You are on page 1of 13

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Asuransi, pada awalnya adalah suatu kelompok yang bertujuan membentuk arisan
untuk meringankan beban keuangan individu dan menghindari kesulitan pembiayaan. "Secara
ringkas dan umum, konsep asuransi adalah persiapan yang dibuat oleh sekelompok orang
yang masing-masing menghadapi kerugian kecil sebagai sesuatu yang tidak dapat diduga.
Apabila kerugian itu menimpa salah seorang dari mereka yang menjadi anggota perkumpulan
itu, maka kerugian itu akan di- tanggung bersama oleh mereka.

Tujuan asuransi adalah untuk mengadakan persiapan dalam menghadapi


kemungkinan kesulitan yang dihadapi oleh manusia dalam kehidupan, seperti dalam kegiatan
perdagangan mereka.Sebenarnya, bahaya kerugian itulah yang mendorong .manusia berupaya
dengan bersungguh-sungguh untuk mendapatkan cara-cara yang aman untuk melindungi diri
dan kepentingan mereka. Cara-cara itu berbeda-beda sesuai dengan bentuk kerugiannya.
Seandainya kerugian itu disadari lebih awal, maka seseorang itu akan mengatasinya dengan
langkah pencegahan; dan seandainya kerugian itu sedikit, seseorang itu akan menaggungnya
sendiri; tetapi seandainya kerugian itu tidak dapat diduga dengan lebih awal serta banyak
jumlahnya sampai tidak dapat dicegah atau diatasi sendiri, tentunya itu akan menimbulkan
kesulitan baginya. Oleh karena itu, " mencegah kerugian" atau "mengatasi dan menanggung
kerugian sendiri" tidak dapat dipraktekkan secara luas. Kerugian yang besar, kemusnahan dan
kerugian yang tidak dapat diduga, tidak dapatdiatasi dengan cara ini. Dalam keadaan seperti
ini, seseorang itu akan rugi sama sekali seandainya tidak ada bantuan dari masyarakat atau
kelompoknya. Kerugian seperti itu tidak besar artinya bagi seluruh masyarakat, tetapi bagi
individu hal itu merupakan suatu kerugian besar seandainya dia menghadapinya seorang diri.
Inilah latar belakang teori asuransi yang dibentuk untuk tujuan menghadapi kerugian yang
tidak diduga baik waktunya maupun jumlahnya.1

B. Rumusan Masalah
1. Definisi Asuransi
2. Asal Usul Asuransi
3. Pro Dan Kontra Tentang Asuransi
4. Prinsip Kepentingan Yang Dapat Diasuransikan
5. Analisis Kontrak Asuransi Modern
6. Definisi Reasuransi
7. Sejarah Rasuransi Pada Umumnya
8. Hubungan Antara Asuransi Dan Reasuransi
C. TujuanPenulisanmakalah
- GunamemenuhitugasHukumBisnis
- Agar kitadapatmengetahuicara-caraasuransidanreasuransimenurutislam

1
Mohammad Muslehuddin, Asuransi Dalam Islam, Terj.Wardana, Jakarta: Bumi Aksara, 1997, hlm.3-4.

1
BAB II

PEMBAHASAN

A. Definsi Asuransi

Istilahasuransi, menurut pengertian riilnya, adalah iuran bersama untuk meringankan


beban individu, kalau-kalau beban tersebut menghancurkannya. "Konsep asuransi yang
paling sederhana dan umum adalah suatu persediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang,
yang bisa tertimpa kerugian, guna menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan,
sehingga bila kerugian tersebut menimpa salah seorang di antara mereka maka beban
kerugian tersebut akan disebarkan ke seluruh kelompok.

Maka,tujuan dari asuransi adalah untuk menyiapkan bekal guna menghadapi bahaya
yang menimpa kehidupan dan urusan manusia. Sebenarnya, bahaya kerugianlah yang
membuat orang memikirkan semacam perangkat keamanan untuk menghindarinya. Perangkat
ini beragam sesuai dengan tingkat kerugiannya. Jika kerugian tersebut dapat diramalkan
maka bisa dihindarkandegan cara mengambil langkah-langkah pencegahan, dan jika
kerugiannya kecil maka si individu bisa memikulnya sendiri. Tapi,kesulitan muncul bila
kerugiannya tidak terduga dan besarsehingga tidak sanggup untuk dicegah maupun dipikul.
Karena itu, "peucegahan kerugian" (loss prevention) atau "pemikulan kerugian" (loss
assumption)' penerapannya sangat terbatas dan tidak dapat megatasi kerugian yang besar,
yang menghaucurkaan dan tak terduga. Dalam peristiwa demikian, individu akan hancur
totaljika bantuan dari komunitas atau kelompok tidak datang. Bagi komunitas secara
keseluruhan, kerugian seperti itu dapat diabaikan. Tapi, lain halnya bagi individu, ia akan
benar- benar hancurjika kerugian tersebut dipikul sendirian. Inilah latar belakang teoritis dari
asuransi yang telah dipikirkan untuk menghadapi kerugian yang tak diketahui, baik waktu
maupun jurnlahnya. Kini, pertanyaannya adalah apakah itu benar-benar merupakan kerugian
ataukah peluang rugi, yakni risiko yang ditutup oleh asuransi.

