Professional Documents
Culture Documents
TINJAUAN PUSTAKA
Stroke adalah suatu penyakit defisit neurologis akut yang disebabkan oleh
gangguan pembuluh darah otak yang terjadi secara mendadak dan dapat
2
menimbulkan cacat atau kematian.
2
stroke sebagai penyakit akibat gangguan peredaran darah otak (GPDO).
Stroke atau gangguan aliran darah di otak disebut juga sebagai serangan otak
11
(brain attack), merupakan penyebab cacat (disabilitas, invaliditas).
Otak terdiri dari sel-sel otak yang disebut neuron, sel-sel penunjang yang
dikenal sebagai sel glia, cairan serebrospinal, dan pembuluh darah. Semua orang
memiliki jumlah neuron yang sama sekitar 100 miliar, tetapi koneksi di antara
berbagi neuron berbeda-beda. Pada orang dewasa, otak membentuk hanya sekitar 2%
(sekitar 1,4 kg) dari berat tubuh total, tetapi mengkonsumsi sekitar 20% oksigen dan
Otak harus menerima lebih kurang satu liter darah per menit, yaitu sekitar
15% dari darah total yang dipompa oleh jantung saat istirahat agar berfungsi normal.
Otak mendapat darah dari arteri. Yang pertama adalah arteri karotis interna yang
terdiri dari arteri karotis (kanan dan kiri), yang menyalurkan darah ke bagian depan
otak disebut sebagai sirkulasi arteri serebrum anterior. Yang kedua adalah
bertemu dengan sirkulasi arteri serebrum posterior membentuk suatu sirkulus willisi
12,13
(Gambar 2.2).
dari otak adalah otak merupakan pusat gerakan atau motorik, sebagai pusat
sensibilitas, sebagai area broca atau pusat bicara motorik, sebagai area wernicke
atau pusat bicara sensoris, sebagai area visuosensoris, dan otak kecil yang berfungsi
sebagai pusat koordinasi serta batang otak yang merupakan tempat jalan serabut-
4
serabut saraf ke target organ (gambar 2.3.).
pada anggota gerak, gangguan bicara, serta gangguan dalam pengaturan nafas dan
tekanan darah. Gejala di atas biasanya terjadi karena adanya serangan stroke.
2.3. Stroke Non Hemoragik
4,14
2.3.1. Klasifikasi Stroke Non Hemoragik
Secara non hemoragik, stroke dapat dibagi berdasarkan manifestasi klinik dan
Deficit (RIND)
Gejala neurologik yang timbul akan menghilang dalam waktu lebih lama
b. Berdasarkan Kausal:
i. Stroke Trombotik
darah di otak. Trombotik dapat terjadi pada pembuluh darah yang besar
dan pembuluh darah yang kecil. Pada pembuluh darah besar trombotik
darah yang cepat. Selain itu, trombotik juga diakibatkan oleh tingginya
kadar kolesterol jahat atau Low Density Lipoprotein (LDL). Sedangkan
pembuluh darah arteri kecil terhalang. Ini terkait dengan hipertensi dan
Stroke emboli terjadi karena adanya gumpalan dari jantung atau lapisan
Gejala stroke non hemoragik yang timbul akibat gangguan peredaran darah di
otak bergantung pada berat ringannya gangguan pembuluh darah dan lokasi tempat
berputar (vertigo).
vi. Gangguan motoris pada lidah, mulut, rahang dan pita suara sehingga
i. Koma
kerusakan otak.
otak.
tertentu. Kelainan ini sering bersamaan dengan Agnosia jari (dapat dilihat
vi. Hemi spatial neglect (Viso spatial agnosia) adalah hilangnya kemampuan
vii. Syndrome Lobus Frontal, ini berhubungan dengan tingkah laku akibat
massa di otak.
kemampuan.
14
2.3.3. Diagnosis Stroke Non Hemoragik
a. Penemuan Klinis
i. Anamnesis
b. Pemeriksaan tambahan/Laboratorium
i. Pemeriksaan Neuro-Radiologik
gambaran yang jelas tentang pembuluh darah yang terganggu, atau bila
rutin (Hb, hematokrit, leukosit, eritrosit), hitung jenis dan bila perlu
Elektrokardiografi (EKG).
2.4. Stroke Hemoragik
11,14
2.4.1. Klasifikasi Stroke Hemoragik
pembuluh darah dalam parenkim otak dan bukan disebabkan oleh trauma.
