You are on page 1of 22

BAB I

SKENARIO

Nyeri Pada Dada Kiri Pak Wawan

Pak Wawan umur 35 tahun dibawa oleh isterinya ke Unit Gawat Darurat setelah
mengalami kecelakaan kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi. Menurut isterinya
sebelumnya Pak Wawan mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi dan
sempat ngantuk sebentar terlelap dan menabrak pohon dengan posisi dada kiri terbentur
dengan setir dan terjatuh. Pak Wawan mengeluh merasakan nyeri pada dada kirinya
akibat terkena benturan dengan setir sepeda motornya. Pada pemeriksaan ditemukan
adanya penurunan suara napas pada dada kiri dengan nyeri tekan pada dinding dada
yang berat, dan oleh dokter anjurkan untuk dilakukan pemeriksaan foto radiologik.

Apa yang terjadi dengan Pak Wawan?


Bagaimana keadaan Pak Wawan selanjutnya?
Bagaimana penanganan yang perlu dilakukan kepada Pak Wawan?

BAB II

1
KATA KUNCI

1. Penurunan suara napas pada dada kiri


2. Nyeri tekan pada dinding dada yang berat
3. Foto radiologik

BAB III

PROBLEM
2
1. Apa yang terjadi denganPak Wawan?
2. Bagaimana keadaan Pak Wawan selanjutnya?
3. Bagaimana penanganan yang perlu dilakukan kepada Pak Wawan?

BAB IV

PEMBAHASAN

3
4.1. BATASAN

Pak Wawan mengeluh nyeri pada dada kiri dikarenakan dada kirinya terbentur dengan
setir saat mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Terdapat lebam dan nyeri tekan
pada pemeriksaan fisik di costa III dan IV juga disertai penurunan suara napas.
Semuanya ini mengarah pada kelainan di regio thoraks (dada kiri). Lebam dan nyeri
tekan menunjukkan adanya patofisiologi yang terjadi di regio ini. penurunan suara
napas juga menunjukan patomekanisme pada paru. Dengan batasan-batasan seperti ini,
maka pada makalah ini, kelompok kami akan memfokuskan pada regio thoraks dan
beberapa kelainannya akibat trauma tumpul (terbentur setir).

4.2. ANATOMI/ FISIOLOGI/ PATOFISIOLOGI/ PATOMEKANISME

Anatomi Fisiologi

Kerangka rongga toraks, merincing pada bagain atas torak dan berbentuk kerucut, terdiri dari
sternum, 12 vertebra, 10 pasang iga yang terakhir di anterior dalam segmen tulang rawan, dan
2 pasang iga yang melayang. Kartilago dari enam iga pertama memisahkan artikulaso dari
sternum; katilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk kostal-kostal sebelum

4
menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas klavikula dan atas
organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.

Muskulatur. Muskulus-muskulus pektoralis mayor dan minor merupakan muskulus utama


dinding anterior toraks. Muskulus latisimus dorsi, trapezius, rhomboideus, dan muskulus
gelang bahu lainnya membentuk palisan muskulus posterior dinding toraks. Tepi bawah
muskulus pektoralis mayor membentuk lipatan/plika aksilaris anterior, lengkungan dan
muskulus latisimus dorsi dan teres mayor membentuk lipatan/plika aksilaris posterior.

Pleura. Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh arah dan limfatik. Di
sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris,menambal kebocoran udara dan kapier.
pleura viseralis menutup paru dan sifatnya tidak sensitive. pleura berlanjut sampai ke hilus
dan mediastinum bersama pleura parietali, yang melapisi dinding dalam toraks dan
diafragma. Kebalikan dengan pleura viseralis, pleura parietalis mendapatkan persarafan dari
ujung saraf (nerveending); ketika terjadi penyakit atau cedera, mak timbul nyeri. Pleura
parietalis memiliki ujung saraf untuk nyeri; hanya bila penyaki-penyakit menyebar ke pleura
ini maka akan timbul. Pleura sedikit melebih tepi paru pada tiap arah dan sepenuhnya terisi
dengan ekspansi paru-paru normal; hanya ruang potensial yang masih ada.