Banyak sekali kesimpangsiuran mengenai persoalan ini. Penulis-penulis tentang


asuransi telah mengambil kedua sudut pandang tersebut. Ada yang mendefinisikannya
sebagai perangkat untuk menghadapi kerugian, dan ada yang menyatakannya sebagai
persiapan menghadapi risiko. Dilihat dari signifikansi kerugian, Adam Smith berpendapat
bahwa asuransi, dengan menyebarkan beban kerugian kepada banyak orang, membuat
kerugian menjadi ringan dan mudah bagi seluruh masyarakat. Wagner menyempurnakan
pendapat ini dengan merumuskan teori-kerugian (loss-theory) sebagai berikut:

Istilah asuransi, menurut pengertian ekonomi, menunjukkan suatu aransemen


ekonomi yang menghiIangkan atau mengurangi akibat-akibat yang merugikan di masa akan
datang karena berbagai kemungkinan sejauh menyangkut kekayaan (vermoegen) seorang
individu. Kemungkinan-kemungkinan tersebut harus bersifat tidak tetap (casual) bagi
individu yang dipengaruhinya, sehingga setiap kejadian merupakan peristiwa yang tak
terduga. Asuransi membagi rata segala akibat yang merugikan atas serangkaian (reihe) kasus
yang terancam oleh bahaya yang sama namun belum benar-benar terjadi.

2
Jadi,.menurut teori kerugian, tekanan yang besar diletakkan pada distribusi kerugian
yang merupakan unsur penting asuransi. Yang dijamin oleh asuransi adalah kompensasi atas
actual loss (kerugian yang sebenarnya). Sementara itu, Willett berpendapat bahwa
pentingnya asuransi terletak pada kemampuannya untuk mengubah risiko yang tidak pasti
dan tidak terbatas menjadi fixed cost (biaya tetap) melalui konsolidasi. Risiko, menurutnya,
meskipun bersifat subyektif dan tak dapat diukur namun dapat dijadikan objektif dan terukur
dengan menggunakan pengetahuan tentang kejadian atau pcristiwa masa lalu. Pengukuran
risiko dimungkinkan bila risiko atau kejadian masa lalu yang banyak sekali dikelompokkan
lalu diambil rata-rata umumnya. Dengan kata lain, probabilitas dari beberapa gejala menjadi
dapat diprediksi dalam kelompok-kelompok yang ukurannya memadai. Karena itu,jumlah
dan pro babilitas yang besar dinyatakan sebagai dasar rusk-theory, (teori-risiko). Tapi, sejauh
mana teori ini tetap berlaktu? Berapa batas darijumlah besar itu dan seberapa luas scbaiknya
ukuran kelompok agar dapat memprediksi keteraturan dan probabilitas dari fenomena
tersebut?

"Sungguh merupakan kesalahan yang serius kalau berpendapat bahwa semakin besar
jumlah risiko yang diketahui, semakin pasti penerapan hukumnya. Karena jika observasi
risiko terlalu melebar hingga melampaui batas tertentu, maka akan banyak sekali perbedaan
penting yang kehilangan identitasnya. Misalnya, Perusahaan asuransi North American, yang
hanya menyelenggarakan asuransi untuk orang Amerika Utara, tidak akan diuntungkan oleh
statistik kematian dari penduduk belahan dunia lain, karena penerapan hal itu berarti
rnengabaikan perbedaan yang ada. Sama halnya, sungguh merupakan kebodohan mutlak bila
memasukkan seluruh kebakaran atau risiko utang di Amerika Serika dalam satu golongan.
Hukum jumlah besar tak lain rnerupakan aplikasi dari prinsip probabilitas yang tidak bisa
akurat dalam mengestimasi risiko, meskipun dasarkan klasifikasi, karena kondisi-kondisi
yang melatarbelakangi fenomena senantiasa berubah. Selain itu, estimasi yang didasarkan
pada pengalaman masaI lalu tidak dapat diterapkan secara persis untuk masa akan datang.
Etimasi tersebut hanya merupakan perkiraan, bukan kepastian. Dalam kondisi demikian maka
yang menjadi dasar untuk bertindak adalah hasil perhitungan spekulasi semata. Risiko,
karena bersifat abstrak, sama sekali tidak dapat ditentukan sebelumnya kecuali kalau sudah
berbentuk kerugian. Oleh karena itu, asuransi yang sejati bisa digambarkan, dengan lebih jitu,
sebagai alat untuk menutup kerugian pada saat terjadi dengan cara mendistribusikan kerugian
tersebut kepada suatu komunitas atau kelompok.2

