Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Tubuh manusia mengandung glukosa darah atau yang sering disebut gula darah. Glukosa
darah adalah gula utama yang dihasilkan oleh tubuh yang berasal dari makanan yang
dikonsumsi. Glukosa dibawa ke seluruh tubuh melalui pembuluh darah untuk
menghasilkan energi ke semua sel didalam tubuh. Glukosa dihasilkan dari makanan yang
mengandung karbohidrat yang terdiri dari monosakarida, disakarida, dan polisakarida.
Karbohidrat akan dikonversikan menjadi glukosa di dalam hati dan seterusnya berguna
untuk pembentukkan energi dalam tubuh. Glukosa trsebut akan diserap oleh usus halus
kemudian akan dibawa ke aliran darah dan akan didistribusikan ke seluruh tubuh.
Glukosa yang disimpan dalam tubuh dapan berupa glikogenyang disimpan didalam otot
dan hati. Selain itu, glukosa juga disimpan dalam plasma dalam bentuk glukosa darah
(blood glucose). Fungsi glukosa dalam tubuh adalah sebagai bahan bakar bagi proses
metabolism dan jega merupakan sumber energi utama bagi otak.
Diabetes Mellitus adalah penyakit hiperglikemia yang ditandai oleh ketiadaan absolute
insulin atau insensitivitas terhadap insulin. Diabetes Mellitus disebabkan oleh penurunan
kecepatan insulin oleh sel-sel beta pulau Langerhans.
Penderita penyakit diabetes mellitus dapat meninggal karena penyakit yang dideritanya
atau karena komplikasi yang ditimbulkan oleh penyakit ini, misalnya penyakit ginjal,
gangguan jantung dan gangguan saraf. Penyebab diabetes mellitus dapat disebabkan oleh
berbagai hal, dan juga terdapat berbagai macam tipe diabetes mellitus. Ada beberapa
gejala yang ditiimbulkan bagi penderita diabetes mellitus, serta cara mengobatinya.
Kesemuanya akan dibahas di dalam makalah ini.
1
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian diabetes mellitus.
2. Mengetahui etiologi dari diabetes mellitus.
3. Mengetahui tanda dan gejala pada diabetes mellitus.
4. Mengetahui klasifikasi dari diabetes mellitus.
5. Mengetahui patofisiologi dari diabetes mellitus
6. Mengetahui penatalaksanaan medis dari multiple diabetes mellitus.
7. Mengetahui komplikasi dari diabetes mellitus.
8. Mengetahui tes diagnostic yang digunakan untuk diabetes mellitus.
9. Mengetahui asuhan keperawatan pada diabetes mellitus.
2
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Pengertian
Diabetes melitus merupakan kondisi kronis yang ditandai dengan peningkatan
konsentrasi glukosa darah disertai munculnya gejala utama yang khas, yakni urine yang
berasa manis dalam jumlah yang besar. Istilah “diabetes” berasal dari bahasa Yunani
yang berarti “siphon”, ketika tubuh menjadi suatu saluran untuk mengeluarkan cairan
yang berlebihan, dan “mellitus” dari bahasa Yunani dan latin yang berarti “madu”.
Kelainan yang menjadi penyebab mendasar dari diabetes melitus adalah defisiensi relatif
atau absolut dari hormon yang dapat menurunkan kadar glukosa dalam darah.
Penyakit yang memiliki ciri klinis diabetes telah dikenali sejak zaman dahulu.
Suatu peninggalan masa kuno berupa papirus Ebers yang berusia sekitar 1550 SM,
menguraikan tentang kondisi poliuria yang mewakili diabetes.
Kata “diabetes” pertama kali digunakan oleh Aretaeus Cappadocia di abad ke-2.
Aretaeus menjelaskan gambaran klinis dari penyakit tersebut seperti peningkatan
berkemih, rasa haus dan penurunan berat badan, gejala-gejala diabetes yang telah
dikenali saat ini.
Diabetes mellitus adalah gangguan metabolisme yang ditandai dengan
hiperglikemi yang berhubungan dengan abnormalitas metabolisme karbohidrat, lemak,
dan protein yang disebabkan oleh penurunan sekresi insulin atau mikrovaskular,
makrovaskular, dan neuropati (Yuliana elin, 2009).
Menurut WHO (World Health Organization), diabetes merupakan suatu penyakit
kronis yang terjadi apabila pankreas todak memproduksi hormon insulin dalam jumlah
yang cukup atau tubuh yang tidak efektif menggunakan hormon insulin yang sudah
dihasilkan.
Diabetes Melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada seseorang yang
disebabkan adanya peningkatan kadar gula darah secara terus menerus (kronis) akibat
kekurangan insulin baik kuantitatif maupun kualitatif (Topan E, 2005)
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi utama:
menghasilkan enzimpencernaan atau fungsi eksokrin serta menghasilkan beberapa
hormon atau fungsi endokrin. Pankreas terletak pada kuadran kiri atas abdomen atau
perut dan bagian kaput/kepalanya menempel pada organ duodenum. Produk enzim akan
disalurkan dari pankreas ke duodenum melalui saluran pankreas utama.Pankreas dikenal
3
manusia sejak lama. Pankreas diidentifikasi oleh dokter bedah Yunani Herophilus yang
hidup di tahun 335-280 SM. Pankreas dapat didefinisikan sebagai organ kelenjar yang
hadir dalam endokrin dan sistem pencernaan dari semua vertebrata. Pankreas seperti
spons dengan warna kekuningan. Bentuk pankreas menyerupai seperti ikan. Pankreas ini
sekitar panjang 15 cm dan sekitar 3,8 cm lebar. Pankreas meluas sampai ke bagian
belakang perut, di belakang daerah perut dan melekat ke bagian pertama dari usus yang
disebut duodenum. Sebagai kelenjar endokrin, menghasilkan hormon seperti insulin,
somatostatin dan glukagon dan sebagai kelenjar eksokrin yang mensintesis dan
mengeluarkan cairan pankreas yang mengandung enzim pencernaan yang selanjutnya
diteruskan ke usus kecil. Enzim-enzim pencernaan berkontribusi pada pemecahan dari
karbohidrat, lemak dan protein yang hadir di paruh makanan yang dicerna.
Fungsi Pankreas
1. Mengatur kadar gula dalam darah melalui pengeluaran glucogen, yang menambah kadar gula
dalam darah dengan mempercepat tingkat pelepasan dari hati.