Ruang interkostal. Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam, diikuti oleh tiga
lapis muskulus-muskulus yang mengangkat iga selama respirasi tenang/normal. Vena, arteri
nervus dari tiap rongga interkostal berada di belakang tepi bawah iga. Karena jarum
torakosentetis atau klein yang digunakan untuk masuk ke pleura harus dipasang melewati
bagian atas iga yang lebih bawah dari sela iga yang dipilih.

Diafragma. Bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam dan
kartilagokosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal; bagian muskular
melengkung membentuk tendo sentral. Nervis frenikus mempersarafi motorik, interkostal
bahwa mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putung susu, turut berperan
sekitar 75% dari ventilasi paru-paru selama respirasi biasa/tenang.

Patomekanisme dan Patofisiologi

Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga yang berakhir di anterior
dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga yang melayang. Di dalam rongga dada terdapat

5
paru-paru yang berfungsi dalam sistem pernafasan. Apabila rongga dada mengalami kelainan,
maka akan terjadi masalah paru-paru dan akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan.
Akibat trauma dada disebabkan karena:

Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya udara (tetapi tidak keluar)
ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat, menyebabkan pergeseran mediastinum dan
kompresi paru kontralateral demikian juga penurunan aliran baik venosa mengakibatkan
kolapnya paru. Pneumothorak tertutup dikarenakan adanya tusukan pada paru seperti patahan
tulang iga dan tusukan paru akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya perdarahan pada
rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-paru akan menjadi kolaps. Kontusio pasru
mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paru-paru tidak dapat mengembang
dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat terjadinya sesak nafas. Sianosis dan
tidak menutup kemungkinan akan terjadi syok.

4.3.JENIS – JENIS PENYAKIT YANG BERHUBUNGAN

1. Pneumothoraks
2. Hematothoraks
3. Flail Chest

4.4.GEJALA KLINIS

Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma dada;

a. Nyeri pada tempat trauma, bertambah pada saat inspirasi.

b. Pembengkakan lokal dan krepitasi yang sangat palpasi.

c. Pasien menahan dadanya dan bernafas pendek.

d. Dyspnea, takipnea

e. Takikardi

f. Tekanan darah menurun.

g. Gelisah dan agitasi

6
h. Kemungkinan cyanosis.

i. Batuk mengeluarkan sputum bercak darah.

j. Hypertympani pada perkusi di atas daerah yang sakit.

4.5. PEMERIKSAAN FISIK

a. Adanya garakan paradoksal


b. Nyeri tekan dan krepitasi
c. Tanda–tanda insuffisiensi pernafasan : Cyanosis, tachypnea,
d. Kadang akan nampak ketakutan dan cemas,karena saat bernafas bertambah nyeri.
e. periksa paru dan jantung,dengan memperhatikan adanya tanda-tanda pergeseran
trakea, pemeriksaan ECG, saturasi oksigen
f. periksa abdomen terutama pada fraktur costa bagian inferior :diafragma, hati, limpa,
ginjal dan usus
g. periksa tulang rangka: vertebrae, sternum, clavicula, fungsi anggota gerak
h. nilai status neurologis: plexus bracialis, intercostalis, subclavia.

4.6. PEMERIKSAAN PENUNJANG

a. Rontgen toraks anteroposterior dan lateral dapat membantu mengetahui jenis,letak


fraktur costaenya juga untuk menghilangkan kemungkinan trauma intratorakal.
b. Pemeriksaan foto oblique hanya dapat membantu diagnosis fraktur multiple pada
orang dewasa.
c. “Helical CT Scan”.
d. Foto radiologik
e. X Ray

BAB V

HIPOTESIS AWAL(DIFFERENTIAL DIAGNOSIS)

5.1 Pneumothoraks

7
Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral
dan parietal. Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan
pneumotoraks. Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pneumotoraks akibat trauma
tumpul.

