Professional Documents
Culture Documents
PENDAHULUAN
Kita ketahui bersama, bahwa di era post modern saat ini telah begitu banyak ditemukan
hampir dalam segala bidang dan lingkungan di mana kita berada.Misalnya, keberadaan ilmu
teknologi yang semakin hari semakin canggih. Hasil penemuan baru tersebut tentunya melalui
sejumlah proses yang memakan waktu cukup relatif panjang. Hal ini (semakin pesatnya penemuan-
penemuan baru) merupakan suatu yang tidak dapat terelakkan lagi, karena ia merupakan tuntutan
dari keberadaan manusia itu sendiri, yakni keberadaan kebutuhan dan keinginan manusia yang
semakin tinggi dan beragam. Di dalam proses penelitian tentang suatu ilmu tersebut maka diperlukan
yang namanya metode ilmiah sebagai jalan untuk meraih hasil yang sesuai dengan keilmuannya,
karena itulah kami mengambil judul tersebut sebagai topik utama dalam makalah ini.
Pada dasarnya setiap objek yang ada di dunia, pastilah menuntut metode tertentu.Seperti
halnya dalam memperoleh pengetahuan.Suatu ilmu, mungkin membutuhkan lebih dari satu metode
ataupun dapat diselesaikan menurut berbagai metode.Akhirnya suatu pendapat mengatakan, bahwa
suatu memiliki berbagai segi yang menuntut penggunaan berbagai metode.Untuk memperoleh
B. Rumusan Masalah
2
BAB II
PEMBAHASAN
Metode ilmiah adalah proses keilmuan untuk memperoleh pengetahuan secara sistematis berdasarkan
bukti fisis. Ilmuwan melakukan pengamatan serta membentuk hipotesis dalam usahanya untuk menjelaskan
fenomena alam. Prediksi yang dibuat berdasarkan hipotesis tersebut diuji dengan melakukan eksperimen. Jika
suatu hipotesis lolos uji berkali-kali, hipotesis tersebut dapat menjadi suatu teori ilmiah.
2. Hipotesis (penjelasan teoretis yang merupakan dugaan atas hasil pengamatan dan pengukuran)
Metode ilmiah bergantung pada karakterisasi yang cermat atas subjek investigasi. Dalam proses
karakterisasi, ilmuwan mengidentifikasi sifat-sifat utama yang relevan yang dimiliki oleh subjek yang diteliti.
Selain itu, proses ini juga dapat melibatkan proses penentuan (definisi) dan pengamatan-pengamatan yang
dimaksud seringkali memerlukan pengukuran dan perhitungan yang cermat. Proses pengukuran dapat
dilakukan terhadap objek yang tidak dapat diakses atau dimanipulasi seperti bintang atau populasi manusia.
Hasil pengukuran secara ilmiah biasanya ditabulasikan dalam table. Digambarkan dalam bentuk grafik atau
dipetakan dan diproses dengan penghitungan statistika seperti korelasi dan regresi.
1. Sistematik. Berarti suatu penelitian harus disusun dan dilaksanakan secara berurutan sesuai pola dan
kaidah yang benar, dari yang mudah dan sederhana sampai yang kompleks.
2. Logis. Suatu penelitian dikatakan benar bila dapat diterima akal dan berdasarkan fakta empirik.
Pencarian kebenaran harus berlangsung menurut prosedur atau kaidah bekerjanya akal yaitu logika. Prosedur
penalaran yang dipakai bias dengan prosedur induktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan umum
3
dari berbagai kasus individual (khusus), atau prosedur deduktif yaitu cara berpikir untuk menarik kesimpulan
3. Empirik. Artinya suatu penelitian yang didasarkan pada pengalaman sehari-hari, yang ditemukan atau
melalui hasil coba-coba yang kemudian diangkat sebagai hasil penelitian. Landasan empirik ada tiga yaitu :
a). Hal-hal empirik selalu memiliki persamaan dan perbedaan (ada penggolongan atau perbandingan satu
sama lain).
4. Replikatif. Artinya suatu penelitian yang pernah dilakukan harus di uji kembali oleh peneliti lain dan
harus memberikan hasil yang sama bila dilakukan dengan metode, kriteria, dan kondisi yang sama. Agar
bersifat replikatif, penyusunan definisi operasional variable menjadi langkah penting bagi seorang peneliti.
