You are on page 1of 19

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Kita ketahui bersama, bahwa di era post modern saat ini telah begitu banyak ditemukan

penemuan-penemuan baru dalam ilmu pengetahuan.Penemuan-penemuan tersebut dapat kita rasakan

hampir dalam segala bidang dan lingkungan di mana kita berada.Misalnya, keberadaan ilmu

teknologi yang semakin hari semakin canggih. Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui

sejumlah proses yang memakan waktu cukup relatif panjang. Hal ini (semakin pesatnya penemuan-

penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat terelakkan lagi, karena ia merupakan tuntutan

dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang

semakin tinggi dan beragam. Di dalam proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut maka diperlukan

yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai dengan keilmuannya,

karena itulah kami mengambil judul tersebut sebagai topik utama dalam makalah ini.

Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia, pastilah menuntut metode tertentu.Seperti

halnya dalam memperoleh pengetahuan.Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode

ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai metode.Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa

suatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode.Untuk memperoleh

pengetahuan, maka digunakanlah metode berfikir ilmiah.Namun tidak semua pengetahuan

didapatkan melalui metode ilmiah.

B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan metode ilmiah?

2. Apa yang dimaksud dengan metode penelitian?

3. Apa saja teknik penelitian?

4. Apa yang dimaksud dengan sikap ilmiah?


1
C. TujuanPenulisan Makalah

1. Untuk mengetahui apa yang dimaksud dengan metode ilmiah.

2. Untuk mengetahui bagaimana sejarah metode ilmiah.

3. Untuk mengetahui karakteristik ilmiah.

4. Untuk mengetahui macam-macam sikap ilmiah.

5. Untuk mengetahui fungsi dari metode.

2
BAB II

PEMBAHASAN

I. Pengertian Metode Ilmiah

Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan

bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan

fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika

suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.

Unsur utama metode ilmiah adalah pengulangan empat langkah berikut:

1. Karakterisasi (pengamatan dan pengukuran)

2. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)

3. Prediksi (deduksi logis dari hipotesis)

4. Eksperimen (pengujian atas semua hal di atas)

Karakteristik Metode Ilmiah

Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses

karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti.

Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan-pengamatan yang

dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat

dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia.

Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam table. Digambarkan dalam bentuk grafik atau

dipetakan dan diproses dengan penghitungan statistika seperti korelasi dan regresi.

Umumnya terdapat empat karakteristik penelitian ilmiah :

1. Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan

kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.

2. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik.

Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal yaitu logika. Prosedur

penalaran yang dipakai bias dengan prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum
3
dari berbagai kasus individual (khusus), atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan

yang bersifat khusus dari pernyataan yang bersifat umum.

3. Empirik. Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang ditemukan atau

melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan empirik ada tiga yaitu :

a). Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu

sama lain).

b). Hal-hal empirik selalu berubah-ubah sesuai dengan waktu.

c). Hal-hal empirik tidak bisa secara kebetulan,melainkan ada penyebabnya.

4. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali oleh peneliti lain dan

harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar

bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variable menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.

Langkah-Langkah Metode Ilmiah

Langkah-langkah pada metode ilmiah antara lain:

1. Memilih dan mendefinisikan masalah

2. Survey terhadap data yang tersedia

3. Memformulasikan hipotesa

4. Membangun kerangka analisa serta alat-alat dalam menguji hipotesa

5. Mengumpulkan data primer

6. Mengolah, menganalisa serta membuat interpretasi

7. Membuat generalisasi dan kesimpulan

8. Membuat laporan

Pelaksanaan metode ini meliputi enam tahap, yaitu :

1. Merumuskan masalah.

2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan

masalah. Sering juga disebut mengkaji teori atau kajian pustaka.

4
3. Menyusun hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara yang berdasarkan data atau

keterangan yang diperoleh selama observasi atau telaah pustaka.

4. Menguji hipotesis dengan melakukan percobaan atau penelitian.

5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistic untuk menghasilkan

kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidk dipengaruhi

subyektifitas ilmuwan peneliti dan universal.

6. Menguji kesimpulan untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan dan

perlu juga dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji mendukung hipotesis, maka hipotesis itu bias menjadi

kaidah (hukum) dan bahkan menjadi teori.

