Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Teknik mencuci tangan biasa adalah membersihkan tangan dengan sabun dan
air bersih yang mengalir atau yang disiramkan, biasanya digunakan sebelum dan
sesudah melakukan tindakan yang tidak mempunyai risiko penularan penyakit.
Peralatan yang dibutuhkan untuk mencuci tangan biasa adalah setiap wastafel
dilengkapi dengan peralatan cuci tangan sesuai standar rumah sakit (misalnya kran
air bertangkai panjang untuk mengalirkan air bersih, tempat sampah injak tertutup
yang dilapisi kantung sampah medis atau kantung pembersih tangan yang berfungsi
sebagai antiseptik, lotion tangan, serta di bawah plastik berwarna kuning untuk
sampah yang terkontaminasi atau terinfeksi), alat pengering seperti tisu, lap tangan
(hand towel), sarung tangan (gloves), sabun cair atau cairan wastefel terdapat alas
kaki dari bahan handuk. Prosedur kerja cara mencuci tangan biasa adalah sebagai
berikut :
1. Melepaskan semua benda yang melekat pada daerah tangan, seperti cincin
atau jam tangan.
2. Mengatur posisi berdiri terhadap kran air agar memperoleh posisi yang
nyaman.
3. Membuka kran air dengan mengatur temperatur airnya.
4. Menuangkan sabun cair ke telapak tangan.
5. Melakukan gerakan tangan, dimulai dari meratakan sabun dengan kedua
telapak tangan, kemudian kedua punggung telapak tangan saling
menumpuk,bergantian, untuk membersihkan sela-sela jari.
6. Membersihkan ujung-ujung kuku bergantian pada telapak tangan.
7. Membersihkan kuku dan daerah sekitarnya dengan ibu jari secara
bergantian,kemudian membersihkan ibu jari dan lengan secara bergantian.
8. Membersihkan (membilas) tangan dengan air yang mengalir sampai bersih,
sehingga tidak ada cairan sabun dengan ujung tangan menghadap ke bawah.
9. Menutup kran air menggunakan siku, bukan dengan jari karena jari yang
telah selesai kita cuci pada prinsipnya bersih.
Hal yang perlu diingat setelah melakukan cuci tangan yaitu mengeringkan tangan
dengan hand towel.
Pitalin (amilase ludah) misalnya bekerja hanya atas gula dan tepung,
sedangkan pepsin hanya atas protein. Satu jenis cairan pencerna, misalnya cairan
pankreas, dapat mengandung beberapa enzim dan setiap enzim bekerja hanya atas
satu jenis makanan. (Pearce Evelin C. 2009)
1. Motilitas
Motilitas mengacu pada kontraksi otot yang mencampur dan
mendorong isi saluran pencernaan. Otot polos di saluran pencernaan terus
menerus berkontraksi dengan kekuatan rendah yang disebut tonus.
Terhadap aktivitas tonus yang terus menerus terdapat dua jenis dasar
motilitas pencernaan: (Abadi. 2010).
a. Gerakan propulsif (mendorong) yaitu gerakan memajukan isi
saluran pencernaan ke depan dengan kecepatan yang berbeda-beda.
Kecepatan propulsif bergantung pada fungsi yang dilaksanakan oleh
setiap organ pencernaan.
b. Gerakan mencampur memiliki fungsi ganda. Pertama, mencampur
makanan dengan getah pencernaan. Kedua, mempermudah
penyerapan dengan memajankan semua bagian isi usus ke
permukaan penyerapan saluran pencernaan.
2. Sekresi
Sejumlah getah pencernaan disekresikan ke dalam lumen saluran
pencernaan oleh kelenjar-kelenjar eksokrin. Setiap sekresi pencernaan
terdiri dari air, elektrolit, dan konstituen organik spesifik yang penting
dalam proses pencernaan (misalnya enzim, garam empedu, dan mukus).
Sekresi tersebut dikeluarkan ke dalam lumen saluran pencernaan karena
adanya rangsangan saraf dan hormon sesuai. (Abadi. 2010).