B. Asal Usul Asuransi

Gagasan asuransi secara erat dikaitkan dengan kelompok. Dengan kata lain,
kehidupan kelompok merupakan titik pangkal asuransi. Tapi, masih belum diketahui kapan
asuransi sesungguhnya dimulai dan dalam jenis kelompok bagaimana ia dikembangkan.
Dalam upaya melacak asal usulnya, kita harus mempelajarijauh ke dalam sejarah peradaban.
Pada tahap awal peradaban, orang primitif tidak lebih baik dibanding orang liar yang
mengembara mencari makanan dan hidup berburu di antara masa-masa kelaparan yang
panjang. Kemudian, sampailah ia pada tahap menetap di tanah-tanah datar, bercocok tanam

2
Mohammad Muslehuddin, Menggugat Asuransi Modern, Jakarta, Lentera, hlm 3-7

3
dan menyimpan makanan untuk menghadapi masa darurat, tapi tetap belum Iayak disebut
manusia beradabjika tidak menjadi penduduk dari "suatu area yang secara terus-menerus
diolah dan dimiliki berdasarkan peraturan adat dan kota atau benteng adat.

Civilization (peradaban) berasal dari kata Latin civis (kota). Maka, kehidupan kota
merupakan unsur penting(sine qua non) bagi seorang manusia beradab. Menurut Ibn
Khaldun, sang sejarawan-filosof besar, hasrat manusia terhadap makanan melahirkan
kekuatan mendesak terhadap peradaban, yang merupakan tahap tertinggi dalam evolusi
sosial. Manusia, seperti digambarkan oleh para filosof, adalah binatang sosial dan, karena-
nya, tidak dapat hidup sendiri sebagaimana binatang- binatang lain. la membutuhkan bantuan
dari masyarakat sesama manusia untuk memenuhi kebutuhannya. Ini menimbulkan bentuk-
bentuk kepentingan, hubungan, dan pertukaran yang berbeda, yang akhirnya menghasilkan
sebuah organisasi sosial. Dari kebutuhan sosial tumbuhlah masyarakat, kata Plato.3

C. Pro Dan Kontra Tentang Asuransi


1. Beberapa Keberatan

Kontrak asuransi modern ditolak oleh ulama atau kalangan terpelajar Islam
dengan berbagai alasan, sementara penyokong modernisme Islam berkeras bahwa
asuransi ini holeh menurut hukum Islam. Keberatan ulama. terutama. adalah bahwa:

a. Asurasi merupakan kontrak perjudian.


b. Asuransi hanyalah pertaruhan.
c. Asuransi bersifat tidak pasti.
d. Asuransi,jiwa adalah alat dengan mana suatu usaha dilakukan untuk
mengganti kehendak Tuhan.
e. Dalam asuransi jiwa,jumlah premi tidak tentu, karena peserta asuransi tidak
tahu berapa kali cicilan yang akan dibayarnya sampai ia meninggal.
f. Perusahaan asuransi menginvestasikan uang yang dibayarkan oleh peserta
asuransi dalam surat-surat berharga (sekuritas) berbunga. Dan, dalam hal
asuransi jiwa. si peserta asuraiisi. atas kematiannya, berhak mendapatkan jauh
lebih banyak dari jumlah yang telah dibayarkannva, yang merupakan riba
(bunga).
g. Seluruh bisnis asuransi didasarkan pada riba yang hukumnya haram.

Jadi, ulama dengan keras menyatakan perang terhadap asuransi. dan sccara
tegas berpendapat bahwa kontrak asuransi secara diametris bertentangan dengan
standar-standar etika yang ditetapkan oleh hukum Islam. Asuransi berhahaya, tidak
adil, dan tidal pasti.

