You are on page 1of 17

BAB I

PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit
lain diperlukan imunisasi lainnya (Umar, 2006).
pengertian Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan.(Depkes RI, 2005)

Imunitas manusia sendiri terdiri dari dua macam yakni imunitas aktif dan imunitas
pasif. Imunitas pasif diperoleh dari pemberian antibodi yang tujuannya mencegah dan
menghilangkan efek dari infeksi atau toksin penyebab suatu penyakit. Dan imunisasi
pasif hanya bertahan beberapa bulan saja. Sedangkan imunitas aktif dilakukan dengan
pemaparan antigen dari pathogen terhadap sistem imunitas sehingga diharapkan
terbentuk antibodi seperti misalnya hepatitis dan tetanus (Karina dan Warsito, 2012).

Bayi baru lahir sangat rentan terhadap penyakit karena di dalam tubuhnya belum
terbentuk sistem kekebalan tubuh yang kuat. Dengan melakukan imunisasi pada bayi,
berarti melindungi bayi dari berbagai penyakit. Vaksin yang disuntikkan ke dalam
tubuh Bayi akan membantu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi, yang
berfungsi untuk melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuhnya. Ini
dapat mencegah anak terkena berbagai macam penyakit yang berbahaya.Lebih jauh dari
itu, imunisasi dapat menyelamatkan Bayi .Dahulu,banyak Bayi menderita sakit Akibat
di Imunisasi dan menyebabkan banyak Bayi meninggal dunia. Dengan kemajuan ilmu
dan teknologi, vaksin diciptakan untuk memberantas penyakit tersebut dan hasilnya
sekarang sudah sedikit Bayi yang menderita penyakit berbahaya karena sudah di
Imunisasi ,Maka dari itu Kami Sebagai Mahasiswa Kesehatan Masyarakat yang
menyuarakan kegiatan preventive dan Promotif Kami akan Membahas dengan Jelas

1
Mengenai Imunisasi yang di lakukan pada Bayi baru lahir khususnya pada Imunisasi
BCG dan Hepatitis B.

1.2. Rumusan Masalah


1. Mengapa Imunisasi pada bayi baru lahir perlu di lakukan ?
2. Apa Peran Imunisasi pada bayi baru lahir ?
3. Apa itu Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) pada bayi baru lahir ?
4. Apa itu Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir ?
5. Apa faktor-faktor yang mempengaruhi Imunisasi pada bayi baru lahir ?

1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi BCG
dan Hepatitis B pada bayi baru lahir.
b.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi
BCG dan hepatitis B pada bayi baru lahir.
2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi BCG
dan hepatitis B pada bayi bru lahir
3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi
BCG dan hepatitis B pada bayi baru lahir.
4. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi
BCG dan hepatitis Bpada bayi baru lahir.

1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca atau masyarakat mengenai peran
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) dan Imunisasi Hepatitis B.
2. Bagi Instansi Pendidikan Khususnya Institususi Kesehatan dapat mengetahui
Faktor-faktor yang mempengaruhi Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) dan
Imunisasi Hepatitis B Pada bayi baru lahir sehingga dengan mengetahui faktor
tersebut sebagai calon tenaga kesehatan mampu untuk mengatasi masalah tersebut
kedepannya.

2
3. Menambah wawasan Mahasiswa Khususnya Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
menyuarakan kegiatan Preventive dan Promotif Mengenai Imunisasi Imunisasi
BCG (Bacillus Calmette Guerin) dan Imunisasi Hepatitis B Pada bayi baru lahir
sehingga mampu untuk melakukan program preventive dan promotif dengan
mengetahi adanya Faktor-faktor yang mempengaruhi Imunisasi BCG (Bacillus
Calmette Guerin) dan Imunisasi Hepatitis B Pada bayi baru lahir.
4. Menambah wawasan tenaga kesehatan pada saat ini untuk lebih menggalakkan
program Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) dan Imunisasi Hepatitis B
Pada bayi baru lahir demi meningkatkan derajat Kesehatan bayi dan menurunkan
angka kematian bayi.