2. Pengurangan kadar gula dalam darah dengan mengeluarkan insulin yang mana mempercepat
aliran glukosa ke dalam sel pada tubuh, terutama otot. Insulin juga merangsang hati untuk
mengubah glukosa menjadi glikogen dan menyimpannya di dalam sel-selnya.
Kelenjar endokrin
Ini bagian dari pankreas yang melakukan fungsi endokrin terbentuk dari jutaan cluster
sel. Ini cluster sel dikenal sebagai pulau Langerhans. Ini pulau terdiri dari empat jenis sel, yang
diklasifikasikan berdasarkan hormon yang mereka keluarkan. Sel mensekresi glukagon disebut
sel alfa. Sel-sel mensekresi insulin dikenal sebagai sel beta sementara somatostatin disekresikan
oleh sel delta. Polipeptida pankreas disekresikan oleh sel-sel PP. Struktur pulau terdiri dari
kelenjar endokrin diatur dalam kabel dan cluster. Kelenjar endokrin yang saling silang dengan
rantai tebal kapiler. Ini kapiler yang berbaris lapisan sel endokrin yang berada dalam kontak
langsung dengan pembuluh darah. Beberapa sel endokrin berada dalam kontak langsung
sementara yang lain terhubung melalui proses sitoplasma.
4
Pulau-pulau Langerhans tersebut terdiri dari beberapa sel (Mescher, 2010)
yaitu:
Masuknya glukosa ke dalam sel otot dipengaruhi oleh 2 keadaan. Pertama, ketika sel oto
melakukan kerja yang lebih berat, sel otot akan lebih permeable terhadap glukosa. Kedua, ketika
beberapa jam setelah makan, glukosa darah akan meningkat dan pankreas akan mengeluarkan
insulin yang banyak. Insulin yang meningkat tersebut menyebabkan peningkatan transport
glukosa ke dalam sel (Guyton dan Hall, 2006).
Insulin dihasilkan didarah dalam dengan bentuk bebas dengan waktu paruh plasma ±6
menit, bila tidak berikatan dengan reseptor pada sel target, maka akan didegradasi oleh enzim
insulinase yang dihasilkan terutama di hati dalam waktu 10-15 menit (Guyton dan Hall, 2006).
Reseptor insulin merupakan kombinasi dari empat subunit yang berikatan dengan ikatan
disulfida yaitu dua subunit-α yang berada di luar sel membran dan dua unit sel-ß yang menembus
membran (Gambar 2.3). Insulin akan mengikatserta mengaktivasi reseptor α pada sel target,
sehingga akan menyebabkan sel ß terfosforilasi. Sel ß akan mengaktifkan tyrosine kinase yang
juga akan menyebabkan terfosforilasinya enzim intrasel lain termasuk insulin-receptors
substrates (IRS) (Guyton dan Hall, 2006).
Eksokrin
5
asinar hadir dalam pankreas eksokrin. Sel yang melapisi saluran pankreas disebut sel
centroacinar. Sel-sel centroacinar mengeluarkan larutan kaya isi garam dan bikarbonat ke dalam
usus.
Dengan demikian, fungsi pankreas memainkan peran penting dalam aktivitas tubuh.
Pankreas berfungsi dengan benar penting karena masalah pankreas dapat menyebabkan penyakit
seperti pankreatitis dan diabetes. Pankreatitis adalah peradangan pankreas sedangkan diabetes
dikaitkan dengan sekresi insulin dari pankreas. Menghentikan konsumsi alkohol dapat
menyembuhkan pankreatitis. Berolahraga secara teratur dan mengikuti diet diabetes untuk
mengontrol kadar gula darah bisa menjadi pilihan pengobatan diabetes yang baik. Tapi, sebagai
pencegahan lebih baik daripada mengobati, yang terbaik adalah untuk mencegah masalah
pankreas dan memastikan berfungsinya pankreas.
Bagian-bagian Pankreas
Kepala Pankreas yang paling lebar, terletak disebelah kanan rongga abdomen dan didalam
lekukan duodenum.
Badan Pankreas merupakan bagian utama pada organ tersebut, letaknya di belakang lambung
dan di depan vertebra lumbalis pertama.
Ekor Pankreas adalah bagian yang runcing disebelah kiri, dan sebenarnya menyetuh limpa.
6
Jaringan Pankreas
Acini : Untuk mengeluarkan cairan pencernaan ke duodenum
Pulau Langerhans : Mensekresi insulin dan glucagon langsung ke dalam darah
Pankreas manusia manusia mempunyai 1-2 juta pulau Langerhans. Diameter ±0,3 mm,
dikelilingi oleh kapiler-kapiler kecil.
7
Pankreas menerima darah dari arteri pankreatika dan mengalirkan darahnya ke vena kava
inferior melalui vena pankreatika. Jaringan pankreas terdiri atas lobulus dari sel sekretori yang
tersusun mengitari saluran-saluran halus. Saluran ini mulai dari sambungan saluran-saluran kecil
dari lobulus yang terletak di dalam ekor pankreas dan berjalan melalui badan pankreas dari kiri
ke kanan. Saluran kecil ini menerima saluran dari lobulus lain dan kemudian bersatu untuk
membentuk saluran utama yaitu duktus wirsungi.
Dalam tubuh kita terdapat mekanisme reabsorbsi glukosa oleh ginjal, dalam batas
ambang tertentu. Kadar glukosa normal dalam tubuh kira-kira 100mg glukosa/100ml plasma
dengan GFR/Glomerular Filtration Rate 125ml/menit. Glukosa akan ditemukan diurin jika telah
melewati ambang ginjal untuk reabsorbsi glukosa yaitu 375 mg/menit dengan glukosa di plasma
darah 300mg/100ml (Sherwood, 2011).
C. Etiologi
1. DM tipe I
Diabetes yang tergantung insulin ditandai dengan penghancuran sel-sel beta
pankreas yang disebabkan oleh :
1) Faktor genetik penderita tidak mewarisi diabetes tipe itu sendiri, tetapi
mewarisi suatu predisposisi atau kecenderungan genetic kearah terjadinya
diabetes tipe I
2) Faktor imunologi (autoimun)
3) Faktor lingkungan : virus atau toksin tertentu dapat memicu proses autoimun
yang menimbulkan estruksi beta
2. DM tipe II
Disebabkan oleh kegagalan relative sel beta dan resistensi insulin. Faktor resiko
yang berhubungan dengan proses terjadinya diabetes tipe II : usia, obesitas, riwayat
dan keluarga.