II. METODE PENELITIAN

Secara etimologi penelitian berasal dari bahasa inggris research, re berarti kembali

dan search mencari. Dengan demikian research berarti mencari kembali. Pada hakikatnya peneltian adalah

suatu kegiatan untuk memperoleh kebenaran mengenai sesuatu masalah dengan menggunakan metode

ilmiah[1]. Menurut Yoseph (1979) penelitian adalah art and science guna mencari jawaban terhadap suatu

permasalahan karena seni dan ilmiah maka penelitian akan memberikan ruang-ruang yang akan

mengakomudasi adanya perbedaan tentang apa yang dimaksud dengan penelitian. Sedangkan menurut

Kerlinger (1986), penelitian dapat pula diartikan sebagai cara pengamatan dan mempunyai tujuan untuk

mencari jawaban permasalahan atau proses penemuan

Tentang istilah penelitian ada banyak pula para ahli lain yang mengemukakan pendapatnya, seperti:

1. David H Penny

Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya

memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta

2. J. Suprapto

Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk

memperoleh fakta-fakta atau prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati, serta sistematis

5
3. Mohammad Ali

Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-

bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh

pemecahannya.

Selain itu penelitian juga dapat didefinisikan sebagai berikut:

1. Suatu usaha untuk mengumpulkan, mencatat dan menganalisa sesuatu masalah.

2. Suatu penyelidikan secara sistematis, atau dengan giat dan berdasarkan ilmu pengetahuan mengenai

sifat-sifat daripada kejadian atau keadaan-keadaan dengan maksud untuk menetapkan faktor-faktor pokok

atau menemukan paham-paham baru dalam mengembangkan metode-metode baru.

3. Penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau

prinsip-prinsip dengan sabar, hati-hati serta sistematis.

4. Usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan

menggunakan metode-metode ilmiah. Pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang

pemecahannya memerlukan pengumpulan dan penafsiran fakta-fakta.

Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan untuk mendapakan

fakta-fakta baru atau mengembangkan fakta-fakta yang sudah ada dengan sangat sistematis.

TUJUAN PENELITIAN

Tujuan penelitian secara umum ialah:

1. Untuk memperoleh informasi baru

Penelitian biasanya akan berhubungan dengan informasi atau data yang masih baru jika dilihat dari

aspek penelitinya. Apabila fakta tersebut baru diungkap dan disusun secara sistematis oleh seorang peneliti

pada saat itu maka dapat dikatakan bahwa data peneliti tersebut dikatakan data baru.

2. Untuk mengembangkan dan menjelaskan

Dengan melakukan pengembangan dan usaha menjelaskan melalui teori yang di dukung fakta-fakta

penunjang yang ada, peneliti akan dapat sampai pada pemberian pernyataan sementara yang disebut dengan

hipotesis penelitian.
6
3. Untuk menerangkan, memprediksi dan mengontrol suatu ubahan

Penelitian dapat menerangkan keterkaitan variabel yang ada. Dapat memprediksi apa yang terjadi

diantara variabel dan bahkan mengontrol peneliti untuk memperoleh sesuatu yang bermanfaat[5].

Tujuan penelitian secara khusus adalah:

1. Mendeskripsikan fenomena

Tujuan penelitian yaitu memperoleh pengeahuan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu

fenomena yaitu: nama, klasifikasi, sifat, ciri-ciri khasnya dari fenomena tersebut.

2. Menjelaskan hubungan

Peneltian berusaha untuk menjelaskan hubungan antara fenomena terutama hubungan sebab akibat

3. Meramalkan fenomena yang akan terjadi

Penjelaskan hubungan sebab akibat sangat berguna untuk membuat generalisasi yang berlaku bagi

fenomena yang ada pada saat sekarang maupun yang akan terjadi dan bisa juga untuk menguji kebenaran yang

telah ada.

4. Mengendalikan fenomena

Penelitian dapat digunakan untuk mengendalikan fenomena yang membahayakan kehidupan manusia

seperti kebakaran, banjir dan berbagai macam penyakit

III. TEKNIK PENELITIAN

Tehnik Pengumpulan Data dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah melalui angket,

wawancara, observasi, studi dokumentasi, studi kepustakaan, dan lain sebagainya.

