I^ N, cos g,
d=--
N, I,
1o cos g, 1o cos g,
7.16
Nr. I, k, I,
1V,
Persamaan l.l4 dan 7.16 menunjukkan bahwa faktor-faktor yang mempen-earuhi galat
suatu trafo arus adalah:
Pada Gambar 7.4 diperlihatkan pengaruh arus sekunder terhadap galat rasio dan galat
sudut. Dilihat dari sisi sekunder, arus beban nol pada suatu trafo arus dapat dituliskan
sebagai berikut:
HI
Io=
N2
=-llo BI
lL, Nz
7.17
Dari Persamaan J.6 dapat diperoleh nilai rapat magnetik B, dan jika nilai ini
disubstitusikan ke dalam Persamaan '7.17 maka akan menghasilkan:
E. I
'o - 4.4 I A po tr, Nr'
7.r8
Dari beberapa hubungan penting ini dapat dilihat bahwa perancangan trafo
arus sangat unik. Galat sebanding dengan panjang jalur magnet pada inti besi (/)
dan berbanding terbalik dengan luas penampang inti besi A. Hal penting lain yang
berpengaruh terhadap parameter trafo arus adalah gaya gerak magnet pada kumparan
primer dan sekunder. Hubungan kedua gaya gerak magnetik tersebut adalah sebagai
berikut:
GAMBAR 7.4
Pengaruh arus sekunder terhadap galat trafo arus
Bab 7 Trafo Arus 123
0,0 0,1 0,2 0,3 0,4 0,5 0,6 0,7 0,8 0,9 t,0
GAMBAR 7.5
Kurva magnetisasi baja silikon dan baja nikel
Galat dapat juga diperkecil dengan memperbanyak jumlah belitan sekunder (Nr).
Tetapi, penambahan jumlah belitan sekunder harus dibarengi dengan penambahan jumlah
belitan primer agar Persamaan '7.19 tetap terpenuhi. Akibatnya, jika terjadi hubung
singkat pada sistem, maka arus hubung singkat yang mengalir pada belitan primer akan
membangkitkal gaya gerak magnetik (A/111,.) yang sangat besar pada belitan primer.
Gaya gerak magnetik ini menimbulkan tekanan dinamis yang besar pada kumparan
trafo arus. Oleh karena itu, penambahan jumlah belitan primer ada batasnya.
Untuk memperoleh trafo arus berakurasi tinggi, inti trafo arus dibuat dari bahan
campuran besi-nikel. Permeabilitas bahan ini relatif tinggi, tetapi menghasilkan ga1 a
gerak listrik rendah, karena saturasi rapat fluks (B) yang dihasilkannya rendah. Pada
kurva magnetisasi yang diperlihatkan pada Gambar 7.5 terlihat bahwa nilai terting_ei
rapat fluks baja-nikel sekitar 7 x 103 gauss. Trafo arus yang digunakan untuk proteksi.
intinya dibuat dari campuran baja-silikon, yakni bahan yang mempunyai saturasi rapar
fluks yang tinggi. Pada Gambar 7.5 diperlihatkan bahwa saturasi rapat fluks baja-silikor:
besarnya di atas 16 x 103 gauss.
Jika dilakukan penambahan I dalam rangka mengurangi kuat medan elektrik pac:
isolasi trafo arus, maka galat akan bertambah. Agar galat tidak bertambah, maka l:'.
penampang inti harus diperbesar, akibatnya volume inti trafo bertambah secara kuadr:::i.
oleh karena itu dibutuhkan jenis konstruksi yang sangat kompak untuk mendapa:i.--
panjang inti besi yang sekecil mungkin.
GAMBAR 7.6
Kurva magnetisasi trafo arus
Dalam praktiknya, pada trafo arus dengan inti besi tertutup (tanpa sela), ketika
puncak arus pada belitan primernya melebihi 1,s, kurva arus sesaat pada belitan
sekundernya tidak lagi berbentuk sinusoidal murni. Keadaan seperti ini dapat terjadi
jika pada belitan primer mengalir arus hubung singkat. OIeh karena itu, galat rasio
tidak dapat lagi dihitung dengan Persamaan 7.9. Pada keadaan seperti ini, galat disebut
galat komposit yang dihitung dengan persamaan 7.20'
Galat komporU =
f lf r0,,,. -
0
7a 1.20
Dalam hal ini, Z, adalah impedansi kumparan sekunder trafo arus, Zu adal.ah impedansi
alat ukur, relai, atau peralatan yang terhubung pada terminal sekunder trafo arus; dan
Zr adalah impedansi kabel penghubung peralatan dengan terminal trafo arus.
Impedansi kabel penghubung dapat dianggap hanya berupa resistansi (R*). Nilai
tahanannya bergantung pada penggunaan trafo arus. Jika jarak antara terminal trafo
arus dengan peralatan adalah / (meter), resistivitas kabel adalah p (ohm . mm2/m; dan
luas penampang kabel adalah A (mm2), maka nilai resistansi kabel penghubung adalah
seperti diperlihatkan pada Tabel 7.1.
Jika S,, (VA) adalah burden satu peralatan pada rangkaian sekunder trafo arus dan
arus nominal peralatan tersebut dalam ampere adalah 1,,, maka impedansi peralatan
tersebut dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini:
s
7,--+
o I: 1.22
n
Burden berbagai alat ukur diperlihatkan pada Tabel 7.2, sedangkan burden berbagai
relai diperlihatkan pada Tabel 7.3.
TABEL 7.1
Nilai Resistansi Kabel Penghubung
Burden nominal yang tercantum pada papan nama suatu trafo arus adalah total
burden tertinggi pada rangkaian sekunder trafo arus, yang membuat kesalahan pengukuran
sama dengan ketelitian yang tercantum pada papan nama trafo arus tersebut. Burden
nominal trafo arus yang sudah distandarisasi antara lain adalah: 2,5; 5; 7,5; l0;, 15;"
dan 30 VA.
TABEL 7.2
Burden Alat Ukur Pada 54,/50 Hz
Wattmeter 5
Faktor daya-meter 5
Perekam arus 3
Perekam daya 5
TABEL 7.3
Burden Relai Pada Arus Nominal
Z
Fr, = Fn,, 1.25
i
Untuk keperluan proteksi, inti trafo arus harus lambat mengalami kejenuhan:
biasanya memiliki faktor kejenuhan tinggi yakni Fo = 10. Sedangkan trafo arus untuk
pengukuran harus segera jenuh. agar ketika arus hubung singkat mengalir pada belitan
primer, arus tidak naik secara linier mengikuti arus hubung singkat tersebut. Dengan
demikian. peralatan pada beiitan sekunder trafo arus tidak mengalami kerusakan. Maka.
trafo arus untuk pen-eukuran memiliki faktor kejenuhan rendah, yakni F.. = 5. Untuk
penggunaan pengukuran. trafo arus biasanya dioperasikan pada bagian kurva magnetisasi
yang linier.
Faktor kejenuhan dapat juga dipergunakan untuk memperkirakan luas penampan-e
inti suatu trafo arus:
F'" l2nz" )
A =Ci '" (cm-) 1.26
N-
Dalam hal ini: A.I = Luas penampang inti trafo arus
C.I = Konstanta yang bergantung kepada bahan inti (untuk baja cold
rolled oriented nilainya adalah 25)
F, = Faktor kejenuhan nominal
I^zil = Arus nominal sekunder
Z, = Impedansi burden nominal
N2 = Jumlah belitan sekunder
besar atau sama dengan arus hubung singkat tertinggi yang diperkirakan akan mengalir
pada kumparan primer trafo arus. atau tidak boleh kurang daripada kapasitas pemutusan
arus pemutus daya yang bekerja sama dengan trafo arus tersebut. Arus termal waktu
singkat dapat juga dihitung dengan rumus di bar.vah ini.
Dalam hal ini, s,,. adalah tingkat daya hubung singkat sistem jika hubung singkat
terjadi di titik instalasi trafo arus; dan v adalah tegangan fasa-ke-fasa sistem.
Jika arus termal waktu singkat dinyatakan dalam sembarang waktu /,, maka arus
termal waktu singkat dihitung dengan rumus di bar,vah ini.
T,,
Irr.(= 7.28
fl
Perbandingan arus termal waktu singkat dengan arus nominal primer (1,,,) disebut
faktor termal waktu singkat, atau:
I
Faktor Termal Waktu Singkat (FTWS) = II
T 1.29
GAMBAR 7.7
Jenis trafo arus dilihat dari konstruksi kumparan primer
130 Peralatan Tegangan Tinggi
dialiri arus hubung singkat sistem. Tetapi, trafo arus jenis konduktor tunggal dengan
arus nominal primer rendah memiliki ketelitian yang rendah. Hanya pada arus primer
nominal > 1000 A diperoleh ketelitian yang lebih tinggi. Ketelitian trafo arus jenis
konduktor tunggal dapat juga ditinggikan dengan menambah luas penampang intinya
(memperbesar A pada Persamaan 7.18). Akibatnya, dibutuhkan volume isolasi yang
semakin besar, sehingga biayanya menjadi lebih tinggi.
GAMBAR 7.8
?:ro<aian kumparan primer untuk memperoleh rasio ganda
Bab 7 Trafo Arus 131
GAMBAR 7.9
Trafo arus inti ganda
't32 Peralatan Tegangan T rnggi
TABEL 7.4
Kelas Ketelitian Trafo Arus Pada 100% Arus Nominal
0.2 +O) +10 Untuk laboratorium, pengujian meter berketelitian tinggi dan
sebagai sub-standar pada pengujian trafo arus (C0 industri
0"5 +O5 +30 Untuk alat ukur industri berketelitian tinggi, komersial dan industri
1.0 +1,0 +60 Untuk meter komersial dan meter yang dipakai pada industri
Kelas trafo arus ini dinyatakan dengan tanda "nP", dalam hal ini n menunjukkan
kelas ketelitian dan P menunjukkan trafo arus adalah untuk keperluan proteksi. Batas
ketelitian trafo arus yang digunakan untuk proteksi diperlihatkan pada Tabel 7.5.
TABEL 7.5
Batas Ketelitian Trafo Arus Proteksi
t0P +3,0 10
l5P +5,0 15
Kelas ketelitian trafo arus untuk berbagai relai proteksi diperlihatkan pada Tabel 7.6.
TABEL 7.6
Kelas Ketelitian Trafo Arus Untuk Berbagai Relai Proteksi
No Penggunaan Kelas
Relai arus lebih reaksi cepat(Instantaneous l5P
overcurrent relay) Faktor batas ketelitian (FBn =5
2 Relai arus lebih, karakteristik arus terbalik dan l0P
waktu tunda minimum tertentu (Inverse and
definite minimum time lag)
J Relai arus tanah karakteristik arus terbalik dan lOP atau l5P di mana
waktu tunda minimum tertentu (Inverse and S, x FBK= 150
definite minimum time lag earth fault relq-) S, = Daya keluaran nominal
yang tidak membutuhkan stabilitas ketika terjadi Setting arus relai ) 2OVo
gangguan fasa-ke-fasa dan peningkatan waktu Burden relai pada setting arus
yang teliti nominal < 4 VA
4 Relai arus tanah yang membutuhkan kestabilan 5P
ketika terjadi gangguan fasa-ke-fasa dan S, x FBK= 150
pertambahan waktu yang teliti
Inti Tertutup
I"
GAMBAR 7.10
Fluks remanensi inti tertutup dan inti bersela udara
134 ' :' z a'.a' -eEargan f inggi
Keterangan:
i = Kumparan primer
2 = Kumparan sekunder
3 = Inti
(.a)
GAMBAR 7.11
Trafo arus jenis pendukung dan jenis bushing
Bab 7 Trafo Arus 135
Keterangan:
I = Kumparan primer
2 = Kumparan sekunder
3 = Inti
I
2
GAMBAR 7.12
Trafo arus tegangan trnggi
Keterangan:
1. Konduktor internal sebagai
kumparan primer
2. Inti berbentuk cincin
3. Kumparan sekunder
4. Elektroda pelindung
5. Tabung luar
6. Kontak terminal sekunder
1. Tutup penyekat gas
GAMBAR 7.13
Trafo arus pada rel daya gardu isolasi SF6
tegangan uji impuls petir. Trafo arus yang akan dipasang pada sistem tegang?r Z .r r
kV harus memiliki spesifikasi tegangan uji frekuensi daya pada kondisi kerin-s: lc!a:._i:l
uji impuls petir; dan tegangan uji impuls hubung-buka pada kondisi basah. \t::.,:-'
IEC 61869-1, tingkat isolasi trafo arus adalah seperti diperlihatkan pada Tate. - -
Kekuatan dielektrik isolasi trafo arus berkurang jika ditempatkan pa,1. . .,..
yang ketinggiannya lebih dari 1000 m di atas permukaan laut. Oleh karena iI-. t -ir.:'
isolasi trafo arus harus disesuaikan dengan lokasi penempatannya. \aitu -irj :.----
faktor koreksi ketinggian (kr) dikalikan dengan tingkat isolasi pada kea.:.::. :':-;'
r35 =='a arao Tegangan i rnggi
(= 1000 m). Menurut IEC 61869-1, fakror koreksi ketinggian dapar dihirung dengan
rumus berikut:
zx(I/-1000)
kr=e a* 7.31
Dalam hal ini, 11 = tinggi lokasi di atas permukaan laut (meter); ru I untuk tegangan
=
uji frekuensi daya dan tegangan uji impuls petir; dan m = o,j5 untuk tegangan uji
impuls hubung-buka.
TABEL 7.7
lrngkat lsolasi Trafo Arus
Catatan: Pengujian di ketinggian < 1000 m di atas permukaan laut. Titik netrol tlibumikan
GAMBAR 7,14
Kurva magnetisasi dan tegangan lutut
belitan sekunder (E.,,) 1an-s ditetapkan berdasarkan IEC 600-1-1-6. Oleh karena itu.
secara pendekatan. E.^ dapat ditetapkan sama dengan 0.88.,,.
Gaya gerak listrik nominal belitan sekunder (E.,,) sama atau lebih besar daripada
gaya gerak listrik maksimum pada belitan sekunder (Ez*rr.,). Gaya gerak listrik E-,n,o*.
dihitung dengan Persamaan 7.5, dengan menggantikan 1, sama dengan arus ter-tinggi
yang mungkin terjadi pada belitan sekunder. Arus sekunder tertinggi terjadi ketika
belitan primer dialiri arus hubung singkat tertinggi. Dengan demikian, tegangan lutut
dapat ditetapkan seperti persamaan di barvah ini:
Berikut ini diberikan dua contoh perhitungan tegangan lutut, yaitu tegangan lutut
trafo arus yang digunakan untuk relai diferensial dan relai jarak.
Terlihat bahwa untuk daya nominal yang tetap, faktor kejenuhan dapat diperkecil
dengan memperkecil arus nominal sekunder atau memperkecil tegangan lutut. Tegangan
lutut dapat diperkecil dengan memperbesar ukuran kabel penghubung. Cara yurg dipitil,
adalah cara yang memberi pengurangan biaya terbesar.
Inti trafo arus tidak mengalami kejenuhan ketika belitan primer dialiri arus hubung
singkat tertinggi.
Untuk meyakinkan bahr.va waktu kerja relai tidak begitu terpengaruh oleh efek
kejenuhan yang disebabkan adanya komponen dc pada arus transien, maka tegangan
lutut trafo arus harus memenuhi persamaan di bawah ini:
Burden
Burden ditentukan berdasarkan pertimbangan beban (meter atau relai ,. :-
kabel penghubung trafo arus dengan beban.
140 Peralatan Tegangan 1 rnggi
Arus Eksitasi
Adalah nilai efektif arus sekunder bila belitan sekunder diberi tegangan sinusoidal
frekuensi nominal, sedangkan terminal primer dibiarkan terbuka.
Arus termal kontinu
Adalah arus kontinu tertinggi yang menimbulkan temperatur trafo arus sama dengan
temperatur yang diizinkan. Jika nilai nominal arus termal kontinu tidak diberikan,
nilainya dapat ditetapkan sama dengan arus nominal primer. Ada kalanya diberi
faktor pengali untuk menyatakan kemampuannya memikul arus termal kontinu
di atas nominalnya, misalnya 1,2 kali arus nominal. Ketelitian harus tetap (tidak
boleh berubah) ketika arus kontinu di atas arus nominal.
Arus termal waktu singkat
Adalah arus tertinggi yang dapat mengalir pada belitan primer selama satu sekon
tanpa menimbulkan kerusakan pada komponen trafo ams, maupun menimbulkan
perubahan karakteristik trafo arus. Nilainya ditentukan dengan menghitung arus
hubung singkat terbesar yang melewati kumparan primer trafo arus. Nilai standar
arus termal waktu singkat (rms) adalah: 6,3; 8; l0; 12,5; 16 20; 25 31,5: 40;
50;63;80; dan 100 kA.
Arus dinamis waktu singkat
Ditentukan dengan menghitung arus hubung singkat terbesar yang melewati
kumparan primer trafo arus. Untuk frekuensi sistem 50 Hz, arus dinamis waktu
singkat sama dengan 2,5 kali arus termal waktu singkat; sedangkan untuk frekuensi
sistem 60 Hz, arus dinamis waktu singkat sama dengan 2,6kali arus termal waktu
singkat.