Hasil pemeriksaan glukosa darah 2 jam pasca pembedahan dibagi menjadi 3
yaitu( Sudoyo Aru,dkk2009) :
1. <140 mg/dL -> normal
2. 140-<200mg/dL -> toleransi glukosa terganggu
3. >200mg/dL -> diabetes
D. Klasifikasi
1. Klasifikasi Klinis
a. Diabetes Melitus
8
1) Tipe I : IDDM
Disebabkan oleh destruksi sel beta pulau langerhans akibat proses
autoimun.
2) Tipe II : NIDDM
Disebabkan oleh kegagalan relatif sel beta dan resistensi insulin.
Resistensi insulin adalah turunnya kemampuan insulin untuk
merangsang pengambilan glukosa oleh jaringan perifer dan
untuk menghambat produksi glukosa oleh hati :
a) Tipe II dengan obesitas
b) Tipe II tanpa obesitas
b. Gangguan Toleransi Glukosa
c. Diabetes Kehamilan
2. Klasifikasi Resiko Statistik
a. Sebelumnya pernah menderita kelainan toleransi glukosa
b. Berpotensi menderita kelainan glukosa
E. Patofisiologi
1. Proses Perjalanan Penyakit menurut Smeltzer ( 2002: hal. 1223 )
a. Diabetes Mellitus Tipe I
Pada diabetes tipe I terdapat ketidakmampuan untuk menghasilkan insulin karena sel-sel
beta pankreas telah dihancurkan oleh proses autoimun. Hiperglikemia-puasa akibat
produksi glukosa tidak terukur oleh hati. Di samping itu, glukosa yang berasal dari
makanan tidak dapat disimpan dalam hati dan tetap berada dalam darah sehingga
menimbulkan hiperglikemia postprandial (sesudah makan).
Jika konsentrasi glukosa dalam darah tinggi, ginjal tidak mampu menyerap kembali
semua glukosa yang tersaring keluar, akibatnya glukosa tersebut muncul dalam urin (
glukosuria ). Ketika glukosa yang berlebihan diekskresikan ke dalam urin, eksresi ini
akan disertai pengeluaran cairan dan elektrolit yang berlebihan. Keadaan ini dinamakan
diuresis osmosis. Sebagai akibat dari kehilangan cairan dan elektrolit yang berlebihan,
pasien akan mengalami peningkatan dalam berkemih ( poliuria ), dan rasa haus (
polidipsia).
Defisiensi insulin juga mengganggu metabolisme protein dan lemak yang menyebabkan
penurunan berat badan. Pasien dapat mengalami peningkatan selera makan ( polifagia )
akibat menurunnya simpanan kalori. Gejala lainnya mencakup kelelahan dan kelemahan.
9
Dalam keadaan normal insulin mengendalikan glikogenolisis (pemecahan glukosa yang
disimpan) dan glukoneogenesis (pembentukan glukosa baru dari asam-asam amino serta
substansi lain), namun pada penderita defisiensi insulin, proses ini akan terjadi tanpa
hambatan dan lebih lanjut menimbulkan hiperglikemia. Di samping itu akan terjadi
pemecahan lemak yang mengakibatkan peningkatan produksi badan keton yang
merupakan produk samping pemecahan lemak. Badan keton merupakan asam yang
mengganggu keseimbangan asam basa tubuh bila jumlahnya berlebihan.
b. Diabetes Mellitus Tipe II
Pada DM tipe ini ada dua masalah utama yang berhubungan dengan insulin, yakni
resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin. Normalnya insulin akan terikat dengan
reseptor khusus pada permukaan sel. Resistensi insulin pada DM tipe II disertai
penurunan reaksi intrasel, dengan demikian insulin menjadi tidak efektif untuk
menstimulasi pengambilan glukosa oleh jaringan. Untuk mengatasi resistensi insulin dan
mencegah terbentuknya glukosa dalam darah, harus terdapat peningkatan jumlah insulin
yang disekresikan. Meskipun terjadi gangguan sekresi insulin yang merupakan cirri khas
DM tipe II, namun masih terdapat insulin dengan jumlah yang adekuat untuk mencegah
pemecahan lemak dan produksi badan keton yang menyertainya. Karena itu, ketoasidosis
diabetik tidak terjadi pada DM tipe II, tapi apabila tidak terkontrol akan menimbulkan
masalah akut lainnya yang dinamakan sindrom hiperglikemik hiperosmoler nonketotik
(HHNK). Diabetes tipe II sering terjadi pada usia diatas 30 tahun dan obesitas. Akibat
intoleransi glukosa yang berlangsung lambat dan progesif, maka awitan diabetes mellitus
tipe II tidak terdeteksi.
F. Pathway
G. Manifestasi Klinis
Manifestasi klinis DM dikaitkan dengan konsekuensi metabolic defisiensi insulin
(Price & Wilson).
1. Kadar glukosa puasa tidak normal
2. Hiperglikemia berat berakibat glukosuria yang akan menjadi dieresis osmotic
yang meningkatkan pengeluaran urin (poliuri) dan timbul rasa haus (polidipsia)
10
3. Rasa lapar yang semakit besar (polifagia), BB berkurang
4. Lelah dan mengantuk
5. Gejala lain yang dikeluhkan adalah kesemutan, gatal, mata kabur, impotensi,
peruritas vulva.
H. Komplikasi
1) Hipoglikemia
Hipoglikemia adalah kadar glukosa serum rendah secara abnormal yang terjadi
jika kadar glukosa darah turun dibawah 50-60 mg/dl. Keadaan ini terjadi akibat pemberian
insulin atau preparat oral yang berlebihan, konsumsi makanan yang terlalu sedikit, atau karena
aktivitas fisik berat.
2) Ketoasidosis Diabetik
Diabetik ketoasidosis terjadi akibat tidak adanya insulin, atau tidak cukupnya
insulin yang nyata. Keadaan ini mengakibatkan gangguan pada metabolism karbohidrat, protein,
11
dan lemak. Ada tiga gambaran klinis dari ketoasidosis diabetik yaitu dehidrasi, kehilangan
elektrolit, dan asidosis.
Komplikasi Kronik
b) Penyakit Serebrovascular
a) Neuropati Diabetik
Pada neuropati diabetik keluhan yang sering muncul adalah kesemutan, rasa
lemah, dan baal.