Dalam keadaan normal rongga toraks dipenuhi oleh paru-paru yang


pengembangannya sampai dinding dada oleh karena adanya tegangan permukaan antara
kedua permukaan pleura. Adanya udara didalam rongga pleura akan menyebabkan kolapsnya
jaringan paru. Gangguan ventilasi-perfusi terjadi karena darah menuju paru yang kolaps tidak
mengalami ventilasi sehingga tidak ada oksigenasi.

Ketika penumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada lesi yang terkena dan pada perkusi
hipersonor. Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis.

Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube pada sela iga
ke 4 atau 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi
atau aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan
dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk
mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan
tekanan positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan penumotoraks traumatik atau
pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatf yang tidak
terduga sebelumnya, sampai dipasang chest tube. Pneumotoraks sederhana dapat menjadi life
threatening tension pneumothorax, terutama jika awalnya tidak diketahui dan ventilasi
dengan tekanan positif diberikan. Toraks penderita harus didekompresi sebelum penderita di
transportasi/rujuk.

5.2 Flail Chest

Flail chest adalah area thoraks yang “melayang” (flail) oleh sebab adanya fraktur iga
multipel berturutan ≥ 3 iga , dan memiliki garis fraktur ≥ 2 (segmented) pada tiap iganya
dapat tanpa atau dengan fraktur sternum. Akibatnya adalah: terbentuk area “flail” segmen

8
yang mengambang akan bergerak paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan
dinding dada.

Area tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi,
sehingga udara inspirasi terbanyak memasuki paru kontralateral dan banyak udara ini akan
masuk pada paru ipsilateral selama fase ekspirasi, keadaan ini disebut dengan respirasi
pendelluft. Fraktur pada daerah iga manapun dapat menimbulkan flail chest.

Dinding dada mengambang (flail chest) ini sering disertai dengan hemothoraks,
pneumothoraks, hemoperikardium maupun hematoma paru yang akan memperberat keadaan
penderita. Komplikasi yang dapat ditimbul yaitu insufisiensi respirasi dan jika korban trauma
masuk rumah sakit, atelectasis dan berikut pneumonia dapat berkembang.

5.2.1 Karakteristik

a. Gerakan "paradoksal" dari (segmen) dinding dada saat inspirasi/ekspirasi; tidak


terlihat pada pasien dalam ventilator
b. Menunjukkan trauma hebat
c. Biasanya selalu disertai trauma pada organ lain (kepala, abdomen, ekstremitas)
d. Komplikasi utama adalah gagal napas, sebagai akibat adanya ineffective air
movement, yang seringkali diperberat oleh edema/kontusio paru, dan nyeri. Pada
pasien dengan flail chest tidak dibenarkan melakukan tindakan fiksasi pada daerah
flail secara eksterna, seperti melakukan splint/bandage yang melingkari dada, oleh
karena akan mengurangi gerakan mekanik pernapasan secara keseluruhan.

5.2.2 Penatalaksanaan

a. Sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau tanda-tanda kegagalan
pernapasan atau karena ancaman gagal napas yang biasanya dibuktikan melalui
pemeriksaan AGD berkala dan takipneu
b. Pain control
c. Stabilisasi area flail chest (memasukkan ke ventilator, fiksasi internal melalui operasi)
d. Bronchial toilet
e. Fisioterapi agresif
f. Tindakan bronkoskopi untuk bronchial toilet

5.2.3 Indikasi Operasi (stabilisasi) pada flail chest:

1. Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain (cth: hematotoraks masif, dsb)

2. Gagal/sulit weaning ventilator

9
3. Menghindari prolong ICU stay (indikasi relatif)

4. Menghindari prolong hospital stay (indikasi relatif)

5. Menghindari cacat permanen

5.3 Hematothoraks

Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma tumpul atau tembus pada
dada. Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamaria interna.
Perlu diingat bahwa rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga pasien
hematotoraks dapat syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan yang
nyata, oleh karena perdarahan masif yang terjadi terkumpul di dalam rongga
toraks.Penampakan klinis yang ditemukan sesuai dengan besarnya perdarahan atau jumlah
darah yang terakumulasi. Perhatikan adanya tanda dan gejala instabilitas hemodinamik dan
depresi pernapasan.