3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori Imunisasi
A.Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu (Hidayat, A. Aziz Alimut, 2008, p.54 ).
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi
penyakit (Garry S Matondang & Sjawitri P Siregar, dalam Ranuh, 2008, p. 10).

B. Tujuan pemberian imunisasi Tujuan pemberian imunisasi


1) Diharapkan anak menjadi kebal terhadap penyakit sehingga dapat
menurunkanangka morbiditas dan mortalitas.
2) Dapat mengurangi kecacatan akibat penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi.
3) Menghilangkan penyakit tertentu pada sekelompok masyarakat (populasi) atau
bahkan menghilangkan penyakit tertentu.

C.Manfaat imunisasi
1) Untuk anak : mencegah penderita yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan
cacat atau kematian.
2) Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anak akan
menjalani masa kanakkanak yang nyaman.
3) Untuk Negara :memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
bekal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Atikah, 2010).
D.Macam- macam imunisasi Menurut Atikah (2010) macam imunisasi
1) Imunisasi aktif Imunisasi aktif merupakan pemberian bibit penyakit yang telah
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan
memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh
dapat mengenali dan meresponnya.

4
Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur vaksin yaitu :
a) Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan.
b) Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar vaksin
tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya
mikroba.
c) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yang
digunakan sebagai media tumbuh antigen.

Keuntungan imunisasi aktif yaitu :


1.Pertahanan tubuh yang terbentuk akan dibawa seumur hidup.
2.Murah dan efektif.
3.Tidak berbahaya, reaksi yang serius jarang terjadi.

2) Imunisasi pasif Imunisasi pasif merupakan pemberian zat (imunoglobulin), yaitu


suatu zat yang dihasilkan melalui suatu proses infeksi yang dapat berasal dari plasma
manusia (kekebalan yang didapat bayi dari ibu melalui plasenta) atau binatang (bias
ular) yang digunakan untuk mengatasi mikroba yang sudah masuk dalam tubuh yang
terinfeksi.
a.Imunisasi pasif alamiah
Imunisasi Pasif Adalah antibody yang didapat seseorang karena diturunkan oleh
ibu yang merupakan orang tua kandung langsung ketika berada dalam
kandungan.
b.Imunisasi pasif buatan
Adalah kekebalan tubuh yang diperoleh karena suntikan serum untuk mencegah
penyakit tertentu.

2.2 Peran Imunisasi Pada Bayi Baru Lahir

Semua imunisasi adalah penting, demikian kesimpulan para pakar di lembaga


penelitian di banyak negara yang membuktikan bahwa imunisasi bermanfaat mencegah
penyakit yang berbahaya bagi bayi dan anak.

5
Bayi sangat rentan terhadap penyakit karena di dalam tubuhnya belum terbentuk
sistem kekebalan tubuh yang kuat. Dengan melakukan imunisasi pada bayi, berarti
Anda melindungi bayi Anda dari berbagai penyakit. Vaksin yang disuntikkan ke dalam
tubuh Bayi akan membantu sistem kekebalan tubuh bayi untuk membentuk antibodi,
yang berfungsi untuk melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuhnya. Ini
dapat mencegah anak terkena berbagai macam penyakit yang berbahaya. Lebih jauh
dari itu, imunisasi dapat menyelamatkan hidup bayi . Pada zaman dahulu, banyak anak
menderita sakit seperti polio, dan penyakit tersebut menyebabkan banyak bayii
meninggal dunia. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, vaksin diciptakan untuk
memberantas penyakit tersebut dan hasilnya sekarang sudah sedikit anak-anak yang
menderita penyakit berbahaya.

