You are on page 1of 22

LAPORAN PENDAHULUAN DAN ASUHAN

KEPERAWATAN PERUBAHAN PADA SISTEM


PERKEMIHAN
Disusun untuk memenuhi mata kuliah Keperawatan Maternitas I yang dibimbing oleh :
Indah Rohmawati, M.Kep.

Oleh
kelompok 3 :

1. Achmad Fachtur Rohwi ( A2R17039)


2. Ayang Nanda Satria ( A2R17044)
3. Dimas Izza Ilham Mahendra (A2R17059)
4. Luluk Wahyu Mawati (A2R17059)
5. Nanang Aziz Santoso (A2R17062)
6. Wakhidatun Nur Riani (A2R17076)
7. Yesty Seftariany (A2R17077)

STIKes Hutama Abdi Husada Tulungagung


S1 Keperawatan / II-B

2018/2019
‘’Gangguan sistem perkemihan pada ibu melahirkan’’

1.1 Gangguan Sistem Perkemiahn pada Ibu melahirkan

1. Perubahan Pada Masa Nifas

Pada masa nifas terjadi beberapa perubahan di antaranya perubahan sistem


reproduksi, sistem perkemihan, sistem endokrin, sistem kardiovaskuler. Yang akan
di bahas lebih detail yaitu perubahan pada sistem perkemihan. Pada sistem
perkemihan terjadi beberapa perubahan yaitu perubahan pda anatomi dan perubahan
pada fisiologinya.

2. Anatomi sistem perkemihan

Sistem perkemihan atau sistem urinaria, adalah suatu sistem dimana


terjadinya proses penyaringan darah sehingga darah bebas dari zat-zat yang tidak
dipergunakan oleh tubuh dan menyerap zat-zat yang masih di pergunakan oleh
tubuh. Zat-zat yang tidak dipergunakan oleh tubuh larut dalam air dan dikeluarkan
berupa urin (air kemih). Adapun susunan sistem perkemihan atau sistem urinaria,
yaitu :

1. Ginjal

Kedudukan ginjal terletak dibagian belakang dari kavum abdominalis di


belakang peritonium pada kedua sisi vertebra lumbalis III, dan melekat langsung
pada dinding abdomen. Bentuknya seperti biji buah kacang merah (kara/ercis),
jumlahnaya ada 2 buah kiri dan kanan, ginjal kiri lebih besar dari pada ginjal kanan.

Pada orang dewasa berat ginjal ± 200 gram. Dan pada umumnya ginjal laki –
laki lebih panjang dari pada ginjal wanita. Satuan struktural dan fungsional ginjal
yang terkecil di sebut nefron. Tiap – tiap nefron terdiri atas komponen vaskuler dan
tubuler. Komponen vaskuler terdiri atas pembuluh – pembuluh darah yaitu
glomerolus dan kapiler peritubuler yang mengitari tubuli. Dalam komponen tubuler
terdapat kapsul Bowman, serta tubulus – tubulus, yaitu tubulus kontortus proksimal,
tubulus kontortus distal, tubulus pengumpul dan lengkung Henle yang terdapat pada
medula.

Kapsula Bowman terdiri atas lapisan parietal (luar) berbentuk gepeng dan
lapis viseral (langsung membungkus kapiler glomerulus) yang bentuknya besar
dengan banyak juluran mirip jari disebut podosit (sel berkaki) atau pedikel yang
memeluk kapiler secara teratur sehingga celah – celah antara pedikel itu sangat
teratur.

Kapsula bowman bersama glomerolus disebut korpuskel renal, bagian


tubulus yang keluar dari korpuskel renal disebut dengan tubulus kontortus proksimal
karena jalannya yang berbelok – belok, kemudian menjadi saluran yang lurus yang
semula tebal kemudian menjadi tipis disebut ansa Henle atau loop of Henle, karena
membuat lengkungan tajam berbalik kembali ke korpuskel renal asal, kemudian
berlanjut sebagai tubulus kontortus distal.

a. Bagian – Bagian Ginjal

Bila sebuh ginjal kita iris memanjang, maka akan tampak bahwa ginjal terdiri
dari tiga bagian, yaitu bagian kulit (korteks), sumsum ginjal (medula), dan bagian
rongga ginjal (pelvis renalis).