Ketelitian
Ketelitian trafo arus bergantung kepada fungsinya. Ketelitian trafo arus untuk
keperluaan pengukuran lebih tinggi daripada ketelitian trafo arus untuk keperluan
proteksi.
Untuk meter den_ean inti yang terbuat dari besi, faktor batas ketelitian tidak perlu
tinggi. Untuk keamanan alat ukur, lebih disukai memakai trafo arus yang intinya
jenuh pada nilai arus sedikit di atas rentang arus kerja alat ukur. Untuk relai
diferensial diperlukan dua set trafo arus. Tiap set harus mempunyai karakteristik
yang sama. Faktor batas ketelitian untuk relai jarak, biasanya diambil 20, jarang di
barvah 10. Faktor batas ketelitian berhubungan dengan burden. Jika burden hanya
setengah daripada burden nominal, maka faktor batas ketelitian dapat menjadi dua
kali lipat.
Tegangan lutut
Tegangan lutut diperhitun-gkan bila trafo arus dipergunakan untuk relai proteksi.
Jumlah inti
Jumlah inti bergantung kepada jenis beban (meter dan relai) yang akan dilayani
trafo arus. Jika sistem proteksi terdiri dari proteksi primer dan proteksi cadangan.
maka dibutuhkan trafo arus dengan inti terpisah.
Tingkat isolasi
Tingkat isolasi trafo arus ditentukan menurut IEC 61869-1, seperti diperlihatkan
pada Tabel 7.7.
Uji Jenis
Uji jenis terdiri dari:
. penandaan terminal dan polaritas
142 Peralatan Tegangan lrnggi
. ketahanan tegangan tinggi ac frekuensi sistem pada kedua kumparan trafo arus
. tegangan lebih antar belitan
. pengukuran galat
. pengujian arus waktu singkat
. pengujian kenaikan temperatur
. pengujian tegangan tinggi impuls
. pengukuran ketelitian (khusus untuk trafo arus pengukuran)
. arus keamanan instrumen (khusus untuk trafo arus pengukuran)
. pengukuran galat rasio, sudut dan komposit (khusus untuk trafo proteksi)
Uji Rutin
Uji rutin meliputi:
. penandaan terminal dan polaritas
. ketahanan tegangan tinggi ac frekuensi sistem pada kedua kumparan trafo arus
. tegangan lebih antar belitan
. pengukuran galat rasio, sudut dan komposit (khusus untuk trafo proteksi)
. pengukuran ketelitian (khusus untuk trafo arus pengukuran)
Uji Tambahan
Uji tambahan untuk trafo arus proteksi reaktansi rendah adalah:
' tegangan lutut
. arus eksitasi
. tahanan kumparan sekunder; dan
. perbandingan belitan primer dengan sekunder
Khusus untuk trafo arus kelas 5P perlu diinformasikan hal-hal tersebut di bawah ini:
. arus nominal kumparan primer
. rasio belitan nominal (N,/Nr)
' tegangan lutut
. tahanan kumparan sekunder maksimal
. batas arus eksitasi
Bab 8
lsolator dan Bushing
ada instalasi tenaga listrik dan peralatan listrik dijumpai konduktor-konduktor yang
berbeda potensialnya, sehingga dibutuhkan isolator untuk mengisolir konduktor
dengan konduktor, maupun mengisolir konduktor dengan bagian peralatan yang
terhubung secara listrik dengan tanah. Dalam bab ini, akan dijelaskan fungsi, konstruksi.
jenis-jenis, sifat elektrik dan sifat mekanik isolator; pengaruh polutan terhadap unjuk
kerja isolator; distribusi tegangan pada isolator dan usaha untuk meratakan distribusi
tegangan tersebut; dan pengujian tegangan tinggi pada isolator.
GAMBAR 8.1
lsolator pada transmisi dan sakelar pemisah
GAMBAR 8.2
Bushing pada trafo dan pemutus daya
Kap
GAMBAR 8.3
Penampang isolator piring
Tidak memiliki lekukan yang runcing agar pada isolator tidak terjadi medan
elektrik yang tinggi.
a Permukaan isolator harus licin dan bebas dari partikel-partikel runcing.
a Untuk menghindari terjadinya peluahan sebagian, maka isolator tidak boleh
mengandung rongga udara.
a Tidak ada resiko meledak dan pecah.
Dimensi sirip dan jarak rambat diatur sedemikian sehingga isolator mudah
dibersihkan. Pembersihan dimaksud adalah pembersihan secara alami oleh hujan
atau pembersihan rutin. Kedua pembersihan tersebut adalah dalam rangka membuang
bahan polutan yang menempel pada permukaan isolator.
Jarak rambat isolator harus diperbesar, jika isolator dipasang pada kawasan yang
dihuni banyak burung.
Bahan perekat harus memiliki kekuatan adhesi yang tinggi.
GAMBAR 8.4
Profil dan parameter suatu isolator
146 De'a aian Tegangan lrnggi
Dalam hubungannya dengan tingkat bobot polusi, nilai PI'dianjurkan sebagai berikut
. PF lebih besar daripada 0,8 untuk tingkat polusi ringan dan sedang.
. PF lebih besar daripada 0,7 untuk tingkat polusi berat dan sangat berat.
Bab B Isolator dan Bushing 147
7----\
7------q
GAMBAR 8.5
Jenis-jenis isolator pendukung
traato
(a) Isolator Pin Pada Tiang tanpa Gaya (b) Isolator Pin pada Tiang Tarik
GAMBAR 8.6
Pemasangan isolator pin dan pin-post
148 Peralatan Tegangan Tinggi
()
n
;If:-\
fr-----
:l 1v\ Il
_-k+*,
tlJ!..-}U 11
,/
, L_---l /#1
--P\ *
** "8" -- *'
,/
Sela
Busur i
.,\ /41
._l
\
t r...
-*"j-a
-".--------,J
{l fs){1
jllt l-------!
F*""e-"""qa
1t
il
ll -------"rr*- ll
*"*:='"ru-,:,.4H
@
(a) Piring (D) Isolator Batang (c) Isolator Rantai
GAMBAR 8.7
Bentuk-bentuk isolator gantung
Isolatorjenis post digunakan untuk pasangan dalam, antara lain sebagai penyangga
rel daya pada panel tegangan menengah. Isolator jenis post tidak bersirip seperti halnya
jenis pin-post, karena isolator ini dirancang untuk pasangan dalam.
Dilihat dari bentuknya, isolator gantung terdiri dari dua jenis, yaitu isolator piring
(Gambar 8.la) dan isolator batang tonggak (Gambar 8.7b).
Untuk transmisi tegangan tinggi, isolator piring dirangkai berbentuk rantai, seperti
diperlihatkan pada Gambar 8.1c. Tegangan lebih pada jaringan dapat menimbulkan
peristiwa lewat denyar, yaitu terjadinya busur api yang merambat melalui permukaan
isolator. Oleh karena itu, isolator rantai dilengkapi dengan tanduk busw (arcing horn)
agar busur api akibat peristiwa lewat denyar tidak merambat melalui permukaan isolator.
Isolator piring digunakan juga untuk jaringan hantaran udara tegangan menengah.
Pada jaringan tegangan menengah isolator piring digunakan pada tiang akhir dan tiang
sambungan seperti diperlihatkan pada Gambar 8.8.
(a) Isolator Piring Pada Tiang Penyambung (r) Isolator Piring Pada Tiang Akhir
GAMBAR 8.8
Rangkaian lengkap trafo tegangan kapasitil
Bab B lsolator dan Bushing 149
Porselen
Bahan dielektrik untuk isolator umumnya adalah porselen, karena kekuatan dielektriknya
tinggi dan tidak dipengaruhi oleh kondisi udara di sekitarnya. Pada Gambar 8.9 ditunjuk-
kan isolator yang terbuat dari bahan porselen.
Sampel uji porselen lang tebalnl'a 1.5 mm, dalam medan elektrik seragam,
mempunyai kekuatan elektrik sebesar 22 - 28 kV,,,,,/mm. Jika tebal porselen bertambah
maka kekuatan elektriknya berkurang. karena medan elektrik di dalam isolator semakin
tidak seragam. Bila tebal bertambah dari 10 mm hingga 30 mm, kekuatan elektrik
berkurang dari 80 kV,.,,,./mm menjadi 55 kV,,,,./mm. Kekuatan dielektrik porselen pada
tegangan impuls. 50 - 70% lebih tinggi daripada kekuatan dielektrik frekuensi daya.
Kekuatan mekanik porselen bergantung kepada cara pembuatannya. Porselen sangat
baik jika bekerja memikul beban tekan, tetapi sifat mekanisnya memburuk jika memikul
beban tekuk dan semakin memburuk jika memikul beban tarik. Kekuatan mekanis
porselen standar berdiameter 2 - 3 cm adalah 45.000 kg/cm2 untuk beban tekan; 700 kg/
cm2 untuk beban tekuk; dan 300 kg/cm2 untuk beban tarik. Kekuatan mekanik porselen
suatu isolator bergantung pada: konstruksijepitan, cara menghubungkan porselen dengan
jepitan, dan luas penampang porselen. Kekuatan mekanik porselen berkurang dengan
penambahan luas penampang porselen dan pengurangan itu lebih besar pada kekuatan
mekanik beban tarik dan beban tekuk.
Gelas
Dewasa ini, gelas semakin banyak digunakan sebagai bahan dielektrik isolator. Pada
Gambar 8.10 diperlihatkan isolator piring dan isolator pin yang terbuat dari gelas.
GAMBAR 8.9
lsolator dari bahan porselen
150 Peralatan Tegangan T rnggi
(a) Isolator pin bahan gelas (D) Isolator Pidng bahan gelas
GAMBAR 8.10
lsolator gelas
Isolator gelas lebih murah daripada porselen, sedangkan karakteristik elektrik dan
karakteristik mekanisnya tidak jauh berbeda dengan porselen. Karakteristik elektrik
dan mekanik gelas bergantung pada komposisi kimiawi dari gelas, khususnya pada
kandungan alkali yang terdapat dalam gelas. Adanya larutan alkali dalam komposisi
gelas akan menambah sifat higroskopis permukaan isolator sehingga konduktivitas
permukaan isolator semakin besar. Akibatnya, sifat elektrik isolator gelas alkali tinggi
lebih buruk daripada gelas alkali rendah, juga lebih buruk daripada porselen. Kekuatan
elektrik gelas alkali tinggi adalah 17,9 kY,,,,.lmm dan gelas alkali rendah adalah 48
kV,,,,/mm, yakni dua kali lebih tinggi daripada kekuatan elektrik porselen.
Jika isolator gelas alkali tinggi memikul tegangan tinggi searah, arus bocor pada
isolator tersebut dapat menimbulkan penguraian kimiawi pada gelas. Oleh karena
itu, isolator gelas alkali tinggi tidak digunakan untuk instalasi tegangan searah. Pada
tegangan bolak-balik, penguraian kimiawi karena arus bocor secara praktis tidak terjadi,
sehingga penuaan isolator akibat arus bocor berlangsung lebih lambat.
Dilihat dari proses pembuatannya, isolator gelas terdiri dari dua jenis, yaitu gelas
yang dikuatkan (annealed g/rzss) dan gelas yang dikeraskan (hardened glass). Kekuatan
mekanik sampel uji gelas yang dikuatkan lebih besar daripada porselen, karena regangan
mekanik internal pada gelas mudah dihilangkan pada saat proses penguatan. Pada
porselen, regangan internal secara praktis tetap ada. Hal ini akan mengurangi kekuatan
mekanis porselen. Gelas alkali tinggi memiliki koefisien pemuaian yang tinggi, sehingga
isolator gelas mudah pecah. Peristiwa ini sangat mungkin terjadi jika isolator gelas
dioperasikan pada suatu lokasi yang temperaturnya berubah-ubah dengan tajam. Hal
ini membuat gelas alkali tinggi dibatasi pemakaiannya hanya untuk instalasi pasangan
dalam, tidak untuk instalasi yang mengalami perubahan temperatur yang tajam. Isolator
untuk instalasi pasangan luar terbuat dari gelas alkali rendah yang dikuatkan.
Gelas alkali tinggi digunakan hanya jika isolator akan dikeraskan. Pengerasan
isolator gelas alkali tinggi bertujuan untuk memperoleh isolator yang memiliki kekuatan
rnekanik yang tinggi. Pengerasan dilakukan dengan memanaskan isolator gelas alkali
tinggi sampai mencapai temperatur 650 'C. Setelah itu, udara dingin ditiupkan ke dalam
gelas. Selama peniupan udara berlangsung, gelas mengalami pendinginan, sehingga
lapisan luar gelas menjadi keras, sedangkan bagian dalam gelas mengalami penyusutan.
Proses ini bertujuan untuk membuat lapisan luar gelas memiliki kekuatan tarik dan
bagian dalam gelas memiliki kekuatan tekan, sehingga jika suatu beban tarik dikenakan
pada sebuah isolator gelas yang dikeraskan, maka kerusakan mulai terjadi jika gaya
tarik pada lapisan luar melebihi kekuatan tarik gelas. Dengan demikian isolator gelas
yang dikeraskan lebih baik daripada isolator gelas yang dikuatkan.
Bab 8 lsolator dan Busl- -: ra.
Isolator gelas alkali rendah yang dikeraskan dapat menahan beban dinan:.- -. - .
baik, sehingga masih layak dipakai sekalipun pernah jatuh dari tempat tin-eg . . - -
ongkos pembuatannya tinggi, karena pemanasan harus berlangsung sampai ten'.:,--.
gelas mencapai 780 'C. Isolator ini hanya digunakan jika dibutuhkan kekuatan n-.:. - '
yang tinggi dan stabil pada setiap perubahan temperatur.
Bahan Komposit
Isolator porselen dan gelas memiliki karakteristik elektrik yang baik, tetapi menr. .
kelemahan, yaitu: massanya berat; mudah pecah; dan kemampuannya menahan tegani.'
berkurang karena polutan yang mudah menempel pada permukaannya. Untuk mengatr-.
kelemahan tersebut dikembangkan jenis isolator komposit. Bahan komposit tertLr.
untuk isolator adalah kertas. Tetapi, akhir-akhir ini yang paling diminati dan teru.
dikembangkan adalah karet silikon (silicon rubber).
Isolator komposit kertas digunakan untuk isolator hantaran udara jenis post, marrtel
peralatan uji tegangan tinggi dan bushing. Isolator komposit ini dibuat dari bahan kertas
yang dikeringkan melalui pemanasan. Pada temperatur tinggi, kertas dilapisi dengan
pernis, kemudian digulung membentuk tabung. Selanjutnya, tabung tersebut diarvetkan
melalui proses pemanasan sehingga tabung menjadi kokoh, permukaannl'a berkilat, dan
tidak menjadi lembut jika mengalami pemanasan ulang. Akhirnya permukaan isolator
kertas dipernis lagi. Isolator kertas yang diproses seperti ini menghasilkan isolator yang
kekuatan elektrik dan kekuatan mekanik yang cukup tinggi.
Struktur suatu isolator komposit diperlihatkan pada Gambar 8.11. Bagian utama
suatu isolator komposit adalah: inti berbentuk batang (rod) yang terbuat dari bahan
komposit, sarung yang terbuat dari bahan komposit, fiting yang terbuat dari bahan
logam dan bahan antar-muka (interface).
Inti berfungsi memikul beban mekanis isolator; dan terbuat dari fber-reinfurced
plastic (,ERP), yaitu komposit gelas dengan resin epoksi. Sarung merupakan komponen
yang menentukan sifat elektrik isolator komposit. Ada beberapa bahan r ang dapat
digunakan untuk sarung isolator, antara lain: ethylene propylene rubber (EPRt. erhtlene
prop_,-lene diene methl-lene (EPDM, polytetroJluoro ethylene efFD dan karet silikon
(silicone rtbber, SR). Bahan yang dapat digunakan untuk fltting, antara lain: baja
tempaan, besi lunak (malleable c:ast iron'), aluminum, besi tuang grafit, dan lain-lain.
Antar-muka berfungsi sebagai medium antara sarung dengan inti; dan seba-eai medium
antara sarung dengan fitting. Antar-muka terbuat dari bahan polymer, resin hidrolisis
atau metal stable silicon.
Isolator komposit memiliki keunggulan dibandingkan dengan isolator porselen
maupun isolator gelas, karena isolator komposit memiliki sifat sebagai berikut:
ffi
Sarung
Fitting Fitting
;ii.'
%ffi
Inti berbentuk tabung (rod)
GAMBAR 8.11
lsolator komposit
152 Peralatan Tegangan T rnggi
l. Ringan, karena rapat massanya lebih rendah daripada isolator porselen atau gelas.
2. Pembuatannya lebih mudah.
3. Tidak ada rongga udara, sehingga tidak terjadi peluahan sebagian di dalam bahan
isolator komposit.
4. Untuk memperoleh jarak rambat yang panjang, sarung dibuat berbentuk sederetan
sirip tipis, sehingga bentuk isolator lebih sederhana.
5. Tekanan karena angin terhadap isolator lebih rendah, karena sirip-siripnya tipis.
6. Karena bentuknya yang sederhana dan bobotnya ringan, maka mudah membawa
dan memasangnya.
1. Permukaan sarung memiliki sifat menolak air (hydrophobic), sehingga polutan
yang terbawa air tidak menempel permukaan sarung.