2. Jawaban

Dalammenjawab semua keberatan ini, kaum modrnismengatakan bahwa:

3
Ibid,hlm 7-8

4
a. Asuransi bukan perjudian,juga bukan pertaruhan, karena didasarkan pada
mutualitas (kebersamaan) dan kerja sama. Perjudian adalah suatu permainan
keberuntungan dan, karenauya, merusak masyarakat. Asuransi adalah suatu
anugerah bagi umat manusia, karena ia melindungi mereka dari bahaya yang
mengancam jiwa dan harta mereka dan memberikan keuntungan bagi
perdagangan dan industri.
b. Ketidakpuasan dalam transaksi dilarang dalam Islam karena menyebabkan
perselisihan.Jelas dari ucapan- ucapan Nabi saw bahwa kontrak penjualan
dilarang bila penjual tidak sanggup menyerahkan barang yang dijanjikan
kepada pembeli karena sifatnya yang tidak tentu. Seekor burung di udara atau
seekor ikan di air, misalnya, tidak dapat diserahkan jika tidak ditangkap, dan
tertangkapnya pun tidak pasti. Karena suatu keudakpastian tidak dapat
dihindarkan dalam transaksi di dunia modern, maka dapat disimpulkan bahwa
ucapan Nabi saw itu menyinggung kasus-kasus di mana ketidakpastian
muncul dalam bentuk ekstremnya, seperti dalam perjudian. Menurut
keterangan ini, asuransi jauh dari ketidakpastian, khususnya ketika disertai
dengan satu kompensasi (ganti rugi) yang pasti. Sebenarnya, kompensasi
nyata dalam asuransi adalah keamanan yang dirasakan oleh peserta asuransi
sebagai pengganti untuk setiap cicilannya. Kalau demikian, apakah itu bukan
berkah?
Kontrak asuransi adalah salah satu ganti kerugian atau uangjaminan
yang sesuai dengan hukum Islam. Para fukaha telah mengakui keabsahan
kontrak demikian, baik jumlah hartanya diketahui ataupun tidak. Contoh
ilustrasi yang paling tepat adalah ketika seseorang berkata kepada seseorang
lainnya, "Saya memberikan jaminan atas utang yang Anda berikan kepada si
fulan," atau, "Saya memberikan jaminan dalam penjualan ini atas tuntutan apa
pun setelah ini yang diajukan terhadap penjualan ini. Uang jaminan bisajuga
ditangguhkan dengan suatu syarat. Seandainya seseorang berkata kepada
seseorang lainnya, “jika Anda menjual barang Anda kepada si anu maka
harganya biar saya yang bayar," itu boleh. Jadi, ketidakpastian tidak bisa
menjadi alasan keberatan terhadap kontrak asuransi.
Sanggahan juga diajukan atas pernyataan bahwa keamanan dalam
asuransi tidak nyata sebagai subject matter kontrak, yang diharuskan oleh
hukum Islam. Pernyataan ini disanggah dengan mengambil contoh kontrak
pengupahan seseorang untuk jadi satpam ('aqd al-istijar 'ala al-harasah) yang
boleh menurut hukum Islam, di mana keamanan adalah subject matter-nya.

c. Asuransi jiwa bukan alat untuk menolak kekuasaan Tuhan ataumenggantikan


kehendaknya, karena asuransi ini tidak menjamin suatu peristiwa yang tidak
terjadi tapi, sebaliknya, mengganti kerugian kepada peserta asuransi terhadap
akibat-akibat dari suatu peristiwa atau risiko yang sudah ditentukan. Gerakan
kooperatiflah yang menguraugi kerugian akibat suatu peristiwa terteutu, dan
itu didukung oleh ayat Al-Qur'an: "Dan tolong-menolonglah kamu dalam
(mengerjakan)kebajikan dan takwa, dan janganlah tolong-menolong dalam