5.3.1 Pemeriksaan
a. Ro toraks (yang boleh dilakukan bila keadaan pasien stabil)
b. Terlihat bayangan difus radio-opak pada seluruh lapangan paru
c. Bayangan air-fluid level hanya pada hematopneumotoraks

BAB VI

ANALISIS DARI DIFFERENTIAL DIAGNOSIS

6.1 GEJALA KLINIS

Penyakit Gejala Klinis

10
Pneumotoraks a. Nyeri dada hebat yang tiba-tiba
pada sisi paru terkena khususnya
pada saat bernafas dalam atau batuk
b. Sesak
c. Mudah lelah pada saat beraktifitas
dan beristirahat
d. Warna kulit yang kebiruan
disebabkan karena kurangnya
oksigen (cyanosis)

Hematothoraks a. Denyut jantung yang cepat


b. Kecemasan
c. Kegelisahan
d. Kelelahan
e. Kulit yang dingin dan berkeringat
f. Kulit yang pucat
g. Rasa sakit di dada
h. Sesak nafas

Flail Chest a. Awalnya mungkin tidak terlihat,


karena splinting (terbelat) dengan
dinding dada.
b. Gerakan paradoksal segmen yang
mengambang à saat inspirasi ke
dalam, ekspirasi ke luar. Gerakan
ini tidak terlihat pada pasien dengan
ventilator.
c. Sesak nafas
d. Krepitasi iga, fraktur tulang rawan
e. Takikardi
f. Sianosis
g. Os menunjukkan trauma hebat
h. Biasanya selalu disertai trauma
pada organ lain (kepala, abdomen,
ekstremitas).
i. Nyeri pada tempat trauma,
bertambah saat inspirasi
j. Pasien menahan dadanya dan
bernafas pendek
k. Dispnea, hemoptisis, batuk dan

11
emfisema subkutan
l. Penurunan tekanan darah
m. Peningkatan tekanan vena sentral
yang ditunjukkan oleh distensi vena
leher
n. Bunyi muffle pada jantung
o. Perfusi jaringan tidak adekuat

6.2 PEMERIKSAAN FISIK PENYAKIT

Penyakit Pemeriksaan Fisik


Pneumotoraks a. Inspeksi: dapat terjadi
pencembungan dan pada waktu
pergerakan nafas, tertinggal
pada sisi yang sakit
b. Palpasi: pada sisi yang sakit
ruang sela iga dapat normal atau
melebar, iktus jantung terdorong
kesisi thoraks yang sehat.
Fremitus suara melemah atau
menghilang.
c. Perkusi: suara ketok hipersonor
sampai tympani dan tidak
bergetar, batas jantung
terdorong ke thoraks yang sehat,
apabila tekanannya tinggi.
d. Auskultasi: suara nafas
melemah sampai menghilang
nafas dapat amforik apabila ada
fistel yang cukup besar.

Hematothoraks a. Inspeksi : ketinggalan gerak


b. Perkusi : redup di bagian
basal karena darah mencapai
tempat yang paling rendah
c. Auskultasi : vesikuler

12
d. Sumber lain menyebutkan tanda
pemariksaan yang bisa
ditemukan adalah :
e. Tachypnea
f. Pada perkusi redup
g. Jika kehilangan darah sistemik
substansial akan terjadi
hipotensi dan takikardia.
h. Gangguan pernafasan dan tanda
awal syok hemoragi.
i. Selain dari pemeriksaan fisik
hemotoraks dapat ditegakkan
dengan rontgen toraks akan
didapatkan gambaran sudut
costophrenicus menghilang,
bahkan pada hemotoraks masif
akan didapatkan gambaran
pulmo hilang.