12
b) Retinopati Diabetik
Pasien dengan retinipati diabetik akan mengalami gejala penglihatan kabur sampai
dengan kebutaan.
c) Nefropati diabetik
I. Tes Diagnostik
1. Kadar glukosa darah
Table : Kadar glukosa darah sewaktu dan puasa dengan metode enzimatik sebagai
patokan penyaring
Kadar Glukosa Darah Sewaktu (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah
DM Belum Pasti DM
Sewaktu
Plasma vena >200 100-200
Darah kapiler >200 80-100
Kadar Glukosa Darah Puasa (mg/dl)
Kadar Glukosa Darah
DM Belum Pasti DM
Puasa
Plasma vena >120 110-120
Darah kapiler >110 90-110
3. Tes laboratorium DM
Jenis tes pada pasien DM dapat berupa tes saring, tesdiagnostik, tes pemantauan
terapi dan tes untuk mendeteksikomplikasi.
4. Tes saring
Tes-tes saring pada DM adalah :
13
a) GDP, GDS
b) Tes Glukosa Urin :
1) Tes konvensional (metode reduksi/Benedict)
2) Tes carik celup (metode glucose oxidase/hexokinase)
5. Tes diagnostik
Kriteria diagnosis DM ( Sudoyo Aru,dkk 2009) :
a) Gejala klasik DM + glukosa plasma sewaktu > 200mg/dL (11,1 mmol/L)
b) Glukosa plasma sewaktu merupakan hasil pemeriksaan sesaat pada suatu hari
tanpa memperhatikan waktu
c) Gejala klasik DM + glukosa plasma > 126mg/dL (7,0 mmol/L)
Puasa diartikan pasien tidak mendapat kalori tambahan sedikitnya 8 jam
d) Glukosa plasma 2 jam pada TTGO > 200mg/dL (11,1 mmol/L)
TTGO dilakukan dengan standar WHO, menggunakan beban glukosa yang
setara dengan 75 gram glukosa anhidrus dilarutkan kedalam air
Tes-tes diagnostik pada DM adalah : GDP, GDS, GD2PP (Glukosa Darah 2 jam
Post Prandial), Glukosa jam ke-2 TTGO
Cara pelaksanaan TTGO (WHO 1994) (Sudoyo Aru,dkk 2009) :
a) 3 hari sebelum pemeriksaan tetap makan seperti biasa ( dengan karbohidrat
yang cukup)
b) Berpuasa paling sedikit 8 jam ( mulai malam hari) sebelum pemeriksaan,
minum air putih tanpa gula tetap diperbolehkan
c) Diperiksa konsentrasi glukosa darah puasa
d) Diberikan glukosa 75 gram ( orang dewasa) atau 1,75 gram/kgBB (anak-
anak), dilarutkan dalam air 250mL dan diminum dalam waktu 5 menit
e) Berpuasa kembali sampai pengambilan sempel darah untuk pemeriksaan 2
jam setelah minum larutan glukosa selesai
f) Periksa glukosa darah 2 jam sesudah beban glukosa
g) Selam proses pemeriksaan subyek yang diperiksa tetap istirahat dan tidak
merokok
14
a) Mikroalbuminuria : urin
b) Ureum, Kreatinin, Asam Urat
c) Kolesterol total : plasma vena (puasa)
d) Kolesterol LDL : plasma vena (puasa)
e) Kolesterol HDL : plasma vena (puasa)
f) Trigliserida : plasma vena (puasa)
J. Penatalaksanaan
1. Insulin
Karena diabetes mempengaruhi begitu banyak aspek kehidupan klien, mungkin cukup
sulit bagi klien untuk dengan ketat mematuhi rencana perawatan yang telah dibuat.
Dorongan dan penyuluhan dalam hal ini akan sangat berarti. Pemberi perawatan
seharusnya dapat menggunakan semua kesempatan untuk mengkaji tingkat pengetahuan
klien diabetes mereka dan perasaan klien tentang penyakit yang diderita. Adalah benar
bahwa melalui penyuluhan kesehatan yang baik klien diabetes dapat bertahan terhadap
timbulnya komplikasi dari penyakit yang mereka derita.
Pemberian insulin, bila diberikan dengan benar, insulin bekerja sebagai obat
penyelamat hidup bagi klien yang tergantung insulin. Jika diberikan dengan tidak tepat,
insulin dapat menyebabkan komplikasi yang berkisar dari kerusakan kulit sampai
hipoglikemik (syok insulin). Untuk dapat memberikan insulin dengan tepat, klien harus
sudah terbiasa dengan istilah-istilah konsentrasi insulin, spuit, penyimpanan, persiapan
penyuntikan, dan teknik penyuntikan mandiri.
Konsentrasi insulin, insulin diresepkan dalam unit. Dengan demikian farmasitikal
menyiapkan tipe insulin (NPH, regular, Lente) dalam vial kaca 10 ml yang mengandung
100 unit/ml. insulin U-100 mengandung 100 unit insulin per milliliter.
Perjalanan
Preparat Awitan Puncak Durasi Indikasi
waktu
Kerja singkat Regular ® ½-1 jam 2-3 jam 4-6 jam Biasanya
diberikan 20-
30 menit
sebelum
makan dapat
digunakan
sendiri atau
15
dicampur
dengan
insulin kerja
lama
Kerja sedang NPH (neutral 3-4 jam 4-12 jam 16-20 jam Biasanya
protamin diberikan
Hagedorn); setelah
Lente (L) makan
Kerja lama Ultralente 6-8 jam 12-16 jam 20-30 jam Digunakan
(UL) terutama
untuk
mengontrol
kadar glukosa
puasa
Spuit insulin, spuit yang paling umum digunakan dapat memberikan maksimum 100 unit
dalam 1 cc. Untuk dosis yang lebih rendah tersedia spuit yang lebih kecil; untuk 50 unit atau
kurang dan untuk 30 unit atau kurang. Menggunakan spuit yang lebih kecil memungkinkan
pemberian dosis insulin yang lebih rendah dan lebih tepat.
Penyimpanan insulin, vial insulin yang tidak digunakan harus disimpan dalam lemari
pendingin. Hindari suhu ekstrim yang kurang dari 36°F dan lebih tinggi dari 86°F. Vial yang
digunakan dapat disimpan di suhu ruangan. Berikan tanda tanggal pada vial ketika pertama
kali dibuka. Klien harus mempunyai minimal satu vial cadangan.
Teknik untuk penyuntikan-mandiri, sebagian besar klien yang menggunakan insulin
harus belajar untuk menyuntikkan sendiri insulin. Merupakan tanggung jawab utama perawat
untuk mengajarkan teknik penyuntikan insulin pada klien dengan diabetes. Besarnya
penyuluhan yang dibutuhkan sangat tergantung pada seberapa jauh klien mengenal insulin
dan peralatannya.