3. Memformulasikan hipotesa
8. Membuat laporan
1. Merumuskan masalah.
2. Mengumpulkan keterangan, yaitu segala informasi yang mengarah dan dekat pada pemecahan
4
3. Menyusun hipotesis yang merupakan kesimpulan sementara yang berdasarkan data atau
5. Mengolah data (hasil) percobaan dengan menggunakan metode statistic untuk menghasilkan
kesimpulan. Hasil penelitian dengan metode ini adalah data yang objektif, tidk dipengaruhi
6. Menguji kesimpulan untuk meyakinkan kebenaran hipotesis melalui hasil percobaan dan
perlu juga dilakukan uji ulang. Apabila hasil uji mendukung hipotesis, maka hipotesis itu bias menjadi
Secara etimologi penelitian berasal dari bahasa inggris research, re berarti kembali
dan search mencari. Dengan demikian research berarti mencari kembali. Pada hakikatnya peneltian adalah
suatu kegiatan untuk memperoleh kebenaran mengenai sesuatu masalah dengan menggunakan metode
ilmiah[1]. Menurut Yoseph (1979) penelitian adalah art and science guna mencari jawaban terhadap suatu
permasalahan karena seni dan ilmiah maka penelitian akan memberikan ruang-ruang yang akan
mengakomudasi adanya perbedaan tentang apa yang dimaksud dengan penelitian. Sedangkan menurut
Kerlinger (1986), penelitian dapat pula diartikan sebagai cara pengamatan dan mempunyai tujuan untuk
Tentang istilah penelitian ada banyak pula para ahli lain yang mengemukakan pendapatnya, seperti:
1. David H Penny
Penelitian adalah pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang pemecahannya
2. J. Suprapto
Penelitian adalah penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk
5
3. Mohammad Ali
Penelitian adalah suatu cara untuk memahami sesuatu melalui penyelidikan atau usaha mencari bukti-
bukti yang muncul sehubungan dengan masalah itu, yang dilakukan secara hati-hati sekali sehingga diperoleh
pemecahannya.
2. Suatu penyelidikan secara sistematis, atau dengan giat dan berdasarkan ilmu pengetahuan mengenai
sifat-sifat daripada kejadian atau keadaan-keadaan dengan maksud untuk menetapkan faktor-faktor pokok
3. Penyelidikan dari suatu bidang ilmu pengetahuan yang dijalankan untuk memperoleh fakta-fakta atau
4. Usaha untuk menemukan, mengembangkan dan menguji kebenaran suatu pengetahuan dengan
menggunakan metode-metode ilmiah. Pemikiran yang sistematis mengenai berbagai jenis masalah yang
Jadi dapat disimpulkan bahwa penelitian adalah usaha seseorang yang dilakukan untuk mendapakan
fakta-fakta baru atau mengembangkan fakta-fakta yang sudah ada dengan sangat sistematis.
TUJUAN PENELITIAN
Penelitian biasanya akan berhubungan dengan informasi atau data yang masih baru jika dilihat dari
aspek penelitinya. Apabila fakta tersebut baru diungkap dan disusun secara sistematis oleh seorang peneliti
pada saat itu maka dapat dikatakan bahwa data peneliti tersebut dikatakan data baru.
Dengan melakukan pengembangan dan usaha menjelaskan melalui teori yang di dukung fakta-fakta
penunjang yang ada, peneliti akan dapat sampai pada pemberian pernyataan sementara yang disebut dengan
hipotesis penelitian.
6
3. Untuk menerangkan, memprediksi dan mengontrol suatu ubahan
Penelitian dapat menerangkan keterkaitan variabel yang ada. Dapat memprediksi apa yang terjadi
diantara variabel dan bahkan mengontrol peneliti untuk memperoleh sesuatu yang bermanfaat[5].
1. Mendeskripsikan fenomena
Tujuan penelitian yaitu memperoleh pengeahuan yang dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu
fenomena yaitu: nama, klasifikasi, sifat, ciri-ciri khasnya dari fenomena tersebut.
2. Menjelaskan hubungan
Peneltian berusaha untuk menjelaskan hubungan antara fenomena terutama hubungan sebab akibat
Penjelaskan hubungan sebab akibat sangat berguna untuk membuat generalisasi yang berlaku bagi
fenomena yang ada pada saat sekarang maupun yang akan terjadi dan bisa juga untuk menguji kebenaran yang
telah ada.
