You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar belakang masalah
Fungsi tubuh diatur oleh dua sistem pengatur utama yakni: (1) sistem
saraf, (2) sistem hormonal atau sistem endokrin. Pada umumnya, sistem hormonal
terutama berkaitan dengan pengaturan berbagai fungsi metabolisme tubuh, seperti
pengaturan kecepatan kimia reaksi kimia di dalam sel atau pengangkutan bahan-
bahan melewati membran sel atau aspek lain dari metabolisme sel seperti
pertumbuhan dan sekresi. Beberapa efek hormon ini dapat terjadi dalam beberapa
detik, sedangkan yang lain membutuhkan beberapa hari hanya untuk mulai dan
berlangsung selama beberapa minggu, beberapa bulan atau bahkan beberapa
tahun.

Sistem endokrin atau sistem hormonal merupakan zat kimia yang


disekresikan ke dalam cairan tubuh oleh satu sel atau sekelompok sel dan
mempunyai efek pengaturan fisiologis terhadap sel-sel tubuh lain.

Jika sistem endokrin mengalami gangguan, maka akan terjadi


ketidakseimbangan hormon dalam tubuh. Tanpa hormon, fungsi organ tubuh yang
lain pun tidak akan berjalan dengan normal. Sebagai contoh, hormon berfungsi
dalam membedakan sistem saraf pusat dan sistem reproduksi pada janin yang
sedang berkembang, merangsang urutan perkembangan, mengkoordinasi sistem
reproduksi, memelihara lingkungan internal secara optimal dan melakukan respon
korektif dan adaptif ketika terjadi kedaruratan.

1.2 Rumusan Masalah


1.2.1 Bagaimana anatomi fisiologi sistem endokrin?
1.2.2 Bagaimana pengaturan sistem endokrin?
1.2.3 Bagaimana sistem umpan balik pada sistem endokrin?
1.2.4 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi sistem endokrin?
1.2.5 Apa saja sel-sel pada sistem edokrin?
1.2.6 Apa saja gejala fisiologis pada sistem endokrin?
1.3 Tujuan dan Manfaat
1.3.1 Tujuan

1
Tujuan dari pembuatan makalah ini adalah untuk menambah wawasan dan
memperdalam ilmu mengenai sistem endokrin, baik secara anatomi fisiologis
serta poin-poin lainnya.
1.3.2 Manfaat
Manfaat dari dibuatnya makalah ini tentu semoga dapat menambah ilmu
baik pembaca maupun penulis sendiri dengan lebih memahami salah satu sistem
yang berperan penting dalam tubuh yaitu sistem endokrin.

BAB II

2
PEMBAHASAN

2.1 Anatomi Fisiologi Sistem Endokrin


2.1.1 Definisi Sistem Endokrin
Endokrin berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”. Zat
aktif utama dari sekresi interna disebut hormon, yang juga berasal dari bahasa
Yunani yang artinya “merangsang”.
Sistem endokrin atau hormonal merupakan zat kimia yang disekresikan ke
dalam cairan tubuh oleh satu sel atau sekelompok sel dan mempunyai efek
pengaturan fisiologis terhadap sel-sel tubuh lain.
Sistem endokrin adalah sisten kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon yang tersikulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ – organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan”
dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan
menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak
memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat dan
kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastrointestinal.
Sistem endokrin berkaitan dengan saraf, mengontrol memadukan fungsi
tubuh. Kedua sistem ini bekerja sama untuk mempertahankan homeostatis. Sistem
endokrin bekerja melalui hormon, maka sistem saraf bekerja melalui
neurotransmiter yang dihasilkan oleh ujung-ujung saraf.
Kelenjar endokrin melepaskan sekresinya langsung ke dalam darah.
Kelenjar endokrin terdapat pada pulau Langerhans, kelenjar gonad (ovarium dan
testis), kelenjar adrenal, hipofise, tiroid dan paratiroid. Beberapa dari organ
endokrin menghasilkan satu hormon tunggal, sedangkan yang lain lagi dua atau
beberapa jenis hormon. Misalnya, kelenjar hipofisis menghasilkan beberapa jenis
hormon yang mengendalikan kegiatan banyak organ lain, karena itulah kelenjar
hipofisis dilukiskan sebagai “kelenjar pimpinan tubuh.”
Pengetahuan tentang fungsi-fungsi kelenjar didapati dengan mempelajari
efek dari penyakit yang ada di dalamnya dan hal ini biasanya dapat diterangkan