1). Kulit Ginjal (Korteks)

Pada kulit ginjal terdapat bagian yang bertugas melaksanakan penyaringan


darah yang disebut nefron. Pada tempat penyaringan darah ini banyak mengandung
kapiler – kapiler darah yang tersusun bergumpal – gumpal disebut glomerolus. Tiap
glomerolus dikelilingi oleh simpai bownman, dan gabungan antara glomerolus
dengan simpai bownman disebut badan malphigi. Penyaringan darah terjadi pada
badan malphigi, yaitu diantara glomerolus dan simpai bownman. Zat – zat yang
terlarut dalam darah akan masuk ke dalam simpai bownman. Dari sini maka zat – zat
tersebut akan menuju ke pembuluh yang merupakan lanjutan dari simpai bownman
yang terdapat di dalam sumsum ginjal.

2). Sumsum Ginjal (Medula)

Sumsum ginjal terdiri beberapa badan berbentuk kerucut yang disebut


piramid renal. Dengan dasarnya menghadap korteks dan puncaknya disebut apeks
atau papila renis, mengarah ke bagian dalam ginjal. Satu piramid dengan jaringan
korteks di dalamnya disebut lobus ginjal. Piramid antara 8 hingga 18 buah tampak
bergaris – garis karena terdiri atas berkas saluran paralel (tubuli dan duktus
koligentes). Diantara pyramid terdapat jaringan korteks yang disebut dengan
kolumna renal. Pada bagian ini berkumpul ribuan pembuluh halus yang merupakan
lanjutan dari simpai bownman. Di dalam pembuluh halus ini terangkut urine yang
merupakan hasil penyaringan darah dalam badan malphigi, setelah mengalami
berbagai proses.

3). Rongga Ginjal (Pelvis Renalis)

Pelvis Renalis adalah ujung ureter yang berpangkal di ginjal, berbentuk


corong lebar. Sabelum berbatasan dengan jaringan ginjal, pelvis renalis bercabang
dua atau tiga disebut kaliks mayor, yang masing – masing bercabang membentuk
beberapa kaliks minor yang langsung menutupi papila renis dari piramid. Kaliks
minor ini menampung urine yang terus kleuar dari papila. Dari Kaliks minor, urine
masuk ke kaliks mayor, ke pelvis renis ke ureter, hingga di tampung dalam kandung
kemih (vesikula urinaria).
b. Fungsi Ginjal

1. Mengekskresikan zat – zat sisa metabolisme yang mengandung nitrogennitrogen,


misalnya amonia.

2. Mengekskresikan zat – zat yang jumlahnya berlebihan (misalnya gula dan


vitamin) dan berbahaya (misalnya obat – obatan, bakteri dan zat warna).

3. Mengatur keseimbangan air dan garam dengan cara osmoregulasi.

4. Mengatur tekanan darah dalam arteri dengan mengeluarkan kelebihan asam atau
basa.

c. Tes Fungsi Ginjal Terdiri Dari :

1. Tes untuk protein albumin. Bila kerusakan pada glomerolus atau tubulus, maka
protein dapat bocor masuk ke dalam urine.

2. Mengukur konsentrasi urenum darah. Bila ginjal tidak cukup mengeluarkan


urenum maka urenum darah naik di atas kadar normal (20 – 40) mg%.

3. Tes konsentrasi. Dilarang makan atau minum selama 12 jam untuk melihat sampai
seberapa tinggi berat jenisnya naik.

d. Peredaran Darah dan Persyarafan Ginjal

1. Peredaran Darah

Ginjal mendapat darah dari aorta abdominalis yang mempunyai percabangan


arteria renalis, yang berpasangan kiri dan kanan dan bercabang menjadi arteria
interlobaris kemudian menjadi arteri akuata, arteria interlobularis yang berada di tepi
ginjal bercabang menjadi kapiler membentuk gumpalan yang disebut dengan
glomerolus dan dikelilingi oleh alat yang disebut dengan simpai bowman,
didalamnya terjadi penyadangan pertama dan kapiler darah yang meninggalkan
simpai bowman kemudian menjadi vena renalis masuk ke vena kava inferior.