4. Mengendalikan fenomena
Penelitian dapat digunakan untuk mengendalikan fenomena yang membahayakan kehidupan manusia
Tehnik Pengumpulan Data dapat dilakukan dengan berbagai cara, antara lain adalah melalui angket,
1. Angket
Angket (self-administered questionnaire) adalah teknik pengumpulan data dengan menyerahkan atau
mengirimkan daftar pertanyaan untuk diisi sendiri oleh responden. Responden adalah orang yang memberikan
tanggapan (respons) terhadap pertanyaanpertanyaan yang diajukan. Teknik angket memiliki kekurangan dan
kelebihan tersendiri.
Kelebihannya adalah:
7
dapat menjangkau sampel dalam jumlah yang besar,
tidak terlalu mengganggu responden karena pengisiannya ditentukan oleh responden sendiri
jika dikirimkan melalui pos, maka persentasi yang dikembalikan relatif rendah,
tidak dapat dipergunakan kepada responden yang tidak bisa membaca atau menulis, dan
pertanyaan-pertanyaan yang ada di dalam angket dapat ditafsirkan secara salah dan tidak ada
2. Wawancara
Wawancara (interview) adalah pengumpulan data dengan mengajukan pertanyaan secara langsung oleh
direkam.
dapat dipergunakan kepada responden yang tidak menguasai baca-tulis, termasuk anak-anak,
jika terdapat pertanyaan yang sulit dipahami pewawancara dapat memberikan penjelasan
seperlunya, dan
memerlukan biaya yang cukup besar untuk perjalanan dan ongkos pengumpul data,
8
3. Observasi
Observasi merupakan suatu pengamatan dengan menggunakan indera penglihatan. Dalam kegiatan
pengamatan, observer (pengamat) belum mengajukan pertanyaanpertanyaan khusus yang terkait dengan
masalah penelitian.
data yang diperoleh merupakan data yang segar karena langsung diamati dari subjek pada saat
untuk memperoleh data yang diharapkan pengamat harus menunggu dan mengamati sampai tingkah
tidak semua tingkah laku yang diamati relevan dengan masalah yang diangkat dalam penelitian, dan
beberapa tingkah laku, seperti tingkah laku kriminal atau yang bersifat pribadi, sukar diamati dan
4. Kajian Kepustakaan
Kajian kepustakaan merupakan suatu kegiatan untuk menelusuri dan menelaah teoriteori yang
terdapat di perpustakaan. Kegiatan kajian kepustakaan menuntut kejelian, ketekunan, dan ketelitian peneliti.
menggali lebih dalam beberapa informasi dan beberapa teori yang berkaitan dengan masalah yang
sedang diteliti,
mencari metode dan teknik pengumpulan data, teknis analisis data, dan sebagainya,
mendapatkan pandangan yang lebih luas tentang masalah yang sedang diteliti, dan
5. Studi Dokumentasi
Studi dokumentasi merupakan teknik pengumpulan data yang tidak langsung ditujukan kepada subjek
penelitian, melainkan kepada dokumen-dokumen tertentu. Terdapat dua macam dokumen, yakni dokumen
primer dan dokumen sekunder. Dokumen primer merupakan yang ditulis oleh orang yang secara langsung
9
mengalami suatu peristiwa. Dokumen sekunder adalah dokumen yang ditulis oleh orang lain yang mendapat
data yang diterima lebih objektif karena tidak terpengaruh oleh kehadiran peneliti,
memberikan cara yang lebih baik untuk meneliti peristiwa-peristiwa yang telah berlalu
data yang diteliti memungkinkan terjadinya bias karena data yang tersedia kemungkinan tidak
sulit untuk mengumpulkan dan sekaligus memberikan kode terhadap data sehubungan dengan format
Masih terdapat beberapa teknik pengumpulan data lain yang dapat dipergunakan untuk mengumpulkan data,
seperti analisis isi dan tes proyeksi. Menurut Atherton dan Klemmack, analisis isi (content analysis)
merupakan studi tentang arti komunikasi verbal. Bahan yang dipelajari dapat berupa bahan yang diucapkan
Teknik analisis isi sering dipergunakan untuk meneliti sikap para tokoh terhadap suatu kasus, yakni dengan