Peralatan yang harus dibeli klien untuk penggunaan insulin di rumah termasuk: insulin
dari jenis yang diresepkan untuk dirinya, kapas, jarum dan spuit insulin, etil alcohol 70%
atau isoprofil alcohol 90%.
16
6. Amati spuit terhadap adanya gelembung udara.
7. Cubit dan tahan lipatan kulit dan suntikan pada sudut 90 derajat (bila anda kurus dan
berkulit kendur suntikan insulin pada sudut 45 derajat untuk menghindari suntikan
intramuscular, yang dapat menyerap insulin lebih cepat)
8. Dalam penyuntikan insulin tidak diperlukan rutinitas aspirasi, suntikan insulin.
9. Jika suntikan terasa sakit atau merembes darah/serum dari tempat suntikan, berikan
tekanan selama 5 sampai 10 detik.
K. Discharge Planning
1. Lakukan olahraga secara rutin dan pertahankan BB yang ideal
2. Kurangi konsumsi makanan yang banyak mengandung gula dan karbohidrat
3. Jangan mengurangi jadwal makan atau menunda waktu makan karena hal ini akan
menyebabkan fluktasi (ketidakstabilan) kadar gula darah
4. Pelajari mencegah infeksi : kebersihan kaki, hindari perlukaan
5. Perbanyak konsumsi makanan yang banyak mengandung serat, seperti sayuran dan
sereal
6. Hindari konsumsi makanan tinggi lemak dan yang mengandung banyak kolesterol
LDL, antara lain : daging merah, produk susu, kuning telur, mentega, saus salad, dan
makanan pencuci mulut berlemak lainnya
7. Hindari minuman yang beralkohol dan kurangi konsumsi garam
L. Penyuluhan Kesehatan
Pedoman penyuluhan kesehatan untuk klien dengan diabetes
1. Kaji pengetahuan tentang diabetes melitus, perbaiki salah informasi
2. Ajarkan kembali atau bangun kembali isi materi yang telah dipelajari sebelumnya
umtuk membentuk dasar dan rasa percaya diri
3. Isi materi umum untuk penyuluhan diabetes mencakup:
a. Anatomi dan fisiologi dasar pankreas
b. Definisi tentang diabetes dan hubungannya dengan fungsi abnormal pankreas
17
c. Manifestasi hiperglikemia
d. Metode untuk mengontrol hiperglikemia:
1) Diet harus bersifat individual-rujuk ke ahli gizi
2) Olahraga kliem membutuhkan pemeriksaan fisik lengkap sebelum
mengikuti program latihan untuk mengkaji status jantung, neuropati,
retinopati, dan kebutuhan nutrisi
3) Preparat hipoglikemik oral
4) Insulin
5) Mengenali faktor pencetus terjadi hiperglikemia
e. Edukasi tentang insulin: bagaimana/kapan/mengapa/dimana untuk memberikan
kombinasi insulin
f. Informasi dasar tentang apa yang harus dilakukan klien diabetik ketika ia sakit
atau melakukan perjalanan
g. Kapan waktunya menghubungi dokter
h. Pemeriksaan glukosa darah dan pencatatannya setiap hari
i. Penyimpanan insulin dan jarum insulin
j. Pembuangan jarum insulin dan tindak kewaspadaan
k. Penggunaan dan daur ulang jarum insulin
l. Cara penggunaan pemantau glukosa darah dan uji urine terhadap keton
m. Komplikasi diabetes melitus-definisi, penyebab, manifestasi, pengobatan
1) Akut : Hipoglikemia, diabetik ketoasidosis, HHNK
2) Kronis
Mikrovaskular : retinopati, nefropati, neuropati;
Makrovaskular : kardiovakular, hipertensi, penyakit vaskular perifer,
infeksi
n. Penderita diabetes harus secara rutin memeriksa diri ke dokter untuk
memudahkan diagnosa awal dan pengobatan komplikasi akut dan kronis,
evaluasi perawatan diabetik saat ini, dan pengobatan gangguan medis yang ada
bersamaan
o. Identifikasi ketersediaan sumber komunitas dan keluarga
4. Berikan dorongan kepada klien untuk terus menuliskan tujuan dan menggaris bawahi
tujuan pencapaian berat badan, glukosa darah, pemberian obat-obatan, diet dan
latihan fisik, serta apa yang klien rasakan dari hari ke hari.
18
BAB III
TINJAUAN ASUHAN KEPERAWATAN
A. Pengkajian
Klien dengan diabetes harus dikasi dengan ketat terhadap tingkat pengetahuan dan
kemampuan untuk melakukan perawatan diri. Tipe diabetes kondisi klien, dan rencana
pengobatan adalah pengkajian penting yang harus dilakukan. Pengkajian secara detail
adalah sebagai berikut:
1. Riwayat atau adanya faktor resiko:
a) Riwayat keluarga tentang penyakit
b) Obesitas
c) Riwayat pankretitis kronis
d) Riwayat melahirkan anak lebih dari 4kg
e) Riwayat glukosuria selama stress (kehamilan, pembedahan, trauma infeksi,
penyakit) atau terapi obat (glukokortikostreroid diuretik tiazid, kontrasepsi oral)
2. Kaji terhadap menifestasi DM:
a) Poliuria (akibat dari dieresis osmotik bila ambang ginjal terhadap reabsorpsi
glukosa dicapai dan kelebihan glukosa keluar melalui ginjal)
b) Polidipsia (disebabkan oleh dehidrasi dari poliuria)
c) Polifagia (disebabkan oleh peningkatan kebutuhan energy dari perubahan sintesis
protein dan lemak)
d) Penurunan berat badan ( akibat dari katabolisme protein dan lemak)
e) Pruritus vulvular, kelelahan, gangguan penglihatan, peka rangsang dan kram otot.
Temuan ini menunjukkan gangguan elektrolit dan terjadinya komplikasi
aterosklerosis.
3. Pemeriksaan diagnostik :
a) Tes toleransi glukosa (TTG) memanjang (lebih besar dari 200mg/dL). Biasanya,
tes ini dianjurkan untuk pasien yang menunjukkan kadar glukosa darah meningkat
di bawah kondisi stress
b) Gula darah puasa (FBS) normal atau diatas normal
c) Essei hemoglobin glikolisat di atas rentang normal. Tes ini mengukur persentase
glukosa yang melekat pada hemoglobin. Glukosa tetap melekat pada hemoglobin
selama hidup sel darah merah. Rentang normal adalah 5-6%
d) Urinalisis positif terhadap glukosa dan keton. Pada respons terhadap defisiensi
intraseluler, protein dan lemak diubah menjadi glukosa (glukoneogenesis) untuk
energi. Selama proses pengubahan ini, asam lemak bebas dipecah menjadi badan
keton oleh hepar. Ketosis terjadi ditunjukkan oleh ketonuria. Glukosuria
menunjukkan bahwa ambang ginjal terhadap reabsorpsi glukosa dicapai.