2. Persyarafan Ginjal

1. Ginjal

Ginjal mendapat persyarafan dari fleksus renalis (vasomotor) saraf ini


berfungsi untuk mengatur jumlah darah yang masuk ke dalam ginjal, saraf ini
berjalan bersamaan dengan pembuluh darah yang masuk ke ginjal. Anak ginjal
(kelenjar suprarenal) terdapat di atas ginjal yang merupakan sebuah kelenjar buntu
yang menghasilkan 2(dua) macam hormon yaitu hormone adrenalin dan hormn
kortison.
2. Ureter

Terdiri dari 2 saluran pipa masing – masing bersambung dari ginjal ke


kandung kemih (vesika urinaria) panjangnya ± 25 – 30 cm dengan penampang ± 0,5
cm. Ureter sebagian terletak dalam rongga abdomen dan sebagian terletak dalam
rongga pelvis. Lapisan dinding ureter terdiri dari :

a. Dinding luar jaringan ikat (jaringan fibrosa)

b. Lapisan tengah otot polos

c. Lapisan sebelah dalam lapisan mukosa

Lapisan dinding ureter menimbulkan gerakan – gerakan peristaltik tiap 5


menit sekali yang akan mendorong air kemih masuk ke dalam kandung kemih
(vesika urinaria). Gerakan peristaltik mendorong urin melalui ureter yang
dieskresikan oleh ginjal dan disemprotkan dalam bentuk pancaran, melalui osteum
uretralis masuk ke dalam kandung kemih.Ureter berjalan hampir vertikal ke bawah
sepanjang fasia muskulus psoas dan dilapisi oleh pedtodinium. Penyempitan ureter
terjadi pada tempat ureter terjadi pada tempat ureter meninggalkan pelvis renalis,
pembuluh darah, saraf dan pembuluh sekitarnya mempunyai saraf sensorik.

3. Vesikula Urinaria ( Kandung Kemih )

Kandung kemih dapat mengembang dan mengempis seperti balon karet,


terletak di belakang simfisis pubis di dalam ronga panggul. Bentuk kandung kemih
seperti kerucut yang dikelilingi oleh otot yang kuat, berhubungan ligamentum vesika
umbikalis medius. Bagian vesika urinaria terdiri dari:

1. Fundus, yaitu bagian yang mengahadap ke arah belakang dan bawah, bagian ini
terpisah dari rektum oleh spatium rectosivikale yang terisi oleh jaringan ikat duktus
deferent, vesika seminalis dan prostate.

2. Korpus, yaitu bagian antara verteks dan fundus.

3. Verteks, bagian yang maju kearah muka dan berhubungan dengan ligamentum
vesika umbilikalis.

Dinding kandung kemih terdiri dari beberapa lapisan yaitu, peritonium (lapisan
sebelah luar), tunika muskularis, tunika submukosa, dan lapisan mukosa (lapisan
bagian dalam).

Proses Miksi (Rangsangan Berkemih)

Distensi kandung kemih, oleh air kemih akan merangsang stres reseptor yang
terdapat pada dinding kandung kemih dengan jumlah ± 250 cc sudah cukup untuk
merangsang berkemih (proses miksi). Akibatnya akan terjadi reflek kontraksi
dinding kandung kemih, dan pada saat yang sama terjadi relaksasi spinser internus,
diikuti oleh relaksasi spinter eksternus, dan akhirnya terjadi pengosongan kandung
kemih.
Rangsangan yang menyebabkan kontraksi kandung kemih dan relaksasi spinter
interus dihantarkan melalui serabut – serabut para simpatis.

