Professional Documents
Culture Documents
Paul (1993) telah meringkaskan sikap-sikap yang merupakan aspek sentral dari pemikir kritis.
Sikap ini adalah nili yang harus ditunjukkan keberhasilannya oleh pemikir kritis. Individu
harus menunjukkan keterampilan kognitif untuk berpikir secara kritis, tetapi juga penting
untuk memastikan bahwa keterampilan ini digunakan secara adil dan bertanggung jawab.
1) Tanggung gugat
Ketika individu mendekati suatu situasi yang membutuhkan berpikir kritis, adalah
tugas individu tersebut untuk “mudah menjawab” apa pun keputusan yang dibuatnya.
terhadap hak, kebutuhan, dan minat klien. Perawat harus menerima tanggung gugat
mereka belajar mempertimbangkan ide dan konsep dengan rentang yang luas dan
kemudian membuat penilaian mereka sendiri. Untuk berpikir secara mandiri, seorang
menantang cara tradisional dalam berpikir, dan mencari rasional serta jawaban logis
mengenali keyakinan apa yang salah dan untuk kemudian melakukan tindakan
didasarkan pada keyakinan yang didukung oleh fakta dan dan bukti yang kuat.
4) Kerendahan hati
Penting untuk mengetahui keterbatasan diri sendiri. Pemikir kritis menerima bahwa
mereka tidak mengetahui dan mencoba untuk mendapatkan pengetahuan yang diperlukan
untuk membuat keputusan yang tepat. Keselamatan dan kesejahteraan klien mungkin
berisiko jika perawat tidak mampu mengenali ketidakmampuannya untuk mengatasi
masalah praktik.
5) Integritas
Pemikir kritis mempertanyakan dan menguji pengetahuan dan keyakinan pribadinya
seteliti mereka menguji pengetahuan dan keyakinan orang lain. Integritas pribadi
membangun rasa percaya dari sejawat dan bawahan. Orang yang mempunyai integritas
perawatan klien. Solusi yang cepat adalah hal yang tidak dapat diterima. Perawat belajar
dan terus mencari sumber tambahan sampai pendekatan yang tepat ditemukan.
7) Kreativitas
Kreativitas mencakup berpikir original. Hal ini berarti menemukan solusi di luar apa
yang dilakukan secara tradisional. Sering kali klien menghadapi masalah yang
Paul (1993) menemukan bahwa ada 2 standar berpikir kritis yaitu standar intelektual
dan profesional. Standar intelektual menjadi universal untuk berpikir kritis. Standar
professional untuk berpikir kritis mengacu pada kriteria etik untuk penilaian keperawatan dan
kriteria unuk tanggung jawab dan tanggung gugat professional. Penerapan standar ini
mengharuskan perawat menggunakan berpikir kritis untuk kebaikan individu atau kelompok.
1. Standar intelektual
Standar intelektual merupakan petunjuk atau prinsip untuk berpikir rasional. Paul (1993)
Bersikap kritis terhadap pandangan atau pendapat orang lain, kita harus mendengar
atau membaca pendapat orang itu. Ini yang seringkali bermasalah. Tidak jarang kita
menemukan betapa pendapat orang tersebut sulit dimengerti. Sebabnya bisa macam-
macam. Ada orang yang sulit mengemukakan pendapatnya karena tidak terampil dalam
berkomunikasi. Ada orang yang memang bodoh, tetapi yang lainnya lebih karena
mengemukakan gagasan atau pendapat menjadi salah satu standar berpikir kritis.
Ketepatan (presisi) dalam mengemukakan pikiran atau gagasan sangat ditentukan oleh
Kemampuan presisi juga berhubungan dengan apa yang diistilah dengan close attention.