8. Karena polutan tidak menempel pada permukaan isolator, maka tegangan lewat
denyarnya tidak menurun karena polusi. Dengan kata lain, isolator komposit cocok
dipasang pada daerah yang bobot polusinya berat.
9. Jika tingkat ketahanan tegangannya hendak dinaikkan, cukup mengganti sarungnya
dengan sarung yang jarak rambatnya lebih panjang.
Dari beberapa jenis sarung komposit yang sudah disebutkan terdahulu, sarung karet
silikon lebih disukai, karena memiliki beberapa keunggulan sebagai berikut:
l. Sifat hydrophobicnya lebih baik daripada bahan komposit yang lainnya.
2. Karena sifat hydrophobicnya yang baik, maka polutan tidak menempel pada
permukaan isolator, sehingga isolator tidak membutuhkan pembersihan rutin.
3. Karena polutan tidak menempel pada permukaan isolator, maka arus bocor yang
melalui permukaan isolator karet silikon lebih rendah, sehingga tegangan lewat
denyarnya lebih tinggi.
4. Kekuatan mekanisnya lebih tinggi daripada bahan komposit lainnya.
5. Sifatnya tidak berubah karena perubahan cuaca.
6. Lebih tahan terhadap korona, radiasi ultraviolet dan panas.
TABEL 8.1
Spesifikasi Suatu lsolator Komposit
Bobot kg r6
yang disebut peristiwa lewat-denyar (fiashover) dan tembus listrik pada isolator yang
menyebabkan isolator pecah. Kegagalan suatu isolator dapat terjadi karena bahan
dielektrik isolator tembus listrlk (breakdown) atas karena terjadinya lewat denyar udara
pada permukaan isolator. Dalam kasus yang pertama, karakteristik listrik tidak dapat
pulih seperti semula dan sebagian dari isolator mengalami kerusakan mekanis sehingga
tidak dapat digunakan lagi dan harus diganti. Pada peristiwa lewat denyar, terjadr
busur api yang menimbulkan pemanasan pada permukaan isolator dan menimbulkan
hubung singkat fasa-ke-tanah. Jika relai proteksi bekerja, tegangan pada isolator menjadi
nol, akibatnya busur api padam. Dengan demikian, isolator tidak sempat men-salami
pemanasan yang lama sehingga terhindar dari kerusakan.
Semua isolator dirancang sedemikian hingga tegangan tembusnya jauh lebth
tinggi daripada tegangan lewat denyarnya. Dengan demikian, dasar pemilihan kekuatan
dielektrik suatu isolator adalah tegangan lewat denyarnya. Kekuatan dielektrik sur:::
isolator dan nilai tegangan tertinggi isoiator yang tidak menimbulkan leu'at denr ":.
dapat diperkirakan dari tiga karakteristik dasar isolator, yaitu: tegangan leu'at den'..:
bolak-balik pada keadaan kering; tegangan lewat denyar bolak-balik pada keuc:::-.
basah; dan karakteristik tegangan-waktu impuls standar.
Tegangan lewat denyar bolak-balik digunakan untuk memperkirakan kek-.:.:-
elektrik isolator jika memikul tegangan lebih internal, sedangkan karakteristik ii!;rl:r-
waktu digunakan untuk memperkirakan kekuatan elektrik isolator jika memikul i.:..:'.j::
lebih impuls petir.
Tegangan lewat denyar bolak-balik pada kondisi kering adalah karakter:.::. -:,:-."
isolator yang dipasang pada ruangan tertutup. Tegangan lervat denyar ditent"i":. :,J.
keadaan permukaan isolator kering dan bersih. Tegangan lewat denlar dinr:rs:: :.-:
keadaan udara standar, yaitu ketika temperatur udara 20 'C dan tekanen ::,.:i -tsr'
mmHg. Tegangan lewat denyar kering pada sembarang temperatur dan lei::.": *J-::.
ditentukan dengan persamaan di bawah ini:
154 Peralatan Tegangan Tinggi
V=6V 8.3
Dalam hal ini, v adalah tegangan lewat denyar isolator pada sembarang keadaan
udara; v adalah tegangan lewat denyar isolator pada keadaan standar; dan d adalah
faktor koreksi udara. Jikar! adalah temperatur udara ("C) dan b adalah tekanan udara
(mmHg), maka faktor koreksi udara adalah:
0.386
d* ' 8.4
273 + {t
Jika kelembaban udara makin tinggi, maka tegangan lewat denyar bolak-balik
isolator makin tinggi. Jika V adalah tegangan lewat denyar isolator pada keadaan udara
standar dan kelembaban 1l g/m3, maka tegangan lewat denyar isolator pada sembarang
temperatur, tekanan dan kelembaban udara dapat ditentukan sebagai berikut:
v =0v' 8'5
kut
Dalam hal ini, k,, adalah faktor koreksi yang bergantung kepada kelembaban udara.
Kurva yang menyatakan hubungan ko dengan kelembaban diperoleh secara empiris dan
hasilnya adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 8.12.
Tegangan lewat denyar bolak-balik basah suatu isolator sangat penting diketahui
jika isolator itu akan dipasang di ruang terbuka. Tegangan ler,vat denyar bolak-balik
basah suatu isolator merupakan gambaran kekuatan dielektrik isolator tersebut ketika
basah karena air hujan. Sifat air hujan yang membasahi suatu isolator dicirikan atas tiga
hal, yaitu intensitas, arah dan konduktivitas air yang membasahi isolator tersebut. Oleh
karena itu, dalam pengujian tegangan lewat denyar bolak-balik basah suatu isolator,
air yang membasahi isolator perlu distandarisasi. Menurut IEC, persyaratan air yang
membasahi isolator ketika pengujian adalah sebagai berikut:
. Intensitas penyiraman 3 mm/menit
. Resistivitas air (p) = 10.000 ohm ' cm
. Arah penyiraman air membentuk sudut 45o dengan sumbu tegak isolator
Tegangan lewat denyar bolak-balik basah suatu isolator juga bergantung kepada
kondisi udara, tetapi berdasarkan pengalaman, yang lebih berpengaruh adalah tekanan
udara, sedangkan temperatur tidak begitu berpengaruh. Jika lewat denyar terjadi pada
suatu isolator yang basah, maka peluahan melintasi air dan celah udara pada pada
permukaan isolator. Oleh karena itu, kenaikan tegangan lewat denyar bolak-balik basah
akibat kenaikan tekanan udara tidak sama pada setiap jenis konstruksi isolator. Jika
celah udara yang dilalui peluahan lebih panjang, maka pengaruh tekanan udara terhadap
tegangan lewat denyar basah semakin besar. Umumnya, setengah daripada lintasan
peluahan merupakan celah udara. Dengan anggapan ini, tegangan lervat denyar basah
pada sembarang tekanan udara dapat ditentukan sebagai berikut;
b\
v=0,5 f (r * 160 ) 8.6
-l
Dalam hal ini, v adalah tegangan lewat denyar basah pada tekanan udara standar.
Karakteristik tegangan-waktu ditentukan hanya pada keadaan kering dan permukaan
bersih, karena penurunan kekuatan elektrik isolator akibat air dapat diabaikan, hanya
sekitar 2 - 3ok. Karakteristik tegangan-waktu diperoleh melalui pengujian isolator dengan
tegangan impuls standar baik polaritas positif maupun polaritas negatif. Menurut IEC,
Bab B lsolator dan Bushing 155
1.22
Impuls Penuh
A
N
Jenis Peralatan + +
t.20 C 1,5 1,5
.L
l,l8 \ 40 40 5
\ Sela Batang B C D F
B
D F
\ \ Isolator Suspensi B C
\ \ Isolator Post A D E
I,I2
C Isolator Peralatan B D E
1,10
\\
Bushing B C D
t,08
\ \\\
1,06
\ \\ \
O
r\ \ is
1,04
v
o
c \
t,02
d
\ \
E
1,00 \
N \-
0,98
\N s
\ s\
0,96
F
0,94
nq, \ \ E
\
0,90
0,88
B
0,86
A
0.84
810t2141618202224
Kelembaban Mutlak Udara (g/cm3)
GAMBAR 8,12
Faktor koreksi kelembaban udara
waktu muka dan waktu ekor tegangan impuls standar adalah 1,2 x 50 pr,s. Tegangan
lewat denyar impuls pada sembarang temperatur dan tekanan udara dihitung dengan
Persamaan 8.3. Perlu diperhatikan bahwa faktor koreksi kelembaban k,,pada Gambar 8.7
berlaku untuk tegangan impuls terpotong pada waktu lebih daripada l0 mikrosekon. Jika
tegangan impuls terpotong di bawah 10 mikrosekon, koreksi dapat dikurangi sebanding
dengan waktu pemotongan tegangan impuls. Sebagai contoh, menurut Gambar 8.7. k,,
= 1,06 jika tegangan impuls terpotong lebih daripada 10 mikrosekon. Dalam hal ini,
penambahan faktor koreksi adalah sebesar 0,06. Seandainya tegangan impuls terpotong
155 Peralatan Tegangan Tinggi
8 mikrosekon, maka penambahan faktor koreksi adalah 0,06 x 8/10 = 0,048; dengan
demikian faktor koreksi menjadi ft,, = 1,048.
Pengujian impuls dilakukan dengan tegangan impuls standar penuh dan impuls
terpotong 2 mikrosekon. Isolator harus mampu memikul tiga kali tegangan impuls
standar penuh dan setelah itu harus mampu memikul tiga kali tegangan impuls standar
terpotong.
Karakteristik mekanis suatu isolator ditandai dengan kekuatan mekanisnya, yaitu beban
mekanis terendah yang mengakibatkan isolator tersebut rusak. Kekuatan mekanis
ditentukan dengan membebani isolator dengan beban yang bertambah secara bertahap
hingga isolator rusak. Kekuatan mekanis suatu isolator dinyatakan dalam tiga jenis
pembebanan, yaitu kekuatan mekanis tarik, kekuatan mekanis tekan dan kekuatan
mekanis tekuk.
Sebelum menetapkan kekuatan mekanis suatu isolator konstruksi tertentu, perlu
diketahui lebih dahulu beban mekanis yang akan dipikulnya di lapangan. Jika isolator
akan digunakan pada jaringan hantaran udara, maka isolator harus mampu memikul
berat konduktor dan beban tarik. Berat konduktor bergantung kepada luas penampang
konduktor, jenis bahannya, jarak gawang dan ada-tidaknya beban lain pada konduktor.
Tegangan mekanis karena beban tarik bergantung pada luas penampang konduktor, jarak
gawang, temperatur dan kecepatan angin. Bila jaringan hantaran udara menggunakan
isolator jenis pin, maka semua beban di atas umumnya akan menimbulkan beban tekuk
pada isolator. Bila jaringan hantaran udara menggunakan isolator gantung, maka semua
beban di atas akan menimbulkan regangan.
Isolator post biasanya digunakan untuk panel pembagi daya. Beban utama yang
dipikulnya adalah berupa gaya tekuk akibat gaya mekanik antar konduktor, baik pada
kondisi operasi nomal maupun ketika konduktor dialiri arus hubung singkat.
Dalam pengujian kekuatan mekanis suatu isolator, kerusakan tidak selamanya
terlihat, khusus pada pengujian isolator gantung, karena kerusakan dapat terjadi di
dalam jepitan logam sehingga terlindung dari pandangan mata. Oleh karena itu, untuk
isolator gantung, pengujian kekuatan mekanis dilakukan sambil memberi tegangan
listrik pada isolator sebesar '70 - 807a tegangan lewat denyar bolak balik kering. Beban
mekanis terendah yang menyebabkan isolator tembus listrik dinyatakan sebagai kekuatan
mekanisnya. Tembus listrik ditandai dengan telputusnya hubungan listrik pada trafo uji
yang digunakan untuk mencatu tegangan pada isolator.
Karakteristik mekanis utama dari suatu isolator gantung adalah kekuatan mekanis
satu jam, dan biasanya karakteristik ini dicantumkan pada permukaan setiap isolator
gantung. Karakteristik ini ditentukan dengan membebani isolator secara bersamaan
dengan beban mekanis sebesar 757c kekuatan mekanis dan beban elektrik sebesar
15 - 80Vo tegangan lervat denyar bolak-balik kering. Isolator harus mampu memikul
beban tersebut selama satu jam tanpa menimbulkan kerusakan pada isolator. Dalam
praktik, beban tertinggi yang dapat dipikul isoiator ditetapkan sebesar satu setengah
kali kekuatan mekanis satu .jam.
Bab B lsolator dan i -
Logam
--..---> V*= IoR*
Lapisan kering
A
i Lapisan
Lapisan polutan I poluran
-->
ke titik b. Busur api akibat peluahan ini membuat lapisan polutan yang kering (.a - b)
terhubung singkat, akibatnya arus bocor semakin besar. Arus bocor ini akan memanaskan
lapisan polutan yang masih basah dan proses seperti di atas terulang lagi sehingga
terjadi peluahan dari titik & ke titik c. Akibatnya panjang busur api akibat peluahan
semakin bertambah, yaitu dari a ke c. Demikian seterusnya, secara berangsur-angsur
busur api semakin panjang, dan ketika busur api telah menghubungkan kedua jepitan
logam isolator (a - d), maka terjadilah peristiwa lewat-denyar pada isolator.
Oleh karena itu, dalam perencanaan isolator suatu jaringan, perlu adanya informasi
tentang tingkat bobot polusi di kawasan yang akan dilintasi jaringan tersebut. Informasi
ini merupakan pedoman bagi perencana untuk menentukan parameter isolator yang layak
digunakan pada kawasan tersebut. Sehubungan dengan hal ini, IEC telah menerbitkan
standar IEC 815 sebagai pedoman dalam pemilihan isolator di kawasan terpolusi.
Dengan standar ini, dapat dihitung jarak rambat isolator untuk suatu kawasan yang
telah diketahui tingkat bobot polusinya.
l,=JorxVxko 8.7
TABEL 8.2
Nilai Jarak Rambat Spesifik Untuk Berbagai Tingkat Bobot Polusi
Berat 25
Sansat Berat 31
Bab B lsolator dan Bushing 159
TABEL 8.3
Faktor Koreksi Diameter lsolator Menurut IEC 815
300<D <500
Menurut standar IEC 815, penentuan tingkat bobot polusi menurut metode (c) di
atas dapat dilakukan dengan salah satu cara di bawah ini;
Berikut ini akan dijelaskan prosedur pengukuran ESDD. Untuk melarutkan polutan
isolator, diambil air destilasi sebanyak 500 ml. Air pelarut ini ditempatkan dalam ruangan
pendingin hingga temperatur air mencapai 20 'C. Air diaduk agar temperaturnya merata.
Ketika temperatur air mencapai 20 "C, konduktivitas air diukur dengan alat pengukur
konduktivitas (conductivitymeter). Konduktivitas air pelarut disetarakan dengan larutan
garam NaCl dalam air murni. Kesetaraannya ditentukan dengan mencari konsentrasi
garam dalam larutan air murni yang konduktivitasnya sama dengan konduktivitas air
pelarut (D,). Konsentrasi garam dalam suatu larutan air murni pada temperatur 20 oC,
dapat dihitung dengan persamaan di bawah ini:
Dalam hal ini, D adalah konsentrasi garam (kg/m3) dan 0ro adalah konduktivitas larutan
pada temperatur 20 "C (S/m). Selanjutnya polutan yang menempel pada isolator dilarutkan
dalam air pelarut. Pekerjaan ini harus dilakukan dengan hati-hati, agar polutan dari luar
isolator tidak ikut terlarut dalam air. Larutan ditempatkan dalam ruangan pendingin
hingga temperaturnya mencapai 20 'C. Ketika temperatur larutan polutan mencapai
20 "C, konduktivitas larutan diukur dengan conductivitymeter. Kemudian dihitung
160 Tegangan finggi
konsentrasi ekuivalen garam larutan polutan dengan Persamaan 8.8, dan dimisalkan
hasilnya adalah Dr. Jika luas permukaan isolator telah diketahui, maka ESDD dihitung
dengan rumus di bawah ini:
(D _D)
K=G " 8.9
-a
Dalam hal ini, K adalah ESDD (mg/cm'?); G adalah volume air destilasi dalam gelas
ukur (cm3); dan A adalah luas permukaan isolator (cm2). Hubungan antara ESDD dengan
bobot polusi diperlihatkan pada tabel di Lampiran 4.
Luas permukaan isolator bergantung kepada bentuk isolator. Pada Tabel 8.4
diperlihatkan luas permukaan tiga jenis isolator.
TABEL 8.4
Luas Permukaan lsolator
A=ZIR.H,
D.+D
A=rriLL
A=3 (2rrRrH,)
Logaml /E\
Diel e krri k
ti
.---l;------=: _t_ Kapasitor
I -opam -/
-ra /--]--\
J
(a) Isolator (b) Isolator Bersih
GAMBAR 8.14
Ekuivalen listrik suatu isolator piring
Berikut ini akan dijelaskan susunan kapasitansi dan pendekatan menghitun-e distribu\i
tegangan pada isolator rantai; dan cara-cara meratakan distribusi tegangan tersebur.
Kapasitansi lsolator
Pada Gambar 8.14a diperlihatkan suatu isolator piring. Isolator tersebut membenruk
suatu susunan "konduktor-dielektrik-konduktor". Oleh karena itu, suatu isolator dapat
dianggap merupakan suatu kapasitor (Gambar 8.14b). Jika pada permukaan isolator
ditemukan polutan yang membentuk suatu resistansi pada permukaan isolator, maka
isolator dianggap merupakan kapasitor yang paralel dengan suatu resistor (Gambar 8.14c).