Kontraksi sfinger eksternus secara volunter bertujuan untuk mencegah atau


menghentikan miksi. kontrol volunter ini hanya dapat terjadi bila saraf – saraf yang
menangani kandung kemih uretra medula spinalis dan otak masih utuh.
Bila terjadi kerusakan pada saraf – saraf tersebut maka akan terjadi inkontinensia
urin (kencing keluar terus – menerus tanpa disadari) dan retensi urine (kencing
tertahan).
Persarafan dan peredaran darah vesika urinaria, diatur oleh torako lumbar dan
kranial dari sistem persarafan otonom. Torako lumbar berfungsi untuk relaksasi
lapisan otot dan kontraksi spinter interna.

Peritonium melapis kandung kemih sampai kira – kira perbatasan ureter


masuk kandung kemih. Peritoneum dapat digerakkan membentuk lapisan dan
menjadi lurus apabila kandung kemih terisi penuh. Pembuluh darah Arteri vesikalis
superior berpangkal dari umbilikalis bagian distal, vena membentuk anyaman
dibawah kandung kemih. Pembuluh limfe berjalan menuju duktus limfatilis
sepanjang arteri umbilikalis.
4. Uretra

Uretra merupakan saluran sempit yang berpangkal pada kandung kemih yang
berfungsi menyalurkan air kemih keluar. Pada laki- laki uretra bewrjalan berkelok –
kelok melalui tengah – tengah prostat kemudian menembus lapisan fibrosa yang
menembus tulang pubis kebagia penis panjangnya ± 20 cm.
Uretra pada laki – laki terdiri dari :

1. Uretra Prostaria

2. Uretra membranosa

3. Uretra kavernosa

Lapisan uretra laki – laki terdiri dari lapisan mukosa (lapisan paling dalam),
dan lapisan submukosa.Uretra pada wanita terletak dibelakang simfisis pubis
berjalan miring sedikit kearah atas, panjangnya ± 3 – 4 cm. Lapisan uretra pada
wanita terdiri dari Tunika muskularis (sebelah luar), lapisan spongiosa merupakan
pleksus dari vena – vena, dan lapisan mukosa (lapisan sebelah dalam). Muara uretra
pada wanita terletak di sebelah atas vagina (antara klitoris dan vagina) dan uretra di
sini hanya sebagai saluran ekskresi.

5. Urine (Air Kemih)

1. Sifat – sifat air kemih


a. Jumlah eksresi dalam 24 jam ± 1.500 cc tergantung dari masuknya (intake) cairan
serta faktor lainnya.

b. Warna bening muda dan bila dibiarkan akan menjadi keruh.


c. Warna kuning tergantung dari kepekatan, diet obat – obatan dan sebagainya.
d. Bau khas air kemih bila dibiarkan terlalu lama maka akan berbau amoniak.
e. Berat jenis 1.015 – 1.020.

f. Reaksi asam bila terlalu lama akan menjadi alkalis, tergantung pada diet (sayur
menyebabkan reaksi alkalis dan protein memberi reaksi asam)

2. Komposisi air kemih

a. Air kemih terdiri dari kira – kira 95 % air

b. Zat – zat sisa nitrogen dari hasil metabolisme protein asam urea, amoniak dan
kreatinin

c. Elektrolit, natrium, kalsium, NH3, bikarbonat, fosfat dan sulfat

d. Pigmen (bilirubin, urobilin)

e. Toksin

f. Hormon

3. Mekanisme Pembentukan Urine

Dari sekitar 1200 ml darah yang melalui glomerulus setiap menit terbentuk
120 – 125 ml filtrat (cairan yang telah melewati celah filtrasi). Setiap harinyadapat
terbentuk 150 – 180L filtart. Namun dari jumlah ini hanya sekitar 1% (1,5 L) yang
akhirnya keluar sebagai kemih, dan sebagian diserap kembali.