Dampak yang ditimbulkan setelah imunisasi mungkin menyebabkan bayi


menderita demam, nyeri atau kemerahan di tempat suntikan, bayi tidak ingin makan,
dan lainnya. Namun, hal ini normal terjadi dan tidak akan berlangsung lama, ini
merupakan respon tubuh terhadap zat baru yang masuk ke dalam tubuh. Rasa sakit yang
ditimbulkan ini jauh lebih baik ketimbang rasa sakit yang dirasakan anak jika tidak
diberi imunisasi. Bayi bisa menderita penyakit yang lebih berbahaya, bahkan dapat
menyebabkan kematian, jika ia tidak mendapatkan imunisasi. Jika bayi tidak
mendapatkan imunisasi sama sekali, bayi akan berisiko terkena penyakit-penyakit ,
parahnya lagi penyakit tersebut bisa menyebabkan kematian pada bayi. Sistem
kekebalan tubuh pada bayi yang tidak mendapat imunisasi tidak sekuat bayi yang diberi
imunisasi, tubuh tidak mengenali virus penyakit yang masuk ke tubuh sehingga tidak
bisa melawannya, ini membuat bayi rentan terhadap penyakit. Jika bayi yang tidak
diimunisasi ini menderita sakit, ia juga dapat menularkannya ke orang sekitarnya
sehingga juga membahayakan orang lain

6
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Imunisasi pada bayi baru lahir
A.Status imun penjamu
1. Adanya antibodi spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, misalnya: (Campak
pada bayi; 2.Kolostrum ASI – Imunoglobulin A polio).
2. Maturasi imunologik : neonatus fungsi makrofag, kadar komplemen.
3. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen kurang, hasil vaksinasi ditunda
sampai umur 2 tahun.
4. Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi
diimunisasi.
5. Frekuensi penyakit : dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat diberikan
pada neonatus.
6. Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang.
B.Genetik
Secara genetik respon imun manusia terhadap antigen tertentu baik, cukup, rendah.
Keberhasilan vaksinasi tidak 100%.
C.Kualitas vaksin
1) Cara pemberian. Misalnya polio oral, imunitas lokal dan sistemik.
2) Dosis vaksin (1.Tinggi hambatan respon, menimbulkan efek samping;Jika rendah,
maka tidak merangsang sel imunokompeten)
3) Frekuensi pemberian. Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih
tinggi produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi
respon imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi
spesifik masih tinggi, sedangkan antigen dinetralkan oleh antibodi spesifik maka
tidak merangsang sel imunokompeten.
4) Ajuvan (Zat yang meningkatkan respon imun terhadap antigen,mempertahankan
antigen agar tidak cepat hilang,mengaktifkan sel imunokompeten)
5) Jenis vaksin. Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik.
6) Kandungan vaksin (1.Antigen virus; 2.Bakteri; 3.Vaksin yang dilemahkan seperti
polio, campak, BCG.; 4.Vaksin mati : pertusis.; 5.Eksotoksin : toksoid, difteri,
tetanus.; 6.Ajuvan : persenyawaan aluminium.; 7.Cairan pelarut : air, cairan garam
fisiologis, kultur jaringan, telur.)

7
D.Kontra Indikasi Imunisasi
1.Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi mutlak
terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 38 oC
merupakan kontraindikasi pemberian DPT, hepatitis B-1 dan campak.
2.Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala AIDS,
sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.
3.Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang
sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi
sudah sehat. (Proverawati, 2010)
E.Mitos-mitos Imunisasi
Usia dan pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pemberian imunisasi
akibat kurangnya pemahaman terhadap imunisasi. Dan di masyarakat sering terdengar
pendapat yang salah mengenai imunisasi. Tidak jarang dijumpai orang tua yang ragu
atau bahkan menolak imunisasi dengan berbagai alasan. Ketakutan atau penolakan
imunisasi mungkin berdasarkan pandangan religi, filosofis tertentu, anggapan imunisasi
sebagai intervensi pemerintah.Keraguan tentang manfaat dan keamanan imunisasi perlu
ditanggapi secara aktif. Apabila orang tua mendapat jawaban akurat dan informasi yang
benar, maka orang tua dapat membuat keputusan yang benar tentang imunisasi. (IDAI,
2008).
1.Vaksin MMR (meales, mumps dan rubella) bisa menyebabkan anak autis

Tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan perkembangan autis, ini sudah
dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Biasanya gejala autis pertama kali terlihat saat
bayi berusia 12 sampai 18 bulan, dimana hamper bersamaaan dengan diberikannya
vaksin MMR. Kebanyakan autis disebabkan oleh faktor genetik, jadi jangan takut untuk
memberikan vaksin MMR pada anak.