5
berbuat dosa dan pelanggaran.Sudah pasti, kematian adalah suatu
malapetaka menurut . Al-Qur'an' dan, oleh karena itu, bisa diambil langkah-
langkah untuk memperkecil keseriusan akibatnya dengan cara saling
menolong dan membantu.
d. Keberatan mengenai tidak tentunya asuransijiwa dalam arti bahwa peserta
asuransi tidak mengetahui berapa banyak jumlah cicilan yang dibayarnya
sampai kematiannva adalah tidak beralasan. Para fukaha Hanafi, perlu
diketahui, megadakan pembedaan antara ketidaktentuan yang menyebabkan
komplikasi sehingga kontraknva tidak dapat dilaksanakan dengan
ketidaktentuan yaug tidak mempengaruhi pelaksanaan. Uutuk meIukiskan hal
ini, mereka menyebutkan sebuah contoh bahwa komposisi untuk semua
kewajiban dinyatakan sah dengan alasan bahwa ia tidak menciptakan
kesalahpahaman apa pun, sedangkau komposisi dinyatakan tidak sah jika
hanya untuk sebagian kewajiban saja. Demikian pula, cicilan yaug tidak tentu,
dalam asuransijiwa, tidak mempengaruhi keabsahan kontrak,juga tidak meru
ikan pihak mana pun, karena jumlah dari tiap cicilan menjadi diketahui ketika
dibayar dan begitu pula jumlah total dari semua cicilan pada saat semuanya
sudah dibayar.Keberatan mengenai riba, dalam asuransi jiwa, tak berguna,
karena asuransi ini membolehkan peserta asuransi untuk tidak menerima lebih
dari yang telah dibayarnya.tidak mungkin diajukan keberatan terhadap
transaksi-transaksi lain yang dilakukan perusahaan-perusahaan asuransi dan
investasi berbunga mereka, kerena seseorang harus mengambil asuransi
sebagaimana adanya sesuai dengan bentuk reasminya.
e. Itulah, secara ringkas, jawaban kaum modernis. Tambahan pula, mereka
menyatakan kontrak bantuan (‘aqd al-muwalatr) dalam Islam sebagai serupa
dengan asuransi kewajiban (liability insurance). Perlu diingat bahwa
seseorang boleh mengasuransikan dirinya tidak hanya terhadap resiko
datangtnya kematian dan kecelakaan pribadi, atau kerusakan pada hartanya,
tapi juga terhadap resiko terjadinya kewajiban terhadap pihak ketiga, dan
kontrak bantuan sudah ada untuk melayani tujuan ini. Inilah kontrak yang
terjaadi ketika seorang asing yang keturunannya tidak diketahui berkata
kepada sorang lain, “Engkau adalah penjagaku dan bertanggung jawab untuk
membayar konpensasi jika saya melakukan tindakan yang salah. Sebagai
balasanya, engkau berhak mewarisi harta saya jika saya mati.” Dengan
menerimatawaran semacam itu, kedua pihakterikat oleh hal itu. Maka,
asuransi kewajiban boleh dalam Islam. tidak hanya ini, tapi ada contoh lain
dalam bai’ bi al-wafa’ (penjualan yang dapat ditebus), suatu kontrak bentuk
baru yang dimasukkan kedaalam Islam karena keadaan menuntunnya. Maka,
kontrak asuransi bisa juga di adopsi menurut aturan keadaan terpaksa. Tak
kurang pentingnya adalah contoh yang dikemukakan oleh Khalifah Umar
yang, demi kebaikan umum dan didorong oleh keterpaksaan, menyimpang
dari ayat Al-Qur’an dalam menghapuskan dana bantuan bagi “orang-orang
dibujuk hatinya” (Mualaf) dan dalam menangguhkan hukum bagi pencuri
pada tahun kelaparan.
3. Padangan Lain

Demikianlah konflik berbagai pandangan dari dua mazhab pemikiran. Tapi Ibn
'Abidin. penulis Radd al- mukhtar. Telah mengkaji masalah, ini dengan cara lain. Di
bawah bab "Mustamin" (orang yang dilindungi),ia mengatakan bahwa para pedagang
asing masuk ke Dar al-Islam atau wilayah Muslim di bawah aman., yakni perjanjian

6
damai, dan mengadakan transaksi bisnis asuransi mereka. Meskipun mereka
dilindungi, seorang Muslim tidak bisa bertransaksi dengan niereka sesuai
keinginannya, tidak pula dapat mengadakan kontrak dengan mereka yang tidak bisa ia
lakukan secara sah dengan sesama muslim,juga tidak bisa ineminta apa saja dari
mereka yang tidak dibenarkan dalam Islam. Selanjutnya, Ibn 'Abidin mengatakan
bahwa para pedagang Muslim, ketika mereka mencarter sebuah kapal orang harbi,
yakni warga negara wilayah non-Muslim, mereka membayar kepadanya biayanya
danjuga membayar sejumlah tertentu untuk asuransi kepada harbilainnya (penjamin)
dengan syarat bahwa ia, sebagai balasan, akan mernberi mereka kompensasi (ganti
rugi) atas ke- rusakan yang timbul pada barang yang dimuat dalam kapal. Agcn
penjamin itu bertempat tinggal di wilayah mereka (negeri Muslim) sebagai orang
yang dilindungi Transaksi semacam ini tidak boleh dalam islam alasan bahwa itu
terjadi di negara Muslim hukum Islam, yang berlaku, melarangnya. Selain itu, tidak
diizinkan bagi seorang Muslim mengambil dari orang yang dilindungi apa yang tidak
boleh ia bayar menurut hukum Islam.4