3
sebagai akibat produksi terlalu banyak atau terlalu sedikit hormon yang
diperlukan.
2.1.2 Fungsi Sistem Endokrin Secara Umum
a) Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang.
b) Menstimulasi urutan perkembangan.
c) Mengkoordinasi sistem reproduktif
d) Memelihara lingkungan internal optimal.
e) Melakukan respon korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.

2.1.3 Kelenjar-kelenjar Sistem Endokrin

4
2.1.3.1 Kelenjar Hipofisis

Kelenjar hipofisis terletak didasar tengkorak, didalam fossa hipofisis


tulang spenoid. Kelenjar hipofisis terdiri dari dua lobus, yaitu lobus anterior dan
lobus posterior dan bagian diantara keduanya adalah pars intermedia. Untuk
memudahkan mempelajari fungsinya maka dipandang menjadi dua bagian, yaitu
lobus anterior dan lobus posterior.
a. Hipofisis Lobus Anterior

Lobus anterior menghasilkan sejumlah hormon yang bekerja


sebagai zat pengendali produksi sekresi dari semua organ endokrin lain
a) Hormon Pertumbuhan
Disebut juga sebagai hormon somatotropik. Berfungsi sebagai
mengendalikan pertumbuhan hampir seluruh sel jaringan tubuh.
Kesalahan fungsi hipofisis dapat hiposekresi (sekresi kurang) atau
hipersekresi (sekresi terlampau banyak). Setiap kelainan itu
memperlihatkan sindrom yang secara klinis dikenal dengan jelas.
Keadaan selanjutnya berhubungan dengan disfungsi lobus anterior
kelenjar hipofisis.
Hiposekresi sebelum pubertas menyebabkan anak tumbuh
menjadi orang kerdil (dwarfisme). Sesudah pubertas, dengan

5
keadaan yang sebelumnya normal, akan terjadi keadaan yang
dikenal sebagai penyakit Sheehan. Dalam keadaan ini timbul
perubahan atrofik di dalam kelenjar gonad, tiroid dan kelenjar
adrenal.
Sedangkan hipersekresi sebelum pubertas menyebabkan
gigantisma dan sesudah pubertas menyebabkan akromegali, suatu
keadaan dengan tulang dan juga organ jaringan lunak menjadi tebal
dan kasar. Keadaan ini terutama terkena pada tangan, tengkorak dan
tulang rahang.
b) Adrenokortikotropin (ACTH)
Hormon ini mengendalikan kegiatan kelenjar suprarenal dalam
menghasilkan kortisol yang berasal dari kortex kelenjar suprarenal
ini.
c) Hormon Tirotropin (TSH)
Hormon ini mengendalikan kelenjar tiroid mensekresi tiroksin
dan triodotironin.
d) Hormon Gonadotropik
Hormon perangsan folikel (folicel stimulating hormoe- FSH),
merangsang perkembangan atau pertumbuhan folikel dalam
ovarium sebelum ovulasi dan meningkatkan pembentukan sperma
di dalam testis.
e) Luteinising Hormon (LSH)
Dikenal juga dengan Interstisial-Cell-Stimulating-Hormon
(ICSH) yang mengendalikan dan memainkan peranan penting dalam
sekresi estrogen dan progesteron di dalam ovarium dan testosteron
di dalam testis.
f) Prolaktin
Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan perkembangan
payudara dan sekresi air susu.
b. Hipofisis Lobus Posterior
a) Hormon Antidiuretik (ADH)
Disebut juga vasopresin. Hormon ini menyebabkan ginjal
menahan air, sehingga meningkatkan jumlah air dalam tubuh, juga