4. Tahap – tahap Pembentukan Urine

a. Proses filtrasi

Terjadi di glomerolus, proses ini terjadi karena permukaan aferent lebih


besar dari permukaan aferent maka terjadi penyerapan darah, sedangkan sebagian
yang tersaring adalah bagian cairan darah kecuali protein, cairan yang tersaring
ditampung oleh simpai bowman yang terdiri dari glukosa, air, sodium, klorida,
sulfat, bikarbonat dll, diteruskan ke seluruh ginjal.

b. Proses reabsorpsi

Terjadi penyerapan kembali sebagian besar dari glukosa, sodium, klorida,


fosfat dan beberapa ion karbonat. Prosesnya terjadi secara pasif yang dikenal dengan
obligator reabsorpsi terjadi pada tubulus atas. Sedangkan pada tubulus ginjal bagian
bawah terjadi kembali penyerapan dan sodium dan ion karbonat, bila diperlukan
akan diserap kembali kedalam tubulus bagian bawah, penyerapannya terjadi secara
aktif dikienal dengan reabsorpsi fakultatif dan sisanya dialirkan pada pupila renalis.

c. Augmentasi (Pengumpulan)

Proses ini terjadi dari sebagian tubulus kontortus distal sampai tubulus
pengumpul. Pada tubulus pengumpul masih terjadi penyerapan ion Na+, Cl-, dan
urea sehingga terbentuklah urine sesungguhnya. Dari tubulus pengumpul, urine yang
dibawa ke pelvis renalis lalu di bawa ke ureter. Dari ureter, urine dialirkan menuju
vesika urinaria (kandung kemih) yang merupakan tempat penyimpanan urine
sementara. Ketika kandung kemih sudah penuh, urine dikeluarkan dari tubuh melalui
uretra.

d. Mikturisi

Peristiwa penggabungan urine yang mengalir melui ureter ke dalam kandung


kemih., keinginan untuk buang air kecil disebabkan penanbahan tekanan di dalam
kandung kemih dimana saebelumnmya telah ada 170 – 23 ml urine. Miktruisi
merupakan gerak reflek yang dapat dikendalikan dan dapat ditahan oleh pusat –
pusat persyarafan yang lebih tinggi dari manusia, gerakannya oleh kontraksi otot
abdominal yang menekan kandung kemih membantu mengosongkannya.

5. Ciri – ciri Urine Normal

Rata – rata dalam satu hari 1 – 2 liter, tapi berbeda – beda sesuai dengan
jumlah cairan yang masuk. Warnanya bening oranye pucat tanpa endapan, baunya
tajam, reaksinya sedikit asam terhadap lakmus dengan pH rata – rata 6.

2.1 Perubahan sistem perkemihan

Aliran darah ke ginjal,GFR dan ureter dalam waktu sebulan secara bertahap
akan kembali seperti keadaan sebelum hamil. selama proses melahirkan kandung
kemih mendapatkan trauma yang mengakibatkan oedema dan menghilangkan
sensivitas terhadap tekanan cairan,dengan adanya perubahan tersebut dapat
menyebabkan tekanan yang berlebihan dan pengosongan yang tidak sempurna dari
kandung kemih.Biasanya hal ini terjadi dalam 2 hari pertama pascasalin. Beberapa
pendapat ahli mengutarakan bahwa terjadi penimbunan cairan dalam jaringan
selama kahamilan yang dikeluarkan melalui diuresis,sehingga wanita kehilangan BB
2,5 kg pada minggu pertama pascasalin.

ETIOLOGI

§ Distensi kandung kemih sebagai akibat peningkatan kapasitas kandung kemih


selama kehamilan.
§ Tonus otot kandung kemih lemah disebabkan berkurangnya suplay hormon
progesteron pada pascasalin.

§ Rasa nyeri pada panggul dan daerah sekitar jalan lahir yang menimbulkan rasa
sakit pada saat berkemih.

