Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Imunisasi adalah pemberian kekebalan tubuh terhadap suatu penyakit dengan
memasukkan sesuatu ke dalam tubuh agar tubuh tahan terhadap penyakit yang sedang
mewabah atau berbahaya bagi seseorang. Imunisasi berasal dari kata imun yang berarti
kebal atau resisten. Imunisasi terhadap suatu penyakit hanya akan memberikan
kekebalan atau resistensi pada penyakit itu saja, sehingga untuk terhindar dari penyakit
lain diperlukan imunisasi lainnya (Umar, 2006).
pengertian Imunisasi adalah suatu cara untuk menimbulkan/meningkatkan
kekebalan seseorang secara aktif terhadap suatu penyakit, sehingga bila kelak ia
terpapar dengan penyakit tersebut tidak akan sakit atau sakit ringan.(Depkes RI, 2005)
Imunitas manusia sendiri terdiri dari dua macam yakni imunitas aktif dan imunitas
pasif. Imunitas pasif diperoleh dari pemberian antibodi yang tujuannya mencegah dan
menghilangkan efek dari infeksi atau toksin penyebab suatu penyakit. Dan imunisasi
pasif hanya bertahan beberapa bulan saja. Sedangkan imunitas aktif dilakukan dengan
pemaparan antigen dari pathogen terhadap sistem imunitas sehingga diharapkan
terbentuk antibodi seperti misalnya hepatitis dan tetanus (Karina dan Warsito, 2012).
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap penyakit karena di dalam tubuhnya belum
terbentuk sistem kekebalan tubuh yang kuat. Dengan melakukan imunisasi pada bayi,
berarti melindungi bayi dari berbagai penyakit. Vaksin yang disuntikkan ke dalam
tubuh Bayi akan membantu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi, yang
berfungsi untuk melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuhnya. Ini
dapat mencegah anak terkena berbagai macam penyakit yang berbahaya.Lebih jauh dari
itu, imunisasi dapat menyelamatkan Bayi .Dahulu,banyak Bayi menderita sakit Akibat
di Imunisasi dan menyebabkan banyak Bayi meninggal dunia. Dengan kemajuan ilmu
dan teknologi, vaksin diciptakan untuk memberantas penyakit tersebut dan hasilnya
sekarang sudah sedikit Bayi yang menderita penyakit berbahaya karena sudah di
Imunisasi ,Maka dari itu Kami Sebagai Mahasiswa Kesehatan Masyarakat yang
menyuarakan kegiatan preventive dan Promotif Kami akan Membahas dengan Jelas
1
Mengenai Imunisasi yang di lakukan pada Bayi baru lahir khususnya pada Imunisasi
BCG dan Hepatitis B.
1.3. Tujuan
a. Tujuan Umum
Mengetahui faktor- faktor yang berhubungan dengan pemberian imunisasi BCG
dan Hepatitis B pada bayi baru lahir.
b.Tujuan Khusus
1. Untuk mengetahui hubungan antara pengetahuan ibu dengan pemberian imunisasi
BCG dan hepatitis B pada bayi baru lahir.
2. Untuk mengetahui hubungan antara sikap ibu dengan pemberian imunisasi BCG
dan hepatitis B pada bayi bru lahir
3. Untuk mengetahui hubungan antara pendidikan ibu dengan pemberian imunisasi
BCG dan hepatitis B pada bayi baru lahir.
4. Untuk mengetahui hubungan antara pekerjaan ibu dengan pemberian imunisasi
BCG dan hepatitis Bpada bayi baru lahir.
1.4 Manfaat
1. Menambah pengetahuan dan wawasan pembaca atau masyarakat mengenai peran
Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) dan Imunisasi Hepatitis B.
2. Bagi Instansi Pendidikan Khususnya Institususi Kesehatan dapat mengetahui
Faktor-faktor yang mempengaruhi Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) dan
Imunisasi Hepatitis B Pada bayi baru lahir sehingga dengan mengetahui faktor
tersebut sebagai calon tenaga kesehatan mampu untuk mengatasi masalah tersebut
kedepannya.
2
3. Menambah wawasan Mahasiswa Khususnya Ilmu Kesehatan Masyarakat yang
menyuarakan kegiatan Preventive dan Promotif Mengenai Imunisasi Imunisasi
BCG (Bacillus Calmette Guerin) dan Imunisasi Hepatitis B Pada bayi baru lahir
sehingga mampu untuk melakukan program preventive dan promotif dengan
mengetahi adanya Faktor-faktor yang mempengaruhi Imunisasi BCG (Bacillus
Calmette Guerin) dan Imunisasi Hepatitis B Pada bayi baru lahir.