1. Angket

Angket (self-administered questionnaire) adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau

mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan

tanggapan (respons) terhadap pertanyaanpertanyaan yang diajukan. Teknik angket memiliki kekurangan dan

kelebihan tersendiri.

Kelebihannya adalah:
7
 dapat menjangkau sampel dalam jumlah yang besar,

 biaya yang diperlukan relatif murah, dan

 tidak terlalu mengganggu responden karena pengisiannya ditentukan oleh responden sendiri

sesuai dengan keluangan waktunya.

Adapun kekurangannya adalah:

 jika dikirimkan melalui pos, maka persentasi yang dikembalikan relatif rendah,

 tidak dapat dipergunakan kepada responden yang tidak bisa membaca atau menulis, dan

 pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam angket dapat ditafsirkan secara salah dan tidak ada

kesempatan untuk mendapat penjelasan.

2. Wawancara

Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh

pewawancara/pengumpul data kepada responden selanjutnya jawaban-jawaban responden dicatat atau

direkam.

Kelebihan teknik wawancara adalah:

 dapat dipergunakan kepada responden yang tidak menguasai baca-tulis, termasuk anak-anak,

 jika terdapat pertanyaan yang sulit dipahami pewawancara dapat memberikan penjelasan

seperlunya, dan

 dapat mengecek kebenaran jawaban responden dengan mengajukan pertanyaan pembanding

atau dengan melihat ekspresi wajah serta gerak-gerik responden.

Sedangkan kekurangan teknik wawancara adalah:

 memerlukan biaya yang cukup besar untuk perjalanan dan ongkos pengumpul data,

 hanya dapat menjangkau responden yang bersifat terbatas, dan

 kehadiran pewawancara mungkin akan mengganggu responden.

8
3. Observasi

Observasi merupakan suatu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan. Dalam kegiatan

pengamatan, observer (pengamat) belum mengajukan pertanyaanpertanyaan khusus yang terkait dengan

masalah penelitian.

Kelebihan observasi adalah:

 data yang diperoleh merupakan data yang segar karena langsung diamati dari subjek pada saat

terjadinya tingkah laku, dan

 keabsahan alat ukur dapat diketahui secara langsung.

Sedangkan kelemahannya adalah:

 untuk memperoleh data yang diharapkan pengamat harus menunggu dan mengamati sampai tingkah

laku yang diharapkan benar-benar terjadi,

 tidak semua tingkah laku yang diamati relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian, dan

 beberapa tingkah laku, seperti tingkah laku kriminal atau yang bersifat pribadi, sukar diamati dan

bahkan bisa membahayakan observer (pengamat).

4. Kajian Kepustakaan

Kajian kepustakaan merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri dan menelaah teoriteori yang

terdapat di perpustakaan. Kegiatan kajian kepustakaan menuntut kejelian, ketekunan, dan ketelitian peneliti.

Dalam kegiatan kepustakaan tersebut seorang peneliti akan melakukan:

 menggali lebih dalam beberapa informasi dan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah yang

sedang diteliti,

 mencari metode dan teknik pengumpulan data, teknis analisis data, dan sebagainya,

 mendapatkan pandangan yang lebih luas tentang masalah yang sedang diteliti, dan

 menghindarkan diri dari duplikasi (plagiat) yang tidak dikehendaki.

5. Studi Dokumentasi

Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek

penelitian, melainkan kepada dokumen-dokumen tertentu. Terdapat dua macam dokumen, yakni dokumen

primer dan dokumen sekunder. Dokumen primer merupakan yang ditulis oleh orang yang secara langsung
9
mengalami suatu peristiwa. Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis oleh orang lain yang mendapat

cerita dari pelaku peristiwa.

Kelebihan studi dokumentasi adalah:

 memberikan jalan untuk meneliti subjek penelitian yang sulit dijangkau,

 data yang diterima lebih objektif karena tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti,

 memberikan cara yang lebih baik untuk meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu

 memungkinkan untuk mengambil sampel yang lebih besar.