6
pada konsentrasi yang tinggi, akan menyebabkan penyempitan
pembuluh darah di seluruh tubuh dan menaikkan tekanan darah.
b) Hormon Oksitosin
Hormon ini membuat uterus berkontraksi selama proses
persalinan, juga membantu pengeluaran bayi, juga membuat sel-sel
mioepitelial dalam payudara berkontraksi, sehingga mengeluarkan
air susu dari payudara sewaktu bayi menghisap.

2.1.3.2 Kelenjar Tiroid

Kelenjar tiroid terdiri atas dua buah lobus yang terletak disebelah kanan
dan kiri trakhea, dan diikat bersama oleh secarik jaringan tiroid yang disebut
istmus tiroid dan yang melintasi trakhea di sebelah depannya.
a. Struktur
Kelenjar tiroid terdiri atas sejumlah besar vesikel yang dibatasi
oleh epitelium silinder. Mendapat persediaan darah berlimpah-limpah
dan yang disatukan oleh jaringan ikat. Sel itu mengeluarkan sekret
cairan yang bersifat lekat yaitu koloida tiroid, yang mengandung zat
senyawa yodium, zat aktif yang utama dari senyawa yodium ini ialah
hormon tiroxin. Sekret ini mengisi vesikel dan dari sini berjalan ke
aliran darah, baik langsung ataupun melalui saluran limfe.
b. Fungsi
Sekresi tiroid diatur oleh sebuah hormon dari lobus anterior
kelenjar hipofisis, yaitu oleh hormon tirotropin.
a) Hormon Tiroksin dan Triodotironin
Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan kecepatan reaksi
kimia dalam hampir semua sel tubuh, jadi meningkatkan tingkat
metabolisme tubuh umum.

7
b) Hormon Kalsitonin
Hormon ini memacu pengendapan kalsium di dalam tulang
sehingga menurunkan konsentrasi kalsium dalam cairan
ekstraseluler.
Fungsi kelenjar tiroid sangat erat bertalian dengan kegiatan
metabolik dalam hal pengaturan susunan kimia dalam jaringan: bekerja
sebagai perangsang proses oksidasi, mengatur penggunaan oksigen dan
dengan sendirinya mengatur pengeluaran karbondioksida.
Hiposekresi (hipotiroidisma). Bila kelenjar tiroid kurang
mengeluarkan sekret pada waktu bayi maka mengakibatkan suatu
keadaan yang dikenal sebagai kretinisme, berupa hambatan pertumbuhan
mental dan fisik. Pada orang dewasa, kekurangan sekresi mengakibatkan
mixudema, yaitu proses metabolik mundur dan terdapat kecenderungan
untuk bertambah berat, gerakannya melambat, cara bicara dan berpikir
lamban dan kulit menjadi tebal dan kering, rambut rontok dan menjadi
jarang. Suhu badannya dibawah normal dan denyut nadi pelan.
Hipersekresi. Pada pmebesaran kelenjar dan penambahan sekresi
yang disebut hipertiroidisma, semua simptomnya sebaliknya dari
mixudema. Kecepatan metabolisme naik dan suhu tubuh dapat lebih
tinggi dari normal. Pasiem turun beratnya, gelisah dan mudah marah,
kecepatan denyut nadi naik “cardiac output” bertambah dan simpton
kardio-vaskuler mencakup fibrilasi atrium dan kegagalan jantung.
Pada keaadan yang dikenal sebagai penyakit Grave atau gondok
exoftalmus, tampak mata menonjol keluar. Efek ini disebabkan
terlampau aktifnya hormon tiroid.