4. Menambah wawasan tenaga kesehatan pada saat ini untuk lebih menggalakkan
program Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) dan Imunisasi Hepatitis B
Pada bayi baru lahir demi meningkatkan derajat Kesehatan bayi dan menurunkan
angka kematian bayi.
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Kajian Teori Imunisasi
A.Pengertian Imunisasi
Imunisasi merupakan usaha pemberian kekebalan pada bayi dan anak dengan
memasukkan vaksin ke dalam tubuh agar tubuh membuat zat anti untuk mencegah
terhadap penyakit tertentu (Hidayat, A. Aziz Alimut, 2008, p.54 ).
Imunisasi adalah cara untuk meningkatkan kekebalan seseorang secara aktif terhadap
suatu antigen, sehingga bila kelak ia terpajan pada antigen yang serupa, tidak terjadi
penyakit (Garry S Matondang & Sjawitri P Siregar, dalam Ranuh, 2008, p. 10).
C.Manfaat imunisasi
1) Untuk anak : mencegah penderita yang disebabkan oleh penyakit dan kemungkinan
cacat atau kematian.
2) Untuk keluarga : menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit. Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anak akan
menjalani masa kanakkanak yang nyaman.
3) Untuk Negara :memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan
bekal untuk melanjutkan pembangunan Negara (Atikah, 2010).
D.Macam- macam imunisasi Menurut Atikah (2010) macam imunisasi
1) Imunisasi aktif Imunisasi aktif merupakan pemberian bibit penyakit yang telah
dilemahkan (vaksin) agar nantinya sistem imun tubuh berespon spesifik dan
memberikan suatu ingatan terhadap antigen ini, sehingga ketika terpapar lagi tubuh
dapat mengenali dan meresponnya.
4
Dalam imunisasi aktif, terdapat beberapa unsur vaksin yaitu :
a) Vaksin dapat berupa organisme yang secara keseluruhan dimatikan.
b) Pengawet, stabilisator atau antibiotik. Merupakan zat yang digunakan agar vaksin
tetap dalam keadaan lemah atau menstabilkan antigen dan mencegah tumbuhnya
mikroba.
c) Cairan pelarut dapat berupa air steril atau juga berupa cairan kultur jaringan yang
digunakan sebagai media tumbuh antigen.
5
Bayi sangat rentan terhadap penyakit karena di dalam tubuhnya belum terbentuk
sistem kekebalan tubuh yang kuat. Dengan melakukan imunisasi pada bayi, berarti
Anda melindungi bayi Anda dari berbagai penyakit. Vaksin yang disuntikkan ke dalam
tubuh Bayi akan membantu sistem kekebalan tubuh bayi untuk membentuk antibodi,
yang berfungsi untuk melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuhnya. Ini
dapat mencegah anak terkena berbagai macam penyakit yang berbahaya. Lebih jauh
dari itu, imunisasi dapat menyelamatkan hidup bayi . Pada zaman dahulu, banyak anak
menderita sakit seperti polio, dan penyakit tersebut menyebabkan banyak bayii
meninggal dunia. Dengan kemajuan ilmu dan teknologi, vaksin diciptakan untuk
memberantas penyakit tersebut dan hasilnya sekarang sudah sedikit anak-anak yang
menderita penyakit berbahaya.
6
2.3 Faktor-faktor yang mempengaruhi Imunisasi pada bayi baru lahir
A.Status imun penjamu
1. Adanya antibodi spesifik pada penjamu keberhasilan vaksinasi, misalnya: (Campak
pada bayi; 2.Kolostrum ASI – Imunoglobulin A polio).
2. Maturasi imunologik : neonatus fungsi makrofag, kadar komplemen.
3. Pembentukan antibodi spesifik terhadap antigen kurang, hasil vaksinasi ditunda
sampai umur 2 tahun.
4. Cakupan imunisasi semaksimal mungkin agar anak kebal secara simultan, bayi
diimunisasi.
5. Frekuensi penyakit : dampaknya pada neonatus berat imunisasi dapat diberikan
pada neonatus.
6. Status imunologik (seperti defisiensi imun) respon terhadap vaksin kurang.
B.Genetik
Secara genetik respon imun manusia terhadap antigen tertentu baik, cukup, rendah.
Keberhasilan vaksinasi tidak 100%.
C.Kualitas vaksin
1) Cara pemberian. Misalnya polio oral, imunitas lokal dan sistemik.