2.Terlalu banyak vaksin akan membebani system imun


Mitos ini tidak benar, karena meskipun jumlah suntikan vaksin meningkat tapi
jumlah antigen telah menurun. Selain itu sistem imun manusia memberikan respon
terhadap ratusan antigen dalam kehidupan setia hari. Berbagai penelitian tidak
memperlihatkan meningkatnya penyakit infeksi setelah adanya imunisasi.

8
3.Lebih baik memberi natural infeksi dibandingkan dengan vaksinasi
Mitos ini tidak benar. Suatu penyakit bisa mengakibatkan kematian serta
kecacatan yang permanen, dan dengan melakukan vaksinasi dapat memberikan
perlindungan tanpa efek samping yang berat.

4.Sesudah imunisasi tidak akan tertular penyakit tersebut

Tidak ada vaksinasi yang memberikan perlindungan terhadap suatu penyakit


secara 100%. Bayi atau anak yang telah melakukan imunisasi masih ada kemungkinan
yang sangat kecil untuk bisa tertular penyakit tersebut, namun akan jauh lebih ringan
dibandingkan dengan anak yang tidak diimunisasi. Sehingga kemungkinan untuk bisa
sembuh jauh lebih besar.

6.Imunisasi dapat menyebabkan penyakit yang seharusnya dicegah dengan vaksin


tersebut
Hal ini tidak benar, mustahil anak memperoleh penyakit dari imunisasi yang
dibuat dari kuman mati atau dilemahkan. Imunisasi yang dibuat dari kuman hidup dan
dilemahkan termasuk imunisasi campak, Gabak (rubella), gondong, cacar air, BCG dan
polio.

7.Imunisasi sepertinya tidak efektif 100%, sia-sia saja anak diberlakukan


imunisasi
Fakta jarang ada keberhasilan 100% di dunia kesehatan. Namun, kini imunisasi
yang diberikan 85-99% berhasil merangsang tubuh membuat antibodi. Lebih baik bayi
menangis 1 menit karena disuntik imunisasi daripada anak meninggal karena difteri,
tetanus, campak atau penyakit lain dalam kategori imunisasi.

8.Mungkin anak akan menderita reaksi terhadap imunisasi yang menyakiti


Reaksi umum terhadap imunisasi ringan saja seperti demam, kemerahan dan
rasa sakit pada tempat suntikan, ruam ringan. Jarang sekali terjadi kejang-kejang atau
reaksi alergi berat.

9
9.Anak tidak perlu imunisasi asalkan dia sehat, aktif, dan makan cukup banyak
yang bergizi.

Imunisasi diberikan untuk menjaga anak tetap sehat, bukan memberi sehat.
Tujuan imunisasi adalah melindungi tubuh sebelum diserang penyakit. Saat yang paling
tepat memberikan vaksin adalah saat anak sehat.

10.Pada seri vaksinasi, apabila seri satu kali terlambat, seri harus dimulai lagi dari
semula.
Hal ini tidak benar. Kalau anak tidak diberi vaksinasi pada saat dijadwalkan,
memang dia kurang dilindungi terhadap penyakit. Akan tetapi seri vaksinasi tidak perlu
diulang dari semula. Vaksinasi yang terlambat diberi saja dan jadwal dimulai lagi dari
tahap itu, bukan dari semula.