D. Prinsip Kepentingan yang Dapat Diasuransikan

Kepentingan yang dapat diasuransikan adalah kepentingan yang menurut peraturan


wajib dimiliki oleh seseorang agar ia dapat mengadakan asuransi secara valid. Dalam
Common Law of England tidak ada larangan atas asuransi yang tidak memiliki kepentingan,
kecuali "tiga undang-undang yang sekarang berlaku," kata Picard. Tiga undang-undang
tersebut adalah: Peraturan Asuransi Maritim (Marine Insurance Act) tahun 1906, Peraturan
Asuransi Jiwa (Life Insurance Act) tahun 1774 (dikenal sebagai Peraturan Perjudian), dan
Peraturan Pertaruhan (Gaming Act) tahun l845.5

E. Analisis Kontrak Asuransi Modern

Ganti Rugi: Beberapa Implikasinya

Dalam menganalisis kontrak asuransi modern, kita akan merujuk pada bab-bab
sebelumnya yang telah membahas sifat bunganya yang amat unggi dan sifat risikonya yang
tidak dapat dipastikan. Sekarang kita mengkaji sejauh mana kontrak tersebut merupakan
kontrak ganti rugi dan apakah prinsip insurable interest (kepentingan yang dapat
diasuransikan) telah berhasil mencegahnya dari menjadi obyek taruhan.

Ganti rugi diartikan bahwa pihak terjamin dapat memperoleh kembali dari penjamin
tidak lebih dari jumlah kerugian yang sebenaruva, namun, dalam prateknya "ternyata tidak
selalu begitu."Secara umum, peraturan menyatakan bahwa seluruh kontrak asuransi adalah
kontrak ganti rugi, kecuali untuk kontrak:

I. Asuransi jiwa.
II. Asuransi kecelakaan pribadi dan asurausi kesehatan.

4
Ibid, hlm, 145-150
5
Ibid, hlm 45

7
"Selain dari dua pengecualian ini," kata Picard, "undang-undang tidak mengizinkan
kontrak asuransi ditafsirkan bukan sebagai kontrak ganti rugi," yakni, "pihak terjamin berhak
mendapat kompensasi tapi tidak lebih dari kompensasi, dan ia tidak dapat memperoleh
kembali dari para penjamin suatu jumlah yang lebih besar dari nilai kerugiannya.6

Perusahaan asuransi sebagai penanggung dengan tegas memberikan kriteria dan


batasan luasnya proteksi atau jaminan yang diberikannya kepada tertanggung. Kriteria dan
batasan tersebut dicantumkan di dalam polis, sesuai dengan jenis asuransi yang bersangkutan.
Sehingga dengan demikian pada setiap polis tercantum jenis peristiwa apa saja yang menjadi
tanggung jawab penanggung. Jadi apabila terjadi kerugian yang disebabkan karena peristiwa
–peristiwa yang diperjanjikan itulah penanggung akan membayar ganti kerugian. Beberapa
contoh lain:

1) Jenis Asuransi: Kebakaran.

Peristiwa yang menyebabkan kerugian, yang ditanggung oleh penanggung adalah:

- Kebakaran
- Petir
- Peledakan.
- Kejatuhan pesawat terbang
2) Jenis Asuransi: Kendaraan bermotor.
Peristiwa yang menyebabkan kerugian yang ditanggung oleh penanggung adalah:
- Kerusakan kendaraan. sebagai akibat
- Tabrakan, benruran
- terbalik
- tergelincir dari jalan
- niat jahat orang lain
- Kecurian
- Kebakaran
- Tanggung jawab menurul Hukum terhadap pihak ketiga.
3) Jenis Asuransi: Pesawat/antene TV.
Peristiwa yang menyebabkan kerugian yang ditanggung oleh penanggung
adalah:
- Kebakaran.
- Ledakan
- Angin ribut
- Kecurian,perampokan, pemerasan dan seterusnya.
- Kerugian sebagai akibat jatuh/terbenturnya pesawat TV dalam bangunan yang
dipertanggungkan.
- Turun naik tegangan.
- Kortsleting
- Tanggung gugat menurut Hukum atas diri Tertanggung.7

6
Ibid, hlm 48
7
Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi,Jakarta, SINAR GRAFIKA, hlm.110-112

8
F. Definisi Reasuransi

Reasuransi adalah suatu persetujuan yangb dilaksanakan oleh suatu penanggung


dengan penanggung lainnya yang dinamakan reasuradir dalam persetujuan mana pihak kedua
dengan menerima premi yang ditetapkan terlebih dahulu, bersedia memberi penggantian
kerugian kepada pihak pertama, mengenai penggantian kerugian yang pihak pertama wajib
membayar kepada yang tertanggung, dan yang menjadi akibat dari salah satu persetujuan
pertanggungan yang diadakan antara pihak pertama dan pihak tertangung.8