2.1.3.3 Kelenjar Paratiroid


Disetiap sisi kelenjar tiroid terdapat dua kelenjar kecil, yaitu kelenjar
paratiroid, didalam leher. Sekresi paratiroid, yaitu hormon paratiroid, mengatur

8
motabolisma zat kapur dan mengendalikan jumlah zat kapur di dalam darah dan
tulang.
Kelenjar paratiroid adalah Parathormon yang berperan untuk mengatur
konsentrasi ion kalsium dalam cairan ekstraseluler dengan cara mengatur; (a)
absorpsi kalsium dari usus, (b) ekskresi kalsium oleh ginjal, dan (c) pelepasan
kalsium dari tulang.
Hipoparatiroidisma, pada mana terjadi kekurangan kalsium di dalam
isi darah, atau hipokalsemia mengakibatkan keadaan yang disebut tetani, dengan
gejala khas kejang dan konvulsi, khususnya pada tangan dan kaki yang disebut
karkopedal spasmus; simptom-simptom ini dapat cepat diringankan dengan
pemberian kalsium.
Hiperparatiroidisma atau over-aktivitas kelenjar, biasanya ada sangkut
pautnya dengan pembesaran (tumor) kelenjar. Keseimbangan distribusi kalsium
terganggu, kalsium dikeluarkan kembali dari tulang dan dimasukkan kembali ke
dalam serum darah, dengan akibat terjadinya penyakit tulang dengan tanda-tanda
khas bahwa beberapa bagian keropos, yang dikenal sebagai osteitis fibrosa sistika,
karena terbentuk kista pada tulang. Kalsiumnya diendapkan di dalam ginjal dan
dapat menyebabkan batu ginjal dan kegagalan ginjal.
2.1.3.4 Kelenjar Timus
Kelenjar timus terletak didalam toraks, kira-kira pada ketinggian
bifurkasi trakhea. Warnanya kemerah-merahan dan terdiri atas dua lobus. Pada
bayi yang baru lahir sangat kecil dan beratnya kira-kira 10 gram atau lebih sedikit.
Ukurannya bertambah dan pada masa remaja beratnya 30 sampai 40 gram dan
kemudian mengerut lagi. Fungsinya belum diketahui, tetapi diperkirakan ada
sangkutnya dengan produksi antibodi.

2.1.3.5 Kelenjar Adrenal

9
Kelenjar adrenal atau kelenjar suprarenalis terletak diatas kutub
sebelah atas setiap ginjal. Kelenjar adrenal terdiri atas bagian luar yang berwarna
kekuning-kuningan yang disebut kortex dan yang menghasilkan kortisol
(hidrokortison), dengan rumus yang mendekati kortison, dan atas bagian medula
disebelah bagian dalam yang menghasilkan adrenalin (epifrin) dan noraedrenalin
(norepifrin).
Zat-zat disekresikan dibawah pengendalian sistem persarafan
simpatis. Sekresinya bertambah dalam keadaan emosi seperti marah dan takut,
dan dalam keadaan asfixia dan kelaparan. Pengeluaran yang bertambah itu
menaikkan tekanan darah guna melawan shock yang disebabkan kegentingan ini.
Noraedrenalin menaikkan tekanan darah dengan jalan merangsang
serabut otot di dalam dinding pembuluh darah untuk berkontraksi. Adrenalin
membantu metabolisma karbohidrat dengan jalan menambah pengeluaran glukosa
dari hati.
Beberapa hormon terpenting yang disekresikan oleh kortex adrenal
adalah hidrokortison, aldosteron dan kortikosteron, yang semuanya bertalian erat
dengan metabolisma pertumbuhan, fungsi ginjal dan tonus otot. Semua fungsi ini
menentukan jalan hidup
Hormon Kortisol mempunyai banyak sekali metabolik untuk
mengatur metabolisme protein, karbohidrat dan lemak.
Hormon Aldosteron berperan untuk mengurangi ekskresi natrium
oleh ginjal dan meningkatkan ekskresi kalium, sehingga meningkatkan jumlah
natrium tubuh di samping menurunkan jumlah kalium.