10
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) pada bayi baru lahir

a.Pengertian

Imunisasi BCG: untuk mencegah Tuberkulosis (Tbc) berat pada paru, otak,
kelenjar getah bening dan tulang sehingga menimbulkan sakit berat, lama, kematian
atau kecacatan. Vaksin BCG disuntikan dikulit lengan atas kanan pada umur 2-3 bulan.
Bekas suntikan setelah 1 bulan dapat timbul benjolan kemerahan, kemudian pecah,
keluar seperti nanah, tanpa demam dan nyeri, adalah reaksi yang umum terjadi dan tidak
berbahaya. Bersihkan dengan alkoholatau iodin. Koreng akan menyembuh dalam
beberapa minggu. Bekasnya dapat terlihat seumur hidup.

b.Frekuensi Pemberian Imunisasi


Frekuensi pemberian imunisasi BCG adalah satu kali dan tidak perlu diulang
(boster). Sebab, vaksin BCG berisi kuman hidup sehingga antibodi yang dihasilkannya
tinggi terus. Berbeda dengan vaksin berisi kuman mati, hingga memerlukan
pengulangan.

c.Usia pemberian
Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya di bawah 2 bulan. Jika
diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan dilakukan tes Mantoux (tuberkulin) terlebih
dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium
Tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes-nya negative. Jika ada
penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang kerumah, segera setelah lahir
bayi di imunisasi BCG.

d.Cara pemberian
Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi
penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO)

11
e.Efek samping
Umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar
getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (diselangkangan bila penyuntikan
dilakukan di paha). Dan biasanya akan sembuh sendiri.

f.Kontra Indikasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau
menunjukan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang
berat / menahun.
3.2 Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir

a.Pengertian

Imunisasi Hepatitis B: untuk mencegah kerusakan hati akibat serangan virus


Hepatitis B. Bila berlanjut sampai dewasa dapat menjadi kanker hati. Vaksin hepatitis B
disuntikkan di paha bayi segera setelah lahir, sebelum berumur 12 jam, untuk mencegah
penularan virus hepatitis B dari Ibu pada bayinya, karena banyak ibu hamil di Indonesia
tidak tahu bahwa didalam darahnya terdapat virus hepatitis B. Oleh karena itu sebaiknya
ibu hamil diperiksa terhadap kemungkinan terinfeksi hepatitis B (juga toksoplasma,
rubela, sitomegali dan herpes). Sebelum imunisasi bayi baru lahir sebaiknya disuntikkan
vitamin K1 pada paha yang lain. Setelah itu vaksin hepatitis B disuntikan pada usia 1
bulan dan pada usia 6 bulan, dapat digabung dengan imunisasi DPT dan Hib.

b. Frekuensi pemberian imunisasi hepatitis B

Frekuensi pemberian imunisasi Hepatitis B adalah sebanyak 3 kali.cakupan


imunisasi dinilai dari kelengkapan seorang bayi untuk mendapatkan 3 kali suntikan
imunisasi hepatitis B seperti yang direkomendasikan pemerintah. Jadwal pemberian
imunisasi hepatitis B pada bayi di posyandu, umumnya diberikan pada usia 0 bulan, 2
bulan dan 3 bulan, bersamaan dengan pemberian imunisasi lainnya.

c. Usia Pemberian

12
Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi bayi dalam
keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Kemudian dilanjutkan
pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3 – 6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari
ibu pengidap hepatitis B, selain imunisasi yang diberikan kurang dari 12 jam setelah
lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan immunoglobulin anti hepatitis B dalam
waktu sebelum usia 24 jam.

d. Cara Pemberian
Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara intramuskuler (I.M atau
i.m) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi (antero : otot-otot dibagian depan,
lateral : otot bagian luar). Penyuntikan dibokong tidak dianjurkan karena bisa
mengurangi efektivitas vaksin.

e. Efek Imunisasi
Umumnya tidak terjadi. Jikapun terjadi (sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada
tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan
menghilang dalam waktu dua hari.

f. Kontra indikasi

Vaksin hepatitis B tidak boleh diberikan pada orang dengan riwayat rekasi alergi
berat (anafilaksis) setelah pemberian vaksin hepatitis B atau vaksin lain sebelumnya.
Vaksin hepatitis B mengandung protein ragi jamur sehingga dikontraindikasikan pada
orang dengan alergi ragi. Pemberian vaksin ini perlu berhati – hati pada orang dengan
sakit sedang sampai berat dengan atau tanpa demam serta pada bayi di bawah 2000
gram.