Sedangkan kelemahan studi dokumentasi adalah:

 data yang diteliti memungkinkan terjadinya bias karena data yang tersedia kemungkinan tidak

lengkap atau bahkan berlebihan,

 tidak setiap orang menyimpan dokumen dengan baik, dan

 sulit untuk mengumpulkan dan sekaligus memberikan kode terhadap data sehubungan dengan format

penulisan dokumen yang bermacam-macam.

Masih terdapat beberapa teknik pengumpulan data lain yang dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data,

seperti analisis isi dan tes proyeksi. Menurut Atherton dan Klemmack, analisis isi (content analysis)

merupakan studi tentang arti komunikasi verbal. Bahan yang dipelajari dapat berupa bahan yang diucapkan

atau bahan yang ditulis.

Teknik analisis isi sering dipergunakan untuk meneliti sikap para tokoh terhadap suatu kasus, yakni dengan

mempelajari beberapa artikel, naskah pidato, buku harian, catatan kasus, dan lain sebagainya. dalam analisis

isi, peneliti dapat mengklasifikasikan kata-kata yang menyatakan persetujuan maupun kata-kata yang

menyatakan ketidaksetujuan yang ditunjukkan oleh tokoh tertentu terhadap suatu kasus. Misalnya: Sikap

pimpinan partai politik X terhadap kinerja kabinet pembangunan Y.

Tes proyeksi (projective test) dilaksanakan oleh peneliti berdasarkan atas anggapan bahwa apa yang

dilakukan oleh subjek dengan bahan tes tertentu akan dapat mengungkapkan sesuatu tentang diri subjek

tersebut. Tes proyeksi dilakukan terhadap responden yang sulit atau tidak bersedia untuk mengungkapkan

sesuatu yang dianggap merupakan data penting dalam kegiatan penelitian.

10
Tes proyeksi pada umumnya digunakan untuk mengungkapkan sikap, keyakinan, pandangan,

pendapat, dan lain sebagainya dengan cara subjek diminta untuk mengidentifikasikan gambar-gambar atau

bentuk-bentuk tertentu, kemudian subjek diminta untuk membuat cerita untuk setiap gambar atau bentuk yang

dilihatnya. Tes proyeksi hanya dapat dilakukan oleh seorang peneliti yang memiliki keahlian tertentu. Selain

itu, validitas tes proyeksi sangat sulit untuk ditetapkan.

IV. SIKAP ILMIAH

Sikap Ilmiah adalah suatu sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar yang tidak

mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga keterbukaan. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada

pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah untuk dapat melalui

proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula. Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga

komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan

dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum

dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau

bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.

Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan

kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau

berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Salah satu

aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung

dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah:

1. Jujur

Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu degan sesungguhnya dan apa adanya,

tidak di tambahi ataupun tidak dikurangi. Sifat jujur ini harus dimiliki oleh setiap manusia, karena sifat

dan sikap ini merupakan prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan

dari kepribadian seseorang bahkan kepribadian bangsa. Oleh sebab itulah kejujuran bernilai tinggi dalam

kehidupan manusia. Kejujuran banyak dicontohkan langsung oleh Rasulullah. Dapat kita ambil

keteladanan dari Rasul kita Nabi Muhammad saw. Yang memiliki sifat wajib bagi Rasul, salah satunya
11
“amanat” yang berarti dapat dipercaya. Mengapa dapat dipercaya ? Jawabannya karena kejujuran. Amanat

berarti kepercayaan, orang yang dipercaya tidak pantas untuk melakukan kebohongan. Kejujuran adalah

bekal bagi kita untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Jika seseorang telah memiliki kejujuran

maka sesuatu yang wajar jika bila orang tersebut dapat dipercaya, diberi amanat , oleh orang banyak. Dan

amanat itu sendiri akan disampaikan kepada yang berhak menerimanya, bukan kepada orang yang tidak

berhak menerimanya. Orang yang jujur jugalah yang akan tenang dalam menjalani hidup di dunia yang

fana ini. Betapa hancurnya dunia akan sangat terasa apabila mayoritas orang-orang yang jujur sangat

sedikit.

2)Terbuka

Seseorang mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas dari praduga. Ia menyakini bahwa prasangka,

kebencian baik pribadi maupun golongan Ia tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah

pikirannya atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha mengetahui kebenaran tentang alam, materi,

moral, politik, ekonomi, dan tentang hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan

menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak, jadi ia terbuka akan

pendapat orang lain.