10
2.1.3.6 Pulau Langerhans Kelenjar Pankreas
a) Insulin
Insulin adalah sebuah hormon antidiabetika, yang diberikan dalam
pengobatan diabetes. Insulin ialah sebuah protein yang dapat turut
dicernakan oleh enzim-enzim pencerna protein dan karena itu tidak
diberikan melalui mulut melainkan dengan suntikan subkutan. Insulin
mengendalikan kadar glukosa dan bila digunakan sebagai pengobatan
dalam hal kekurangan, seperti pada diabetes, ia memperbaiki
kemampuan sel tubuh untuk mengabsorpsi dan menggunakan glukosa
dan lemak
.
b) Glukagon
Glukagon berfungsi untuk meningkatkan sintesis dan pelepasan
glukosa dari hati masuk ke sirkulasi cairan tubuh.

2.1.3.7 Kelenjar Gonad


a. Ovarium
a) Estrogen
Hormon estrogen berfungsi untuk merangsan perkembangan
organ kelamin wanita, payudara dan berbagai sifat kelamin
sekunder.
b) Progesteron
Hormon progesteron berfungsi untuk merangsang sekresi
“cairan uterus” oleh kelenjar endometrium uterus, juga membantu
meningkatkan perkembangan aparatus sekretorik payudara.
b. Testis
a) Testosteron
Hormon testosteron ini berfungsi untuk merangsang
pertumbuhan organ kelamin pria juga meningkatkan perkembangan
sifat-sifat kelamin sekunder pria.

11
2.1.3.8 Plasenta
a) Human Chorionic Gonadotropin
Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan korpus
luteum dan sekresi estrogen dan progesteron oleh korpus luteum.
b) Estrogen
Hormon ini berfungsi untuk meningkatkan pertumbuhan organ
kelamin ibu dan beberapa jaringan janin.
c) Progesteron
Hormon ini membantu perkembangan khusus dari endometrium
uterus dalam implantasi tahap lanjut dari ovum yang sudah difertilisasi,
mungkin meningkatkan perkembangan beberapa jaringan dan organ
janin, membantu meningkatkan perkembangan aparatus sekretorik dari
payudara ibu.
d) Human Somatomammatropin
Hormon ini berfungsi sebagai meningkatkan pertumbuhan
beberapa jaringan janin serta membantu perkembangan payudara ibu.

2.2 Pengaturan Sistem Endokrin


Hampir semua sekresi kelenjar hipofisis diatur baik oleh hormon atau
sinyal saraf yang berasal dari hipotalamus. Sebenarnya, bila kelenjar hipofisis ini
diambil dari kedudukannya di bawah hipotalamus dan ditransplantasikan pada
beberapa bagian tubuh lain, maka kecepatan sekresi berbagai hormon yang
berbeda (kecuali prolaktin) menurun sampai kadar rendah, pada beberapa hormon
bisa mencapai kedudukan nol.
Sekresi dari kelenjar hipofisis posterior diatur oleh sinyal-sinyal saraf
yang berasal dari hipotalamus dan berakhir pada hipofisis posterior. Sebaliknya,
sekresi kelenjar hipofisis anterior diatur oleh hormon-hormon yang disebut
hormon (atau faktor) pelepas hipotalamus dan hormon (faktor) penghambat yang
disekresikan ke dalam hipotalamus sendiri dan selanjutnya dijalarkan ke hipofisis
anterior melalui pembuluh-pembuluh darah kecil yang disebut pembuluh darah