Jika beberapa isolator piring dirangkai menjadi isolator rantai seperti diperlihatkan
pada Gambar 8.15, maka akan dijumpai tiga kelompok susunan "konduktor-dielektrik-
konduktor", masing-masing dibentuk oleh:
a. Kap isolator-dielektrik isolator-fitting. Susunan ini membentuk kapasitansi sendiri
isolator (C,).
b. Kap isolator-udara-menara. Susunan ini membentuk kapasitansi kap isolator dengan
menara yang dibumikan (Cr) yang disebut kapasitansi tegangan rendah.
c. Kap isolator-udara-konduktor transmisi. Susunan ini membentuk kapasitansi kap
isolator dengan konduktor tegangan tinggi. Kapasitansi ini disebut kapasitansi
tegangan tinggi (C.).
Konduktor
Transmisi
GAMBAR 8.15
Susunan "konduktor-dielektrik-konduktor" pada isolator rantai
162 Peralatan Tegangan llnggi
Konduktor
Transmisi
GAMBAR 8.16
Rangkaian ekuivalen isolator rantai empat piring pada kondisi bersih
Dengan demikian, pada kondisi isolator rantai bersih (pada permukaan isolator tidak
ada polutan), rangkaian ekuivalennya adalah seperti diperlihatkan pada Gambar 8.16.
Pada umumnya, nilai kapasitansi-kapasitansi di atas adalah:
. Kapasitansi isolator Cr = 50 - 70 pF
. Kapasitansi kap isolator dengan menara Cr. = 4 - 5 pF
. Kapasitansi kap dengan konduktor transmisi C, = 0,5 - I pF
l,,+i,,=irr*i,. 8.10
Jika tegangan pada suatu kapasitor C adalah V dan frekuensi tegangan tersebut adalah
I maka arus pada suatu kapasitor adalah i, = 2nfCV. Dengan demikian, Persamaan
8.10 dapat dituliskan sebagai berikut:
vt ,v,,-v,_ vt v2
v\ lvh - v) vl v2
8.12
ct
-+ cr =-+c, c1
-
Bab B soraio'ca. Busn ng
Menara
c1
rq
| ,,,
v
iC, ., I
2 V,,
<__
t"
tq
c2
GAMBAR 8.17
Rangkaian ekuivalen isolator rantai untuk perhitungan distribusi tegangan dengan Metode
Hukum Kirchhoff
_(V, + Vr),
V,, (V,,- Vt- V2l V,
q- ----r, - q -q 8.1.1
v rV -V -V--.....-V
(r-l) lD I / tn-t)
.)
Cr Cr
, Lr
Jika jumlah isolator piring adalah n, maka Hukum Kirchhoff akan memberikar.
1) persamaan. Di samping (" - l) persamaan itu masih ada satu persamaan tesii.:r:
yang diperoleh, yaitu:
v,,, = v, + v2 + v,+ """"""""""' + y,, \1
Sehingga ada n persamaan dengan n tegar,gan (If yang tidak diketahui Dengan
demikian, Vu V, V3, . . ......., V,n_,y dan V, dapat dihitung.
164 Peraiatan Tegangan 1 rnggi
.l
{
^1
I
V +dV
J
dC.
O* Konduktor
(rq
G
GAMBAR 8.18
Rangkaian ekuivalen elementer isolator rantai
dct = C,
h 8. 18
dv,=_,:,!_!,;
' jaC,- * 8.21
Karena di, << i,, maka di, dapat diabaikan, sehingga Persamaan 8.21 menjadi:
,r, --
u",-- 8.22
jrctd^
"
Jumlah arus pada titik X adalah:
di,=dir-di, 8.23
(FV di
I_
- jaC,Ldx \ -^
dx2
'l?V' -
d(i2 i3)
N=-jrDC,Ldx
Jika Persamaan 8.24 dan 8.25 disubstitusikan ke dalam Persamaan 8.27. didap.ii":
dV,_V^,Cr+C,, VC, r l.
d-r- tit q '-Fc,
Iika ,=1?
tr+c.
5 lv
X - unit isolator ke-n
I - Jumlah isolator piring (AI)
maka tegangan pada isolator ke-n dihitung dari titik yang dibumikan (menara) dapar
dirumuskan sebagai berikut:
C^
V,=Afsinh(a.n\+A ,trn ta (n - I.fll + B 8.10
-l ft
A_ v
8.-t
a2 sinh (a . N) 1
D7
CV
"- 6i*6' 8.32
Dalam hal ini: V adalah tegangan transmisi fasa ke netral n adalah nomor unit isolator:
dan N adalah jumlah unit isolator piring yang digunakan.
Menurut Persamaan 8.30, kurva distribusi tegangan pada isolator rantai adalah
seperti diperlihatkan pada Gambar 8.19. Terlihat, jika tegangan yang dipikul isolator
adalah tegangan bolak balik, maka distribusi tegangan pada setiap isolator tidak merata.
VIV
C. dan C, = 0.
GAMBAR 8.19
Distribusi tegangan pada isolator rantai
166 Peralatan Tegangan T rnggi
Jumlah isolator piring yang digunakan, kapasitansi Cr C2, dan C., mempengaruhi
tegangan yang dipikul setiap unit isolator. Makin banyak jumlah isolator yang digunakan,
maka tegangan yang dipikul setiap unit isolator makin kecil. Penambahan jumlah unit
isolator perlu dilakukan jika tegangan isolator yang terdekat ke kawat fasa lebih besar
daripada kekuatan dielektrik isolator tersebut.
Dalam pemilihan jenis isolator suatu transmisi perlu diketahui eflsiensi isolator
yang akan dipilih. Efisiensi suatu isolator dideflnisikan sebagai berikut:
Jika efisiensi suatu isolator semakin rendah, maka tegangan pada unit isolator yang
paling dekat dengan karvat fasa semakin besar. Kenaikan tegangan ini perlu diwaspadai
supaya jangan sampai lebih besar daripada kekuatan dielektrik isolator.
Jika kekuatan dielektrik isolator yang dipakai rendah, maka tegangan unit isolator yang
paling dekat ke kawat fasa harus diperkecil. Hal ini dapat dilakukan dengan menambah
jumlah isolator. Penambahan ini akan memperkecil efisiensi isolator. Dengan kata lain,
jika kekuatan dielektrik isolator piring yang dipakai rendah, maka efisiensi isolator
makin kecil.
Kurva distribusi tegangan yang ideal adalah linier (kurva l), yaitu jika kapasitansi
ke menara Crdan kapasitansi tegangan tinggi C, tidak ada. Jika hanya ada kapasitansi
ke menara, maka kurvanya menurun (kurva 2); dan jika hanya ada kapasitansi
tegangan tinggi, maka kurvanya naik (kurva 3). Jika kedua kapasitansi ini (C, dan
C,) diperhitungkan, maka kurva distribusi tegangan merupakan resultan kurva 2 dan
kurva 3 yang diperoleh dengan superposisi kedua kurva tersebut (kurva 4). Untuk
mendapatkannya, kurva 3 dikurangi sebesar AV, yaitu besar penyimpangan kurva 2 dari
kurva distribusi linier (kurva 1). Hal ini memperjelas bahwa distribusi tegangan semakin
Bab 8 lsolator dan Bushing 167
og
A
/\
---==-
I
Elektroda
i Perata
Konduktor
GAMBAR 8.20
Contoh bentuk-bentuk elektroda perata dan pemasangannya
linier akibat adanya kapasitansi tegangan tinggi. Dengan kata lain, efek kapasitansi ke
menara dapat dikompensasi dengan memperbesar nilai kapasitansi tegangan tinggi. Hal
ini dilakukan dengan membuat elektroda perata pada jepitan konduktor. Bentuk-bentuk
elektroda perata dan pemasangannya diperlihatkan pada Gambar 8.20.
Misalkan titik (1) pada Gambar 8.17 adalah unit ke-l dari N unit piring rang
membentuk suatu isolator rantai. Untuk nilai C, tertentu dan C, yang konstan, C,. harus
dibuat sedemikian besarnya sehingga tegangan pada tiap piring isolator sama. Tegan-ean
pada setiap isolator piring adalah Vr,= V,nlN. Jika syarat ini dipenuhi, maka seharusnya
1,, = i,, = /,:
= = 1rr,- rr = ir, dipenuhi.
Persamaan arus pada titik sambung tersebut adalah:
8.10 BUSH I NG
Pada peralatan-peralatan listrik, ditemukan konduktor bertegangan tinggi yang dilervatkan
menerobos badan suatu peralatan yang dibumikan, melalui suatu lubang terbuka yang
dibuat sekecil mungkin. Untuk itu, dibutuhkan suatu pengikat padu yang berfungsi
mengikat konduktor tersebut ke badan peralatan, dan mengisolir konduktor tersebut
dengan badan peralatan yang dibumikan. Pengikat padu ini disebut bushing.
168 Peralatan Tegangan linggi
Berikut ini akan dijelaskan tentang konstruksi suatu bushing, distribusi tegangan pada
isolator bushing dan cara-cara meratakan distribusi tegangan tersebut.
Konstruksi Bushing
Konstruksi suatu bushing sederhana diperlihatkan pada Gambar 8.21. Bagian utama
suatu bushing adalah inti atau konduktor, bahan dielektrik dan flens yang terbuat dari
logam. Fungsi inti adalah menyalurkan arus dari bagian dalam peralatan ke terminal
luar dan bekerja pada tegangan tinggi. Dengan bantuan flens isolator bushing diikatkan
pada badan peralatan yang dibumikan.
Bushing untuk tegangan AC sampai 30 kV dibuat dari bahan porselen atau damar
tuang. Untuk tegangan yang lebih tinggi, dielektrik yang lebih disukai adalah minyak
trafo; gulunganhardboard atau softpaper; dan kombinasi dielektrik cair dengan dielektrik
padat. Kemudian, bahan dielektrik tersebut dimasukkan ke dalam tabung porselen.
Gambar 8.21 memperlihatkan tekanan elektrik aksial E yang dapat menimbulkan
peluahan luncur pada permukaan dielektrik. Tekanan elektrik radial E,dapat menimbulkan
peluahan parsial pada rongga-rongga yang terdapat di antara flens dengan dielektrik
paling luar dan di antara inti dengan dielektrik bagian dalam. Untuk mencegah peluahan
ini, maka di antara dielektrik dengan flens diberi lapisan konduktif dengan teknik
penyemprotan; dan ujung lapisan yang terbentuk ditekuk untuk mengurangi efek medan
pinggir. Untuk mencegah peluahan parsial pada ruang-ruang udara terbuka yang terdapat
di antara inti dengan dielektrik, maka di antara inti dengan dielektrik dibuatjuga lapisan
konduktif atau diusahakan agar inti berpadu dengan dielektrik. Misalnya dengan memilih
dielektrik dari bahan damar tuang, sehingga inti melekat langsung dengan dielektriknya,
dengan demikian peluahan parsial pada ruang di antara inti dengan dielektrik dapat
dicegah. Masalah peluahan luncur dapat juga diatasi dengan mengurangi efek medan
pinggir, yaitu dengan menekuk ujung elektroda dan membuat elektroda melekat ke bahan
dielektrik. Kemudian dengan pemilihan profil dielektrik yang tepat, maka kuat medan
pada bidang miring yang berbatasan dengan udara dapat dikurangi di barvah nilai yang
diizinkan. Jika tegangan suatu bushing porselen ditinggikan, maka pada suatu tegangan
tertentu akan terjadi peluahan parsial pada rongga-rongga udara yang terdapat di antara
inti dengan dielektrik; dan jika tegangan terus dinaikkan maka akhirnya akan terjadi
peristiwa lewat-denyar. Dengan perkataan lain, peristiwa lewat denyar pada bushing
porselen lebih dahulu diawali dengan peristiwa peluahan parsial. Pada bushing damar
Flens
Flens
GAMBAR 8,21
Konstruksi suatu bushing sederhana
Bab B so a:c' la- B-sr no 169
tuang, peristiwa lewat denyar tidak diarvali dengan peristi\\'a peluahan parsial. karena
pada bushing ini tidak ditemukan rongga-rongga udara di antara inti dengan dielektrik.
Karena damar mudah dilekatkan ke metal dan dapat dicetak dalant berbagai bentuk.
maka jenis isolasi damar menawarkan berbagai kemungkinan bentuk konstruksi.
Flens
Flens
r:'l
-I C.
Elektroda
perata
,-T-"'
*
Konduktor
(inti)
GAMBAR 8.22
Konstruksi suatu bushing dengan elektroda perata
170 Peralatan Tegangan Tinggi
Elektroda perata
f, f, fl
(a) Bushing dengan dua elektroda perata (D) Distribusi medan listrik
GAMBAR 8.23
Efek elektroda perata terhadap distribusi medan elektrik
Dengan mengatur diameter dan panjang elektroda perata, nilai kapasitansi setiap
kapasitor dapat dibuat sama (Cr = Cz) sehingga beda potensial antara suatu bidang batas
dengan bidang batas lainnya menjadi sama rata. Hal ini mendorong perlunya dibuat
pembagian kapasitansi yang merata, yang dalam praktiknya hanya dapat direalisasi jika
bahan isolasi terbuat dari gulungan pita tipis. OIeh karena itu, prinsip perata tegangan
hanya dapat digunakan jika bahan dielektrik bushing terbuat dari hardboard atau soft
paper dan fllm plastik.
Pada Gambar 8.23, diperlihatkan efek elektroda perata terhadap distribusi medan
elektrik pada suatu bushing silindris.
Dalam hal ini, s adalah tebal lapisan dielektrik dalam cm dan k* adalah faktor konfigurasi
yang bergantung pada jenis elektroda dan dielektrik. Nilai k* dapat diasumsikan seperti
diperlihatkan pada Tabel 8.5.
TABEL 8.5
Faktor Konfigurasi Elektroda
Konfigurasi kk
dalam SFu 21
S =r -r n- |
8.39
Jika setisih pinggir dua elektroda berdekatan di sisi kiri b,,, sama dengan di sisi
kanan b,n, maka diperoleh bushing yang simetris. Selisih pinggir elektroda kiri dan
kanan akan berbeda jika dielektrik yang berbatasan dengan isolator bushing berbeda.
misalnya pada trafo daya, sebagian isolator bushing berbatasan dengan udara dan
sebagian lagi berbatasan dengan minyak trafo. Dalam hal ini, bagian isolator bushing
yang berbatasan dengan udara lebih panjang daripada bagian isolator bushing yang
berbatasan dalam minyak trafo.
Dengan mengabaikan efek medan pinggir, maka kapasitansi yang dibentuk dua
elektroda berdekatan adalah sebagai berikut:
2re..e
urn a
un - 8.40
r
ln =a
In-t
{
s
t
Elektroda perata
ke(n-l)
+
r;
t
GAMBAR 8,24
Ukuran elektroda perata
I
$
i
i
,i,
(- 2re^e
U t
a n+ I
il+ I f 8.41
ln,
il
Agar tegangan pada setiap lapisan sama, maka harus dipenuhi persyaratafl C,*t=
c,. Dengan mempersamakan Persamaan 8.40 dengan persamaan 8.41, maka diperoleh:
r' * r
1n
r
u ll 8.42
,+ I - r f
ln=a
I
-
Bila lapisan dielektrik sangat tipis dibandingkan terhadap radius elektroda, atau
S,, = /n * rn_ r11 r,,, maka dapat dituliskan:
r
a,,*1ao,,+ 8.43
Dengan Persamaan 8.43 dapat ditentukan tebal lapisan berikutnya dengan meng-
gunakan data tebal lapisan sebelumnya. Biasanya, radius lapisan paling dalam diketahui
lebih dahulu, yaitu sama dengan radius inti bushing. Radius inti ditentukan dengan
mempertimbangkan arus yang akan dialirkannya. Tebal dielektrik s,, dapat dihitung
dengan mengetahui AV yang dirancang pada satu lapisan dielektrik dan nilai maksimal
medan radial E, yang diizinkan terjadi pada bahan dielektrik:
Av
"-
',,- E,
8.44
^,,r,
Jika panjang ao ditetapkan. maka ukuran elektroda-elektroda yang lain dapat ditentukan.
-LV
ab = konstqn 8.45
Kemudian selisih pinggir elektroda berdekatan pada setiap sisi (kiri dan kanan)
harus sama panjang dan konstan:
bt,, - konstan = br
b = konstan =b
Dengan demikian panjang satu elektroda dapat dituliskan:
173
i
h+=\f h+,
t
8.-17
1L
S
ar
=t or. s+5
Urutan perhitungan dimensi bushing menurut prinsip perata aksial adalah seba-sai berikut
l1/aOasitor tegangan tinggi adalah peralatan yang digunakan pada instalasi tegangan
tinggi, terutama untuk memperbaiki faktor daya (cos 9) sistem tenaga listrik.
J\
I \Dewasa ini, pemakaian kapasitor untuk perbaikan faktor daya semakin ekstensif,
karena kapasitor sudah dapat dikendalikan dengan alat-alat elektronik, sehingga nilai
kapasitansi kapasitor dapat diperoleh sesuai dengan yang dibutuhkan.