“Really valuable ideas can only be had at the price of close attention,” demikian Charles
S. Pierce.
Dalam kehidupan sehari-hari ada banyak bidang yang membutuhkan presisi. Misalnya
dalam bidang kedokteran, teknik, arsitektur, dan sebagainya. Dalam pemikiran kritis pun
sedang terjadi atau sedang dihadapi membutuhkan kemampuan presisi ini. Misalnya,
Anda seorang dokter menghadapi pasien dengan gejala-gejala tertentu. Anda harus
dengan tepat mengatakan jenis penyakit apa yang diderita pasien tersebut plus alasan-
alasannya.
pikiran kita. Jika kita menginput informasi yang salah atau menyesatkan, maka jangan
heran kita menghasilkan suatu putusan atau kesimpulan yang salah pula. Misalnya,
informasi yang salah dari karyawan lain bahwa karyawan yang dipecat itu melanggar
kode etik perusahaan. Seharusnya pimpinan memanggil dan menggali sendiri informasi
dari karyawan tersebut dan informasi-informasi lainnya yang terkait. Meskipun Anda
seorang yang sangat pintar, Anda tetap bisa mengambil putusan yang keliru jika
Orang yang selalu berpikir kritis tidak akan gegabah dalam mengambil putusan jika
kritis tidak hanya menjunjung tinggi dan memberikan penilaian pada suatu kebenaran.
Mereka juga memiliki passion yang mendalam tentang keakuratan dan informasi-
informasi yang tepat. Socrates mengatakan bahwa hidup yang tidak direfleksikan tidak
pantas untuk dihidupi tampaknya tepat untuk menggambarkan kemampuan berpikir kritis
yang dibutuhkan bagi kesimpulan berpikir kita, dan tidak membiarkan pikiran dikuasai,
dikendalikan, atau dialihkan oleh informasi-informasi lain yang tidak relevan. Misalnya,
dalam sebuah debat politik mengenai boleh tidaknya menggusur sebuah gedung
pembicaraan dari substansi permasalahan dengan mengatakan bahwa gedung tua itu
temboknya sudah lapuk, catnya sudah mengelupas, dan tidak enak dipandang mata.
Gedung tua itu merusak pemandangan kota. Cara berargumentasi seperti ini, jika diikuti
hanya akan mengalihkan perhatian dari hal-hal yang substansial ke hal-hal yang sifatnya
mengenai pengetahuan. Kebenaran tidak pernah dicapai sekali untuk selamanya, dia
harus terus dikejar dan diusahakan. Tanpa sikap konsisten dalam mencari kebenaran
argumentasi yang adalah ekspresi pengetahuan subjek mengenai sesuatu. Argumen yang
jelas dan terpilah-pilah harus tetap dipertahankan, dan ini langsung memperlihatkan
Ada dua ketidakkonsistenan yang harus dihindari. Pertama, inkonsistensi logis, dalam
arti percaya atau menerima sebagai benar suatu materi tertentu yang tidak benar sebagian
atau seluruhnya. Kedua, inkonsistensi praktis, yakni diskrepansi antara perkataan dan
perbuatan. Orang yang konsisten harus memiliki sikap yang mencerminkan apa yang
dikatakannya. Hal ini akan nyata benar dalam pemikiran dan sikap moral
atau memahami suatu pemikiran. Misalnya, kita membaca laporan investigasi koran atau
majalah tertentu mengenai kejahatan kra putih (white Collar Crime). Mungkin karena
keterbatasan ruang atau data-data, kita sebagai pembaca merasa tidak puas dengan apa
yang disajikan. Reaksi pikirn kita ini wajar adanya, karena kita sadar betul, bahwa
sesuatu akan menjadi lebih baik jika mendalam dan sebaliknya. Pikiran kita akan
dibuat-buat.
h). Fairness
Berpikir kritis menuntut kita agar memiliki pemikiran yang fair, dalam arti open
minded, impartial, serta bebas distorsi dan praduga. Memang agak sulit menghindari hal-
hal demikian dalam pemikiran kita, tetapi kita harus menghindarinya kalau mau bersikap
kritis. Kita memang hidup dalam kebudayaan masyarakat yang menyenangi hal-hal
bersifat gossip, dugaan, prasangka, stereotype, dan sebagainya yang ternyata sangat
menyenangkan dan menghibur. Tetapi kalau kita mau berpikir dan bersikap kritis, maka
hal-hal seperti ini harus dihindari. Jika tidak, pemikiran atau argumentasi yang kita
2. Standar professional
Standar professional untuk pemikiran kritis merujuk pada criteria etik untuk penilaian
keperawatan, criteria berdasarkan bukti untuk evaluasi dan criteria untuk tanggung jawab
pemikiran
DAFTAR PUSTAKA
Perry &Potter.2005.Fundamental keperawatan.Jakarta.EGC.
Jakarta:EGC