Perdarahan ini banyak disebabkan oleh hipertensi, selain itu faktor penyebab
(5%), berasal dari PIS (20%) dan 25% kausanya tidak diketahui.
c. Perdarahan Subdural
Gejala yang sering djumpai pada perdarahan intraserebral adalah: nyeri kepala
sering kali di siang hari, waktu beraktivitas dan saat emosi/marah. Kesadaran
biasanya menurun dan cepat masuk koma (65% terjadi kurang dari setengah
jam, 23% antara 1/2-2 jam, dan 12% terjadi setelah 3 jam).
Pada penderita PSA dijumpai gejala: nyeri kepala yang hebat, nyeri di leher
mengetahui kondisi rangsangan selaput otak, jika terasa nyeri maka telah
terjadi gangguan pada fungsi saraf. Pada gangguan fungsi saraf otonom terjadi
demam setelah 24 jam. Bila berat, maka terjadi ulkus pepticum karena
Pada penderita perdarahan subdural akan dijumpai gejala: nyeri kepala, tajam
c. Perdarahan Subdural
posterior dengan sisi daerah trauma. Selain itu, dapat juga dilakukan dengan
Oleh karena tidak seluruh Rumah Sakit memiliki alat-alat di atas, maka untuk
skoring yaitu sistem yang berdasarkan gejala klinis yang ada pada saat pasien masuk
Tanda/Gejala Skor
Pembacaan:
a. Menurut Orang
Menurut penelitian Tsong Hai Lee di Taiwan pada tahun 1997-2001, terdapat
264 orang penderita stroke iskemik pada usia 18-45 tahun, yang disebabkan oleh
16
kelebihan lemak, merokok, hipertensi dan riwayat stroke.
Berdasarkan data penderita stroke yang dirawat oleh Pusat Pengembangan dan
terdapat 501 pasien, yang terdiri dari usia 20-30 tahun sebesar 3,59%, usia 30-50
tahun sebesar 20,76%, usia 51-70 tahun sebesar 52,69% dan usia 71-90 tahun sebesar
22,95%.17
1999-2003 menunjukkan bahwa dari 220 sampel yang diteliti, berdasarkan suku
penderita stroke yang dirawat inap sebagian besar bersuku Jawa sebanyak 120 orang
(54,5%) dan yang terendah suku Minang sebanyak 3 orang (1,4%), berdasarkan status
perkawinan penderita stroke yang dirawat inap sebagian besar berstatus kawin
sebanyak 217 orang (98,6%) dan yang berstatus tidak kawin sebanyak 3 orang
(1,4%).10
b. Menurut Tempat
stroke pertahun, dan 500.000 penderita stroke yang baru terjadi pertahun. Angka
18
kematian penderita stroke di Amerika adalah 50-100/100.000 penderita pertahun.
Di China (2005), terdapat 1,5 juta penderita stroke dan 1 juta penderita stroke
19
meninggal dunia dengan CFR 66,66%. Di India, angka prevalensi stroke sebesar 8,6
20
per 100.000 populasi pertahun.
stroke, 125.000 orang meninggal dunia dengan CFR 25% dan yang mengalami cacat
21
ringan atau berat dengan proporsi 75% (375.000 orang).
c. Menurut Waktu
Menurut WHO (2005), stroke menjadi penyebab kematian dari 5,7 juta jiwa
di seluruh dunia, dan diperkirakan meningkat menjadi 6,5 juta penderita pada tahun
19
2015 dan 7,8 juta penderita pada tahun 2030.
2000-2003, menunjukkan bahwa jumlah penderita stroke tahun 2000 sebanyak 641
orang, tahun 2001 sebanyak 722 orang, tahun 2002 sebanyak 706 orang dan tahun
2003 sebanyak 522 orang. Di RSU Banyumas, terjadi peningkatan penderita stroke
yang dirawat inap pada tahun 1997-2000. Pada tahun1997 terdapat penderita stroke
sebanyak 255 orang, tahun 1998 sebanyak 298 orang, tahun 1999 sebanyak 393 orang
22
dan tahun 2000 sebanyak 459 orang.
i. Usia
usia tiga tahun akan meningkatkan risiko stroke sebesar 11-20%. Dari
semua stroke, orang yang berusia lebih dari 65 tahun memiliki risiko
paling tinggi yaitu 71%, sedangkan 25% terjadi pada orang yang berusia
dimana pada kelompok umur ≥45 tahun risiko terkena stroke dengan OR:
23
9,451 kali dibandingkan kelompok umur < 45 tahun.
iii. Ras/bangsa
Orang kulit hitam lebih banyak menderita stroke dari pada orang kulit
3
putih. Hal ini disebabkan oleh pengaruh lingkungan dan gaya hidup. Pada
berkulit putih sebesar 37,1% dan yang berkulit hitam sebesar 62,9%
sedangkan pada wanita yang berkulit putih sebesar 41,3% dan yang
5
berkulit hitam sebesar 58,7%.
iv. Hereditas
dalam keluarga, terutama jika dua atau lebih anggota keluarga pernah
16
stroke sebesar 29,3%.
i. Hipertensi
3
penyumbatan/perdarahan otak. Sebanyak 70% dari orang yang terserang
6
stroke mempunyai tekanan darah tinggi.