13
Flail Chest a. Anamnesa dan pemeriksaan
fisik
Anamnesa yang terpenting adalah
mengetahui mekanisme dan pola dari
trauma, seperti jatuh dari ketinggian,
kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari
kendaraan yang ditumpangi, kerusakan
stir mobil /air bag dan lain lain
b. Pemeriksaan foto toraks
Pemeriksaan ini masih tetap
mempunyai nilai diagnostik pada
pasien dengan trauma toraks.
Pemeriksaan klinis harus selalu
dihubungkan dengan hasil pemeriksaan
foto toraks. Lebih dari 90% kelainan
serius trauma toraks dapat terdeteksi
hanya dari pemeriksaan foto toraks.
c. CT Scan
Sangat membantu dalam membuat
diagnose pada trauma tumpul toraks,
seperti fraktur kosta, sternum dan
sterno clavikular dislokasi. Adanya
retro sternal hematoma serta cedera
pada vertebra torakalis dapat diketahui
dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran
mediastinum pada pemeriksaan toraks
foto dapat dipertegas dengan
pemeriksaan ini sebelum dilakukan
Aortografi

6.3 PEMERIKSAAN PENUNJANG

Penyakit Pemeriksaan penunjang


Pneumotoraks a. Radiologis:
1. Tampak bayangan hiperlusen

14
baik bersifat lokal maupun
general
2. Pada gambaran hiperlusen ini
tidak tampak jaringan paru, jadi
avaskuler.
3. Bila pneumothoraks hebat
sekali dapat menyebabkan
terjadinya kolaps dari paru-paru
sekitarnya, sehingga massa
jaringan paru yang terdesak ini
lebih padat dengan densitas
seperti bayangan tumor.
4. Biasanya arah kolaps ke medial.
5. Bila hebat sekali dapat
menyebabkan terjadinya
perdorongan pada jantung
misalnya pada pneumothoraks
ventil atau apa yang kita kenal
sebagai tension pneumothoraks.
6. Juga mediastinum dan trakea
dapat terdorong kesisi yang
berlawanan.

b. BGA: untuk memeriksa kadar


oksigen dalam darah pasien

Hematothoraks a. Hematokrit cairan pleura Biasanya


tidak diperlukan untuk pasien
hemotoraks traumatik. Diperlukan
untuk analisis dari efusi yang
mengandung darah dengan
penyebab nontraumatik. Dalam
kasus ini, efusi pleura dengan
hematokrit lebih dari 50% dari
hematokrit sirkulasi
mengindikasikan kemungkinan

15
kemotoraks
b. Chest X-ray
c. USG
d. CT-scan

Flail Chest
b.

BAB VII

HIPOTESIS AKHIR (DIAGNOSA KERJA)

Kami mengdiagnosis, bahwa laki-laki yang memiliki permasalahan seperti di skenario


diatas adalah menderita Fraktur Os Costae III-IV Sinistra . Karena, berdasarkan hasil
anamnesis, pemeriksaan fisik dll dalam penepatannya sesuai dengan gelaja klinis Fraktur Os
Costae III-IV Sinistra.

16
8.1. Anamnesa

a. Identitas Pasien

Nama Pasien : Tn. Wawan


Umur : 35 tahun
Alamat : Jalan Kebayoran Lama Rt. 5
Pekerjaan : Karyawan

b. Keluhan Utama
- Nyeri pada dada kiri.

c. RPS
- Nyeri pada dada kiri .
- Penurunan suara nafas pada dada kiri.
- Nyeri tekan pada dinding dada kiri yang berat.

d. RPD

e. Riwayat Obat
- Belum pernah minum obat.