13
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Imunisasi BCG (Bacillus Calmete Guerin)
dan Imunisasi Hepatitis B

A.Pengetahuan Ibu

Faktor pengetahuan mempunyai pengaruh sebagai motivasi awal bagi seseorang


dalam berprilaku, dikatakanya juga bahwa perubahan pengetahuan tidak akan
menyebabkan perubahan prilaku, namun hubungna positif antara dua variabel ini telah
banyak diperhatikan.bahwa pengetahuan yang dapat mempengaruhi sikap, niat dan
prilaku adalah pengetahuan Ibu tentang pentingnya pemberian imunisasi BCG dan
Hepatitis B pada Bayinya. Ibu yang pempunyai pengehuan tentang pentingnya
pemberian imunisasi akan mempunyai kesadaran untuk memberikan imunisasi BCG
dan Hepatitis B kapada anaknya.Semakin tinggi tingkat pemahaman atau pengetahuan
seorang ibu maka makin besar peluang untuk menjaga dan meningkatkan kesehatan
anaknya salah satunya memberikan imunisasi pada anaknya.Tingkat pengetahuan ibu
yang di teliti meliputi informasi tentang pemberian imunisasi BCG dan Hepatitis B pada
bayinya, dan kapan waktu pemberian yang tepat untuk pemberian imunisasi tersebut. Di
dapati bahwa sebagian besar ( orang tua masih beranggapan bahwa imunisasi
merupakan program yang sangat penting. Begitupun kesalah pahaman tentang program
ini di dapati cukup besar pula. Hal ini karena kurangnya minat ibu-ibu untuk
mengetahui tentang imunisasi atau juga karena kurangnya penyuluhan yang mereka
terima, meskipun kebanyakan ibu-ibu mengaku memperoleh informasi dan tahu tentang
imunisasi dari posyandu (Menurut penelitian Gellin dkk tahun 2000).

B. Pekerjaan Ibu

Batas ibu yang bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan aktifitas ekonomi mencari
penghasilan baik di sektor formal maupun informal yang dilakukan secara reguler diluar
rumah.tentang aktifitas ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu yang di
miliki ibu untuk melakukan Imunisas.Ibu yang bekerja mempunyai resiko
mengimunisasikan anaknya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja di sebabkan

14
kurangnya informasi yang di terima ibu rumah tangga di bandingkan ibu yang berkerja
tetapi ibu yang berkerja tidak mempunyai peluang untuk mengimunisasikan bayinya di
bandingkan dengan ibu yang tidak berkerja.(Berdasarkan penelitian Suharsono dan
strobino tahun 2003).

Namun di simpulkan bahwa ibu yang tidak berkerja akan mempunyai waktu yang
lebih banyak untuk mengimunisasikan anaknya di bandingkan ibu yang berkerja,
khususnya dalam mengajak imunisasi ibu yang berkerja karena tidak cukup waktu atau
bahkan lupa pada hal tersebut karena zaman semakin modern informasi dapat di peroleh
dari mana saja yang mengkhwatirkan adalah ibu bekerja ia mengetahui tapi tidak punya
cukup waktu. Dari hasil analisis strobino, dkk tahun 2000 menunjukan 32% bahwa ibu
yang berkerja setiap membawa anaknya keposyandu untuk imunisasi, sementara 66%
ibu yang statusnya ibu rumah tangga atau tidak berkerja membawa anaknya ke
posyandu untuk imunisasi.

C.Umur Ibu

Umur ibu perpengaruh dengan kelengkapan pemberian imunisasi, di mana ibu-ibu


yang berusia kurang dari 25 tahun imunisasi anaknya tidak lengkap disebabkan oleh
ketidak tahuan akan pentingnya imunisasi dan pada umumnya ibu-ibu yang berusia
lebih dari 25 tahun mempunyai anak yang banyak ,ibu-ibu tersebut akan sibuk untuk
mengurus anaknya yang lain sehingga Imunisasi tidak di lakukan
Namun Pada Penelitian yang di lakukan Oleh Alwina Pontolawokang,Berthina H.
Korah,Robin Dompas di Puskesmas Kombos Kota Manado Umur Ibu yang Melakukan
Imunisasi khususnya Imunisasi Hepatitis B terbanyak pada anaknya di layanan kesehatan
adalah Golongan Umur 23-28 sedangkan golongan terendah yang menberikan Imunisasi
Hepatitis B dan paling sedikit umur 35-40 tahun.jadi menurut kami umur ibu sangat
berpengaruh dalam pemberian Imunisasi.