2) Dosis vaksin (1.Tinggi hambatan respon, menimbulkan efek samping;Jika rendah,
maka tidak merangsang sel imunokompeten)
3) Frekuensi pemberian. Respon imun sekunder Sel efektor aktif lebih cepat, lebih
tinggi produksinya, afinitas lebih tinggi. Frekuensi pemberian mempengaruhi
respon imun yang terjadi. Bila vaksin berikutnya diberikan pada saat kadar antibodi
spesifik masih tinggi, sedangkan antigen dinetralkan oleh antibodi spesifik maka
tidak merangsang sel imunokompeten.
4) Ajuvan (Zat yang meningkatkan respon imun terhadap antigen,mempertahankan
antigen agar tidak cepat hilang,mengaktifkan sel imunokompeten)
5) Jenis vaksin. Vaksin hidup menimbulkan respon imun lebih baik.
6) Kandungan vaksin (1.Antigen virus; 2.Bakteri; 3.Vaksin yang dilemahkan seperti
polio, campak, BCG.; 4.Vaksin mati : pertusis.; 5.Eksotoksin : toksoid, difteri,
tetanus.; 6.Ajuvan : persenyawaan aluminium.; 7.Cairan pelarut : air, cairan garam
fisiologis, kultur jaringan, telur.)
7
D.Kontra Indikasi Imunisasi
1.Analfilaksis atau reaksi hipersensitifitas yang hebat merupakan kontraindikasi mutlak
terhadap dosis vaksin berikutnya. Riwayat kejang demam dan panas lebih dari 38 oC
merupakan kontraindikasi pemberian DPT, hepatitis B-1 dan campak.
2.Jangan berikan vaksin BCG kepada bayi yang menunjukkan tanda dan gejala AIDS,
sedangkan vaksin yang lain sebaiknya diberikan.
3.Jika orang tua sangat berkeberatan terhadap pemberian imunisasi kepada bayi yang
sakit, lebih baik jangan diberikan vaksin, tetapi mintalah ibu kembali lagi ketika bayi
sudah sehat. (Proverawati, 2010)
E.Mitos-mitos Imunisasi
Usia dan pendidikan orang tua dapat mempengaruhi pemberian imunisasi
akibat kurangnya pemahaman terhadap imunisasi. Dan di masyarakat sering terdengar
pendapat yang salah mengenai imunisasi. Tidak jarang dijumpai orang tua yang ragu
atau bahkan menolak imunisasi dengan berbagai alasan. Ketakutan atau penolakan
imunisasi mungkin berdasarkan pandangan religi, filosofis tertentu, anggapan imunisasi
sebagai intervensi pemerintah.Keraguan tentang manfaat dan keamanan imunisasi perlu
ditanggapi secara aktif. Apabila orang tua mendapat jawaban akurat dan informasi yang
benar, maka orang tua dapat membuat keputusan yang benar tentang imunisasi. (IDAI,
2008).
1.Vaksin MMR (meales, mumps dan rubella) bisa menyebabkan anak autis
Tidak ada hubungan antara vaksin MMR dengan perkembangan autis, ini sudah
dibuktikan melalui penelitian ilmiah. Biasanya gejala autis pertama kali terlihat saat
bayi berusia 12 sampai 18 bulan, dimana hamper bersamaaan dengan diberikannya
vaksin MMR. Kebanyakan autis disebabkan oleh faktor genetik, jadi jangan takut untuk
memberikan vaksin MMR pada anak.
8
3.Lebih baik memberi natural infeksi dibandingkan dengan vaksinasi
Mitos ini tidak benar. Suatu penyakit bisa mengakibatkan kematian serta
kecacatan yang permanen, dan dengan melakukan vaksinasi dapat memberikan
perlindungan tanpa efek samping yang berat.
9
9.Anak tidak perlu imunisasi asalkan dia sehat, aktif, dan makan cukup banyak
yang bergizi.
Imunisasi diberikan untuk menjaga anak tetap sehat, bukan memberi sehat.
Tujuan imunisasi adalah melindungi tubuh sebelum diserang penyakit. Saat yang paling
tepat memberikan vaksin adalah saat anak sehat.
10.Pada seri vaksinasi, apabila seri satu kali terlambat, seri harus dimulai lagi dari
semula.
Hal ini tidak benar. Kalau anak tidak diberi vaksinasi pada saat dijadwalkan,
memang dia kurang dilindungi terhadap penyakit. Akan tetapi seri vaksinasi tidak perlu
diulang dari semula. Vaksinasi yang terlambat diberi saja dan jadwal dimulai lagi dari
tahap itu, bukan dari semula.