12
porta hipotalamus-hipofisis. Didalam kelenjar hipofisis anterior, hormon pelepas
dan hormon penghambat ini bekerja terhadap sel kelenjar dan mengatur sekresi
kelenjar tersebut.
Hipotalamus selanjutnya menerima sinyal-sinyal dari hampir semua
sumber yang mungkin dalam sistem saraf. Jadi, bila seseorang menerima
rangsangan nyeri, makan sebagian sinyal nyeri itu akan dijalarkan ke
hipotalamus. Demikian juga, bila seseorang menderita depresi atau kegembiraan
yang sangat kuat, maka sebagian sinyal itu akan dijalarkan ke hipotalamus.
Ragsangan penghirup yang merupakan bau yang menyenangkan atau yang tidak
menyenangkan akan menjalarkan komponen sinyal yang kuat langsung dan
melewati inti amigdala ke hipotalamus. Bahkan kosentrasi bahan makanan,
elektrolit, air dan berbagai hormon yang ada di dalam darah dapat merangsang
atau menghambat berbagai bagian hipotalamus.
Jadi, hipotalamus dianggap sebagai pusat pengumpul informasi
mengenai kesehatan dalam tubuh, dan sebaliknya sebagian besar dari informasi ini
digunakan untuk mengatur sekresi sebagian besar hormon hipofisis yang sangat
penting.

2.3 Sistem Pengaturan Umpan Balik pada Sistem Endokrin


Kecepatan sekresi setiap hormon yang telah diteliti diatur sangat tepat
oleh beberapa sistem pengaturan internal. Pada sebagian besar, pengaturan ini
biasanya menggunakan suatu mekanisme umpan balik negatif sebagai berikut:
1. Kelenjar endokrin mempunyai kecenderungan alami untuk mesekresikan
secara berlebihan hormonnya.
2. Oleh karena kecenderungan ini, hormon akan semakin menggunakan
efek pengaturannya pada organ target.
3. Organ target kemudian akan melakukan fungsinya.
4. Tetapi bila terlalu banyak fungsi yang terjadi, biasanya beberapa faktor
dari fungsi itu akan menjadi umpan balik bagi kelenjar endokrin tersebut
dan akan menimbulkan efek negatif pada kelenjar sehingga mengurangi
kecepatan sekresi kelenjar. Jadi, fungsi hormon dapat dipantau melalui
mekanisme pengaturan dan informasi ini sebaliknya akan merupakan
pengaturan umpan balik terhadap kecepatan sekresi kelenjar tersebut.

13
2.4 Faktor yang Mempengaruhi Sistem Endokrin
a. Penuaan
Penuaan memepengaruhi ovarium wanita dan hasil dalam
monopause. Biasanya anatara 50 – 55 tahun pada monopause indung telur
berhenti mempengaruhi ekstrogen dan progesteron dan tidak lagi
memiliki sebuah tempat telur. Ketika ini terjadi periode menstruasi
berehenti.
2. Penyakit dan kondisi
Penyakit kronis dan kondisi lain dapat mempengaruhi fungsi
sistem endokrin manusia dalam beberapa cara. Setelah hormon
mengahasilkan efek merekan pada organ target mereka. Hati dan ginjal
adalah organ utama yang memecah hormon. Kemampuan untuk memecah
hormon mungkin akan menurun pada orang yang memeliki penyakit
jantung kronis, hati, atau penyakit ginjal.
3. Stres
Ketegangan fisik atau mental dapat memicu setres. Respon stres
adalah konflek dan dapat mempengaruhi jantung, ginjal, hati.dan fungsi
sistem endokrin banyak faktor yang mempengaruhi stres, tapi stres fisik
yang paling penting. Agar tubuh dapat merespon dan mengatasi stres fisik
kelenjar adrenal menghasilkan banyak kartisol. Kelenjar adrenal tidak
menanggapi ini bisa menjadi masalah yang mengancam jiwa.
4. Genetika
Sistem endokrin anda dapat di pengaruhi oleh gen. Gen adalah
unit, informasiturun-temurun yang di warisi dari orang tua ke anak. Gen
yang terkandung dalam kromosom. Jumlah kromosom normal 46 ( 23
pasang ). Kadang-kadang kromosom bertambah, hilang, atau rusak dapat
mengakibatkan penyakit/kondisi yang mempengaruhi produksi hormon
atau fungsinya. Gen juga dapat menempatkan pada peningkatan resiko
untuk penyakit tertentu, seperti kanker payudara. Perempuan yang
mewarisi mutasi pada gen BRCA1 atau gen BRCA2 menghadapi resiko

14
lebih tinggi terkena kanker payudara dan kanker ovarium di bandingkan
populasi umum.