3. Pencernaan
Pencernaan merupakan proses penguraian makanan dari struktur
yang kompleks menjad struktur yang lebih sederhana yang dapat diserap
oleh enzim. Manusia mengonsumsi tiga komponen makanan utama, yaitu:
(Abadi. 2010).
a. Karbohidrat
Kebanyakan makanan yang kita makan adalah karbohidrat
dalam bentuk polisakarida, misalnya tepung kanji , daging
(glikogen), atau tumbuhan (selulosa) .Bentuk karbohidrat yang
paling sederhana adalah monosakarida seperti glukosa, fruktosa,
dan galaktosa.
b. Lemak
Protein terdiri dari kombinasi asam amino yang disatukan
oleh ikatan peptida. Protein akan diuraikan menjadi asam amino
serta beberapa polipeptida kecil yang dapat diserap dalam saluran
pencernaan.
c. Protein
Sebagian besar lemak dalam makanan berada dalam bentuk
trigelsida. Produk akhir pencernaan lemak adalah monogliserida dan
asam lemak. Proses pencernaan dilakukan melalui proses hidrolisis
enzimatik. Dengan menambahkan H2O di tempat ikatan, lalu enzim
akan memutuskan ikatan tersebut sehinggan molekul-molekul kecil
menjadi bebas. (Pearce Evelin C. 2009)
4. Penyerapan
Proses penyerapan dilakukan di usus halus. Proses penyerapan
memindahkan molekul-molekul dan vitamin yang dihasilkan setelah proses
pencernaan berhenti dari lumen saluran pencernaan ke dalam darah atau
limfe. (Abadi. 2010).
Saluran pencernaan (traktus digestivus) merupakan saluran dengan
panjang sekitar 30 kaki (9 m) yang berjalan melalui bagian tengaj tubuh
menuju ke anus. Pengaturan fungsi saluran pencernaan bersifat kompleks
dan sinergistik.
Terdapat empat faktor yang berperan dalam pengaturan fungsi
pencernaan, yaitu:
a. Fungsi otonom otot polos
b. Pleksus saraf intrinsic
c. Saraf ekstrinsik
d. Hormon saluran pencernaan.
2.3 Organ saluran pencernaan
Saluran pencernaan terdiri dari mulut, tenggorokan (faring), kerongkongan, lambung, usus
halus, usus besar, rektum dan anus. Sistem pencernaan juga meliputi organ-organ yang terletak
diluar saluran pencernaan, yaitu pankreas, hati dan kandung empedu.(Drs. Irianto Kus. 2004).
a) Mulut
Merupakan suatu rongga terbuka tempat masuknya makanan dan air pada hewan.
Mulut biasanya terletak di kepala dan umumnya merupakan bagian awal dari sistem
pencernaan lengkap yang berakhir di anus. (Abadi. 2010) Mulut merupakan jalan
masuk untuk sistem pencernaan. Bagian dalam dari mulut dilapisi oleh selaput lendir.
Pengecapan dirasakan oleh organ perasa yang terdapat di permukaan lidah.
Pengecapan relatif sederhana, terdiri dari manis, asam, asin dan pahit. Penciuman
dirasakan oleh saraf olfaktorius di hidung dan lebih rumit, terdiri dari berbagai macam
bau. (Pearce Evelin C. 2009).
Makanan dipotong-potong oleh gigi depan (incisivus) dan di kunyah oleh gigi
belakang (molar, geraham), menjadi bagian-bagian kecil yang lebih mudah dicerna.
Ludah dari kelenjar ludah akan membungkus bagian-bagian dari makanan tersebut
dengan enzim-enzim pencernaan dan mulai mencernanya. Ludah juga mengandung
antibodi dan enzim (misalnya lisozim), yang memecah protein dan menyerang bakteri
secara langsung.