G. Sejarah Reasuransi Pada Umumnya

Sejarah reasuransi secara jelas baru dapat ditelusuri kira-kira pada abad keempat
belas, yaitu jauh sesudah dugaan adanya/timbulnya kegiatan asuransi sendiri yang
diperkirakan sudah ada pada empat sampai tiga ribu tahun sebelum Masehi. Hal ini dapat
ditelusuri kembali dengan dicatatnya berbagai dokumen yang dapat ditemukan sebagai
pendukungnya. Di samping itu pada masa abad-abad pertengahan catatan sejaran juga
memberikan data dan gambaran bahwa perkembangan perdagangan dan pelayaran mulai
maju dengan pesatnya.

Perdagangan antara bangsa-bangsa di sekitar Laut Tengah dan Eropa pada waktu itu
merupakan satu faktor prndorong majunya perdangangan dan kegiatan-kegiatan lain yang
membantu perdagangan itu sendiri. Sistem perdangangan menjadi satu mekanisme yang
kompleks dan luas dengan pendukung dari berbagai kegiatan lainyang saling berkaitan satu
dengan yang lain sehingga akhirnya dikenal seperti adanya sekarang ini. Mekenisme
termaksud mencakup berbagai kegiatan transaksi uang dan modal yang menciptakan para
bankir dan sistrem pembayaran yang dikenal sampai saat ini; timbulnya perwakilan-
perwakilan dagang dan munculnnya kegiatan reasuransi, sebagai akibat makin luasnya
jangkauan hubungan antara para pedangan yang melampaui wilayahnya masing-masing.9

H. Hubungan Antara Asuransi Dan Reasuransi

Perusahaan asuransi sebagai penanggung pertama yang telah mengadakan/menutup


perjanjian asuransi dengan nasabahnya, mempunyai beban-beban tertentu, yang
menempatkan perusahaan asuransi harus mengambil langkah-langkah tertentu sebagai
pengaman. Tindakan tersebut perlu diambil, mengingan kedudukan dan beban resiko yang
ada padanya relatif menjadi bertambah. Bertambahnya beban resiko pihak lain menjadi beban
sendiri sangat perlu dilimpahkan lagi kepada pihak yang lain, yaitu dengan reasuransi.
Meskipun demikian, antara asuransi dan reasuransi masih tetap dapat ditemukan beberapa
sipat yang menujukan karakteristik masi8ng-masing dengan adanya persamaan dan
perbedaan-perbedaan tertentu.

Adapun persamaan dan perbedaan asuransi dan reasuransi adalah sebai berikut:

8
Ibid, hlm. 22
9
Ibid, hlm. 40

9
1. Asuransi merupakan suatu perjanjian yang diadakan oleh pihak pertama
yaitu perusahaan asuransi sebagai penanggung pertama dengan pihak
kedua yaitu mereka yang mempunyai kepentingan, biasanya anggota
masyarakat, baik orang perorangan atau lembaga/badan usaha sebagi
anggota masyarakat.
Reasuransi juga merupakan suatu perjanjian yang diadakan antara pihak
pertama yaitu perusahaan asuransi sebagai penanggung pertama dengan
pihak kedua yaitu perusahaan reasuransi sebagai penanggung ulang
2. Obyek perjanjian asuransi dapat meliputi semua kepentingan, baik yang
menyangkut hak milik kebendaan atau hak-hak lain termasuk tanggung
jawab dari orang peroranagan secara individual antar kelompok sebagai
anggota masyarakat.
Perusahaan asuransi sebagai ppenanggung pertama secara langsung
berhubungan dengan konsumen jasa asuransi yang mempunyai
kepentingan untuk diasuransikan.
Sedangkan obyek perjanjian reasuransi adalah tanggung jawab perusahaan
asuransi sebagai penanggung pertama terhadap konsumen/nasabahnya.
Jadi penanggung ulang dalam reasuransi tidak berhubungan langsung
dengan konsumen jasa asuransi, melainkan dengan perusahaan asuransi.
3. Tidak semua jenis perjanjian asuransi tunduk pada asas ganti kerugian/asas
indemnitas, misalnya pada perjanjian asuransi jiwa, asuransi kecelakaan
pribadi atau asuransi sakit.
Perjanjian reasuransi merupakan perjanjian yang mempunyai tujuan
memberikan ganti kerugian, dengan tolak ukur tertentu. Oleh karena itu
perjanjian reasuransi pada hakikatnya memang tunduk pada asas
indemnitas.