mempelajari beberapa artikel, naskah pidato, buku harian, catatan kasus, dan lain sebagainya. dalam analisis
isi, peneliti dapat mengklasifikasikan kata-kata yang menyatakan persetujuan maupun kata-kata yang
menyatakan ketidaksetujuan yang ditunjukkan oleh tokoh tertentu terhadap suatu kasus. Misalnya: Sikap
Tes proyeksi (projective test) dilaksanakan oleh peneliti berdasarkan atas anggapan bahwa apa yang
dilakukan oleh subjek dengan bahan tes tertentu akan dapat mengungkapkan sesuatu tentang diri subjek
tersebut. Tes proyeksi dilakukan terhadap responden yang sulit atau tidak bersedia untuk mengungkapkan
10
Tes proyeksi pada umumnya digunakan untuk mengungkapkan sikap, keyakinan, pandangan,
pendapat, dan lain sebagainya dengan cara subjek diminta untuk mengidentifikasikan gambar-gambar atau
bentuk-bentuk tertentu, kemudian subjek diminta untuk membuat cerita untuk setiap gambar atau bentuk yang
dilihatnya. Tes proyeksi hanya dapat dilakukan oleh seorang peneliti yang memiliki keahlian tertentu. Selain
Sikap Ilmiah adalah suatu sikap yang menerima pendapat orang lain dengan baik dan benar yang tidak
mengenal putus asa serta dengan ketekunan juga keterbukaan. Sikap ilmiah merupakan sikap yang harus ada
pada diri seorang ilmuwan atau akademisi ketika menghadapi persoalan-persoalan ilmiah untuk dapat melalui
proses penelitian yang baik dan hasil yang baik pula. Rumusan di atas diartikan bahwa sikap mengandung tiga
komponen yaitu komponen kognitif, komponen afektif dan komponen tingkah laku. Sikap selalu berkenaan
dengan suatu obyek dan sikap terhadap obyek ini disertai dengan perasaan positif atau negatif. Secara umum
dapat disimpulkan bahwa sikap adalah suatu kesiapan yang senantiasa cenderung untuk berprilaku atau
bereaksi dengan cara tertentu bilamana diperhadapkan dengan suatu masalah atau obyek.
Sikap ilmiah pada dasarnya adalah sikap yang diperlihatkan oleh para Ilmuwan saat mereka melakukan
kegiatan sebagai seorang ilmuwan. Dengan perkataan lain kecendrungan individu untuk bertindak atau
berprilaku dalam memecahkan suatu masalah secara sistematis melalui langkah-langkah ilmiah. Salah satu
aspek tujuan dalam mempelajari ilmu alamiah adalah pembentukan sikap ilmiah. Orang yang berkecimpung
dalam ilmu alamiah akan terbentuk sikap ilmiah yang antara lain adalah:
1. Jujur
Jujur adalah sikap atau sifat seseorang yang menyatakan sesuatu degan sesungguhnya dan apa adanya,
tidak di tambahi ataupun tidak dikurangi. Sifat jujur ini harus dimiliki oleh setiap manusia, karena sifat
dan sikap ini merupakan prinsip dasar dari cerminan akhlak seseorang. Jujur juga dapat menjadi cerminan
dari kepribadian seseorang bahkan kepribadian bangsa. Oleh sebab itulah kejujuran bernilai tinggi dalam
kehidupan manusia. Kejujuran banyak dicontohkan langsung oleh Rasulullah. Dapat kita ambil
keteladanan dari Rasul kita Nabi Muhammad saw. Yang memiliki sifat wajib bagi Rasul, salah satunya
11
“amanat” yang berarti dapat dipercaya. Mengapa dapat dipercaya ? Jawabannya karena kejujuran. Amanat
berarti kepercayaan, orang yang dipercaya tidak pantas untuk melakukan kebohongan. Kejujuran adalah
bekal bagi kita untuk mendapatkan kepercayaan dari orang lain. Jika seseorang telah memiliki kejujuran
maka sesuatu yang wajar jika bila orang tersebut dapat dipercaya, diberi amanat , oleh orang banyak. Dan
amanat itu sendiri akan disampaikan kepada yang berhak menerimanya, bukan kepada orang yang tidak
berhak menerimanya. Orang yang jujur jugalah yang akan tenang dalam menjalani hidup di dunia yang
fana ini. Betapa hancurnya dunia akan sangat terasa apabila mayoritas orang-orang yang jujur sangat
sedikit.