3. Toleran

Seseorang tidak merasa bahwa dirinya paling benar, bahkan ia bersedia mengakui bahwa oprang lain

mungkin lebih benar. Dalam menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain,

membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, ia memiliki tenggang rasa atau sikap toleran

yang tinggi, jauih dari sikap angkuh. Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak

menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang

lain lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk sosial dan akan

menciptakan adanya kerukunan hidup. Dan cara memelihara toleransi, antara lain:

 Ciptakan kenyamanan

 Kenailah intoleransi ketika anak terbuka terhadapnya

 Menolak sikap intoleransi yang dilakukan anak


12
 Dukung anak anda ketika mereka korban dari sikap intoleransi

 Bantu perkembangan sebuah pengalaman yang sehatdan identitas kelompok

 Tampilkan barang-barang pajangan yang mengandung unsure perbedaaan budaya di rumah anda

 Beri kesempatan pada anak-anak untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dengan

mereka

 Dorong anak-anak untuk mendatangi sumber-sumber yang ada di lingkungan sekitar

 Jujurlah terhadap perbedaan-perbedaan

 Berikan contoh pada orang lain

4. Skeptis

Skeptis adalah sikap kehati-hatian dan kritis dalam memperoleh informasi, tidak sinis tetapi meragukan

kebenaran informasi sebelum teruji yang didukung oleh data fakta yang kuat sehingga dalam membuat

pernyataan, keputusan atau kesimpulan tidak keliru.

Seseorang mencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, dan skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-

bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data

yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-

bukti yang kuat. Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh orang yang berniat memecahkan masalah.

Bila ia tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia peroleh, mungkin ada informasi yang salah hingga

menimbulkan akibat suatu kesimpulan yang salah. Karena itu, setiap informasi perlu diuji kebenarannya.

Kata apatis diartikan sebagai sikap acuh tidak acuh; tidak peduli; masa bodoh. Lalu pertanyaannya apa

bedanya dengan skeptis? Sepintas keduanya memiliki kesamaan arti dan maksud dimana skeptis berarti

sikap curiga, tidak mudah percaya, dan bersikap hati-hati atas tindakan orang lain. Orang menjadi acuh

tak acuh dan tidak peduli karena ia terlanjur tidak percaya. Kehati-hatian dan curiga akhirnya menjadi

sikap dasar seseorang. Bagaimanakah sikap apatis dan skeptis dipadukan sehingga menajdi dan

menghasilkan sebuah sikap yang kreatifa dan bersifat konstrukstif. Sikap apatis dan skeptis itu ada dan

selalu mewarnai hidup manusia modern sekarang ini. Bahkan ada yang mengkampenyekannya secara

terbuka dengan berbagai produk undang-undang tentang hak asasi manusia dan kebebasan. Orang

seharusnya apatis dengan sesuatu yang bukan merupakan persoalan dan ruang tanggungjawabnya.
13
Sebagai contoh aparat pemerintah negara seharusnya apatis dan tidak boleh mencampuri urusan pribadi

seseorang seperti soal kehidupan iman dan moral. Atau seorang pemimpin agama tidak berhak untuk

memasukkan ayat-ayat kitab sucinya dalam sebuah undang-undang atau peraturan daerah tertentu.

Singkatnya orang harus apatis untuk sesuatu yang bukan merupakan wewenang dan tanggungjawabnya.

Selain itu orang harus bersikap skeptis untuk berbagai hal. Segala sesuatu harus dipertanyakan, diminta

klarifikasi dan penjelasan yang akurat. Dengan bersikap skeptis kita dapat menemukan titik terang,

kepastian dan kebenaran. Walau demikian kita tidak bisa selamanya hidup dalam sikap apatis dan skeptis.

Konteks kapan dan dimana kita berada hendaknya menjadi bahan pertimbangan

5. Optimis

Optimis adalah berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu, tidak putus asa, dan ia selalu

berkata“ Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba mengerjakannya” . Seorang yang memiliki

kecerdasan optimis akan memiliki rasa humor yang tinggi.