Ketonuria menandakan ketoasidosis.
19
e) Kolesterol dan kadar trigliserida serum dapat meningkat menandakan
ketidakadekuatan kontrol glikemik dan peningkatan propensitas pada terjadinya
aterosklerosis.
Diagnosis DM dibuat bila gula darah puasa di atas 140mg/dL selama dua atau
lebih kejadian, dan pasien menunjukkan gejala-gejala DM (poliuria, polidipsia, polifagia,
penurunan berat badan, ketonuria, dan kelelaham). Juga, diagnosis dapat dibuat bila
contoh TTG selama periode 2 jam dan periode lain (30 menit, 60 menit, atau 90 menit)
melebihi 200 mg/dL
B. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan
gangguan keseimbangan insulin, makanan dan aktivitas jasmani
2. Resiko Syok berhubungan dengan ketidakmampuan elektrolit kedalam sel tubuh,
hipovolemia
3. Kerusakan Intergritas jaringan berhubungan dengan nekrosis kerusakan jaringan
(nekrosis luka gangrene)
4. Resiko infeksi berhungan dengan trauma pada jaringan, proses penyakit (diabetes
mellitus)
5. Retensi urine berhubungan dengan inkomplit pengosongan kandung kemih, sfingter
kuat dan poliuri
6. Ketidakefektifan perfusi jaringan perifer berhubungan dengan penurunan sirkulasi
darah ke perifer, proses penyakit (DM)
7. Resiko ketidakseimbangan elektrolit berhubungan dengan gejala poliuria dan
dehidrasi
8. Keletihan
20
Gangguan libido dan merasa lebih baik keterbatasan
Penurunan peforma Menjelaskan Kaji adanya faktor
Kurang mnat terhadap pengunaan energi yang menyebabkan
sekitar untuk mengatasi kelelahan
Mengantuk kelelahan Monitor sumber
Peningkatan keluhan Kecemasan menurun nutrisi dan energi yang
fisik Glukosa darah adekuat
Peningkatan kebutuhan adekuat Monitor pasien akan
istirahat Kualitas hidup adanya kelelahan fifik
meningkat dan emosi secara
Introspeksi
Istirahat cukup berlebihan
Kurang energi
Mempertahankan Monitor respon
Letargi
kemampuan untuk kardiovaskuler
Lesu berkonsentrasi terhadap aktivitas
Persepsi membutuhkan Monitor pola tidur dan
energi tambahan untuk lamanya tidur/istirahat
menyelesaikan tugas pasien dukung pasien
rutin dan keluarga untuk
Mengatakan kurang mengungkapkan
energi yang luar biasa perasaan,
Mengatakan kurang berhubungan dengan
energi yang tidak perubahan pola hidup
kunjung reda yang disebabkan
Mengatakan perasaan keletihan
lelah Bantu aktivitas sehari-
Merasa bersalah karena hari sesuai dengan
tidak dapat menjalakan kebutuhan
tanggung jawab Tingkatkan tirah
Mengatakan tidak baring dan
mampu pembatasan aktivitas
mempertahankan Konsultasi dengan ahli
aktifvitas fisik pada gizi untuk
tingkat yang biasanya meningkatkan asupan
Mengatakan tidak makanan yang
mampu berenergi tinggi
mempertahankan Behavior Management
rutinitas yang biasanya Activity Terapy
Mengatakan tidak Energy Management
mampu memulihkan Nutrition Management
enegi, setelah tidur
sekalipun
Faktor yang Berhubungan
Psikologis
Ansietas, Depresi
Mengatakan gaya
hidup
21
membosankan, stress
Fisiologis
Anemia, status
penyakit
Peningkatan
kelemahan fisik
Malnutrisi, kondisi
fisik buruk
Kehamilan,
deprivasi tidur
Lingkungan
Kelembapan, suhu,
cahaya, kebisingan
Situasional
Peristiwa hidup
negatif
pekerjaan
22
Radiasi traktus
Suhu ekstrim Ajarkan keluarga
tentang luka dan
perawatan luka
Kolaborasi ahli gizi
pemberian diet TKTP
Cegah kontaminasi
feses dan urin
Lakukan tehnik
perawatan luka
dengan steril
Berikan posisi yang
mengurangi tekanan
pada luka
Hindari
3 Ketidakefektifan Perfusi NOC NIC
Jaringan Perifer circulation status Peripheral sensation
Definisi : penurunan tissue perfusion : management
sirkulasi darah ke perifer cerebral (manajemen sensasi
yang dapat menganggu kriteria hasil: perifer)
kesehatan mendemonstrasikan monitor adanya daerah
Batasan Karakteristik : status sirkulasi yang di yang hanya peka
Tidak ada nadi tandai dengan : terhadap panas,
Perubahan fungsi tekanan sistol dan dingin, tajam, tumpul
motorik diastol dalam rentang monitor adanya
Perubahan karakteristik yang di harapkan paretese
kulit tidak ada ortostatik instruksikan keluarga
(warna,elastisitas,rambut hipertensi untuk mengobservasi
, kelembapan, kuku, tidak ada tanda-tanda kulit jika ada isi atau
sensai, suhu) peningkatan tekanan laserasi
Indeks ankel-brankhial intrakranial (tidak gunakan sarung
<0,90 lebih dari 15 mmHg) tangan untuk proteksi
Perubahan tekanan mendemonstrasikan batasi gerakan pada
darah di ekstermitas kemampuan kongnnitif kepal, leher dan
Waktu pengisisan yang di tandai dengan: punggung
kapiler lebih dari 3 detik berkomunikasi monitor krmampuan
dengan jelas dan BAB
Klaudikasi
sesuai dengan kolaborasi pemberian
Warna tidak kembali ke
kemampuan analgetik
tungkai saat tungkai di
menunjukan monitor adanya
turunkan
perhatian, konsentrasi tromboplebitis
Kelambatan dan orientasi diskusikan mengenai
penyembuhan luka memproses informasi penyebab perubahan
perifer membuat keputusan sensasi
Penurunan nadi dengan benar
Edema menunjukan fungsi
Nyeri ekstermitas
23
Bruit femoral sensori motori kranial
Pemendekan jarak total yang utuh : tingkat
yang di tempuh dalam kesadaran membaik ,
uji berjalan 6 menit tidak ada gerakan
Pemendekan jarak bebas involunter
nyeri yang di tempuh
dalam uji berjalan 6
menit
Perestesia
Waena kulit pucat saat
elevasi
Faktor yang
Berhubungan:
Kurang pengetahuan
