You are on page 1of 6

Materi Penyuluhan

dr. Idama Simanjuntak

1.1 Gejala Neuropati Diabetik


Gejala neuropati diabetik umumnya berkembang secara bertahap dan penderita
baru menyadarinya setelah terjadi kerusakan saraf yang signifikan. Berdasarkan
lokasi saraf yang rusak, neuropati diabetik dibagi menjadi empat jenis, yaitu
mononeuropati, neuropati otonom, femoral neuropathy, serta neuropati perifer.

Mononeuropati atau neuropati fokal mengenai saraf tertentu pada di wajah,


batang tubuh, atau kaki. Meski gejalanya dapat terasa menyakitkan, kondisi ini
dapat membaik dengan sendirinya dalam waktu beberapa minggu atau bulan.
Gejala yang timbul dari mononeuropati di antaranya adalah:

 Lumpuh pada salah satu sisi wajah.

 Nyeri pada tulang kering, kaki, panggul, punggung bagian bawah, paha
depan, dada, atau perut.

 Rasa sakit di belakang mata, mata sulit fokus, atau penglihatan ganda.

Jenis neuropati diabetik berikutnya adalah neuropati otonom, yaitu kondisi yang
dapat menyebabkan kerusakan pada sistem saraf yang mengatur berbagai fungsi
tubuh, seperti pencernaan, saluran kemih, genital, dan sistem vaskular
(pembuluh darah). Gejala yang ditimbulkan antara lain:

 Pada sistem pencernaan: kembung, diare, sembelit, muntah, atau nyeri


hulu hati.

 Pada sistem vaskular: detak jantung menjadi lebih cepat, tekanan darah
rendah, pusing, mual, muntah, atau pandangan menjadi gelap seusai
berdiri dengan cepat (hipotensi ortostatik).

 Pada sistem genital: disfungsi ereksi, vagina kering, atau sulit orgasme
 Pada saluran kemih: kembung, inkontinensia urine, atau kesulitan
mengosongkan kandung kemih (pada saat buang air kecil serasa tidak
tuntas).

Jenis neuropati diabetik yang ketiga adalah fermoral neuropathy, atau sering
juga disebut diabetic amyotrophy, yaitu kondisi yang menyerang saraf-saraf
yang terletak di pinggul, bokong, paha, atau tungkai. Gejala yang ditimbulkan
antara lain:

 Sulit bangun dari posisi duduk.

 Perut menjadi bengkak.

 Nyeri hebat pada pinggang, paha, atau bokong.

Jenis neuropati diabetik yang terakhir adalah neuropati perifer. Jenis yang
paling banyak diderita ini menyebabkan kerusakan pada sistem saraf
perifer, terutama pada tungkai dan kaki. Gejala yang dapat muncul berupa:

 Kesemutan pada kaki bagian bawah, atau terasa panas.

 Kram atau nyeri.

 Refleks berkurang.

 Kehilangan keseimbangan dan koordinasi.

 Otot lemah.

 Masalah serius pada kaki serius, seperti infeksi, tukak, nyeri sendi dan
tulang, atau perubahan bentuk (deformitas).

 Kebas atau penurunan kemampuan merasakan sakit dan perubahan suhu.

1.2 Penyebab Neuropati Diabetik

Neuropati diabetik disebabkan oleh gabungan dari beberapa faktor. Faktor


utamanya adalah kadar gula darah yang tinggi dalam waktu lama yang membuat
dinding pembuluh darah (kapiler) menjadi lemah sehingga tidak bisa memberi
asupan oksigen dan gizi pada saraf. Pada akhirnya, sel saraf menjadi rusak.

Sedangkan faktor lain yang berperan dalam neuropati diabetik adalah faktor
genetik, peradangan saraf yang disebabkan oleh respon autoimun, serta
kebiasaan mengonsumsi alkohol dan merokok, yang menyebabkan kerusakan
pada saraf dan pembuluh darah.

Risiko penderita diabetes mengalami neuropati akan semakin tinggi jika:

 Diabetes diderita dalam waktu lama dengan kadar gula darah yang tidak
terjaga dengan baik.

 Mengalami gangguan pada ginjal sehingga racun dalam darah meningkat


dan dapat menimbulkan kerusakan saraf.

 Merokok. Kebiasaan merokok dapat menyebabkan arteri menyempit dan


mengeras, sehingga aliran darah ke kaki menjadi berkurang. Kondisi ini
membuat luka lebih sulit untuk sembuh.

 Memiliki berat badan berlebih.

1.3 Diagnosis Neuropati Diabetik

Diagnosa awal neuropati diabetik dibuat berdasarkan gejala, riwayat kesehatan,


serta pemeriksaan fisik. Untuk menegakkan diagnosa, dilakukan beberapa
pemeriksaan penunjang lain, meliputi:

 Pemeriksaan Kecepatan Hantar Saraf (KHS), untuk menilai kecepatan


hantaran impuls saraf pada tangan dan kaki.