2)Terbuka
Seseorang mempunyai pandangan luas, terbuka, bebas dari praduga. Ia menyakini bahwa prasangka,
kebencian baik pribadi maupun golongan Ia tidak akan berusaha memperoleh dugaan bagi buah
pikirannya atas dasar prasangka. Ia akan terus berusaha mengetahui kebenaran tentang alam, materi,
moral, politik, ekonomi, dan tentang hidup. Ia tidak akan meremehkan suatu gagasan baru. Ia akan
menghargai setiap gagasan baru dan mengujinya sebelum diterima atau ditolak, jadi ia terbuka akan
3. Toleran
Seseorang tidak merasa bahwa dirinya paling benar, bahkan ia bersedia mengakui bahwa oprang lain
mungkin lebih benar. Dalam menambah ilmu pengetahuan ia bersedia belajar dari orang lain,
membandingkan pendapatnya dengan pendapat orang lain, ia memiliki tenggang rasa atau sikap toleran
yang tinggi, jauih dari sikap angkuh. Toleransi adalah suatu sikap atau perilaku manusia yang tidak
menyimpang dari aturan, di mana seseorang menghargai atau menghormati setiap tindakan yang orang
lain lakukan. Sikap toleransi sangat perlu dikembangkan karena manusai adalah makhluk sosial dan akan
menciptakan adanya kerukunan hidup. Dan cara memelihara toleransi, antara lain:
Ciptakan kenyamanan
Tampilkan barang-barang pajangan yang mengandung unsure perbedaaan budaya di rumah anda
Beri kesempatan pada anak-anak untuk berinteraksi dengan orang-orang yang berbeda dengan
mereka
4. Skeptis
Skeptis adalah sikap kehati-hatian dan kritis dalam memperoleh informasi, tidak sinis tetapi meragukan
kebenaran informasi sebelum teruji yang didukung oleh data fakta yang kuat sehingga dalam membuat
Seseorang mencari kebenaran akan bersikap hati-hati, meragui, dan skeptis. Ia akan menyelidiki bukti-
bukti yang melatarbelakangi suatu kesimpulan. Ia tidak akan sinis tetapi kritis untuk memperoleh data
yang menjadi dasar suatu kesimpulan itu. Ia tidak akan menerima suatu kesimpulan tanpa didukung bukti-
bukti yang kuat. Sikap skeptis ini perlu dikembangkan oleh orang yang berniat memecahkan masalah.
Bila ia tidak kritis mengenai setiap informasi yang ia peroleh, mungkin ada informasi yang salah hingga
menimbulkan akibat suatu kesimpulan yang salah. Karena itu, setiap informasi perlu diuji kebenarannya.
Kata apatis diartikan sebagai sikap acuh tidak acuh; tidak peduli; masa bodoh. Lalu pertanyaannya apa
bedanya dengan skeptis? Sepintas keduanya memiliki kesamaan arti dan maksud dimana skeptis berarti
sikap curiga, tidak mudah percaya, dan bersikap hati-hati atas tindakan orang lain. Orang menjadi acuh
tak acuh dan tidak peduli karena ia terlanjur tidak percaya. Kehati-hatian dan curiga akhirnya menjadi
sikap dasar seseorang. Bagaimanakah sikap apatis dan skeptis dipadukan sehingga menajdi dan
menghasilkan sebuah sikap yang kreatifa dan bersifat konstrukstif. Sikap apatis dan skeptis itu ada dan
selalu mewarnai hidup manusia modern sekarang ini. Bahkan ada yang mengkampenyekannya secara
terbuka dengan berbagai produk undang-undang tentang hak asasi manusia dan kebebasan. Orang
seharusnya apatis dengan sesuatu yang bukan merupakan persoalan dan ruang tanggungjawabnya.
13
Sebagai contoh aparat pemerintah negara seharusnya apatis dan tidak boleh mencampuri urusan pribadi
seseorang seperti soal kehidupan iman dan moral. Atau seorang pemimpin agama tidak berhak untuk
memasukkan ayat-ayat kitab sucinya dalam sebuah undang-undang atau peraturan daerah tertentu.
Singkatnya orang harus apatis untuk sesuatu yang bukan merupakan wewenang dan tanggungjawabnya.