15
D. Sikap Ibu

sikap adalah suatu determinasi dari perilaku, suatu kecenderungan untuk merespon
apabila seseorang yang mempunyai sikap, umumnya mengetahui apa yang akan
dilakukan apabila bertemu dengan objeknya. Ibu yang mempunyai sikap setuju terhadap
program imunisasi BCG dam Hepatitis B akan lebih mempunyai kesadaran untuk
memberikan imunisasi pada anaknya.

E. Status ekonomi

Status ekonomi sangat mepengarui kesehatan diantaranya imunisasi dan kesehatan


anak, karena tingkat status ekonomi yang rendah akan mempengarui kemampuan dan
kemauan untuk melakukan pemberian imunisasi anaknya kepada petugas kesehatan.
Makin tinggi tingkatan ekonomi semakin tinggi daya beli masyarakat terhadap
palayanan kesehatan anak.

F. Pendidikan Ibu
Semakin tinggi pendidikan ibu, maka cakupan imunisasi anaknya semakin lengkap.
Ini di sebabkan pendidikan lebih tinggi mempengarui banyaknya informasi mengenai
imunisasi dari lingkungan pendidikanya sehingga mempermudah menerima informasi
imunisasi.Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya
suatu pemahaman tentang program ini amat di perlukan untuk kalangan tersebut.
Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat di pengarui oleh
tingkat pendidikan ibu.

G.Penolong Persalinan
Tingkat Penolong Persalinan Tertingi yang memberikan Imunisasi BCG dan
Hepatitis B adalah Tenaga Kesehatan baik Dokter dan bidan di Rumah Sakit, Klinik
bersalin dan Pukesmas sedangkan yang melakukan atau Belum Melakukan Imunisasi
BCG dan Hepatitis B padaa bayinya adalah Ibu yang persalinannya di tolong Oleh
Tenaga Non Kesehatan Seperti Dukun bayi.

16
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap penyakit karena di dalam tubuhnya belum
terbentuk sistem kekebalan tubuh yang kuat. Makadari itu dengan melakukan imunisasi
pada bayi, berarti melindungi bayi dari berbagai penyakit.Vaksin yang disuntikkan ke
dalam tubuh Bayi akan membantu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi,
yang berfungsi untuk melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuhnya.Ini
dapat mencegah Bayi terkena berbagai macam penyakit yang berbahaya dan dapat
menurunan angka kematian bayi terlepas dari hal tersebut beberapa faktor pendorong
yang menyukseskan Pemberian Imunisasi BCG dan Hepatitis B pada bayi baru lahir
diantaranya ialah Pengetahuan Ibu, pekerjaan Ibu,Umur Ibu,sikap Ibu, status
ekonomi,pendidikan Ibu dan tentunya penolong persalinan atau tenaga kesehatan.

4.2 Saran
Dengan mengetahui Peran dan faktor-faktor yang mempengaruhi Imunisasi BCG
dan Hepatitis B pada bayi baru lahir penulis berharap Pembaca khususnya Tenaga
Kesehatan mampu untuk melakukan kegiatan maupun tindakan yang dapat
meningkatkan kesehatan Bayi Khususnya dengan Imunisasi yang di lakukan pada saat
bayi baru lahir. Kepada tenaga Kesehatan Masyarakat yang menyuarakan kegiatan
preventive dan promotif penulis berharap program preventive dan promotif pada
Imunisasi BCG dan Hepatitis B pada bayi baru lahir lebih di galakkan kembali demi
meningkatkan kesejahteran Masyarakat Khususnya kesehatan anak sebagai generasi
Penerus bangsa.

17

You might also like