10
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 Imunisasi BCG (Bacillus Calmette Guerin) pada bayi baru lahir
a.Pengertian
Imunisasi BCG: untuk mencegah Tuberkulosis (Tbc) berat pada paru, otak,
kelenjar getah bening dan tulang sehingga menimbulkan sakit berat, lama, kematian
atau kecacatan. Vaksin BCG disuntikan dikulit lengan atas kanan pada umur 2-3 bulan.
Bekas suntikan setelah 1 bulan dapat timbul benjolan kemerahan, kemudian pecah,
keluar seperti nanah, tanpa demam dan nyeri, adalah reaksi yang umum terjadi dan tidak
berbahaya. Bersihkan dengan alkoholatau iodin. Koreng akan menyembuh dalam
beberapa minggu. Bekasnya dapat terlihat seumur hidup.
c.Usia pemberian
Sedini mungkin atau secepatnya, tetapi pada umumnya di bawah 2 bulan. Jika
diberikan setelah usia 2 bulan, disarankan dilakukan tes Mantoux (tuberkulin) terlebih
dahulu untuk mengetahui apakah bayi sudah kemasukan kuman Mycobacterium
Tuberculosis atau belum. Vaksinasi dilakukan bila hasil tes-nya negative. Jika ada
penderita TB yang tinggal serumah atau sering bertandang kerumah, segera setelah lahir
bayi di imunisasi BCG.
d.Cara pemberian
Cara pemberian imunisasi BCG adalah melalui intradermal dengan lokasi
penyuntikan pada lengan kanan atas (sesuai anjuran WHO)
11
e.Efek samping
Umumnya tidak ada. Namun, pada beberapa anak timbul pembengkakan kelenjar
getah bening di ketiak atau leher bagian bawah (diselangkangan bila penyuntikan
dilakukan di paha). Dan biasanya akan sembuh sendiri.
f.Kontra Indikasi
Imunisasi BCG tidak dapat diberikan pada anak yang berpenyakit TB atau
menunjukan uji Mantoux positif atau pada anak yang mempunyai penyakit kulit yang
berat / menahun.
3.2 Imunisasi Hepatitis B pada bayi baru lahir
a.Pengertian
c. Usia Pemberian
12
Sebaiknya diberikan 12 jam setelah lahir. Dengan syarat kondisi bayi dalam
keadaan stabil, tidak ada gangguan pada paru-paru dan jantung. Kemudian dilanjutkan
pada saat bayi berusia 1 bulan, dan usia antara 3 – 6 bulan. Khusus bayi yang lahir dari
ibu pengidap hepatitis B, selain imunisasi yang diberikan kurang dari 12 jam setelah
lahir, juga diberikan imunisasi tambahan dengan immunoglobulin anti hepatitis B dalam
waktu sebelum usia 24 jam.
d. Cara Pemberian
Cara pemberian imunisasi hepatitis B adalah dengan cara intramuskuler (I.M atau
i.m) di lengan deltoid atau paha anterolateral bayi (antero : otot-otot dibagian depan,
lateral : otot bagian luar). Penyuntikan dibokong tidak dianjurkan karena bisa
mengurangi efektivitas vaksin.
e. Efek Imunisasi
Umumnya tidak terjadi. Jikapun terjadi (sangat jarang), berupa keluhan nyeri pada
tempat suntikan, yang disusul demam ringan dan pembengkakan. Namun reaksi ini akan
menghilang dalam waktu dua hari.
f. Kontra indikasi
Vaksin hepatitis B tidak boleh diberikan pada orang dengan riwayat rekasi alergi
berat (anafilaksis) setelah pemberian vaksin hepatitis B atau vaksin lain sebelumnya.
Vaksin hepatitis B mengandung protein ragi jamur sehingga dikontraindikasikan pada
orang dengan alergi ragi. Pemberian vaksin ini perlu berhati – hati pada orang dengan
sakit sedang sampai berat dengan atau tanpa demam serta pada bayi di bawah 2000
gram.
13
3.2 Faktor-faktor yang mempengaruhi Imunisasi BCG (Bacillus Calmete Guerin)
dan Imunisasi Hepatitis B
A.Pengetahuan Ibu
B. Pekerjaan Ibu
Batas ibu yang bekerja adalah ibu-ibu yang melakukan aktifitas ekonomi mencari
penghasilan baik di sektor formal maupun informal yang dilakukan secara reguler diluar
rumah.tentang aktifitas ibu yang bekerja akan berpengaruh terhadap waktu yang di
miliki ibu untuk melakukan Imunisas.Ibu yang bekerja mempunyai resiko
mengimunisasikan anaknya dibandingkan dengan ibu yang tidak bekerja di sebabkan
14
kurangnya informasi yang di terima ibu rumah tangga di bandingkan ibu yang berkerja
tetapi ibu yang berkerja tidak mempunyai peluang untuk mengimunisasikan bayinya di
bandingkan dengan ibu yang tidak berkerja.(Berdasarkan penelitian Suharsono dan
strobino tahun 2003).