Sikap optimisme berarti sikap yakin adanya kehidupan yang lebih baik dan keyakinan itu kita jadikan

sebagai bekal untuk meraih hasil yang lebih baik. Kita kadang punya optimisme yang besar dan padam

detik selanjutnya langsung punya sikap pesimis. Sebenarnya, untuk membedakan antara sikap optimis

dengan pesimis itu tergantung bagaimana cara kita memandangnya. Karena tergantung kepada cara kita

memandang maka itu berarti yang berperan adalah diri kita sendiri dalam memilih dan menentukan

kehidupan kita. Jika kita mempunyai keinginan dan tujuan yang sangat besar dan juga mempunyai

persiapan dan pengetahuan yang diperlukan, ditambah dengan rasa optimis dan percaya diri. Maka segala

tujuan kita pasti akan cepat tercapai/terwujud.

Bahwasanya percaya diri dan optimisme itu saling terkait satu sama lain. Sebab, percaya diri tanpa ada

optimisme tidak akan pernah ada artinya, karena sikap optimis merupakan daya yang besar untuk

mendorong apa yang kita pikirkan dan lakukan. Dan percaya diri itu sangat membutuhkan sikap optimis.

Bayangkan, kita tidak akan pernah merealisasikan suatu pekerjaan yang kita inginkan jika kita tidak

mempunyai rasa optimis untuk mampu mengerjakannya. Kalau sudah punya rasa optimis, tentu dengan

sendirinya kita akan mempunyai sikap percaya diri yang sangat besar untuk mewujudkan apa yang kita

14
inginkan. Jadi, sudah sangat jelas bahwa rasa percaya diri dan juga optimisme itu sangat penting dalam

menapaki jalan kesuksesan bagi siapa pun dan dalam kondisi apapun.

6. Pemberani

Seseorang harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi ketidak benaran, kepura-puraan, penipuan,

kemunafikan, dan kebathilan yang akan menghambat kemajuan. Sikap keberanian ini banyak dicontohkan

oleh para ilmuan seperti Copernicus, Galilleo, Socrates, Bruno yang telah banyak dikenal orang.

Copernicus dan Galilleo diasingkan oleh penguasa karena dengan berani menentang konsep Bumi sebagai

pusat tata surya, matahari dan benda lainnya berputar mengelilingi bumi (geosentris). Dan ia

mendeklarasikan justru mataharilah yang menjadi pusat tata surya bumi dan planet lainnya berputar

mengitari matahari (Heliosentris), Socrates memilih mati minum racun daripada harus mengakui sesuatu

yang salah. Bruno tidak takut dihukum mati dengan cara dibakar demi mempertahankan kebenaran.

Kisah keberanian ilmuan yang cukup menarik dan menjadi tauladan adalah kisah Prof. Peabody,

memberikan kuliah terahir tentang “Perawatan Orang Sakit” Kuliah ini sangat jelas, penuh rasa kasih

sayang dan belas kasih, saat memberikan kuliah saat itu berumur 46 tahun, segar dan bugar, fasih dalam

menyampaikan materi kuliahnya. Tetapi dibalik ketenangannya itu Peabody mengidap penyakit kanker

ganas yang telah diderita, ditekuni , diteliti dan dipahami secara seksama secara medis mengenai setiap

gejala kanker yang dideritanya. Sehari sebelum meninggal dunia ia menulis sendiri laporan penyakitnya

dengan harapan dapat dijadikan bahan penelitian pengobatan lebih lanjut. Kisah yang sama juga dilakukan

oleh Marry Cury seorang fisikawan, kimiawan yang berhasil menemukan zat radio aktif, bertahun-tahun

ia menekuni dan meneliti zat radioaktif dengan harapan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia,

dengan perlahan radiasi unsure tersebut merambah kedalam tubuh Marry Cury dan ia tahu sehingga

mengindap penyakit kanker, dalam setiap kuliahnya menjelaskan tentang radioaktif tidak pernah

menunjukan ketakutan dan bahaya radiasinya dan itu terus dirahasiahkan hingga ia menjelaskan sendiri

pada saat-saat ajalnya tiba.