8.2. Pemeriksaan Fisik

a. Kesadaran : Compos Mentis ( GJS : 4-5-6)

b. Vital Sign :
- Tensi : 110/80
- Nadi : 110 kali/ menit
- RR : 28 kali / menit
- Suhu : 37 °C

c. Inspeksi
- Kepala : Leher pasien tampak luka lecet
- Hidung : Pernapasan normal
- Mulut : Normal
- Thorax :

a. Adanya jejas warna biru pada dada kiri setinggi costa III - IV.
b. Pergerakan dinding dada menurun setinggi costa III - IV.
c.

d. Palpasi
- Nyeri tekan pada dada kirisetinggi costa III – IV.
- Krepitasi jaringan lunak pada dada kiri setinggi costa III – IV.

17
e. Perkusi
- Dinding thoraks sonor

f. Auskultasi
- Paru : Frekuensi napas normal.
- Jantung : Detak jantung meningkat.
- Ex. Superior : Ada luka lecet dilengan kiri.
- Ex. Inferior : Ada lecet dikaki kanan.

BAB VIII.

MEKANISME DIAGNOSIS

Diagnosa Banding
Gejala Klinis Pada Pasien Fraktur Hematothor
Pneumothoraks Flail Chest
Costa aks
Mengenai mekanisme
trauma, apa karena jatuh
dan dada terbentur benda (+) (+) (+) (+)
keras atau kecelakaan lalu
lintas?
Apa nyeri menetap pada 1
titik dan bertambah bila (+) (+) (+) (+)
bernapas?
Apa ada krepitasi dan nyeri
tekan, juga deformitas pada (+) - (+) -
dinding dada?
Apakah ada tanda
insuffisiensi pernapasan
(+) (+) (+) (+)
seperti sianosis dan
tachypnea?
Apakah perlu pemeriksaan
(+) (+) (+) (+)
radiologik?

18
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH

9.1 Penatalaksanaan medis

1. Konservatif

a. Pemberian analgetik

b. Pemasangan plak/plester

c. Jika perlu antibiotika

d. Fisiotherapy

2. Operatif/invasif

a. Pamasangan Water Seal Drainage (WSD).

b. Pemasangan alat bantu nafas.

c. Pemasangan drain.

d. Aspirasi (thoracosintesis).

e. Operasi (bedah thoraxis)

f. Tindakan untuk menstabilkan dada:

1) Miring pasien pada daerah yang terkena.

2) Gunakan bantal pasien pada dada yang terkena

g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan pada kriteria
sebagai berikut:

19
1) Gejala contusio paru

2) Syok atau cedera kepala berat.

3) Fraktur delapan atau lebih tulang iga.

4) Umur diatas 65 tahun.

5) Riwayat penyakit paru-paru kronis.

h. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension Pneumothorak mengancam.

i. Oksigen tambahan.

20
BAB X
PROGNOSIS & KOMPLIKASI

Cara Penyampaian Prognosis Kepada Pasien / Keluarga Pasien


Semakin cepat ditangani maka akan lebih baik.

Tanda Untuk Merujuk Pasien


Apabila pasien dalam keadaan yang lebih darurat yang membutuhkan operasi dengan cepat.

Peran Pasien / Keluarga Untuk Penyembuhan


Peran Pasien :
1. Minum obat secara teratur sesuai anjuran dokter.
2. Selalu control secara rutin ke dokter.
3. Mengurangi aktifitas yang dapat memparah kondisi

Peran Keluarga Pasien :

1. Memberi semangat dan motivasi kepada pasien dalam menghadapi penyakit ini

2. Ingatkan pasien untuk selalu melaksanakan perintah dokter

3. Selalu beri perhatian pada pasien dan memonitoring pasien

4. Temani pasien selama menjalani pengobatan

5. Lakukan pendekatan dan komunikasi

21
DAFTAR PUSTAKA

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-sitifatima-5395-2-07.bab-r.pdf
http://nurulhanifa3012.blogspot.com/2013/10/flail-chest.html
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2013/10/trauma-thorax-dan-
penatalaksanaannya.html
http://ilmubedah.blogspot.com/2010/06/trauma-dada-atau-trauma-thorak.html

22

You might also like