Professional Documents
Culture Documents
SKENARIO
Pak Wawan umur 35 tahun dibawa oleh isterinya ke Unit Gawat Darurat setelah
mengalami kecelakaan kendaraan bermotor dengan kecepatan tinggi. Menurut isterinya
sebelumnya Pak Wawan mengendarai sepeda motornya dengan kecepatan tinggi dan
sempat ngantuk sebentar terlelap dan menabrak pohon dengan posisi dada kiri terbentur
dengan setir dan terjatuh. Pak Wawan mengeluh merasakan nyeri pada dada kirinya
akibat terkena benturan dengan setir sepeda motornya. Pada pemeriksaan ditemukan
adanya penurunan suara napas pada dada kiri dengan nyeri tekan pada dinding dada
yang berat, dan oleh dokter anjurkan untuk dilakukan pemeriksaan foto radiologik.
BAB II
1
KATA KUNCI
BAB III
PROBLEM
2
1. Apa yang terjadi denganPak Wawan?
2. Bagaimana keadaan Pak Wawan selanjutnya?
3. Bagaimana penanganan yang perlu dilakukan kepada Pak Wawan?
BAB IV
PEMBAHASAN
3
4.1. BATASAN
Pak Wawan mengeluh nyeri pada dada kiri dikarenakan dada kirinya terbentur dengan
setir saat mengendarai motor dengan kecepatan tinggi. Terdapat lebam dan nyeri tekan
pada pemeriksaan fisik di costa III dan IV juga disertai penurunan suara napas.
Semuanya ini mengarah pada kelainan di regio thoraks (dada kiri). Lebam dan nyeri
tekan menunjukkan adanya patofisiologi yang terjadi di regio ini. penurunan suara
napas juga menunjukan patomekanisme pada paru. Dengan batasan-batasan seperti ini,
maka pada makalah ini, kelompok kami akan memfokuskan pada regio thoraks dan
beberapa kelainannya akibat trauma tumpul (terbentur setir).
Anatomi Fisiologi
Kerangka rongga toraks, merincing pada bagain atas torak dan berbentuk kerucut, terdiri dari
sternum, 12 vertebra, 10 pasang iga yang terakhir di anterior dalam segmen tulang rawan, dan
2 pasang iga yang melayang. Kartilago dari enam iga pertama memisahkan artikulaso dari
sternum; katilago ketujuh sampai sepuluh berfungsi membentuk kostal-kostal sebelum
4
menyambung pada tepi bawah sternum. Perluasan rongga pleura di atas klavikula dan atas
organ dalam abdomen penting untuk dievaluasi pada luka tusuk.
Pleura. Pleura adalah membrane aktif serosa dengan jaringan pembuluh arah dan limfatik. Di
sana selalu ada pergerakan cairan, fagositosis debris,menambal kebocoran udara dan kapier.
pleura viseralis menutup paru dan sifatnya tidak sensitive. pleura berlanjut sampai ke hilus
dan mediastinum bersama pleura parietali, yang melapisi dinding dalam toraks dan
diafragma. Kebalikan dengan pleura viseralis, pleura parietalis mendapatkan persarafan dari
ujung saraf (nerveending); ketika terjadi penyakit atau cedera, mak timbul nyeri. Pleura
parietalis memiliki ujung saraf untuk nyeri; hanya bila penyaki-penyakit menyebar ke pleura
ini maka akan timbul. Pleura sedikit melebih tepi paru pada tiap arah dan sepenuhnya terisi
dengan ekspansi paru-paru normal; hanya ruang potensial yang masih ada.
Ruang interkostal. Pleura parietalis hampir semua merupakan lapisan dalam, diikuti oleh tiga
lapis muskulus-muskulus yang mengangkat iga selama respirasi tenang/normal. Vena, arteri
nervus dari tiap rongga interkostal berada di belakang tepi bawah iga. Karena jarum
torakosentetis atau klein yang digunakan untuk masuk ke pleura harus dipasang melewati
bagian atas iga yang lebih bawah dari sela iga yang dipilih.
Diafragma. Bagian muskular perifer berasal dari bagian bawah iga keenam dan
kartilagokosta, dari vertebra lumbalis, dan dari lengkung lumbokostal; bagian muskular
melengkung membentuk tendo sentral. Nervis frenikus mempersarafi motorik, interkostal
bahwa mempersarafi sensorik. Diafragma yang naik setinggi putung susu, turut berperan
sekitar 75% dari ventilasi paru-paru selama respirasi biasa/tenang.