15
7. Kreatif

Seseorang dalam mengembangkan ilmunya harus menpunyai sikap kreatif yang berfokus pada proses

berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif dan berkemampuan untuk

menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Sifat-sifat yang tersebut di atas menunjukkan kepada

kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang yang hendak menumbuhkan sikap ilmiah pada

dirinya. Tidak seorang pun dilahirkan dengan memiliki sikap ilmiah. Mereka yang telah memperoleh

sikap itu telah berbuat dengan usaha yang sungguh-sungguh.

16
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Dari segi bahasa metode berasal dari dua pekataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti ”melalui”

dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang

harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.Ilmiah “scientific”, artinya berdasarkan ilmu pengetahuan.

Ilmiah adalah bentuk kata sifat dari ilmu. Dengan demikian, ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘Alima,

artiya tahu. Bahasa Inggrisnya yaituscience yang artinya juga tahu. Jadi baik ilmu

maupun science menurut etimooginya berarti “pengetahuan”. Jadi metode ilmiah adalah prosedur

dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Dan ilmu didapat dari metode ilmiah. Tidak

semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab pengetahuan yang disebut ilmu apabila pengetahuan

tersebut bersifat rasional dan empiris dan telah mendapatkan uji kelayakan.

2. Sejarah Metode Ilmiah yakni Pada zaman pra Socrates terdapat dua kaum yang berbeda dalam

mencari suatu kebenaran terhadap realitas. Ia adalah kaum Rasionalis dan kaum Empirik, dua kaum

ini mempunyai keunikan untuk mencapai suatu kebenaran dalam mengidentifikasi sebuah realitas.

Kaum rasionalis dalam mencari suatu kebenaran menggunakan daya nalar atau rasio, dan kaum ini

lebih berkonsentrasi kepada disiplin pemikiran dalam menentukan suatu kebenaran, bahkan sebagian

yang berpegang teguh pada cara berpikir apriori tidak terlalu percaya dengan panca indera karena

baginya panca indera dapat menipu dalam menelaah suatu kebenaran sebuah objek yang sedang

diidentifikasinya. Maka kaum ini cara berpikirnya menggunakan metode deduksi (menelaah dari

umum ke khusus).

3. Umumnya terdapat empat karakteristik penelitian ilmiah :

a. Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk

mengidentifikasi masalah dan menentukan metode untuk pemecahan masalah.

b. Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara

rasional berdasarkan bukti-bukti yang tersedia

c. Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi

yang sama pula.


17
d. Bersifat konseptual, artinya proses penelitian dijalankan dengan pengembangan konsep dan teori

agar hasilnya dapat dipertanggungjawabkan.

e. Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.

4. Macam-macam Sikap Ilmiah

a. Obyektivitas(berusaha meneliti sesuatu dengan sejujur-jujurnya)

b. Sikap serba relative (menemukan kebenaran yang tidak hanya satu)

c. Sikap spektif.

d. Kesabaran intelektual

e. Kesederhanaan

f. Sikap tidak memihak pada etik

5. Fungsi Metodesecara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik

mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam konteks lain

metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi

pengembangan disiplin suatu ilmu.

18
DAFTAR PUSTAKA

Nata, Abudin , Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997 ).

Syafaruddin, Filsafat IlmuMengembangkan Kreativitas dalam Proses Keilmuan (Bandung :

Citapustaka Media Perintis, 2008).

Nasution, Harun ,Falsafat Agama, ( Jakarta : Bulan BIntang, 1991).

http://abubassam19.blogspot.co.id/2014/03/ilmiah dalam sejarah metode.html ( dilihat 2 Mei 2016 ;

14: 34 WIB)

Baini,Sid.1996. Ringkasan Filsafat Ilmu ( Jakarta : Yayasan Piara, 1995 )

Djiwapradja, Dodong,Islam Filsafat dan Ilmu ( Bandung : PT Karya Nusantar,1984 ).

Husaini, Adian, Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam(Jakarta : Gema Insani,2013)

Adib, Mohammad, Filsafat Ilmu, ( Yogyakarta : Pustaka Pelajar, 2015)

Nasution ,Muhammad Syukri Abani ,1996. Ringkasan Filsafat Ilmu , Jakarta : Pustaka Media 1997 )

19

You might also like