2.5 Sel-sel Penyusun Organ Sistem Endokrin


a) Neusekretori
Neusekretori adalah sel yang berbentuk seperti sel saraf, tetapi
berfungsi sebagai penghasil hormon. Contoh sel neusekretori ialah sel saraf
pada hipotalamus. Sel tersebut memperhatikan fungsi endokrin sehingga
dapat juga disebut sebagai sel neuroendokrin. Sesungguhnya, semua sel
yang dapat menghasilkan sekret disebut sel sekretori. Oleh karena itu, sel
saraf seperti yang terdapat pada hipotalamus disebut sel neusekretori.
b) Sel endokrin sejati
Sel endokrin sejati disebut juga sel endokrin klasik yaitu sel endokrin
yang benar-benar berfungsi sebagai penghasil hormon, tidak memiliki
bentuk seperti sel saraf. Kelenjar endokrin sejati melepaskan hormon yang
dihasilkannya secara langsung ke dalam darah (cairan tubuh).

2.6 Gejala Fisiologis Sistem Endokrin


a. Hipertiroidisme
Terjadinya hipersekresi atau pembesaran kelenjar dan penambahan
sekresi yang disebut hipertiroidisme. Hipertiroidisme adalah kondisi yang
ditandai dengan kelenjar tiroid yang overaktif. Gejala umum dari
hipertiroidisme adalah: diare, kesulitan tidur, kelelahan, goiter
(pembengkakkan leher karena pembesaran kelenjar tiroid.

b. Hipotiroidisme
Adalah keaadaan bila kelenjar tiroid kurang mengeluarkan sekret
pada waktu bayi maka mengakibatkan suatu keadaan yang dikenal seagai
kretinisme. Gejala umum dari hipotiroidisme adalah: intoleransi terhadap
dingin, sembelit, menurunnya produksi keringat, rambut kering, kelelahan,

15
goiter, nyeri pada sendi dan otot, periode menstruasi yang terlewat, detak
jantung yang melambat, muka membengkak, kenaikan berat badan.
c. Diabetes Mellitus
Diabetes Mellitus atau kencing manis merupakan salah satu penyakit
dari sistem endokrin yang terjadi apabila pankreas sudah berhenti
menghasilkan insulin. Insulin adalah hormon yang mengendalikan kadar
glukosa dalam darah. Gejalanya adalah: Haus atau lapar yang berlebih,
kelelahan, sering buang air kecil, mual dan muntah, sering BAK, kenaikan
atau penurunan berat badan yang tidak disertai alasan, perubahan pada
penglihatan, kenaikan atau penurunan berat badan yang tidak disertai
alasan, perubahan pada penglihatan.
d. Akromegali
Akromegali adalah gangguan di mana kelenjar pituitari menghasilkan
hormon pertumbuhan yang berlebih. Hal ini menyebabkan pertumbuhan
yang berlebih, terutama pada tangan dan kaki. Gejala akromegali biasanya
adalah: ukuran bibir, hidung, atau lidah yang terlalu besar, tangan atau kaki
yang terlalu besar atau bengkak, perubahan struktur tulang muka, nyeri
pada tubuh dan sendi, suara yang dalam, kelelahan dan kelemahan, sakit
kepala, pertumbuhan tulang dan kartilago yang berlebih serta penebalan
kulit, disfungsi seksual, termasuk penurunan libido, sleep apnea, gangguan
pada penglihatan.
e. Penyakit Addison
Penyakit Addison ditandai dengan penurunan produksi kortisol dan
aldosteron akibat kerusakan kelenjar adrenal. Gejala Addison biasanya
adalah: Depresi, diare kelelahan, sakit kepala, hiperpigmentasi pada kulit,
hipoglikemia, napsu makan rendah, tekanan darah rendah, periode
menstruasi yang terlewat, mual, dengan atau tanpa muntah, ingin
mengonsumsi garam, penurunan berat badan, kelemahan.