Secara umum dapat dikatakan bahwa hubungan antara asuransi dan reasuransi adalah
merupakan suatu hubungan kerjasama dengan saling ketergantungan dan keterlibatan
sedemikian rupa yang dilakukan oleh para pihak atas dasar asas timbal balik (reciptocipal
basis).

Hubungan hukum tersebut terjadi dalam berbagai bentuk jenis perjanjian-perjanjian


reasuransi. Jadi secara teknis peran reasuransi terhadap kegiatan asuransi adalah adalah
melindungi penanggung pertama terhadap insolvency (ketidakmampuan untuk melakukan
pembayaran) yang dapat menjamin stabilitas usaha asuransi pada ummnya.

Stabilitas perusahaan yag dapat dicapai oleh perusahaan asuransi, sangat penting
sebagai faktor pendukung bagi perkembangan usaha asuransi, baik di negara-negara
berjembang atau negara lain.

Oleh Dr. F.L Tuma, tujuan reasuransi dinyatakan semata mata bersifat teknis, yang
dapat mendudukan perusahaan asuransi pada satu posisi yang aman dalam hal pertanggung
jawab karena konsekuensi material pasti terjamin oleh reasuransi. Oleh karena itu
kemampuan untuk membayar pasti dapat di jaga oleh perusahaa asuransi yang bersangkutan

10
demi kepentingan para nasabah yang telh mempercayakan resikonya kepada perusahaan
asuransi.

Meskipun demikian tujuan reasuransi yang bersifat teknis tersebut memerlukan


pengaturan dengan tata cara dan aturan main yang jelas agar para pihak yang berkepentingan
benar-benar dapat menarik manfaat daripadanya.

Oleh karena itu tata kerja hubungan para pihak perlu di eri rambu-rambu sedemikian
rupa sehingga keduanya tetap dalam keseimbangan tertentu sesuai dengan hak dan kewajiban
masing-masing.

Hubungan yang tercapai antara asuransi dan reasuransi dalam keadaan memenuhi
kebutuhan masing-masing dapat menciptakan pasar resuransi. Pasar termaksud dapat dalam
lingkungan nasional atau lebih luas lagi dalam lingkungan internasional.

Jasa reasuransi pada dasarnya hanya dibeli oleh perusahaan asuransi sebagai
penanggung pertama.

Para penulis pada uumnya menyatakan bahwa hubungan yang terjadi antara
penanggung pertama dengan penanggung ulang terjadi atas adanya suatu perjanjian, yaitu
perjanjian reasuransi.10

10
Ibid, hlm.145-148

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Istilah asuransi, menurut pengertian riilnya, adalah iuran bersama untukmeringankan


beban individu, kalau-kalau beban tersebut menghancurkannya. "Konsep asuransi yang
paling sederhana dan umum adalah suatu persediaan yang disiapkan oleh sekelompok orang,
yang bisa tertimpa kerugian, guna menghadapi kejadian yang tidak dapat diramalkan,
sehingga bila kerugian tersebut menimpa salah seorang di antara mereka maka beban
kerugian tersebut akan disebarkan ke seluruh kelompok.

Reasuransi adalah suatu persetujuan yangb dilaksanakan oleh suatu penanggung


dengan penanggung lainnya yang dinamakan reasuradir dalam persetujuan mana pihak kedua
dengan menerima premi yang ditetapkan terlebih dahulu, bersedia memberi penggantian
kerugian kepada pihak pertama, mengenai penggantian kerugian yang pihak pertama wajib
membayar kepada yang tertanggung, dan yang menjadi akibat dari salah satu persetujuan
pertanggungan yang diadakan antara pihak pertama dan pihak tertangung.

B. SARAN

Denganterselesaikannyamakalahinitentumasihbanyakkekurangandanjauhdari kata
sempurna, namunsyukur Alhamdulillah penulisucapkandenganpenuhta’zimkepada Allah
JallaJalalah yang telahmemberikanpetunjuk-Nyasehinggamakalahinibisatersusun.Saran
dariparapembacapenulisterimadenganterbuka agar terciptanyamakalah yang
sempurnyadansemogadapatmenambahhasanahilmupengetahuanbagipeenulis.

12
DAFTAR PUSTAKA

 Mohammad Muslehuddin, Asuransi Dalam Islam, Terj.Wardana, Jakarta: Bumi Aksara


 Mohammad Muslehuddin, Menggugat Asuransi Modern, Jakarta, Lentera
 Sri Redjeki Hartono, Hukum Asuransi Dan Perusahaan Asuransi,Jakarta, Sinar Grafika

13

You might also like