Dalam bab ini akan dijelaskan tentang klasifikasi, jenis, faktor-faktor yang di-
pertimbangkan dalam perancangan suatu kapasitor tegangan tinggi; karakteristik operasi
suatu kapasitor; spesiflkasi kapasitor dan pengujian tegangan tinggi yang perlu
dilakukan pada suatu kapasitor.
1' Kapasitor daya frekuensi 50 atau 60 Hz. Kapasitor ini ada tiga jenis, yaitu: kapasitor
shunt, kapasitor seri dan kapasitor penyadap.
a. Kapasitor shunt digunakan untuk kompensasi beban induktif, perbaikan faktor
daya dan untuk pengaturan tegangan ujung transmisi.
b. Kapasitor seri digunakan pada transmisi daya yang sangat panjang, bertujuan
untuk mengkompensasi reaktansi induktif transmisi. Dengan demikian, jatuh
tegangan dan komsumsi daya reaktif pada reaktansi transmisi dapat dikurangi.
c. Kapasitor penyadap digunakan untuk untuk menyadap daya dari jaringan
tegangan tinggi. Cara ini dilakukan untuk elektriflkasi suatu daerah yang
membutuhkan daya tidak begitu besar, misalnya elektrifikasi desa yang tidak
jauh dari jaringan transmisi.
2. Kapasitor gandeng, yaitu kapasitor yang digunakan untuk pembawa sinyal
komunikasi antar gardu induk atau antar pusat pembangkit (Power Line Carrier).
3. Kapasitor pembagi tegangan, yaitu kapasitor yang digunakan untuk pengukuran
tegangan transmisi dan rel daya.
Bab 9 Kaoas::'- 175
Untuk mencapai nilai kapasitansi dan tegangan kerja yang diin-einkan. ada kaianr a
beberapa kapasitor dihubung paralel, atau dihubung seri, atau kombinari huL'ungan
paralel-seri. Umumnya kapasitor tegangan tinggi dipasang pada gardu induk pasansan
luar, pada jaringan tegangan menengah. Kapasitansinya dapat dibuat mencapai ratu.an
mikrofarad dengan tegangan kerja antara l0 - 20 kV. Pada Gambar 9.1 diperlihatkan
tiga contoh kapasitor yang sering ditemukan pada sistem tenaga listrik.
il Jenis kapasitor yang digunakan di laboratorium tegangan tinggi adalah:
ir
trt
t. Kapasitor perata, yaitu kapasitor yang digunakan untuk meratakan gelombang
tegangan keluaran pembangkit tegangan tinggi searah.
2. Kapasitor impuls, yaitu kapasitor yang digunakan untuk pembangkit arus dan
tegangan tinggi impuls.
3. Kapasitor standar, yaitu kapasitor yang digunakan untuk pengukuran faktor rugi-
rugi dielektrik (tg 5).
4. Kapasitor pembagi tegangan, yaitu kapasitor yang digunakan untuk pen-eukuran
tegangan tinggi.
(a) Satu unit kapasitor daya (D) Kapasitor pada pemutus daya (c) Pembagi tegangan
GAMBAR 9.1
Kapasitor sistem tenaga listrik
176 Peralatan Tegangan Tinggi
GAMBAR 9.2
Kapasitor bank
GAMBAR 9.3
Bahan dasar suatu sel kapasitor
Bab 9 Kapasitor Tegangan lrnggi 177
medan elektrik sebesar 13 - 18 v/pcm pada dielektrik jenis kertas,40 v/p,m pada
dielektrik komposit dan lebih daripada 50 V/,um pada dielektrik film.
Susunan bahan seperti diperlihatkan pada Gambar 9.3 digulung berbentuk plat
dan di-press, supaya hasil gulungannya tipis. Bahan tersebut digulung dengan hati-hati
agar tidak ada pertikel yang menyelusup di antara foil dengan dielektrik. Rongga udara
harus ditiadakan, agar tidak terjadi peluahan sebagian ketika kapasitor beroperasi.
Sel kapasitor yang sudah terbentuk plat, dibungkus dengan beberapa lapis kertas
isolasi keras, lalu dicelupkan ke dalam isolasi cair alami atau sintetis, kemudian
dikeringkan di dalam ruang vakum tinggi. Hal ini dilakukan agar tidak ditemukan
rongga udara pada sel kapasitor dan permukaan dielektrik tidak bergelombang. Untuk
mencegah adanya rongga, maka dielektrik dipilih dari bahan fllm. Dewasa ini, telah
digunakan alat ultrasonik untuk memeriksa acla-tidaknya rongga udara di dalam kapasitor.
untuk memperoleh tegangan kerja dan daya yang lebih tinggi, beberapa sel
kapasitor dihubungkan dalam kombinasi seri dan paralel. Untuk memenuhi kapasitas
daya yang diinginkan, maka beberapa sel kapasitor dihubungkan pararer, sedangkan
untuk memenuhi tegangan yang diinginkan, maka beberapa sel kapasitor dihubungkan
seri. Sel-sel kapasitor ini disusun berdampingan dan diikat, kemudian dimasukkan
dalam suatu bejana atau tangki seperti diperlihatkan pada Gambar 9.4.
Sel kapasitor (4) disusun berdampingan dengan sel kapasitor lain. Antara satu sel
kapasitor dengan sel kapasitor lain diberi isolasi pembatas (7) untuk mencegah kerusakan
pada sel kapasitor lain jika sel kapasitor di sebelahnya mengalami kerusakan. Jika
satu sel kapasitor mengalami tembus listrik. maka terminal sel kapasitor seakan-akan
terhubung singkat, sehingga pada sel kapasitor mengalir arus hubung singkat. oleh
karena itu, tiap sel kapasitor ada kalanya dilengkapi dengan sekering untuk memutuskan
arus hubung singkat tersebut. Untuk mengisolir susunan sel kapasitor dengan tangki
digunakan isolasi kertas (5). Kemudian isolasi kertas dan semua sel kapasitor diikat
dengan plat pengikat (3). Akhirnya rakitan kapasitor dimasukkan dalam tangki baja atau
bejana isolasi (1). Untuk menghantarkan panas yang terjadi pada kapasitor ke medium
sekitar, maka tangki diisi dengan minyak isolasi yang tidak mengandung gelembung
udara (8).
Keterangan:
1. Tangki
2. Terminal
3. Plat pengikat
4. Kapasitor sel (4 unit)
5. Isolasi kertas
6. Papan logam pelindung
7. Isolasi pembatas sel
8. Minyak isolasi
GAMBAR 9.4
Konstruksi suatu unil kapasitor tegangan tinggi
Y
Pada Gambar 9.5 diperlihatkan suatu kapasitor yang terbuat dari plat sejajar. Jika
suatu kapasitor yang tebal dielektriknya s, diberi tegangan bolak-balik V berfrekuensi
/ sedangkan efek medan pinggir pada kapasitor diabaikan, maka dielektrik kapasitor
akan memikul medan elektrik sebesar:
E= { e.l
Elektroda dan dielektrik suatu kapasitor selalu dirancang sedemikian, sehingga kuat
medan elektrik pada dielektriknya merata.
Suatu kapasitor plat sejajar mempunyai kapasitansi sebesar:
eoey'
^=
C -? (farad) 9.2
Dalam hal ini: eo adalah permeabilitas udara (farad/m); e. adalah permeabilitas relatif
dielektrik; A adalah luas plat 1m2;; dan s adalah tebal dielektrik (m).
Kapasitor akan menyimpan daya sebesar:
,/ \:
P = v2 2r f C= (+) 2r f eo e,A s 9.3
Dengan cara yang sama, diperoleh energi yang tersimpan pada kapasitor jika diberi
tesansan searah v:
w = vzc = 0,5(#)' o, 9.s t
+ "o ".
Kerapatan energi, yaitu energi persatuan volume kapasitor adalah:
wl = 0,5 rt r, 9.6 *
"o t
Kerapatan daya dan energi yang tinggi diperoleh jika konstanta dielektrik e, tinggi,
dan beroperasi pada kuat medan elektrik yang tinggi. I
*
J' t
*
i
GAMBAR 9.5
Kapasitor plat sejajar
Bab 9 Kapasitor Tegangan lrnggi 179
Tegangan mula dan kuat medan kapasitor plat sejajar tanpa perata kapasitansi
Pada kapasitor plat sejajar sederhana seperri diperlihatkan pada Gambar 9.5,
cenderung terjadi peluahan luncur pada pinggir elektrodanya, meskipun tegangan masih
relatif rendah. Jika peluahan ini berlangsung lama, maka dielektrik berangsur-angsur
rusak. oleh karena itu, tegangan operasional kapasitor harus lebih rendah daripada
tegangan awal terjadinya peluahan. Jika kapasitor diberi tegangan bolak-balik, maka
tegangan awal peluahan V" dapat diperoleh dengan pendekatan, yaitu;
Dengan demikian kuat medan yang menyebabkan peluahan pada dielektrik adalah:
-V"Ir!3 9.8
I
f;
Hubungan ketebalan dielektrik (s) dengan pengurangan tegangan awal peluahan
;
(%) diperlihatkan pada Gambar 9.6. Agar peluahan sebagian tidak rerjadi, kuat
I medan operasional E harus lebih rendah daripada kuat medan awal E". Kuat medan
operasional yang tinggi dapat dicapai jika medan pinggir dikendalikan. Medan pinggir
I dapat dikendalikan dengan memperbesar jari-jari kelengkungan pinggir elektroda atau
dengan mempertipis lapisan dielektrik. Tetapi, perlu diingat bahwa penggunaan lapisan
i dielektrik yang tipis membuat tegangan kerja kapasitor semakin rendah.
I contoh kapasitor plat sejajar yang menggunakan perata kuat medan elektrik pada
pinggir elektrodanya adalah kapasitor keramik seperti diperlihatkan pada Gambar 9.7.
Elektroda
I
I
I
I
Pinggir elektroda dibuat berbentuk lekukan dan menonjol. Kapasitor seperti ini ii
I
dapat digunakan untuk rangkaian frekuensi tinggi bertegangan sampai dengan l0 kV.
Dielektrik yang digunakan adalah campuran khusus titanium dioksida, permitivitas
relatifnya s, = 30 - 80. Faktor disipasi titanium dioksida menurun dengan naiknya
frekuensi. Pada frekuensi di atas 1,0 MHz, tg 6 < 10-3 dan kekuatan dielektriknya
Ea = 100 - 200 kVicm. Lapisan elektroda dibuat dengan menyemprotkan logam ke
permukaan dielektrik. Sambungan-sambungan disolder dengan halus. Pada kapasitor
jenis ini, medan pinggir mempengaruhi nilai kapasitansi efektif kapasitor.
{6
f;
Keterangan:
1dan2= Foil aluminium
3 dan 4 = Foil kertas isolasi
I
2
3
Keterangan:
l. Sel kapasitor
2. Isolasi
3. Konektor
4. Terminal
Agar tinggi tumpukan kapasitor gulung silinder tidak terlalu besar, maka dilakukan
hubungan seri internal di samping hubungan eksternal. Untuk tujuan ini, beberapa
foil elektroda disisipkan sekaligus menjadi penghubung ke elektroda yang lain seperti
diperlihatkan pada Gambar 9. 10. Hanya foil elektroda yang pertama dan yang terakhir
yang nampak dan berperan sebagai terminal.
Kapasitansi ffiu$ungan
Parameter elektroda dan dielektrik suatu kapasitor gulung diperlihatkan pada Gambar 9.1 1.
Misalkan tebal dielektrik adalah s dan lebar foil logam yang tumpang-tindih adalah B.
Karena digulung, maka kapasitansi yang diperoleh menjadi dua kali lipat. Jika panjang
seluruh foil logam adalah L, maka besarnya kapasitansi yang diperoleh adalah:
C=2eoe, BL
.s
9.9
Jarak tepi b dibutuhkan untuk mencegah terjadinya lewat denyar (flashover), biasanya
dibuat5-10mm.
182 Peralatan Tegangan llnggi
Dengan menggunakan bahan cairan sintetis, dimensi kapasitor semakin kecil karena:
1. Konstanta dielektrik cairan sintetis relatif lebih tinggi.
2. Cairan sintetis sulit disusupi rongga udara sehingga peristiwa peluahan pada rongga
udara tidak membatasi tegangan operasinya. Dengan demikian, kapasitor dapat
dioperasikan pada tegangan yang lebih tinggi.
Jenis bahan impregnasi yang digunakan pada suatu kapasitor bergantung kepada
penggunaan kapasitor. Berikut ini akan dibahas jenis-jenis bahan impreganasi yang
digunakan pada berbagai jenis kapasitor.
Kapasitor pembagi tegangan dan kapasitor gandeng selalu diusahakan beroperasi
pada temperatur yang rendah. Temperatur kerja kapasitor tergantung pada kapasitansi,
sedangkan kapasitansi tergantung pada jenis dielektrik. Dielektrik yang lebih disukai
untuk kapasitor temperatur rendah adalah kertas yang diimpregnasi dengan minyak
mineral. Dengan cara ini dapat diperoleh e, = 4,2 dan tg 6 < 0,27o. Jika tegangan
awal peluahan terlewati dan berlangsung dalam waktu yang lama, maka bahan ini akan
melembut (terbentuk X-wax) dan tembus listrik akan terjadi pada tepi elektroda.
Untuk kapasitor daya digunakan dielektrik kertas atau kertas-foil yang diimpregnasi
dengan askarel (chlorinated diphenyl). Kertas yang diimpregnasi dengan askarel, meng-
hasilkan dielektrik yang permitivitas relatifnyd €, = 5,5. Dengan demikian, kapasitor
yang menggunakan jenis dielektrik ini, memiliki kerapatan daya yang besar. Bahan
Bab 9 Kapasitor Tegangan I rnggi 183
impregnasi askarel dapat dioperasikan pada kuat medan yang sedikit lebih tinggi,
sehingga tegangan kapasitor dapat ditinggikan. Hal ini akan meningkatkan kerapatan
daya kapasitor. Peningkatan permitivitas dan tegangan operasi kapasitor memberi
kesimpulan: kerapatan daya pada dielektrik kertas-askarel jauh lebih besar daripada
kerapatan daya pada dielektrik kertas-minyak, sedangkan faktor disipasinya hampir
sama. Walaupun demikian, pemakaian askarel dapat menimbulkan asam hidroklorik
yang berbahaya pada pinggir logam, sehingga kapasitor harus beroperasi pada tegangan
di bawah tegangan awal peluahan. Selain askarel, masih ada media impregnasi lain
(misalnya, isoprop,-lbiphery;l), yang lebih baik ditinjau dari sudut pandang lingkungan.
Dengan menggunakan bahan ini, diperoleh dielektrik yang permitivitas relatifnya lebih
rendah (e, = 2,1). tetapi dapat beroperasi pada kuat medan elektrik yang lebih tinggi.
Kapasitor impuls membutuhkan kerapatan energi yang tinggi dan ditolerir bekerja
pada tegangan di atas tegangan aival peluahan. asalkan tegangan itu berlangsung
dalam waktu yang singkat. Bahan impregnasi pada kapasitor ini dapat berupa minyak
mineral. Selain daripada minyak mineral, kastroli dapat juga digunakan sebagai bahan
impregnasi. Bahan impregnasi kastroli membuat permeabilitas relatif kertas mencapai e,
= 5. Meskipun faktor disipasinya tinggi, hampir 17o,hal ini tidak begitu mengganggu.
Dalam hal khusus, gas secara teknis dapat dipakai sebagai media impregnasi, yakni
jika digunakan fllm plastik. Sebagai contoh, dengan film polyetilen dapat diperoleh
rugi-rugi dieletrik yang rendah tg 6 < l0-a dan e. = 10.
a
Jumlah Lapisan 3 4
Er(Ylp.m) 100 170 230
Kertas dielektrik diusahakan setipis mungkin. Pada saat ini kertas dielektrik
untuk kapasitor sudah dapat dibuat setebal 6 pm. Tetapi, jika kertas semakin tipis,
biaya pembuatan kertas semakin mahal. Oleh karena itu, perlu dilakukan kompromi
antara pemilihan ketebalan kerlas dengan biaya pembuatan kertas, agar diperoleh biaya
pengadaan kertas yang optimum.
Kuat medan efektif yang dapat diterima pada suatu kapasitor bergantung kepada
keperluan kapasitor dan jenis dielektrik yang digunakan pada kapasitor tersebut. Pada
Tabel 9.2 diperlihatkan kuat medan efektif yang dapat diterima untuk berbagai jenis
kapasitor dan dielektrik.
F <--
F<_
(a)
r, =*@ot,Ey 9.11
Keterangan:
1. Bushing porselen
2. Tangki baja
3. Kapasitor gulung plat
4. Isolasi kertas atau papan tekan
5. Konduktor pipih
dua, maka penghubung antar terminal, dan isolasi y*g terletak di antara gulungan
dengan badan, semuanya dapat ditata dengan baik. Gambar 9. 14 memperlihatkan contoh :t,
konstruksi kapasitor daya.
Kapasitor gandeng dan juga kapasitor pembagi tegangan kapasitif, dirancang untuk
I
tegangan 110 kV ke atas, tetapi karena kapasitas dayanya rendah maka persoalan panas
tidak menjadi masalah, sehingga gulungan dapat ditempatkan dalam bejana porselen.