Selain itu orang harus bersikap skeptis untuk berbagai hal. Segala sesuatu harus dipertanyakan, diminta
klarifikasi dan penjelasan yang akurat. Dengan bersikap skeptis kita dapat menemukan titik terang,
kepastian dan kebenaran. Walau demikian kita tidak bisa selamanya hidup dalam sikap apatis dan skeptis.
Konteks kapan dan dimana kita berada hendaknya menjadi bahan pertimbangan
5. Optimis
Optimis adalah berpengharapan baik dalam menghadapai segala sesuatu, tidak putus asa, dan ia selalu
berkata“ Beri saya kesempatan untuk berpikir dan mencoba mengerjakannya” . Seorang yang memiliki
Sikap optimisme berarti sikap yakin adanya kehidupan yang lebih baik dan keyakinan itu kita jadikan
sebagai bekal untuk meraih hasil yang lebih baik. Kita kadang punya optimisme yang besar dan padam
detik selanjutnya langsung punya sikap pesimis. Sebenarnya, untuk membedakan antara sikap optimis
dengan pesimis itu tergantung bagaimana cara kita memandangnya. Karena tergantung kepada cara kita
memandang maka itu berarti yang berperan adalah diri kita sendiri dalam memilih dan menentukan
kehidupan kita. Jika kita mempunyai keinginan dan tujuan yang sangat besar dan juga mempunyai
persiapan dan pengetahuan yang diperlukan, ditambah dengan rasa optimis dan percaya diri. Maka segala
Bahwasanya percaya diri dan optimisme itu saling terkait satu sama lain. Sebab, percaya diri tanpa ada
optimisme tidak akan pernah ada artinya, karena sikap optimis merupakan daya yang besar untuk
mendorong apa yang kita pikirkan dan lakukan. Dan percaya diri itu sangat membutuhkan sikap optimis.
Bayangkan, kita tidak akan pernah merealisasikan suatu pekerjaan yang kita inginkan jika kita tidak
mempunyai rasa optimis untuk mampu mengerjakannya. Kalau sudah punya rasa optimis, tentu dengan
sendirinya kita akan mempunyai sikap percaya diri yang sangat besar untuk mewujudkan apa yang kita
14
inginkan. Jadi, sudah sangat jelas bahwa rasa percaya diri dan juga optimisme itu sangat penting dalam
menapaki jalan kesuksesan bagi siapa pun dan dalam kondisi apapun.
6. Pemberani
Seseorang harus memiliki sikap pemberani dalam menghadapi ketidak benaran, kepura-puraan, penipuan,
kemunafikan, dan kebathilan yang akan menghambat kemajuan. Sikap keberanian ini banyak dicontohkan
oleh para ilmuan seperti Copernicus, Galilleo, Socrates, Bruno yang telah banyak dikenal orang.
Copernicus dan Galilleo diasingkan oleh penguasa karena dengan berani menentang konsep Bumi sebagai
pusat tata surya, matahari dan benda lainnya berputar mengelilingi bumi (geosentris). Dan ia
mendeklarasikan justru mataharilah yang menjadi pusat tata surya bumi dan planet lainnya berputar
mengitari matahari (Heliosentris), Socrates memilih mati minum racun daripada harus mengakui sesuatu
yang salah. Bruno tidak takut dihukum mati dengan cara dibakar demi mempertahankan kebenaran.