tentang faktor pemberat
(mis, merokok, gaya
hidup monoton, trauma,
obesitas, asupan garam,
imobilitas)
Kurang pengetahuan
tentang proses penyakit
(mis,diabetes,
hiperlipidemia)
Diabetes melitus
Hipertensi
Gaya hidup monoton
merokok
4 Ketidakseimbangan NOC NIC
nutrisi kurang dari Nutrional status : Nutrion management
kebutuhan tubuh Nutrional status : Kaji adanya alergi
Definisi : asupan nutrisi food and fluid intake makanan
tidak cukup untuk Nutrional status : Kolaborasi dengan
memenuhu kebutuhan nutrient intake ahli gizi untuk
metabolik Weight control menentukan jumlah
Batasan karakteristik : Kriteria hasil : kalori dan nutrisi yang
kram abdomen Adanya penigkatan dibutuhkan pasien
nyeri abdomen berat badan sesuai Anjurkan pasien untuk
menghindari makanan dengan tujuan meningkatakan intake
berat badan 20% atau Berat badan ideal fe
lebih dibawah berat sesuai dengan tinggi Anjurkan pasien untuk
badan ideal badan meningkatkan protein
kerapuhan kapiler Mampu dan vitamin c
diare mengidentifikasi Berikan substansi gula
kebutuhan nutrisi Yakinkan diet yang
kehilangan rambut
Tidak ada tanda- dimakan mengandung
berlebihan
tanda malnutrisi tinggi serat untuk
24
bising usus hiperaktif Menunjukan mencegah konstipasi
kurang makanan peningkatan fungsi Berikan makanan
kurang informasi pengecapan dari yang terpilih
membran mukosa pucat menelan Ajarkan pasien
ketidakmampuan Tidak terjadi bagaimana membuat
memakan makanan penurunan berat catatan makanan
tonus otot menurun badan yang berarti harian
Monitor jumlah nutrisi
mengeluh gangguan
dan kandungan kalori
sensasi rasa
Berikan informasi
mengeluh asupan
tentang kebutuhan
makanan kurang dari
nutrisi
RDA (recomended daily
Kaji kemampuan
allowance)
pasien untuk
cepat kenyang setelah mendapatkan nutrisi
makan yang dibutuhkan
sariawan rongga mulut Nutrion monitoring
steatorea BB pasien dalam batas
kelemahan otot normal
pengunyah Monitor adanya
kelemahan otot untuk penurunan berat badan
menelan Monitor tipe dan
Faktor-faktor yang jumlah aktivitas yang
berhubungan : bisa dilakukan
faktor biologis Monitor interaksi anak
faktor ekonomi dan orangtua selama
ketidakmampuan untuk makan
mengabsorbsi nutrien Monitro lingkungan
ketidakmampuan untuk selama makan
mencerna makanan Jadwalkan pengobatan
ketidakmampuan dan tindakan tidak
menelan makanan selama jam makan
faktor psikologis Monitor kulit kering
dan perubahan
pigmentasi
Monitor turgor kulit
Monitor kekeringan,
rambut kusam,dan
mudah patah
Monitor mual dan
muntah
Monitor kadar
albumin, total protein,
Hb, dan kadar Ht
Monitor pertumbuhan
dan perkembangan
25
Monitor pucat,
kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
Monitor kalori dan
intake nutrisi catat
adanya edema,
hiperemik, hipertonik
papila lidah dan
cavitas oral
Catat jika lidah
bewarna magenta,
scarlet
5 Resiko Infeksi NOC NIC
Definisi : mengalami Immune status Infection control
peningkatan resiko terserang Knowledge : Bersihkan lingkungan
organisme patogenik infection control setelah dipakai pasien
Faktor-faktor resiko : Kriteria hasil : lain
Penyakit kronis Klien bebas dari Pertahankan teknisi
isolasi
DM tanda dan gejala
Batasi pengunjung bila
Obesitas infeksi
perlu
Pengetahuan yang tidak Mendeskripsikan Instruksikan pada
cukup untuk proses penularan pengunjung untuk
menghindari penyakit, faktor yang mencuci tangan saat
pemanjanan patogen mempengaruhi berkunjung dan setelah
Pertahanan tubuh primer penularan serta berkunjung
yang tidak adekuat penatalaksanaannya meninggalkan pasien
Gangguan peritalsis Menunjukan Gunakan sabun
kemampuan untuk antimikrobia untuk
Kerusakan integritas
mencegah timbulnya mencuci tangan
kulit(pemasangan Cuci tangan setiap
kateter intravena infeksi
sebelum dan sesudah
prosedur invasif) Jumlah leukosit
tindakan keperawatan
Perubahan sekresi dalam batas normal Gunakan baju, sarung
pH Menunjukan prilaku tangan sebagai alat
Penurunan sekresi hidup sehat peindung
siliaris Pertahankan lingkungan
Pecah ketuban dini aseptik selama
Pecah ketuban lama pemasangan alat
Merokok stasis Ganti letak IV perifer
dan line central dan
cairan tubuh
dressing sesuai dengan
Trauma jaringan petunjuk umum
Ketidak adekuatan Gunakan kateter
pertahanan sekunder intermiten untuk
Penurunan menurunkan infeksi
hemoglobin kandung kencing
Imunosupresi (mis, Tingkatkan intake
26
imunitas didapat nutrisi
tidak adekuat, agen Berikan terapi
farmaseutikal antibiotik bila perlu
termasuk infection protection
imunosupresan, (proteksi terhadap
infeksi)
steroid, antibodi
Monitor tanda dan
monoklonal, gejala infeksi sistemik
imunomodulator) dan lokal
Supresi respon Monitor hitung
inflamasi granulosit, WBC
Faksinasi tidak Monitor kerentanan
adekuat terhadap infeksi
Pemajanan terhadap Batasi pengunjung
patogen lingkungan Sering pengunjung
terhadap penyakit
meningkat
menular
Wabah Pertahankan teknik
Prosedur invasif aspesis pada pasien
malnutrisi yang beresiko
Pertahankan teknik
isolasi k/p
Berikan perawatan kulit
pada epidema
Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas , drainase
Inspeksi kondisi
luka/insisi bedah
Dorong nutrisi yang
cukup
Dorong masukan cairan
Dorong istirahat
Instruksikan pasien
untuk minum antibiotik
sesuai resep
Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan
gejala infeksi
Ajarkan cara
menghindari infesi
Laporkan kecurigaan
infeksi
Laporkan kultur positif
6 Resiko ketidakseimbangan NOC NIC
elektrolit fluid ballance Fluid management
Definisi :beresiko hydration timbang
mengalami perubahan nutrional status : food popok/pembalut jika
kadar elektrolit serum yang and fluid diperlukan
27
dapat menganggu kesehatan intake pertahankan catatan
Faktor resiko kriteria hasil : intake dan output yang
Definisi volume cairan mempertahankan akurat
Diare urine output sesuai monitor satatus hidrasi
Disfungsi endokrin dengan usia dan BB, (kelembababn
Kelebihan volume BJ urine normal, HT membran mukosa,
cairan normal nadi adekuat, tekanan
Gangguan mekanisme tekanan darah, nadi, darah ortostatik), jika
regulasi (mis, diabetes, suhu tubuh dalam diperlukan
isipidus, sindrom batas normal monitor vital sign
ketidaktepatan sekresi tidak ada tanda-tanda monitor masukan
hormon antidiuretik) dehidrasi, elastisitas makanan/cairan dan
Disfungsi ginjal turgor kulit baik, hitung intake kalori
membran mukosa harian
Efek samping obat (mis,
lembab, tidak ada kolaborasikan
medikasi, drain)
rasa haus yang pemberian cairan IV
muntah
berlebihan monitor status nutrisi
berikan cairan IV pada
suhu ruangan
dorong masukan oral
beriakn penggantian
nesogastrik sesuai
output
dorong keluarga untuk
membantu pasien
makan
tawarkan snack (jus
buah, buah segar)
kolaborasi dokter jika
tanda cairan berlebih
muncul memburuk
atur kemungkinan
transfusi
persiapan untuk
transfusi
Hypovolemia
management
monitor status cairan
termasuk intake dan
output cairan
pelihara IV line
monitor tingkat Hb
dan hematokrit
monitor tanda vital
monitor respon pasien
terhadap penambahan
28
cairan
monitor BB
dorong pasien untuk
menambah intake oral
pemberian cairan IV
monitor adanya tanda
dan gejala
kelebihanvolume
cairan
monitor adanya tanda
gagal ginjal
7 Resiko syok prevensi NOC NIC
definisi : beresiko terhadap syok prevention syok prevention
ketidakcukupan aliran darah syok management Monitor status
ke jaringan tubuh, yang Kriteria hasil : sirkulasi BP, warna
dapat megakibatkan nadi dalam batas kulit, suhu kulit,
disfungsi seluler yang dapat yang diharapkan denyut jantung, HR,
mengancam jiwa irama jantung dalam dan ritme, nadi perifer,
Faktor resiko batas yang dan kapiler refill
hipotensi diharapkan Monitor tanda
hipovolemi frekuansi napas inadekuat oksigenasi
hipoksemia dalam batas yang jaringan
hipoksia diharapkan Monitor suhu tubuh
infeksi natrium serum dbn dan pernafasan
sepsis kalium serum dbn Monitor input dan
klorida serum dbn output
sindrom respons
kalsium serum dbn Pantau nilai labor :
inflamasi sistemik
magnesium serum Hb, HT, AGD, dan
dbn elektrolit
pH darah serum dbn Monitor hemodinamik
Hidrasi invasi yang sesuai
Indicator Monitor tanda dan
Mata cekung tidak gejala asites
ditemukan Monitor tanda gejala
Demam tidak asites
ditemukan Monitor tanda awal
TD dbn syok
Hematokrit dbn Tempatkan pasien
pada posisi supine,
kaki elevasi untuk
meningkatkan preload
dengan tepat
Lihat dan pelihara
kepatenan jalan napas
Berikan cairan IV dan
oral yang tepat
29
Berikan vasodilator
yang tepat
Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda
dan gejala datangnya
syok
Ajarkan keluarga dan
pasien tentang tanda
dan gejala datangnya
syok
Ajarkan pasien dan
keluarga tentang
langkah untuk
mengatasi gejala syok
Syok management
Monitor fungsi
neurologis
Monitor fungsi renal
(e.g BUN dan Cr
level)
Monitor tekanan nadi
Monitor status cairan,
input output
Catat gas darah arteri
dan oksigen di
jaringan
Monitor EKG
Memenfaatkan
pemantauan jalur
arteri untuk
meningkatkan akurasi
pembacaan tekanan
darah
Menggambar gas
darah arteri dan
memonitor jaringan
oksigenansi
Memantau tern dalam
parameter
hemodinamik (mis,
CVP, MAP,
tekanankapiler
pulmonal /arteri)
Memantau tingkat
CO² sublingual dan
atau tonometry
30
lambung
Monitor gejala gagal
pernapasan (mis,
rendah paO²
peningkatan paCO²
tingkat kelelahan otot
pernapasan)
Monitor nilai lab (mis,
CBC dengan
diferensial) koagulasi
profil, ABC, tingkat
laktat, budaya, dan
profil kimia)
Masukan dan
memelihara besarnya
kobosanan akses IV
8 Retensi urine NOC NIC
Definisi : pengosongan Urinary elimination Urinary retention care
kandung kemih tidak Urinary continence Monitor intake dan
komplit kriteria hasil : output
Batasan karakteristik Kandung kemih Monitor penggunaan
Tidak ada haluaran urine kosong secara penuh obat antikolinergik
Distensi kandung kemih Tidak ada residu Monitor derajat
Menetes urine >100-200cc distensi bladder
Disuria Bebas dari ISK Instruksikan pada
Sering berkemih Tidak ada spasme pasien dan keluarga
Inkontinensia aliran bladder untuk mencatat output
berlebih Ballance cairan urine
seimbang Sediakan privasi untuk
Residu urine
eliminasi
Sensasi kandung kemih
Stimulasi refleks
penuh
bladder dengan
Berkemih sedikit kompres dingin pada
Faktor yang berhubungan abdomen
dengan Katerisasi bila perlu
Sumbatan Monitor tanda dan
Tekanan ureter tinggi gejala ISK (panas,
Inhibisi arkus reflex hematuria, perubahan
Sfingter kuat bau dan retensi urine)
urinary elimination
management
31
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
32
DAFTAR PUSTAKA
33