Pada Gambar 9.15 diperlihatkan contoh konstruksi sebuah kapasitor gandeng. Gulungan
plat yang diperlihatkan pada gambar dapat juga diganti dengan gulungan silindris yang
dihubungkan seri secara internal. Dielektrik tidak boleh berhubungan dengan udara luar,
oleh karena itu bejana kapasitor harus tertutup rapat. Untuk mengantisipasi timbulnya
pengembangan dielektrik ketika kapasitor beroperasi, maka pada bagian atas bejana
kapasitor dipasang bantalan gas atau puputan.
Kapasitor impuls harus memiliki induktansi yang rendah, baik induktansi yang
terjadi dalam gulungan maupun yang terdapat pada ujung terminalnya. Agar induktansi
kapasitor rendah, maka terminal dibuat dari konduktor pita atau konduktor koaksial dan
panjang konduktor dibuat seminimum mungkin. Kapasitor untuk generator tegangan
impuls di atas 200 kV konstruksinya dibungkus dengan bahan isolasi. Sebagai contoh,
pada Gambar 9.16 diperlihatkan konstruksi sebuah kapasitor impuls. Perbedaannya dengan
kapasitor daya adalah dalam hal pemakaian konduktor penghubung. Pada kapasitor ini,
terminal tegangan tinggi dibuat berupa konduktor pita sedangkan terminal tegangan
rendahnya adalah tangki kapasitor itu sendiri.
Keterangan: Keterangan:
1. Terminal
1. Terminal berbentuk pita
2. Bejana porselen 2. Bushing
3. Kapasitor gulung plat
3. Tangki baja
4. Gips penekan 4. Kapasitor gulun_e plat
5. Bushing terminal
5. Isolasi kenas atau papan-tekan
tegangan rendah
Kapasitor bank dilengkapi dengan sekering untuk memutuskan arus jika terjadi
hubung singkat atau kerusakan pada satu unit kapasitor. Sekering dapat dipasang
pada rangkaian eksternal seperti diperlihatkan pada Gambar 9.lla. Dengan cara ini,
sekering akan memisahkan unit kapasitor yang rusak dari kapasitor bank, sehingga
tidak menimbulkan kerusakan pada unit kapasitor yang lain, dan unit-unit kapasitor
yang tidak rusak tetap bekerja. Tetapi, ada dua masalah yang dihadapi dengan cara
s
I
r-f-,vSekering
?
E+t+t 44il
_L_L-t iii
,}_C_O
r--r-' AAA
AA,A
#
a I I
KelomRok Sekering
Bank i i
! -.2
t i "'-"'1"...l";
i
t
Kapasitor;
per Fasa \i
i
.'f
AAA AAA
'--t
{ i
!ru iia )+ )+ _t+
Unit Kapasitor
ini: Pertama, meskipun yang rusak hanya satu sel kapasitor, yang dipisahkan dari
kapasitor bank adalah satu unit kapasitor. Pemisahan satu unit kapasitor menyebabkan
perubahan kapasitansi kapasitor bank yang signifikan, sehingga tegangan kapasitor bank
tidak setimbang. Kedua, jika kapasitor dipasang di ruangan terbuka, maka polusi dapat
menimbulkan deteriorasi pada sekering. Untuk mengatasi kedua masalah ini, sekering
dipasang pada rangkaian internal unit kapasitor seperti diperlihatkan pada Gambar 9. 17b.
Dalam hal ini, jika terjadi kerusakan pada satu sel kapasitor, maka hanya sel kapasitor
tersebut yang dipisahkan dari kapasitor bank, sehingga perubahan nilai kapasitansi
kapasitor bank tidak sebesar caru yar,g pertama. Kelemahannya adalah bahwa cara ini
membutuhkan lebih banyak sekering.
Adakalanya kapasitor bank tidak dilengkapi dengan sekering. Dalam hal ini
beberapa unit kapasitor dihubungkan seri membentuk satu rantai kapasitor. Kemudian,
beberapa rantai kapasitor dihubungkan paralel membentuk kapasitor bank satu fasa
seperti diperlihatkan pada Gambar 9.18.
Jika satu unit kapasitor rusak atau terhubung singkat, kenaikan arus pada rangkaian
luar kapasitor bank tidak signifikan, sehingga kapasitor bank tetap dapat beroperasi.
Keuntungan lain yang dimiliki kapasitor tanpa sekering dibandingkan dengan kapasitor
bank yang dilengkapi sekering eksternal, adalah:
. Dilihat dari luar instalasinya lebih sederhana dan kompak.
. Biaya instalasinya lebih murah.
. Peluang bagi binatang atau material eksternal untuk menghubung-singkatkan
konduktor penghubung unit-unit kapasitor sangat kecil.
. Tidak membutuhkan ruang untuk sekering.
m
,^,A,A ,A,A,A ,^AA
ffi
A,A,A,A,A,A,A,^,A
r-ru
ffi
ffi
Kapasitor bank per-fasa tanpa sekering
Bab 9 Kapasitor Tegangan Tinggi 189
singkat antara bushing atau bagian internal kapasitor bank dengan tangki membuat
sistem mengalami gangguan hubung singkat fasa-ke-tanah, dan mengakibatkan
pemutus daya membuka.
Arus 180
Jika kapasitor bank ditempatkan pada lokasi terbuka, maka temperatur di sekitar
kapasitor sama dengan temperatur udara dan temperatur itu tidak dapat dikendalikan.
Di samping itu, kapasitor akan diterpa angin dan sinar matahari. Ada beberapa hal yang
berpengaruh terhadap temperatur sekitar dan temperatur operasi suatu kapasitor, yaitu:
. Radiasi matahari dan sumber panas lain di sekitar kapasitor.
. Keluaran daya reaktif, karena keluaran daya reaktif sebanding dengan rugi-rugi
pada kapasitor.
. Jarak antar kapasitor, karena pendinginan bergantung kepada luas ruang di antara
suatu kapasitor dengan kapasitor yang lain.
Dalam pengoperasian suatu kapasitor, faktor-faktor berikut ini perlu diperhatikan, yaitu:
. Temperatur udara di sekitar kapasitor harus di bawah ambang batas.
. Ketinggian lokasi kapasitor tidak lebih daripada 1800 m di atas permukaan laut.
. Tegangan antara terminai dengan dinding bejana atau tangki kapasitor tidak melebihi
tegangan yang ditetapkan untuk kelas isolasinya.
o Tegangan operasi tidak mengandung harmonisa; frekuensi tegangan operasi sama
dengan frekuensi nominal.
. Temperatur sekitar tidak melebihi ambang batas maksimum, dan ada-tidaknya
tekanan pada kapasitor akibat radiasi panas yang bersumber dari benda-benda di
sekitarnya.
. Asap, debu dan getaran mekanis yang mungkin menerpa unit-unit kapasitor.
Untuk memperpanjang umur suatu kapasitor bank, dilakukan cara sebagai berikut:
. Susunan unit-unit kapasitor harus memiliki jalan bagi sirkulasi udara.
. Menempatkan kapasitor di kawasan temperatur rendah.
. Mendinginkan kapasitor dengan udara paksa.
190 Peralatan Tegangan Tinggi
Uji Jenis
Pengujian dilakukan terhadap sejumlah sampel dari satu jenis kapasitor untuk melihat
kesesuaiannya dengan standar. Item yang sudah diujikan terhadap satu jenis kapasitor,
tidak diulang kembali. Pengujian yang dilakukan pada uji jenis adalah:
. Pengujian ketahanan tegangan impuls
Dalam hal ini, tegangan pengujian diaplikasikan antara terminal dengan badan
kapasitor.
. Pengujian bushing
Jika tegangan impuls standar diterapkan tiga kali, dan pada bushing tidak terjadi
lewat denyar, maka bushing dinyatakan lulus uji. Jika terjadi peristiwa lewat
denyar, maka pengujian dilakukan lagi seperti sebelumnya. Jika pada pengujian
tahap kedua ini tidak terjadi lervat denyar pada bushing, maka bushing dinyatakan
lulus uji.
. Pengujian stabilitas termal
Suatu kapasitor dinyatakan stabil, jika temperatur badan tangki kapasitor hampir
konstan, bervariasi hanya +3 oC, selama kapasitor bekerja 24 jam.
. Pengujian radio influence voltage (RIV)
Pengujian dilakukan pada tegangan ll5Vo tegangan nominal pada temperatur
kamar. Ketika pengujian dilakukan, bushing harus bersih dan kering. Jika frekuensi
tegangan pengujian dibuat I MHz, RIV tidak melebihi 250 mV.
. Pengujian peluruhan tegangan
Dalam pengujian ini, kapasitor dimuati dengan tegangan searah sebesar puncak
tegangan nominal. Ketika kapasitor dire-energisasi, waktu yang dibutuhkan hingga
tegangan sisa turun menjadi 50 V tidak lebih I menit untuk kapasitor < 600 V
dan tidak lebih daripada 5 menit untuk kapasitor > 600 V.
. Pengujian peluahan hubung singkat
Pengujian ini dilakukan untuk memverifikasi integritas konduktor-konduktor peng-
hubung yang terdapat di dalam kapasitor.
Uji Rutin
Uji rutin dilakukan pabrikan terhadap setiap kapasitor yang baru diproduksi. Sebelum
pengujian dilakukan, kapasitor dibersihkan terlebih dahulu. Uji rutin dilakukan pada
temperatur (25 t 5) 'C. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
. Pengujian tegangan lebih waktu singkat
Tiap kapasitor harus mampu memikul tegangan lebih frekuensi daya sebesar dua
kali tegangan nominal selama 10 sekon atau tegangan searah sebesar 4,3 kali
tegangan nominal.
192 Peralatan Tegangan llnggi
LJji E-apamgmn
Setelah pemasangan suatu kapasitor selesai, dan sebelum kapasitor dienergisasi, diadakan
lagi pengujian di lapangan. Tujuan pengujian ini adalah untuk meyakinkan bahwa
spesifikasi kapasitor tidak berubah walaupun kapasitor telah mengalami goncangan selama
dalam pengangkutan dan pemasangan. Pengujian yang dilakukan adalah sebagai berikut:
. Pengukuran kapasitansi
Pengukuran dilakukan dengan kapasitansi-meter, pada tegangan beberapa persen
daripada tegangan nominal. Jika kapasitansi kapasitor nalk l0Vo, itu adalah pertanda
adanya sel atau unit kapasitor yang rusak.
. Pengujian energisasi tegangan rendah
Dilakukan untuk mengukur reaktansi kapasitif kapasitor pada tegangan rendah.
Kapasitor diberi tegangan +120 Y dan pada saat yang bersamaan diukur arus yang
mengalir pada kapasitor. Dengan menggunakan data arus dan tegangan tersebut,
reaktansi kapasitif dapat dihitung.
. Pengujian kekuatan isolasi
Pengujian dilakukan dengan tegangan tinggi sesuai dengan standar yang dianut.
ffimtu ruffi
Yrmfrm Dayffi
rafo daya memiliki peranan sangat penting dalam sistem tenaga listrik. Seperti telah
dijelaskan sebelumnya, bahwa transmisi sistem tenaga listrik harus bertegangan tinggi
agar rugi-rugi daya tidak melebihi rugi-rugi yang diinginkan. Maka, dibutuhkan
trafo daya untuk menyalurkan daya dari generator bertegangan menengah ke transmisi
bertegangan tinggi; dan untuk menyalurkan daya dari transmisi bertegangan tinggi ke
jaringan distribusi. Kebutuhan trafo daya bertegangan tinggi dan berkapasitas besar,
menimbulkan persoalan dalam perencanaan isolasi, ukuran dan bobotnya.
Dalam bab ini, dibahas hal-hal terkait isolasi trafo daya, seperti: bahan dan
susunan isolasi; perataan distribusi tegangan pada kumparan trafo; metode pendinginan;
dan pengujian isolasi trafo. Untuk melihat peran isolasi pada suatu trafo daya, perlu
dipahami lebih dahulu prinsip kerja dari suatu trafo daya.
Keterangan:
1. Kumparan tegangan
tinggi
2. Kumparan tegangan
rendah
3. Intl
4. Minyak isolasi
5. Tangki baja
6. Bushing tegangan
rendah
7 . Bushing tegangan
tinggi
123
(a) Kumparan piring (b) Kumparan silinder
Konstruksi trafo
rF
Terlihat bahwa bagian utama suatu trafo adalah inti, dua set atau lebih kumparan,
dan isolasi. Inti trafo terbuat dari lembaran-lembaran baja silikon yang satu dengan
lainnya diisolasi dengan pernis. Kumparan terbuat dari bahan tembaga. Kumparan yang
dihubungkan ke sumber energi disebut kumparan primer, sedangkan kumparan yang
dihubungkan ke beban disebut kumparan sekunder. Bahan isolasi trafo tersusun dari
kombinasi bahan dielektrik cair dengan dielektrik padat.
Jika kumparan primer dihubungkan ke sumber tegangan bolak balik, sementara
kumparan sekunder dalam keadaan tidak dibebani, maka di kumparan primer mengalir
arus yang disebut dengan arus beban nol (1n). Arus ini akan membangkitkan fluks bolak-
balik pada inti. Fluks bolak-balik ini dilingkupi oleh kumparan primer dan kumparan
sekunder, sehingga pada kedua kumparan timbul gaya gerak listrik yang besarnya:
Ez=4,44fNr$(volt) t0.2
Pada persamaan di atas: E, adalah gaya gerak listrik pada kumparan primer; {
adalah gaya gerak listrik pada kumparan sekunder; N, adalah jumlah belitan kumparan
primer; N, adalah jumlah belitan kumparan sekunder; f adalah frekuensi tegangan
sumber dalam Hz; dan @ adalah fluks magnetik pada inti dalam weber.
Jika kumparan sekunder dibebani, maka pada kumparan tersebut mengalir arus
sekunder (1r). Arus sekunder akan menimbulkan fluks pada inti trafo yang berlawanan
dengan fluks yang ditimbulkan arus 1r. Dengan kata lain, arus sekunder menimbulkan
demagnetisasi pada inti trafo. Untuk mengimbanginya, maka arus di kumparan primer
harus bertambah menjadi 1,, hingga dipenuhi:
N, 1o=Ntlt-N2 12 10.3
Gaya gerak listrik yang dibangkitkan pada kumparan menimbulkan medan elektrik
yang kuat pada isolasi kumparan, teristimewa pada isolasi di sekitar belitan kumparan
tegangan tinggi. Arus yang mengalir pada pada kumparan akan menimbulkan rugi-rugi
tembaga (i2r). Fluks pada inti akan menimbulkan rugi-rugi arus eddy dan rugi-rugi
histeresis, dan jumlah kedua rugi-rugi ini disebut rugi-rugi inti. Pemanasan karena rugi-
rugi tembaga dan rugi-rugi inti akan menaikkan temperatur isolasi trafo. Di samping itu,
arus pada kumparan juga menimbulkan gaya mekanik, dan ketika dialin arus hubung
singkat, gaya ini menimbulkan tekanan yang berat pada isolasi. Oleh karena itu, sistem
isolasi harus memiliki syarat sebagai berikut: kekuatan dielektrik harus melebihi kuat
medan elektrik tertinggi yang ditemukan pada komponen trafo; sanggup memikul gaya
mekanis yang ditimbulkan arus hubung singkat; dan dapat mendisipasikan panas yang
terjadi pada trafo ke medium sekitar dengan baik.
trafo. Oleh karena itu, isolasi trafo daya harus disusun dan dihubungkan sedemikian
rupa, sehingga mampu memikul tekanan mekanik, tekanan elektrik dan tekanan termal.
BXffiflH r
Ew ffiffiffi ffiffi
BXSXSSH H*fl lffi$
Kumparan <.-|
-l
MI
'
Kumparan
silinder
ffiffiffi
Bffi ffi HffiJI
ffiffi
ffiffi
1,0 pu
l0 ,8 pu 0,8 pu
AV K 'f AY I
0,8 pu fj ,6 pu 0,8 pu
Y
,i-r__)i f" I
-1-+
(a) Hubungan siiang (b) Hubungan berurut
antara titik c pada elemen kumparan paling atas dengan titik d pada elemen kumparan
di bawahnya (kedua titik berjarak rrdat', sumbu inti) adalah LV"r=0,4 pu. Jadi, beda
potensial di antara satu titik pada suatu kumparan yang berjarak r dari sumbu inti
dengan satu titik pada kumparan berdekatan yang juga berjarak r dari sumbu inti,
bervariasi dari nol sampai dua kali tegangan satu elemen kumparan.
Berbeda dengan hubungan silang, satu elemen kumparan pada hubungan berurut
tidak dapat dibelitkan berkesinambungan, tetapi harus dihubungkan satu persatu.
Jika luas penampang konduktor cukup besar, maka satu elemen kumparan dibuat
dari satu konduktor tunggal. Elemen kumparan yang seperti ini disebut elemen kumparan
belitan tunggal. Jarak elemen kumparan dari inti (radius penampang kumparan) dibuat
bervariasi, sedemikian besarnya, sehingga satu elemen kumparan melingkupi elemen
kumparan yang lain. Penyambungan antar elemen kumparan untuk kasus ini dapat
dilakukan seperti diperlihatkan pada Gambar 10.4. Ketiga cara penyambungan pada
Gambar 10.4 memungkinkan elemen-elemen kumparan berkesinambungan tanpa solderan.