Kisah keberanian ilmuan yang cukup menarik dan menjadi tauladan adalah kisah Prof. Peabody,
memberikan kuliah terahir tentang “Perawatan Orang Sakit” Kuliah ini sangat jelas, penuh rasa kasih
sayang dan belas kasih, saat memberikan kuliah saat itu berumur 46 tahun, segar dan bugar, fasih dalam
menyampaikan materi kuliahnya. Tetapi dibalik ketenangannya itu Peabody mengidap penyakit kanker
ganas yang telah diderita, ditekuni , diteliti dan dipahami secara seksama secara medis mengenai setiap
gejala kanker yang dideritanya. Sehari sebelum meninggal dunia ia menulis sendiri laporan penyakitnya
dengan harapan dapat dijadikan bahan penelitian pengobatan lebih lanjut. Kisah yang sama juga dilakukan
oleh Marry Cury seorang fisikawan, kimiawan yang berhasil menemukan zat radio aktif, bertahun-tahun
ia menekuni dan meneliti zat radioaktif dengan harapan dapat dimanfaatkan untuk kesejahteraan manusia,
dengan perlahan radiasi unsure tersebut merambah kedalam tubuh Marry Cury dan ia tahu sehingga
mengindap penyakit kanker, dalam setiap kuliahnya menjelaskan tentang radioaktif tidak pernah
menunjukan ketakutan dan bahaya radiasinya dan itu terus dirahasiahkan hingga ia menjelaskan sendiri
15
7. Kreatif
Seseorang dalam mengembangkan ilmunya harus menpunyai sikap kreatif yang berfokus pada proses
berpikir sehingga memunculkan ide-ide unik atau kreatif dan berkemampuan untuk
menghasilkan/menciptakan sesuatu yang baru. Sifat-sifat yang tersebut di atas menunjukkan kepada
kita arah tujuan yang hendak dicapai seseorang yang hendak menumbuhkan sikap ilmiah pada
dirinya. Tidak seorang pun dilahirkan dengan memiliki sikap ilmiah. Mereka yang telah memperoleh
16
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Dari segi bahasa metode berasal dari dua pekataan, yaitu meta dan hodos. Meta berarti ”melalui”
dan hodos berarti “jalan” atau “cara”. Dengan demikian metode dapat berarti cara atau jalan yang
harus dilalui untuk mencapai suatu tujuan.Ilmiah “scientific”, artinya berdasarkan ilmu pengetahuan.
Ilmiah adalah bentuk kata sifat dari ilmu. Dengan demikian, ilmu berasal dari bahasa Arab, ‘Alima,
artiya tahu. Bahasa Inggrisnya yaituscience yang artinya juga tahu. Jadi baik ilmu
maupun science menurut etimooginya berarti “pengetahuan”. Jadi metode ilmiah adalah prosedur
dalam mendapatkan pengetahuan yang disebut ilmu. Dan ilmu didapat dari metode ilmiah. Tidak
semua pengetahuan dapat disebut ilmu sebab pengetahuan yang disebut ilmu apabila pengetahuan
tersebut bersifat rasional dan empiris dan telah mendapatkan uji kelayakan.
2. Sejarah Metode Ilmiah yakni Pada zaman pra Socrates terdapat dua kaum yang berbeda dalam
mencari suatu kebenaran terhadap realitas. Ia adalah kaum Rasionalis dan kaum Empirik, dua kaum
ini mempunyai keunikan untuk mencapai suatu kebenaran dalam mengidentifikasi sebuah realitas.
Kaum rasionalis dalam mencari suatu kebenaran menggunakan daya nalar atau rasio, dan kaum ini
lebih berkonsentrasi kepada disiplin pemikiran dalam menentukan suatu kebenaran, bahkan sebagian
yang berpegang teguh pada cara berpikir apriori tidak terlalu percaya dengan panca indera karena
baginya panca indera dapat menipu dalam menelaah suatu kebenaran sebuah objek yang sedang
diidentifikasinya. Maka kaum ini cara berpikirnya menggunakan metode deduksi (menelaah dari
umum ke khusus).
a. Bersifat kritis, analistis, artinya metode menunjukkan adanya proses yang tepat untuk
b. Bersifat logis, artinya dapat memberikan argumentasi ilmiah. Kesimpulan yang dibuat secara
c. Bersifat obyektif, artinya dapat dicontoh oleh ilmuwan lain dalam studi yang sama dengan kondisi
e. Bersifat empiris, artinya metode yang dipakai didasarkan pada fakta di lapangan.
c. Sikap spektif.
d. Kesabaran intelektual
e. Kesederhanaan
5. Fungsi Metodesecara umum dapat dikemukakan sebagai pemberi jalan atau cara yang sebaik
mungkin bagi pelaksanaan operasional dari ilmu pendidikan tersebut. Sedangkan dalam konteks lain
metode dapat merupakan sarana untuk menemukan, menguji dan menyusun data yang diperlukan bagi
18
DAFTAR PUSTAKA
Nata, Abudin , Filsafat Pendidikan Islam, ( Jakarta : Logos Wacana Ilmu, 1997 ).
14: 34 WIB)
Husaini, Adian, Filsafat Ilmu Perspektif Barat dan Islam(Jakarta : Gema Insani,2013)
Nasution ,Muhammad Syukri Abani ,1996. Ringkasan Filsafat Ilmu , Jakarta : Pustaka Media 1997 )
19