Rongga dada terdiri dari sternum, 12 verebra torakal, 10 pasang iga yang berakhir di anterior
dalam segmen tulang rawan dan 2 pasang iga yang melayang. Di dalam rongga dada terdapat
5
paru-paru yang berfungsi dalam sistem pernafasan. Apabila rongga dada mengalami kelainan,
maka akan terjadi masalah paru-paru dan akan berpengaruh juga bagi sistem pernafasan.
Akibat trauma dada disebabkan karena:
Tension pneumothorak cedera pada paru memungkinkan masuknya udara (tetapi tidak keluar)
ke dalam rongga pleura, tekanan meningkat, menyebabkan pergeseran mediastinum dan
kompresi paru kontralateral demikian juga penurunan aliran baik venosa mengakibatkan
kolapnya paru. Pneumothorak tertutup dikarenakan adanya tusukan pada paru seperti patahan
tulang iga dan tusukan paru akibat prosedur infasif penyebabkan terjadinya perdarahan pada
rongga pleural meningkat mengakibatkan paru-paru akan menjadi kolaps. Kontusio pasru
mengakibatkan tekanan pada rongga dada akibatnya paru-paru tidak dapat mengembang
dengan sempurna dan ventilasi menjadi terhambat akibat terjadinya sesak nafas. Sianosis dan
tidak menutup kemungkinan akan terjadi syok.
1. Pneumothoraks
2. Hematothoraks
3. Flail Chest
4.4.GEJALA KLINIS
Tanda dan gejala yang sering muncul pada penderita trauma dada;
d. Dyspnea, takipnea
e. Takikardi
6
h. Kemungkinan cyanosis.
BAB V
5.1 Pneumothoraks
7
Pneumotoraks diakibatkan masuknya udara pada ruang potensial antara pleura viseral
dan parietal. Dislokasi fraktur vertebra torakal juga dapat ditemukan bersama dengan
pneumotoraks. Laserasi paru merupakan penyebab tersering dari pneumotoraks akibat trauma
tumpul.
Ketika penumotoraks terjadi, suara nafas menurun pada lesi yang terkena dan pada perkusi
hipersonor. Foto toraks pada saat ekspirasi membantu menegakkan diagnosis.
Terapi terbaik pada pneumotoraks adalah dengan pemasangan chest tube pada sela iga
ke 4 atau 5, anterior dari garis mid-aksilaris. Bila pneumotoraks hanya dilakukan observasi
atau aspirasi saja, maka akan mengandung resiko. Sebuah selang dada dipasang dan
dihubungkan dengan WSD dengan atau tanpa penghisap, dan foto toraks dilakukan untuk
mengkonfirmasi pengembangan kembali paru-paru. Anestesi umum atau ventilasi dengan
tekanan positif tidak boleh diberikan pada penderita dengan penumotoraks traumatik atau
pada penderita yang mempunyai resiko terjadinya pneumotoraks intraoperatf yang tidak
terduga sebelumnya, sampai dipasang chest tube. Pneumotoraks sederhana dapat menjadi life
threatening tension pneumothorax, terutama jika awalnya tidak diketahui dan ventilasi
dengan tekanan positif diberikan. Toraks penderita harus didekompresi sebelum penderita di
transportasi/rujuk.
Flail chest adalah area thoraks yang “melayang” (flail) oleh sebab adanya fraktur iga
multipel berturutan ≥ 3 iga , dan memiliki garis fraktur ≥ 2 (segmented) pada tiap iganya
dapat tanpa atau dengan fraktur sternum. Akibatnya adalah: terbentuk area “flail” segmen
8
yang mengambang akan bergerak paradoksal (kebalikan) dari gerakan mekanik pernapasan
dinding dada.
Area tersebut akan bergerak masuk saat inspirasi dan bergerak keluar pada ekspirasi,
sehingga udara inspirasi terbanyak memasuki paru kontralateral dan banyak udara ini akan
masuk pada paru ipsilateral selama fase ekspirasi, keadaan ini disebut dengan respirasi
pendelluft. Fraktur pada daerah iga manapun dapat menimbulkan flail chest.