Kumparan Kumparan
Kumparan Kumparan Kumparan Kumparan
Primer Sekunder
Primer Sekunder Primer Sekunder
+
I
2 3 4l .5 I 6
'7 8 9 10t 11
15 14 t3 12
6 7 t8
--/----
9 20
21
Inti
(a) (.b) (c)
(a) Arah belitan (D) Arah belitan sama- (c) Arah belitan sama-
berlawanan sambungan intemal sambungan extemal
tinggi dan kumparan tegangan rendah harus diisolasi satu sama lain; elemen kumparan
diisolasi juga terhadap inti dan gandar dibumikan. Dengan demikian isolasi trafo daya
dapat dibagi atas tiga jenis, yaitu:
l. Isolasi minor, yaitu isolasi yang memisahkan satu belitan dengan belitan lain
dalam satu elemen kumparan.
2. Isolasi mayor, yaitu isolasi yang memisahkan kumparan tegangan tinggi dengan
bagian yang bertegangan rendah. Isolasi ini terbagi lagi atas isolasi utama. yang
memisahkan kumparan tegangan tinggi dengan kumparan tegangan rendah; dan
isolasi gandar, yang memisahkan belitan tegangan tinggi dengan gandar.
3. Isolasi fasa, yaitu isolasi antara kumparan tegangan tinggi dengan kumparan
tegangan tinggi yang lain pada trafo tiga fasa.
Isolasi mayor, isolasi minor dan isolasi fasa, ketiganya disebut isolasi kumparan
tegangan tinggi. Penamaan ini diberikan karena kumparan tegangan tinggi merupakan
elektroda yang harus diisolasi terhadap bagian-bagian trafo yang bertegangan rendah.
Bahan isolasi yang utama digunakan, baik untuk isolasi mayor maupun isolasi minor,
adalah minyak trafo dikombinasikan dengan dielektrik padat.
V.
f r,e"t
2007o
S=100mm
Keterangan:
Vn =tegangan tembus tanpa partisi V- = tegangan tembus dengan partisi
X =jarak elektrodajarum dengan panisi .s = panjang sela elektroda utama
Mlinyak Trafo
Minyak isolasi pada sutau trafo daya harus memiliki daya hantar panas yang baik agar
dapat membawa panas yang terjadi pada inti dan kumparan ke medium sekitamya.
Kekuatan dielektrik sistem isolasi dan umur suatu trafo bergantung sepenuhnya pada
kualitas minyak isolasi. Oleh karena itu, minyak isolasi yang digunakan pada suatu
trafo harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini:
. Mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi.
. Mempunyai daya hantar panas yang baik.
. Mempunyai berat jenis yang rendah. Jika berat jenis minyak rendah, maka partikel-
partikel yang melayang di dalam minyak akan segera mengendap pada dasar tangki.
Ha1 ini sangat membantu dalam mempertahankan homogenitas minyak.
. Memiliki kekentalan yang rendah. Minyak yang encer lebih mudah dialirkan atau
bersirkulasi, sehingga mendinginkan trafo lebih baik.
. Memiliki titik tuang rendah. Minyak dengan titik tuang yang rendah akan berhenti
mengalir pada temperatur yang rendah.
. Mempunyai titik nyala yang tinggi. Karakteristik titik nyala mempengaruhi peng-
uapan minyak. Jika titik nyala minyak rendah, maka minyak mudah menguap.
Ketika minyak menguap, volumenya berkurang, minyak semakin kental dan reaksi
dengan udara di atas permukaan minyak membentuk bahan yang dapat meledak.
. Tidak merusak material isolasi dan material lain trafo.
. Unsur kimianya harus stabil agar usia pemakaiannya panjang.
Menurut SPLN 49-1-1982, spesiflkasi minyak isolasi baru adalah seperti diberikan
pada Lampiran 5, sedangkan spesifikasi minyak isolasi yang sudah pernah dipakai
diberikan pada Lampiran 6.
Biasanya, setelah suatu trafo beroperasi dalam waktu lama, akan terjadi pengasaman
pada minyak isolasinya. Asam yang terjadi pada minyak cenderung mengakibatkan isolasi
kumparan rapuh dan mudah retak, terutama ketika dikenai tekanan mekanik yang terjadi
ketika kumparan dialiri arus hubung singkat. Tingkat keasaman yang tinggi sering ditandai
dari bau yang menyengat. Pengasaman dalam minyak diikuti dengan pembentukan
lumpur yang dapat menyumbat lorong-lorong pendingin, sehingga pembuangan panas
terhambat dan temperatur minyak meninggi. Hal ini dapat mengakibatkan tembus listrik
termal. Oleh karena itu, tingkat keasaman minyak trafo perlu diperiksa secara teratur,
minimal sekali dalam setahun.
Tingkat keasaman dinyatakan dari hasil pengujian beberapa sampel. Ukuran yang
digunakan adalah banyaknya potasium hidroksida yang dibutuhkan untuk menetralkan
keasaman 1 gram sampel. Jika tingkat keasaman mencapai 0,5, minyak harus dikondisikan
200 Peralatan Tegangan Tinggi
MIf;*yak T'rmfo
Minyak isolasi pada sutau trafo daya harus memiliki daya hantar panas yang baik agar
dapat membawa panas yang terjadi pada inti dan kumparan ke medium sekitarnya.
Kekuatan dielektrik sistem isolasi dan umur suatu trafo bergantung sepenuhnya pada
kualitas minyak isolasi. Oleh karena itu, minyak isolasi yang digunakan pada suatu
trafo harus memenuhi syarat-syarat di bawah ini:
. Mempunyai kekuatan dielektrik yang tinggi.
. Mempunyai daya hantar panas yang baik.
. Mempunyai berat jenis yang rendah. Jika berat jenis minyak rendah, maka partikel-
partikel yang melayang di dalam minyak akan segera mengendap pada dasar tangki.
Hal ini sangat membantu dalam mempertahankan homogenitas minyak.
. Memiliki kekentalan yang rendah. Minyak yang encer lebih mudah dialirkan atau
bersirkulasi, sehingga mendinginkan trafo lebih baik.
. Memiliki titik tuang rendah. Minyak dengan titik tuang yang rendah akan berhenti
mengalir pada temperatur yang rendah.
. Mempunyai titik nyala yang tinggi. Karakteristik titik nyala mempengaruhi peng-
uapan minyak. Jika titik nyala minyak rendah, maka minyak mudah menguap.
Ketika minyak menguap, volumenya berkurang, minyak semakin kental dan reaksi
dengan udara di atas permukaan minyak membentuk bahan yang dapat meledak.
. Tidak merusak material isolasi dan material lain trafo.
. Unsur kimianya harus stabil agar usia pemakaiannya panjang.
Menurut SPLN 49-1-1982, spesifikasi minyak isolasi baru adalah seperti diberikan
pada Lampiran 5, sedangkan spesifikasi minyak isolasi yang sudah pernah dipakai
diberikan pada Lampiran 6.
Biasanya, setelah suatu trafo beroperasi dalam waktu lama, akan terjadi pengasaman
pada minyak isolasinya. Asam yang terjadi pada minyak cenderung mengakibatkan isolasi
kumparan rapuh dan mudah retak, terutama ketika dikenai tekanan mekanik yang terjadi
ketika kumparan dialiri arus hubung singkat. Tingkat keasaman yang tinggi sering ditandai
dari bau yang menyengat. Pengasaman dalam minyak diikuti dengan pembentukan
lumpur yang dapat menyumbat lorong-lorong pendingin, sehingga pembuangan panas
terhambat dan temperatur minyak meninggi. Hal ini dapat mengakibatkan tembus listrik
termal. Oleh karena itu, tingkat keasaman minyak trafo perlu diperiksa secara teratur,
minimal sekali dalam setahun.
Tingkat keasaman dinyatakan dari hasil pengujian beberapa sampel. Ukuran yang
digunakan adalah banyaknya potasium hidroksida yang dibutuhkan untuk menetralkan
keasaman 1 gram sampel. Jika tingkat keasaman mencapai 0,5, minyak harus dikondisikan
Bab 10 Trafo Daya 201
seperti semula atau diganti. Sementara itu, trafo daya tidak dibolehkan memikul beban
Iebih; tingkat keasaman minyak isolasi trafo diperiksa setiap bulan; dan jika perlu, inti
serta kumparan diangkat untuk melihat ada-tidaknya endapan lumpur pada inti dan
kumparan. Jika ada endapan lumpur, maka bagian-bagian trafo yang berlumpur harus
dibersihkan dengan minyak bersih yang disemprotkan.
Jika tingkat keasaman mencapai 1,5, trafo daya tidak boleh dioperasikan lagi, dan
minyaknya harus diganti. Inti dan kumparan harus diangkat dan dibersihkan dengan
minyak baru, dan jika perlu dilakukan pembongkaran kumparan. Jika tingkat keasaman
> 4, maka bekas-bekas endapan lumpur pada inti dan kumparan tidak mungkin dibuang,
lebih praktis menggantinya secara keseluruhan.
Kelas Tegangan Jarak ke inti Jarak ke gandar Jumlah silinder Uji tegangan
Kumparan (4, mm) (8, mm) dan tebal (mm) KVms
3-6 8-10 20-25 I x2,5 25
l0 to-t2 25-30 1x3 35
35 2'1-30 70-80 1x5 85
r5
6 6
7
8
B
Keterangan: Keterangan:
l. Inti 1. Inti
2. Tabung isolasi 2. Tabung isolasi
3. Kumparan tegangan tinggi 3. Kumparan tegangan tinggi
4. Kumparan tegangan rendah 4. Kumparan tegangan rendah
5. Gandar 5. Gandar
6. Isolasi gandar 6. Isolasi gandar
7. Cincin bersudut
8. Cincin perata tegangan
pada satu cincin perata sama dengan tegangan lilitan terakhir kumparan yang dinaungi
cincin tersebut. Satu cincin perata harus terisolasi dari cincin perata yang lain, agar tidak
terjadi hubung singkat antar kumparan. Cincin perata dibalut dengan kertas-lembut.
Kumparan dan tabung isolasi diikat secara mekanis oleh cincin bersudut (7) dan
balok pengantara (6). Bahan cincin bersudut adalah kertas-tekan. Agar sirkulasi minyak
tetap terjamin, maka bahan-bahan ini disusun dengan jarak yang tepat.
sinh (n - x) a
V,=Vo r0.4
sinh no
Jika titik netral terisolasi (tidak dibumikan, 1, = 0), maka distribusi tegangan
sepanjang kumparan adalah:
cosh (r - x) d
V =Vo 10.5
cosh na
1_ I
HH
vl
'o
L,C
ttl
tt
I
I
,-T\ C,
I
/-T\
I
C.
T V
tl
t/
-t--f-_l_r.
I.]-r .l-r ",
-5
o
"{ ---------->
(!Lr,
).,u,
= (%*)* o = - * * o,", 10.8
r/-vo
v,---ll 10.9
Jika persamaan 10.9 dibandingkan dengan persamaan 10.8, maka dapat disimpulkan
bahwa ketika r = 0, tekanan elektrik pada seksi peftama kumparan naik a,", kali dari nilai
tekanan elektrik setelah mekanisme transien hilang. Jadi, nilai d,"" sangat menentukan
kenaikan tekanan elektrik pada seksi pertama kumparan. Maka, kumparan trafo harus
dirancang sedemikian hingga rasio kapasitansi ke tanah (C") dengan kapasitansi bersama
(C) sekecil mungkin.
Selama berlangsungnya mekanisme transient, penyimpangan distribusi tegangan
awal terhadap distribusi tegangan akhir sangat berpengaruh terhadap tekanan tegangan
t
I
I ou
V,
v, o'q
impuls pada kumparan. Meredam osilasi dengan memperbesar resistansi kumparan tidak
dilakukan, karena hal itu akan memperbesar rugi-rugi tembaga trafo. Suatu trafo daya
harus memiliki rugi-rugi yang kecil selama operasi normal. Satu-satunya cara adalah
menghindarkan terjadinya osilasi yang berbahaya. Jika perbedaan distribusi tegangan
awal dengan distribusi tegangan akhir semakin kecil, maka kemungkinan terjadinya
osilasi juga akan semakin kecil.
\\
Tabir
konduktif
(a)
c..
Kapasitor
c..
(a) \b)
Cara yang paling efektif untuk menambah kapasitansi antar belitan adalah dengan
membuat kumparan tegangan tinggi terdiri dari beberapa lapis kumparan silinder
konsentris, di mana kumparan dihubungkan seperti diperlihatkan pada Gambar 10. 14.
Susunan kumparan yang biasa digunakan pada trafo daya bertegangan tinggi adalah
susunan kumparan interleaved yang skemanya diperlihatkan pada Gambar l0.l5a.
Aliran arus pada susunan kumparan ini diperlihatkan pada Gambar 10.150. Susunan
ini bertujuan untuk memperbesar kapasitansi antar belitan.
Suatu kumparan belitan tunggal yang dihubungkan seperti diperlihatkan pada Gambar
10.14, memiliki a.,, = 12; sedangkan dengan susunan interleaved seperti diperlihatkan
pada Gambar 10.15, didapat nilai a,", = 4, bahkan dengan rancangan khusus didapat
d,"" = 2'
Semua metode pemerataan distribusi tegangan di atas tidak membuat distribusi
tegangan benar-benar rata, tetapi dapat menurunkan tegangan lebih pada seksi kumparan
dan membatasi amplitudo osilasi natural yang terjadi pada belitan trafo. Dalam pemilihan
susunan kumparan, perlu diingat bahwa semakin banyak penghubung antar kumparan
yang bersilang, semakin bertambah pekerjaan konstruksi, sehingga biaya pembuatan
trafo semakin mahal.
Keterangan:
1. Belitan tegangan tinggi
2. Belitan tegangan rendah
3. Sumbu belitan
1
-
Kumparan
v i----_-l
Sumbu
Inti
Tesansan Tinssi
"1
--[*i3*-j
ru
i
iti ,-l,T
i- -j- --r
i2
--.i*-'[#**-r
I.oI i i* 1*E*-,
lti_l
l:'ll
ry1 Ewi#$;i;l I
!
l*
'"--#ltH--r
l
rEl*r
I
---.1:ft:l*,r
i laldl
rcl l
1_
17',ls'[rq]*ffi3
L-_.J-----W1 l
.-.j- llftl--. I --t--] z'k-
rli \ i
iil ilil
Y}
i '-'Hftr--' I i L-'lo'l---r
Ei-yffiffi$ i M
i_ _r '
i
; !-
-_ "FFl__:-_ --'_-lrJ--
(a) (e)
l. Minyak bersirkulasi sendiri. Dalam hal ini, minyak digunakan sebagai media yang
merendam inti dan kumparan trafo (oil immerseQ. Panas pada inti dan belitan
trafo akan menaikkan temperatur minyak, dan akibatnya minyak akan bersirkulasi
secara alami. Ketika minyak bersirkulasi, panas yang timbul pada inti dan kumparan
dibawa ke permukaan tangki trafo.
2. Minyak bersirkulasi paksa (forced oil). Dalam hal ini, minyak di dalam trafo
bersirkulasi atas bantuan sebuah pompa. Dengan cara ini diperoleh sirkulasi minyak
yang lebih baik dibandingkan dengan cara di atas.
Dilihat dari metode penghantaran panas dari minyak ke udara bebas, pendinginan
trafo dibagi atas tiga jenis, yaitu:
. Pendinginan dengan udara alami (air natural cooled)
Dalam hal ini, panas dari permukaan tangki trafo disebarkan ke udara bebas secara
alami. Pada trafo daya yang besar, luas permukaan tangki tidak cukup untuk
menyebarkan panas yang dihasilkan oleh rugi-rugi inti dan tembaga. Oleh karena
itu, permukaan tangki diperbesar dengan menambah radiator.
. Pendinginan dengan hembusan udara (air blast cooled)
Dalam hal ini panas pada permukaan radiator disebarkan ke udara terbuka dengan
meniupkan udara ke permukaan radiator. Tiupan udara tersebut diperoleh dari kipas.
Dengan cara ini, untuk daya yang sama, ukuran trafo dapat dikurangi, sehingga
biaya pembuatannya lebih murah. Trafo ini tidak boleh dibebani jika kipas udara
tidak berfungsi.
208 Peralatan Tegangan Tinggi
Skema ketiga jenis pendingin di atas diperlihatkan pada Gambar 10. 16 Dengan
demikian diperoleh enam jenis pendinginan pada trafo daya, yaitu:
Jenis pendinginan menentukan biaya dari suatu trafo. Ada kalanya trafo memiliki
dua metode pendinginan seperti ON/OFN atau ON/OB atau ONIOFB atau kadang-
kadang dengan tiga sistem sepefii ONIOB/OFB. Pemilihan jenis pendinginan yang
digunakan tergantung kepada pembebanan. Ketika trafo berbeban rendah, digunakan
metode pendinginan ON. Bila beban melampaui nilai yang ditentukan, maka kipas atau
pompa dihidupkan. Jika suatu trafo mempunyai lebih daripada satu metode pendinginan,
maka daya pengenal untuk setiap metode pendinginan biasanya dicantumkan pada papan
nama trafo. Contohnya, suatu trafo dengan pendinginan ON/OB,45160 MVA. Hal ini
berarti selama beban dibawah 45 MVA kipas tidak akan bekerja. Kipas akan bekerja
seca-ra automatis ketika beban pada trafo melampaui 45 MVA.
Trafo dengan pendinginan jenis ON sangat menguntungkan, karena lebih sederhana,
tidak menggunakan kipas atau pompa sehingga tidak membutuhkan bantuan motor listrik.