Proses menelan dimulai secara sadar dan berlanjut secara otomatis. (Abadi. 2010):
1. Tenggorokan ( Faring)
Merupakan penghubung antara rongga mulut dan kerongkongan. Berasal dari
bahasa yunani yaitu Pharynk. Didalam lengkung faring terdapat tonsil ( amandel )
yaitu kelenjar limfe yang banyak mengandung kelenjar limfosit dan merupakan
pertahanan terhadap infeksi. (Drs. Irianto Kus. 2004)
2. Kerongkongan (Esofagus)
Kerongkongan adalah tabung (tube) berotot pada vertebrata yang dilalui sewaktu
makanan mengalir dari bagian mulut ke dalam lambung. Makanan berjalan melalui
kerongkongan dengan menggunakan proses peristaltik. (Drs.H. Syaifudin.AMK.
2006).
3. Lambung
Merupakan organ otot berongga yang besar dan berbentuk seperti kandang keledai.
Makanan masuk ke dalam lambung dari kerongkongan melalui otot berbentuk cincin
(sfinter), yang bisa membuka dan menutup. Dalam keadaan normal, sfinter
menghalangi masuknya kembali isi lambung ke dalam kerongkongan. (Drs. Irianto
Kus. 2004)
Lambung berfungsi sebagai gudang makanan, yang berkontraksi secara ritmik untuk
mencampur makanan dengan enzim-enzim. Sel-sel yang melapisi lambung
menghasilkan 3 zat penting :
1). Lendir
Asam klorida menciptakan suasana yang sangat asam, yang diperlukan oleh
pepsin guna memecah protein. Keasaman lambung yang tinggi juga berperan
sebagai penghalang terhadap infeksi dengan cara membunuh berbagai bakteri.
(Drs. Irianto Kus. 2004)
Usus buntu atau sekum (Bahasa Latin: caecus, “buta”) dalam istilah
anatomi adalah suatu kantung yang terhubung pada usus penyerapan serta bagian
kolon menanjak dari usus besar. Organ ini ditemukan pada mamalia, burung, dan
beberapa jenis reptil. Sebagian besar herbivora memiliki sekum yang besar,
sedangkan karnivora eksklusif memiliki sekum yang kecil, yang sebagian atau
seluruhnya digantikan oleh umbai cacing.
Umbai cacing atau apendiks adalah organ tambahan pada usus buntu.
Infeksi pada organ ini disebut apendisitis atau radang umbai cacing. Apendisitis
yang parah dapat menyebabkan apendiks pecah dan membentuk nanah di dalam
rongga abdomen atau peritonitis (infeksi rongga abdomen). (Drs. Irianto Kus.
2004)
Pankreas adalah organ pada sistem pencernaan yang memiliki dua fungsi
utama yaitu menghasilkan enzim pencernaan serta beberapa hormon penting
seperti insulin. Pankreas terletak pada bagian posterior perut dan berhubungan erat
dengan duodenum (usus dua belas jari). Pankreas melepaskan enzim pencernaan ke
dalam duodenum dan melepaskan hormon ke dalam darah. Enzim yang dilepaskan
oleh pankreas akan mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Enzim proteolitik
memecah protein ke dalam bentuk yang dapat digunakan oleh tubuh dan dilepaskan
dalam bentuk inaktif. Enzim ini hanya akan aktif jika telah mencapai saluran
pencernaan. Pankreas juga melepaskan sejumlah besar sodium bikarbonat, yang
berfungsi melindungi duodenum dengan cara menetralkan asam lambung. (Drs.
Irianto Kus. 2004).
h) Hati
Hati merupakan sebuah organ yang terbesar di dalam badan manusia dan
memiliki berbagai fungsi, beberapa diantaranya berhubungan dengan
pencernaan.Organ ini memainkan peran penting dalam metabolisme dan memiliki
beberapa fungsi dalam tubuh termasuk penyimpanan glikogen, sintesis protein
plasma, dan penetralan obat. (Drs. Irianto Kus. 2004)
METODE PENELITIAN
Teknik Sampling
Teknik sampling yang di gunakan adalah total sampling
Sampel
Pasien rawat inap yang memenuhi kriteria inklusi
Desain Penelitian
Komparatif
Instrumen Penelitian
Kuisioner
Analisa Data
Pembahasan
Kesimpulan
3.3 Populasi dan Sampel
3.3.1 Populasi
Populasi dalam mini riset ini adalah semua pasien rawat inap di Puskesmas
Sumber Pucung.