Dinding dada mengambang (flail chest) ini sering disertai dengan hemothoraks,
pneumothoraks, hemoperikardium maupun hematoma paru yang akan memperberat keadaan
penderita. Komplikasi yang dapat ditimbul yaitu insufisiensi respirasi dan jika korban trauma
masuk rumah sakit, atelectasis dan berikut pneumonia dapat berkembang.
5.2.1 Karakteristik
5.2.2 Penatalaksanaan
a. Sebaiknya pasien dirawat intensif bila ada indikasi atau tanda-tanda kegagalan
pernapasan atau karena ancaman gagal napas yang biasanya dibuktikan melalui
pemeriksaan AGD berkala dan takipneu
b. Pain control
c. Stabilisasi area flail chest (memasukkan ke ventilator, fiksasi internal melalui operasi)
d. Bronchial toilet
e. Fisioterapi agresif
f. Tindakan bronkoskopi untuk bronchial toilet
1. Bersamaan dengan Torakotomi karena sebab lain (cth: hematotoraks masif, dsb)
9
3. Menghindari prolong ICU stay (indikasi relatif)
5.3 Hematothoraks
Terakumulasinya darah pada rongga toraks akibat trauma tumpul atau tembus pada
dada. Sumber perdarahan umumnya berasal dari A. interkostalis atau A. mamaria interna.
Perlu diingat bahwa rongga hemitoraks dapat menampung 3 liter cairan, sehingga pasien
hematotoraks dapat syok berat (kegagalan sirkulasi) tanpa terlihat adanya perdarahan yang
nyata, oleh karena perdarahan masif yang terjadi terkumpul di dalam rongga
toraks.Penampakan klinis yang ditemukan sesuai dengan besarnya perdarahan atau jumlah
darah yang terakumulasi. Perhatikan adanya tanda dan gejala instabilitas hemodinamik dan
depresi pernapasan.
5.3.1 Pemeriksaan
a. Ro toraks (yang boleh dilakukan bila keadaan pasien stabil)
b. Terlihat bayangan difus radio-opak pada seluruh lapangan paru
c. Bayangan air-fluid level hanya pada hematopneumotoraks
BAB VI
10
Pneumotoraks a. Nyeri dada hebat yang tiba-tiba
pada sisi paru terkena khususnya
pada saat bernafas dalam atau batuk
b. Sesak
c. Mudah lelah pada saat beraktifitas
dan beristirahat
d. Warna kulit yang kebiruan
disebabkan karena kurangnya
oksigen (cyanosis)
11
emfisema subkutan
l. Penurunan tekanan darah
m. Peningkatan tekanan vena sentral
yang ditunjukkan oleh distensi vena
leher
n. Bunyi muffle pada jantung
o. Perfusi jaringan tidak adekuat
12
d. Sumber lain menyebutkan tanda
pemariksaan yang bisa
ditemukan adalah :
e. Tachypnea
f. Pada perkusi redup
g. Jika kehilangan darah sistemik
substansial akan terjadi
hipotensi dan takikardia.
h. Gangguan pernafasan dan tanda
awal syok hemoragi.
i. Selain dari pemeriksaan fisik
hemotoraks dapat ditegakkan
dengan rontgen toraks akan
didapatkan gambaran sudut
costophrenicus menghilang,
bahkan pada hemotoraks masif
akan didapatkan gambaran
pulmo hilang.
13
Flail Chest a. Anamnesa dan pemeriksaan
fisik
Anamnesa yang terpenting adalah
mengetahui mekanisme dan pola dari
trauma, seperti jatuh dari ketinggian,
kecelakaan lalu lintas, kerusakan dari
kendaraan yang ditumpangi, kerusakan
stir mobil /air bag dan lain lain
b. Pemeriksaan foto toraks
Pemeriksaan ini masih tetap
mempunyai nilai diagnostik pada
pasien dengan trauma toraks.
Pemeriksaan klinis harus selalu
dihubungkan dengan hasil pemeriksaan
foto toraks. Lebih dari 90% kelainan
serius trauma toraks dapat terdeteksi
hanya dari pemeriksaan foto toraks.
c. CT Scan
Sangat membantu dalam membuat
diagnose pada trauma tumpul toraks,
seperti fraktur kosta, sternum dan
sterno clavikular dislokasi. Adanya
retro sternal hematoma serta cedera
pada vertebra torakalis dapat diketahui
dari pemeriksaan ini. Adanya pelebaran
mediastinum pada pemeriksaan toraks
foto dapat dipertegas dengan
pemeriksaan ini sebelum dilakukan
Aortografi
14
baik bersifat lokal maupun
general
2. Pada gambaran hiperlusen ini
tidak tampak jaringan paru, jadi
avaskuler.