Pada unit yang kecil sampai 10 MVA, penghematan biaya karena perubahan metode
Y
Radiator Radiator
(a) Pendingin udara alami (D) Pendingin udara ditiupkan (c) Pendingin air
pendinginan dari jenis ON ke jenis pendinginan lainnya tidak begitu nyata. Tetapi
pada unit yang lebih besar, perubahan jenis pendinginan dari O1l ke jenis pendinginan
yang lain akan menghemat biaya pembuatan dan mengurangi berat dan dimensi trafo,
sehingga pengangkutannya lebih mudah dan biaya pembuatan fondasinya lebih murah.
Pengujian jenis dilakukan untuk rancangan baru suatu trafo atau jika dibutuhkan
oleh pembeli. Pengujian jenis terdiri atas:
. Pengujian ketahanan tegangan impuls
. Pengujian kenaikan temperatur
Trafo harus dirancang sedemikian rupa sehingga lulus dari pengujian jenis ketahanan
tegangan impuls. Kelulusan ini menunjukkan bahwa jumlah dan distribusi isolasi telah
tersusun dengan baik, sehingga mampu memikul tekanan elektrik karena tegangan
transien, khususnya isolasi antar belitan. Hal ini sangat penting untuk trafo yang kelas
tegangannya lebih tinggi dan trafo yang kumparannya dilengkapi dengan sadapan.
Adanya keharusan untuk mengadakan pengujian tegangan impuls tidak berpengaruh
kepada penambahan bahan isolasi, tetapi mengharuskan penataan susunan isolasi
kumparan yang mampu memikul tekanan elektrik transien.
Ada kalanya diadakan juga pengujian impuls terpotong, karena setelah trafo ber-
operasi ada kemungkinan trafo tersebut dikenai tegangan impuls terpotong.
Pengujian tambahan adalah pengukuran impedansi fasa urutan nol dan hal lain
yang dibutuhkan oleh pembeli.
Hasil pengujian dibandingkan dengan gambaran yang telah dikemukakan pabrik.
Jika perbedaan antara hasil pengukuran dengan ketetapan yang dibuat pabrik tidak lebih
besar daripada toleransi yang diizinkan, maka trafo dinyatakan lulus uji.
Lampiran 211
Lampiran 1
Karakteristik Konduktor
Tembaga dan Aluminium
(berlanjut)
Lampiran 213
(berlanjut)
2'14 Peralatan Tegangan Tinggi
(berlanjut)
Lampiran 2'15
0.529
Jenis
E-Cu F
37
I
t77
TI
312
Ill llll
398
12x10 119,5 r.063 37 285 553 811
5qs
(kg/m) E-AI F
E EI TII TTIT
12x 5 0,r60 10 t39 263 375
72x10 1 19.5 0.322 10 "t1 A
440 652
Lampiran 2
Karakteristik Mekanis
Tembaga dan Aluminium
E-Al Mg Si
0.5 F 17
170 '7 x 104 t20 180 32
Paduan
Aluminium E-Al Mg Si
0.5F 22
220 7x104 160 240 30
Copper-clad Cu (15Vo)
Aluminium Clad-Al
130 8x104 100 130 42,3
218 Peralatan Tegangan Tinggi
Lampiran 3
BIL Menurut Standar IEC 71-1972
(berlanjttt)
Lampiran 219
-550 680
425 630
2400 1 100
2100 980
765
1950 920
I 800 870
220 Peralatan Tegangan Tinggi
Lampiran 4
Tingkat Bobot Polusi lsolator
Berdasarkan Analisis Kualitatif
dan Metode ESDD
Lampiran 5
Spesifikasi Minyak lsolasi dalam
Kondisi Baru
Lampiran 6
Spesifikasi Minyak lsolasi
Setelah Dipergunakan
Faktor kebocoran
3 Semua tegangan <0,2 -2,0 IEC 247 & IEC 250 (90'C)
dielektrik
Pemanasan
7 Titik nyala TEC296
maksimum 15oC
Daftar Pustaka
l. Partap Singh Satnam & PV. Gupta, "Substcttion Design and Equipment", Dhanpat Rai & Sons, Delhi,
t919
2. Kuffel E. &ZaenglW.S.."High-Voltage Engineering", Pergamon Press, Oxtbrd, 1984
3. Gallagher T.J. & Pearmain A).,"High Voltage Measurement, Testing and Design", John Wiley & Sons,
Nerv York. 1983
.1. Razevig D.Y.,"High Volrage Engineerlng" , Khanna Publishers, Delhi-6, 1912
5. DieterK. & Hermann K.,"High-Voltage lnsulationTechnology", Friedr. Vierveg & Sohn, Braunschweig,
I 985
6. KreugerF.H.,"lndusrrial High Voltage",Delft University Press, 1992
7. KreugerF.H.,"PartialDischargeDetectioninHigh-Voltage Engineering",Butterworths,London, 1989
8. Alston L.L. (Editor) ."High-Voltage Technology", Oxford University Press, 1968
9. Schwab, A .J . ." Hi glt Voltage Measurement Technique' ', MIT Press, Cambridge, Massachusetts, 1972
10. Bowdler, G.W."Measurernents in High-VoltageTest Circuits", PergamonPress, Oxford, 1973
11. Gupta, P Y. ,''A Course in Electrical Engineering Materials", Dhanpat Rai & Son's, Ner.v Delhi, India,
I 980.
12. Kapur, P L.,"A Textbook o;f ELectricol Engineering Materials".Khanna Publisher, Delhi, 1984.
13. Yu, Koritsky, " A Tett Book of Electrical Engineering Materials" , Mir Publishers, Moscow, I 970.
14. Bradrvell.A(Editorl."Electrical Insulation, IEEElectricalandElectronicMaterialsandDevicesSerie,s
2", Peter Peregrinus Ltd, 1983
15. Arismunandar.A.."TeknikTeganganTinggi",Pradnya Paramita, Jakarta, 1984
I 6. Kind, D., " Pengantur Teknik Eksperimental Tegangan Tinggi" , 1993
17. Naidu, M. S., "Hrglr Vtltage Engineering",Tata Mc Graw Hill Publishing, 1983
18. IEC Repofi, " Guide .for The Selection Of Insulator In Respect OJ Polluted Conditions" . Publication No.
815.1986
19. SPLN 10-3B, "Tingkat lntensitas Polusi Sehubungan Dengan Pedoman Pemilihan Isokttor", Perusahaan
Umum Listrik Negara, 1993
20. IEC, "Ceramic or Gluss lnsulator Units For AC Sl,stem-Definitions, Test Methods and Acceptance
Criteria", Geneva, Swiss. 1993
21 . lEC, " lnstrument trans.formers-Part I : Current transformers" ,lEC 60044- I Publication, 2003
22. lEC, " lnstrument transformers Part 2 : lnductiye voltage transJbrmers", IEC 60044-2 Publication, 2003
23. lEC, "Comntctn Specifications.for High-voltage Switchgear and Controlgear Standards". tEC 60694
Publication, 2002
24. lEC,"Surgearresters-Partl:Non-linearResistorTypeGappedSurgeArresters;forA.C.",IEC60099-1
Publication. 1999
25. IEC, "Szlrge Arresters - Part 4: Metal-oride Surge Arresters Without Gaps for A.C.", IEC 60099-4
Publication. 2009
26. lEC, "High-voltage Switchgear and Controlgear - Part 102: Alternating Current Disconnectors and
Earthirtg Switches" , IEC 6221 1-102 Publication, 2003
27. IEC."IEC Standard Voltages",IEC 60038 E,d.7.0,2009
28. IEC,"lnstrumentTransJormers - Part I: General Requirements",lEC61869-1,2001
29. Charoon U. Vatana, "Contamination lnvestigdtion ln Southern Thailand', Energi Listrik Volume III,
N0.3, Desember 1993
30. IEEE Working Group On Insulator Contamination,"Application Guide For Insulators In AContaminated
Environment" . Ceraver Sediver Publication. June 1 984
31. Lambeth P.J.- Auxel H.- Verma M.P, " Methods OJ Measuring The Severity O;f Natural Pollution As It
Affects W Insulatctr P e rformance", Electra CIGRE No. 20, 191 2, p. 31 -52
224 Peralatan Tegangan Tinggi
32. Schneider K.H. "The Measurement Of Site Pollution Severirl And lts Application To Insulator
Dimensioning For AC S"rstem". Electra CIGRE N0. 64, 19'79, p 101 - 116
33. Bernhard Boehle, "Srrlrcft gear ManuaL" , Asea Brown Boveri, Mannheim. 1988
34. Eaton,J.Robert,"E/ectricPowerTransmissictnS_vsrems".Prentice-Hall.Inc.,NewJersey,1983
35. Rakosh Das Begamudre. "Ettra High Voltage AC Trartsmission Engineering", Wiley Eastern Limited,
New Delhi. 1987
36. Charles A. Gross, "Prlwer S-ystem Anolysis", John Wiley & Sons, 1986
37. Turan G.. "Modern Power System Anal1,sis",JohnWiley & Sons, 1988
38. Heinz Frick. "Mekunika kknik Statika dan Kegunaannya", Penerbit Kanisius, Yogyakarta, 2000
39. PablaA.S&Abdu1 Hadi."SistemDistribusiDctyaListrik".PenerbitErlangga,Jakarta. 1994
40. Wadhrva, C.L.,"High Voltage Engineering". Nerv Age International (P) Limited, Publisher, New Delhl,
2007
41. Garzon, R.D., "High Voltage Circuit Breakers-Design and Application". Marcel Dekker Inc., Nerv York.
1997
42. Hinrichsen Y.,"Metal-Oxide Surge Arrester Fundamentals" Siemens AG, Berlin, 2001
43. Cooray V. Edito1"Liglltnittg Protection", The Institution ofEngineering andTechnology, London,2010
44. Natarajan R., "Pou,er S,lslem Capacitors". CRC Press Taylor & Francis Group, USA, 2005
45. SPLN 60-7, "Kamar Uji Instrument Ukur Listrik Bagiun 7: Prosedur U.ji Trcnsformator Instrunen",
Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta, 1992
46. SPLN 49-1, "Miryak lsokrsi", Perusahaan Umum Listrik Negara, Jakarta, 1982
41 . ABB Editor, "Instrument Trans.forners Application Guide", ABB High Voltage Products Department,
Ludvika. Sweden,2009
48. Haddad A. and Warne D., Editor, "Adra nces in High Voltctge Engineermg", The Institution of Engineering
and Technology, London, 2007
19. China Transporvers Electric Co., Ltd., *230kV-500kV High Voltage Gas Insulated Switchgear (GIS)".
http://rvrvrv.china-power-transformer.com/, 9 September 20 1 1
50. Shanglrai Yongjin Electric Equiprnent, "Prefabricuted Cable termination and Silicott Rubber Cold
.tft rint". http://rvwrv.chi naqualityshoes.com, 9 September 20 I 1
51. Chirra Electronic Products Wholesale Center, "Vacum CircLtit Breoker", Copyright Notice O 2011
o-digitirl.com Limited
52. Toshiba, "GSPF 245 HP Circuit Breaker", TOSHIBA Corporation, 2009
53. Science Service."Electric Circuits, Breakers: Air Blast CircLit Breoker", http://scienceservice.si.edu/
pages/0 I 5021.htm
54. Foshan Shunde Jia Dian Electric Co., Ltd., " SGS Approved Compo.site Housing Gapless Metal Oxide
Arrester (YH5WS-17/50)", Copyright @ 2011 Focus Technology Co., Ltd
55. Foshan Shunde Jia Dian Electric Co., Ltd.,"SGS Approved Outdoor AC High-Voltage Disconnect Switch
(GWg )", Copyright O 201 1 Focus Technology Co., Ltd.
56. Wenzhou Haivo Electrical Co., Ltd., "Ouxbctr AC High Voltage Disconnector (Mod.el GWI)", Copyright
O 2011 zen-cart.cn. Powered by ZenCart
57. China Huayi Elec. Apparatus Group,"GIY5 Outdoor HV Disconnect Switch", O 2005-201i JP
Communications, Inc, http://www.manufacturer.com
58. Techno Associates Mdyut PVT Ltd., " Potential Transformer" , http://www.technovidyut.com, 28-08-2011
59. Jiangsu Jingke Smart Electric Co., Ltd, "Capacitor Vctltage TransJctrrrer", Focus Technology Co., Ltd.,
Copyright O 20 I I, http://jsjingke.en.made-in-china.com
60. Baoguang Group Co. Ltd., "Voltage Transfornter" , Copyright O 2006 - 20 i I Asia.ru, http://wrvrv.asia.ru/
en/Productlnfo/1 1 I I 383.html
61. Baoguang Group Co.,Ltd.." 10- 12KV High voltage current transformer" ,Copyright @ 2009 All Baoguang
Group Co., Ltd.
62. Himalayal, "lnsulntor, Arrester, Shielding Fitting, Instruments Transrttrmer and Capacitor", Copyright
20 1 1 Hi malayal Corporation Limited, http://rvwrv.himalayal.com
6-1. Yueqing Langir Electric Co., Ltd.. "MBO Series CLtrrent Transformer", Copyright O 2011 Focus
Technology Co., Ltd.
64. Electricity By Photos (NEW), http://emadrlc.blogspot.com/2011-04-01-archive.html
65. HSP Hochspannungsgerate GmbH, "Transfurmer Oil Bushing", Direct Industry 2011, http://www.
directindustry.com
66. Siemens, "High Voltage Power Capacitors & Capacitor Banfts" Published by and copyright 2009.
Siemens AG, Energy Sectol www.siemens.com/energy
225
lndeks
A F
actLtal insulating creepage distance 146 faktor ketahanan tegangan lebih sementara 67
air-gap core 133 ferroresonansi 53. 112
alat pengukur konduktivitas 159 flashover 55. 153
alat proteksi arester 9 Forced Oil Air Blast Cooled 208
annealed g/ass 150 Forced Oil Natural Air Cooletl 208
arcing horn 148 Forced Oil Woter Cooled 208
Arester MO 63
arus hubung singkat 33 G
arus magnetisasi 89 gardu induk step down 2
arus pengisian transmisi 89 gardu induk step up 2
arus subtransien 34 gas SF6 16
arus transien 34 gelas yang dikeraskan 150
arus tunak 34 gelas yang dikuatkan 150
auxiliary .iu lrclr 95 geometric mean radius 43
B H
Basic Intpulse Level 72 hardened glass 150
bilik kontak 29 hydrophobic 152
breakdown 153
bulk oil circuit breeker 141 I
busur api 12
induktor kompensasi 102
intermediate electrode 169
C
intermediate transformer 701
conductivitymeter 159
ionisasi 13, 14
counterpoise 82
isolator gantung 147
cylindrical winding 195
isolator pendukung 147
D
daya hantar arus (current carrr-ing capacit-l) 42
J
jarak bocor yang disederhanakan 146
deionisasi 13. 15
jarak rambat isolasi sebenarnya 146
disconnecting s'witch 83
jari-jari geometris rata-rata 43
disc winding 195
jatuh tegangan 43
E
elektroda pengantara 169
K
kapasitas arus sesaat (momentary dutv-') 35
elektroda perata 5
kapasitor {ilter 175
elektroda perata ekstemal 5
elektroda perata intermediasi 5
kapasitor gandeng lM
kapasitor impuls 175
emisi 13. 16
kapasitor laboratorium tegangan tinggi 174
emisi medan tinggi 16
kapasitor pembagi tegangan 774
emisi termal 16
kapasitor pembangkit frekuensi tinggi (osilator)
Equivalent Salt Deposit Density 159
174
226 Peralatan Teg
M T
metode Hukum Kirchhoff 162 tanduk busur 148
minyak bersirkulasi paksa 207 tegangan gagal sela 72
minyak bersirkulasi sendiri 207 tegangan interferensi radio 114
tegangan kerja kontinu 9
o tegangan lebih hubung-buka 104
Oil Immersed Air Blast 208 tegangan lebih impuls hubung-buka 9
Oil Immersed Natural Cooled 208 tegangan lebih impuls petir 9
Oil Immersed Water Cooled 208 tegangan lebih pada frekuensi daya 9
tegangan lutut 136
P tegangan pemulihan (.recovery voltage) t9
partial discharge 114 tegangan perciksela 56
peluahan sebagian (partial discharge) 41,114 tegangan sisa 7i
pemadaman busur api 18 tegangan telpaan balik 13
pemilahan busur api 18 telecontrol l0l
pemutus daya (circuit breaker) l0 tembus listrik 153
pemutus daya minyak 26, 141 trafo daya step down 2
pemutus daya SF6 31 trafo daya step up 2
pemutus daya udara 25 trafo penengah 101
pemutus daya udara tekan 28 trafo tegangan kutub ganda 100
pemutus daya vakum 30 trafo tegangan kutub tunggal 99
power line carrier 98, 101 trafo tegangan magnetik 98
trafo tegangan tiga fasa 99
R turbogenerator 35
radio interference voltage
rangkaian induktif 22 U
rangkaian kapasitif 2l ungapped core 133
rangkaian L-C 24
rangkaian resistif 20 v
rangkaian R-L 23 varistor 23
relai diferensial 137 drop 43
relai jarak 138
-il"iLtF
I "'::""?'J;'j;1:*.
Timut
,
Jarqa
Pr"Ut"t