16
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Endokrin berasal dari bahasa Yunani yang berarti “sekresi ke dalam”. Zat
aktif utama dari sekresi interna disebut hormon, yang juga berasal dari bahasa
Yunani yang artinya “merangsang”.
Sistem endokrin adalah sisten kontrol kelenjar tanpa saluran (ductless)
yang menghasilkan hormon yang tersikulasi di tubuh melalui aliran darah untuk
mempengaruhi organ – organ lain. Hormon bertindak sebagai “pembawa pesan”
dan dibawa oleh aliran darah ke berbagai sel dalam tubuh, yang selanjutnya akan

17
menerjemahkan “pesan” tersebut menjadi suatu tindakan. Sistem endokrin tidak
memasukkan kelenjar eksokrin seperti kelenjar ludah, kelenjar keringat dan
kelenjar-kelenjar lain dalam saluran gastrointestinal.
Fungsi sistem endokrin secara umum adalah:
a) Membedakan sistem saraf dan sistem reproduktif pada janin yang sedang
berkembang.
b) Menstimulasi urutan perkembangan.
c) Mengkoordinasi sistem reproduktif
d) Memelihara lingkungan internal optimal.
e) Melakukan respon korektif dan adaptif ketika terjadi situasi darurat.
Kelenjar-kelenjar sistem endokrin adalah:
a) Hipofisis
b) Tiroid
c) Paratiroid
d) Timus
e) Gonad
f) Pankreas
g) Adrenal
h) Plasenta
Hampir semua sekresi kelenjar hipofisis diatur baik oleh hormon atau
sinyal saraf yang berasal dari hipotalamus. Sebenarnya, bila kelenjar hipofisis ini
diambil dari kedudukannya di bawah hipotalamus dan ditransplantasikan pada
beberapa bagian tubuh lain, maka kecepatan sekresi berbagai hormon yang
berbeda (kecuali prolaktin) menurun sampai kadar rendah, pada beberapa hormon
bisa mencapai kedudukan nol.
Pengaturan ini biasanya menggunakan suatu mekanisme umpan balik
negatif sebagai berikut:
1. Kelenjar endokrin mempunyai kecenderungan alami untuk mesekresikan
secara berlebihan hormonnya.
2. Oleh karena kecenderungan ini, hormon akan semakin menggunakan
efek pengaturannya pada organ target.
3. Organ target kemudian akan melakukan fungsinya.

18
4. Tetapi bila terlalu banyak fungsi yang terjadi, biasanya beberapa faktor
dari fungsi itu akan menjadi umpan balik bagi kelenjar endokrin tersebut
dan akan menimbulkan efek negatif pada kelenjar sehingga mengurangi
kecepatan sekresi kelenjar. Jadi, fungsi hormon dapat dipantau melalui
mekanisme pengaturan dan informasi ini sebaliknya akan merupakan
pengaturan umpan balik terhadap kecepatan sekresi kelenjar tersebut.
Faktor yang mempengaruhi sistem endokrin adalah:
a) Penuaan
b) Penyakit dan kondisi
c) Stres
d) Genetika
Sel-sel penyusun organ sistem endokrin adalah:
a) Neusekretori
b) Sel endokrin sejati
Beberapa gejala fisiologis sistem endokrin:
a) Diabetes Melitus
b) Hipertiroid dan Hipotiroid
c) Akromegali
DAFTAR PUSTAKA
Brunner & Suddarth. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah edisi 8.
Jakarta: EGC

Pearce, Evelyn C. 1999. Anatomi dan Fisiologi untuk Paramedis. Jakarta:


Gramedia

Guyton & Hall. 1997. Buku Ajar Fisiologi Kedokteran. Jakarta: EGC

Lauralle, Sherwood. 2001. Fisiologi Manusia. Jakarta: EGC

19

You might also like