24
berpengaruh terhadap terjadinya stroke. Menurut penelitian Siregar F
(2002) di RSUP Haji Adam Malik Medan dengan desain case control,
3,39. Artinya risiko terjadinya stroke pada penderita diabetes mellitus 3,39
23
kali dibandingkan dengan yang tidak menderita diabetes mellitus.
iii. Penyakit Jantung
kelainan katup jantung, infeksi otot jantung, pasca operasi jantung juga
3
memperbesar risiko stroke. Fibrilasi atrium yang tidak diobati
12
meningkatkan risiko stroke 4-7 kali.
Sekitar 1 dari seratus orang dewasa akan mengalami paling sedikit 1 kali
serangan iskemik sesaat (TIA) seumur hidup mereka. Jika diobati dengan
benar, sekitar 1/10 dari para pasien ini kemudian akan mengalami stroke
dalam 3,5 bulan setelah serangan pertama, dan sekitar 1/3 akan terkena
stroke dalam lima tahun setelah serangan pertama.12 Risiko TIA untuk
24
terkena stroke 35-60% dalam waktu lima tahun.
v. Obesitas
3
melitus. Obesitas meningkatkan risiko stroke sebesar 15%. Obesitas
12
semuanya akan meningkatkan kemungkinan terkena serangan stroke.
vi. Hiperkolesterolemia
maupun di otak. Kadar kolesterol total > 200 mg/dl meningkatkan risiko
3,11
stroke 1,31-2,9 kali.
vii. Merokok
23
risiko terkena stroke sebesar 4 kali. Merokok menyebabkan penyempitan
dan pengerasan arteri di seluruh tubuh (termasuk yang ada di otak dan
12
mengurangi aliran darah, dan menyebabkan darah mudah menggumpal.
viii.Alkohol
dan tekanan darah, dapat merusak sel-sel saraf tepi, saraf otak dan lain-
3
lain. Semua ini mempermudah terjadinya stroke. Konsumsi alkohol
24
berlebihan meningkatkan risiko terkena stroke 2-3 kali.
ix. Stres
12
sebesar 2 kali.
x. Penyalahgunaan Obat
dinding pembuluh darah otak. Di samping itu, zat narkoba itu sendiri akan
Hasil pengumpulan data dari rumah sakit Jakarta tahun 2001 yang
stroke bagi individu yang belum mempunyai faktor risiko. Pencegahan primordial
tentang bahaya rokok terhadap stroke dengan membuat selebaran atau poster yang
Selain itu, promosi kesehatan lain yang dapat dilakukan adalah program
bagi individu yang mempunyai faktor risiko dengan cara melaksanakan gaya hidup
aterosklerotik lainnya.
buah-buahan, ikan terutama ikan salem dan tuna, minimalkan junk food dan
beralih pada makanan tradisional yang rendah lemak dan gula, serealia dan
Pada tahap ini ditekankan pada pengobatan terhadap penderita stroke agar stroke
faktor resiko penyakit jantung (fibrilasi atrium, infark miokard akut, kelainan
trombosit kedua, diberikan bila pasien tidak tahan atau mempunyai kontra
c. Modifikasi gaya hidup dan faktor risiko stroke, misalnya mengkonsumsi obat
Tujuan pencegahan tersier adalah untuk mereka yang telah menderita stroke
agar kelumpuhan yang dialami tidak bertambah berat dan mengurangi ketergantungan
pada orang lain dalam melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari. Pencegahan tersier
dapat dilakukan dalam bentuk rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Rehabilitasi akan
diberikan oleh tim yang terdiri dari dokter, perawat, ahli fisioterapi, ahli terapi wicara
dan bahasa, ahli okupasional, petugas sosial dan peran serta keluarga.
a. Rehabilitasi Fisik
proses pemulihan secara fisik. Adapun terapi yang diberikan yaitu yang
b. Rehabilitasi Mental
tidak bahagia, murung dan depresi. Masalah emosional yang mereka alami
rehabilitasi. Oleh sebab itu, penderita perlu mendapatkan terapi mental dengan
c. Rehabilitasi Sosial
Pada rehabilitasi ini, petugas sosial berperan untuk membantu penderita stroke