Namun di simpulkan bahwa ibu yang tidak berkerja akan mempunyai waktu yang
lebih banyak untuk mengimunisasikan anaknya di bandingkan ibu yang berkerja,
khususnya dalam mengajak imunisasi ibu yang berkerja karena tidak cukup waktu atau
bahkan lupa pada hal tersebut karena zaman semakin modern informasi dapat di peroleh
dari mana saja yang mengkhwatirkan adalah ibu bekerja ia mengetahui tapi tidak punya
cukup waktu. Dari hasil analisis strobino, dkk tahun 2000 menunjukan 32% bahwa ibu
yang berkerja setiap membawa anaknya keposyandu untuk imunisasi, sementara 66%
ibu yang statusnya ibu rumah tangga atau tidak berkerja membawa anaknya ke
posyandu untuk imunisasi.
C.Umur Ibu
15
D. Sikap Ibu
sikap adalah suatu determinasi dari perilaku, suatu kecenderungan untuk merespon
apabila seseorang yang mempunyai sikap, umumnya mengetahui apa yang akan
dilakukan apabila bertemu dengan objeknya. Ibu yang mempunyai sikap setuju terhadap
program imunisasi BCG dam Hepatitis B akan lebih mempunyai kesadaran untuk
memberikan imunisasi pada anaknya.
E. Status ekonomi
F. Pendidikan Ibu
Semakin tinggi pendidikan ibu, maka cakupan imunisasi anaknya semakin lengkap.
Ini di sebabkan pendidikan lebih tinggi mempengarui banyaknya informasi mengenai
imunisasi dari lingkungan pendidikanya sehingga mempermudah menerima informasi
imunisasi.Peran seorang ibu pada program imunisasi sangatlah penting. Karenanya
suatu pemahaman tentang program ini amat di perlukan untuk kalangan tersebut.
Pemahaman ibu atau pengetahuan ibu terhadap imunisasi sangat di pengarui oleh
tingkat pendidikan ibu.
G.Penolong Persalinan
Tingkat Penolong Persalinan Tertingi yang memberikan Imunisasi BCG dan
Hepatitis B adalah Tenaga Kesehatan baik Dokter dan bidan di Rumah Sakit, Klinik
bersalin dan Pukesmas sedangkan yang melakukan atau Belum Melakukan Imunisasi
BCG dan Hepatitis B padaa bayinya adalah Ibu yang persalinannya di tolong Oleh
Tenaga Non Kesehatan Seperti Dukun bayi.
16
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Bayi baru lahir sangat rentan terhadap penyakit karena di dalam tubuhnya belum
terbentuk sistem kekebalan tubuh yang kuat. Makadari itu dengan melakukan imunisasi
pada bayi, berarti melindungi bayi dari berbagai penyakit.Vaksin yang disuntikkan ke
dalam tubuh Bayi akan membantu sistem kekebalan tubuh untuk membentuk antibodi,
yang berfungsi untuk melawan virus atau bakteri yang masuk ke tubuhnya.Ini
dapat mencegah Bayi terkena berbagai macam penyakit yang berbahaya dan dapat
menurunan angka kematian bayi terlepas dari hal tersebut beberapa faktor pendorong
yang menyukseskan Pemberian Imunisasi BCG dan Hepatitis B pada bayi baru lahir
diantaranya ialah Pengetahuan Ibu, pekerjaan Ibu,Umur Ibu,sikap Ibu, status
ekonomi,pendidikan Ibu dan tentunya penolong persalinan atau tenaga kesehatan.
4.2 Saran
Dengan mengetahui Peran dan faktor-faktor yang mempengaruhi Imunisasi BCG
dan Hepatitis B pada bayi baru lahir penulis berharap Pembaca khususnya Tenaga
Kesehatan mampu untuk melakukan kegiatan maupun tindakan yang dapat
meningkatkan kesehatan Bayi Khususnya dengan Imunisasi yang di lakukan pada saat
bayi baru lahir. Kepada tenaga Kesehatan Masyarakat yang menyuarakan kegiatan
preventive dan promotif penulis berharap program preventive dan promotif pada
Imunisasi BCG dan Hepatitis B pada bayi baru lahir lebih di galakkan kembali demi
meningkatkan kesejahteran Masyarakat Khususnya kesehatan anak sebagai generasi
Penerus bangsa.
17