 Pemeriksaan respon saraf terhadap perubahan suhu dan getaran.

 Pemeriksaan sistem saraf otonom, untuk mendeteksi terjadinya neuropati


otonom pada pasien yang memperlihatkan gejalanya. Dalam pemeriksaan
ini, dilakukan pengukuran tekanan darah pasien dalam berbagai posisi,
serta dinilai juga kemampuan tubuh pasien untuk mengeluarkan keringat.

 Tes filament untuk memeriksa kepekaan terhadap sentuhan.

 Tes elektromiografi (EMG), untuk mengukur besarnya impuls listrik di


dalam otot. Pemeriksaan ini dilakukan bersamaan dengan pemeriksaan
KHS.
1.4 Pengobatan Neuropati Diabetik

Pengobatan neuropati diabetik dilakukan dengan tujuan memperlambat


perkembangan penyakit, meringankan nyeri dan mengatasi komplikasi, serta
mengembalikan fungsi tubuh. Perkembangan penyakit ini bisa diperlambat
dengan cara menjaga kadar gula sesuai dengan usia, jangka waktu terkena
diabetes, kemunculan masalah-masalah kesehatan lain jika ada, dan kondisi
kesehatan penderita secara menyeluruh.

Kadar gula aman bagi penderita diabetes yang berusia di bawah 59 tahun adalah
antara 80 hingga 120 mg/dL, sedangkan kadar gula aman pada penderita
diabetes yang berusia di atas 60 tahun atau memiliki kondisi medis lain adalah
100 hingga 140 mg/dL

Cara lain untuk memperlambat perkembangan neuropati diabetik adalah dengan


menjaga tekanan darah, melakukan banyak aktivitas fisik, berhenti merokok,
menghindari alkohol, mempertahankan berat badan seimbang, serta
menerapkan pola makan sehat.

Obat-obatan yang biasa diberikan untuk mengatasi nyeri, kram otot, dan gejala
lain yang mungkin timbul, di antaranya adalah:

 Antidepresan, seperti duloxetine, nortriptyline, atau atau despiramine.

 Antikejang, seperti gabapentin, carbamazepine, atau pregabalin.

 Lidocaine dalam bentuk koyo.

 Krim capsaicin.

Pemberian obat-obatan tersebut sering kali dipadukan dengan terapi fisik atau
akupunktur, yang juga dapat meringankan rasa nyeri.

Untuk memulihkan fungsi tubuh serta mengatasi komplikasi yang muncul,


berikut ini beberapa macam penanganannya:

 Untuk mengatasi tekanan darah rendah (hipotensi), penderita dianjurkan


untuk menerapkan pola hidup sehat, banyak minum, dan melakukan
posisi duduk atau berdiri secara perlahan. Selain itu, pemakaian korset
untuk perut atau kaos kaki kompresi juga dianjurkan oleh dokter. Pada
hipotensi ortostetik, dapat digunakan sejumlah obat-obatan untuk
mengatasi gejalanya.
 Untuk masalah pencernaan, selain dengan obat-obatan untuk pencernaan,
dokter akan menyarankan penderita untuk mengubah pola makan,
seperti mengurangi serat dan lemak, mengonsumsi makanan yang lunak
dan mudah dicerna, dan makan lebih sering dengan porsi sedikit.

 Untuk masalah yang berkaitan dengan saluran kemih (terutama hilangnya


kontrol terhadap kandung kemih), dapat diatasi dengan
obat antispasmodic, terapi teknik buang air kecil secara berjangka, serta
pemasangan pessaries atau cincin yang dimasukkan ke dalam vagina
guna mencegah kebocoran urine/mengompol.

 Untuk masalah disfungsi seksual pada pria, bisa diatasi dengan


obat sildenafil, tadalfil, atau vardenafil. Namun obat-obat tersebut belum
tentu aman untuk semua orang. Cara lain yang bisa dilakukan adalah
dengan pemakaian alat vakum guna meningkatkan aliran darah ke penis.
Untuk masalah vagina kering pada wanita, bisa diatasi dengan pelumas
khusus vagina.

1.5 Komplikasi Neuropati Diabetik

Komplikasi serius yang dapat timbul dari penyakit neuropati diabetik adalah:

 Berkurangnya kepekaan terhadap gejala-gejala hipoglikemia (kadar gula


rendah) yang muncul.

 Masalah pencernaan, seperti konstipasi, diare, dan gastroparesis.

 Keringat berlebih atau sebaliknya berkurang akibat kelenjar keringat yang


tidak berfungsi secara normal.

 Infeksi saluran kemih dan inkontinensia urine.

 Penyakit sendi Charcot, yaitu kondisi yang ditandai dengan


pembengkakan sendi, penurunan sensasi, hingga cacat atau perubahan
bentuk sendi.

 Kematian jaringan kaki. Infeksi yang menyebar akibat diabetes dapat


menyebabkan jaringan kaki mengalami kematian yang tidak dapat diobati
sehingga harus diamputasi.

You might also like