3. Bila pneumothoraks hebat
sekali dapat menyebabkan
terjadinya kolaps dari paru-paru
sekitarnya, sehingga massa
jaringan paru yang terdesak ini
lebih padat dengan densitas
seperti bayangan tumor.
4. Biasanya arah kolaps ke medial.
5. Bila hebat sekali dapat
menyebabkan terjadinya
perdorongan pada jantung
misalnya pada pneumothoraks
ventil atau apa yang kita kenal
sebagai tension pneumothoraks.
6. Juga mediastinum dan trakea
dapat terdorong kesisi yang
berlawanan.
15
kemotoraks
b. Chest X-ray
c. USG
d. CT-scan
Flail Chest
b.
BAB VII
16
8.1. Anamnesa
a. Identitas Pasien
b. Keluhan Utama
- Nyeri pada dada kiri.
c. RPS
- Nyeri pada dada kiri .
- Penurunan suara nafas pada dada kiri.
- Nyeri tekan pada dinding dada kiri yang berat.
d. RPD
e. Riwayat Obat
- Belum pernah minum obat.
b. Vital Sign :
- Tensi : 110/80
- Nadi : 110 kali/ menit
- RR : 28 kali / menit
- Suhu : 37 °C
c. Inspeksi
- Kepala : Leher pasien tampak luka lecet
- Hidung : Pernapasan normal
- Mulut : Normal
- Thorax :
a. Adanya jejas warna biru pada dada kiri setinggi costa III - IV.
b. Pergerakan dinding dada menurun setinggi costa III - IV.
c.
d. Palpasi
- Nyeri tekan pada dada kirisetinggi costa III – IV.
- Krepitasi jaringan lunak pada dada kiri setinggi costa III – IV.
17
e. Perkusi
- Dinding thoraks sonor
f. Auskultasi
- Paru : Frekuensi napas normal.
- Jantung : Detak jantung meningkat.
- Ex. Superior : Ada luka lecet dilengan kiri.
- Ex. Inferior : Ada lecet dikaki kanan.
BAB VIII.
MEKANISME DIAGNOSIS
Diagnosa Banding
Gejala Klinis Pada Pasien Fraktur Hematothor
Pneumothoraks Flail Chest
Costa aks
Mengenai mekanisme
trauma, apa karena jatuh
dan dada terbentur benda (+) (+) (+) (+)
keras atau kecelakaan lalu
lintas?
Apa nyeri menetap pada 1
titik dan bertambah bila (+) (+) (+) (+)
bernapas?
Apa ada krepitasi dan nyeri
tekan, juga deformitas pada (+) - (+) -
dinding dada?
Apakah ada tanda
insuffisiensi pernapasan
(+) (+) (+) (+)
seperti sianosis dan
tachypnea?
Apakah perlu pemeriksaan
(+) (+) (+) (+)
radiologik?
18
BAB IX
STRATEGI MENYELESAIKAN MASALAH
1. Konservatif
a. Pemberian analgetik
b. Pemasangan plak/plester
d. Fisiotherapy
2. Operatif/invasif
c. Pemasangan drain.
d. Aspirasi (thoracosintesis).
g. Gunakan ventilasi mekanis dengan tekanan ekspirai akhir positif, didasarkan pada kriteria
sebagai berikut:
19
1) Gejala contusio paru
h. Pasang selang dada dihubungkan dengan WSD, bila tension Pneumothorak mengancam.
i. Oksigen tambahan.
20
BAB X
PROGNOSIS & KOMPLIKASI
1. Memberi semangat dan motivasi kepada pasien dalam menghadapi penyakit ini
21
DAFTAR PUSTAKA
http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/108/jtptunimus-gdl-sitifatima-5395-2-07.bab-r.pdf
http://nurulhanifa3012.blogspot.com/2013/10/flail-chest.html
http://www.dokterbedahherryyudha.com/2013/10/trauma-thorax-dan-
penatalaksanaannya.html
http://ilmubedah.blogspot.com/2010/06/trauma-dada-atau-trauma-thorak.html
22