3.3.2 Sampel
Sampel dalam penelitian ini adalah pasien rawat Inap dengan gangguan
system pencernaan. Jumlah sampel yang di teliti dalam mini riset ini adalah 10
orang.
3.3.3 Kriteria Inklusi dan Eklusi
Kriteria Inklusi yaitu karakteristik sampel yang dapat diteliti, yaitu :
1. Pasien Rawat Inap dengan gangguan system pencernaan
2. Bersedia menjadi responden
3. Layak untuk menjadi responden dan tidak memiliki gangguan
degenerative dan serebrovaskular
4. Bias baca tulis dan hitung.
Kriteria eksklusi adalah Pasien rawat inap yang tidak layak diteliti menjadi
sampel, yaitu :
1. Tidak dapat berbicara, tidak merespon dengan baik, tidak dapat baca dan tulis
dan gangguan pendengaran.
2. Tidak bersedia menjadi responden
3.4 Teknik sampling
Tehnik penelitian (tehnik sampling) merupakan cara – cara yang di tempuh dalam
pengambilan sampel agar memperoleh sampel yang benar-benar sesuai dengan
keseluruhan subjek penelitian. Nursalam, (2015). Teknik pengambilan sampel dalam
mini riset ini menggunakan teknik purposive sampling.
3.5 Lokasi dan Waktu Pengambilan Data
3.5.1 Lokasi
Pengambilan data ini dilaksankan di Puskesmas Sumber Pucung Kabupaten
Malang.
3.5.2 Waktu
Waktu pengambilan data ini dilaksankan pada tanggal 15 Januari – 23 Januari 2018.
3.6 Prosedur penelitian/ pengumpulan data
Pengumpulan data adalah suatu proses pendekatan kepada subjek dan proses
pengumpulan karakteristik subjek yang di perlukan dalam penelitian.
Terdapat tugas – tugas dalam pengumpulan data oleh peneliti, antara lain :
1. Menyeleksi subjek
2. Mengumpulkan data secara konsisten
3. Mempertahankan pengendalian dalam penelitian
4. Menjaga integritas atau validitas
5. Menyelesaikan masalah/problem solving (Nursalam, 2015)
3.7 Analisis Data
Pengolahan data atau analisa data pada dasarnya merupakan suatu proses untuk
memperoleh data atau data ringkasan berdasarkan suatu kelompok data mentah dengan
menggunakan rumus tertentu sehingga menghasilkan informasi yang diperlukan
(Setiadi, 2007). Proses analisa data pada penelitian ini adalah :
1. Editing
Dalam tahapan ini peneliti melakukan pemeriksaan jawaban kuisioner dari
responden yang sudah dikumpulkan.
2. Koding
Mengklarisifikasi jawaban dari responden ke dalam kategori. Biasanya klarisifikasi
dilakukan dengan cara memberi tanda atau kode berbentuk angka pada masing –
masing jawaban.
3. Entry Data
Data yang sudah di koding kemudian di entry ke dalam computer untuk selanjutnya
siap di olah dan dianalisis secara perhitungan manual oleh peneliti.
4. Tabulating
Adalah proses menyusun data dalam bentuk tabel.
5. Scoring
Adalah memberikan skor terhadap jawaban dari pernyatan atau pertanyaan yang
ada didalam kuisioner.
3.8 Etika Penelitian
1. Right To Self Determination
2. Right To Privacy And Dignity
3. Right To Anonymity And Confidentially
4. Right To Fair Treatment
5. Right To Protection From Discomport And Harm
BAB IV
HASIL PENELITIAN