§ Faktor psikologis ibu yang masih trauma dengan proses persalinan ataupun
laseresi jalan lahir yang di alaminya

KONDISI PATOLOGIS

Distensi kandun kemih yang muncul segera setelah BBL dapat menyebabkan
perdarahan karena kontraksi uterus terganggu dan jika terjadi pada tahap lanjut maka
dapat menyebabkan kandung kemih lebih peka terhadap infeksi sehingga
mengganggu proses berkemih normal,bila hal ini berlangsung lama maka dinding
kandung kemih akan mengalami kerusakan. Hematuri yang terjadi pada minggu
pertama postpartum menandakan adanya trauma pada kandung kemih waktu
persalinan, selanjutnya terjadi infeksi pada saluran perkemihan.

2.2 RETENSIO URINE

2.2.1 Pengertian

Retensio urine adalah tertahannya urine didalam kandung kemih, dapat


terjadi secara akut maupun kronis. Pada keadaan akut miksi berhenti secara
mendadak, klientidak bisa BAK. Dalam keadaan kronis retensi urine terjadi akibat
adanya obstruksi yang terus-menerus pada uretra.

2.2.2 Etiologi

Kalkulus pada lumen uretra , striktur uretra, BPH, Penekanan kepala Janin

2.2.3 Gejala

Ibu Sering melaukakn buang air kecil ( BAK).


2.2.4 PATHWAY

Perubahan pada ibu hamil

Perubahan Fisiologis

Sistem perkemihan

Janin berkembang

Penekanan pada VU

Peningkatan frekuensi BAK

Gangguan Eliminasi Urin

2.2.5 Insiden

Sistitis penyebabnya adalah Escherichia coli 73 %-90% dari kasus dan


pielonefritis (Infeksi pelvis renalis) penyebabnya terbanyak dari kasus oleh infeksi
asenden

TINJAUAN KASUS

3.1 Kasus

Ny Y 25 tahun ke poli kebidanan RSU dr.slamet garu bersama suaminya


yang bernama Tn.j pada tanggal 15 Mei 2014 untuk mengonsultasikan masalahnya.
Bidan menyambut Ny W dengan terbuka dan ibu bidan mengatakan bahwa mereka
senang atas kedatangannya. Bidan mulai mengumpulkan data Ny W,langkah
pertama proses manajeman kebidanan. Ny w bertempat tinggal di Jl.wanaraja no25,
garut. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas sekarang.

Ibu sering mengeluh tentang sering BAK terlalu sering semenjak Ibu
memasukii Tri semester ke III kehamilan.

Riwayat kesahatan yang lalu

Ibu tidak pernah menderita penyakit seperti Hypertensi, Diabetes, Sickle cell
disease, Riwayat alergi, Penyakit jantung, Obat-obatan, Psycosa Postpartum, Asma,
Batuk Berkepanjangan, Penyakit Ginjal.
Riwayat sosial ekonomi

Riwayat Sosial Ekonomi

Status Perkawinan : Sah

Bahasa yang digunakan : Bahasa Sunda

Kebiasaan (merokok, konsumsi, alkohol, napza) : Ibu Tidak pernah merokok,


mengkonsumsi alkohol dan napza.

Dukungan Keluarga/suami : Suami dan Keluarga mendukung

Status Kesehatan Suami : Sehat

Imunisasi TT : 3 kali, TT I pada saat mau menikah, TT II pada


saat umur kehamilan 4 bulan, TT III saat umur kehamilan 5 bulan.

Kegiatan sehari-hari : Mengepel, mencuci dan menyapu

Pengambilan Keputusan dalam Keluarga : Suami

Hubungan Seks selamat kehamilan : 3 kali dalam seminggu

Rencana Tempat Bersalin : di Rumah Bersalin

TB :155 cm BB : 56 kg

TD :120/80 mmHg N : 88x/mnit R : 15x/mnit S : 36,5ºC

Muka : tidak bengkak, tampa kemerahan

Hidung : Tidak ada oedema dan terdapat cloasma

Mulut : Caries ada

Leher : Tidak ada pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar getah bening.

Dada : Payudara simetris, puting menonjol

Abdomen : TFU 2jari di atas pusat, biass penuh, nyeri tekan ada

Organ ginetalia : Vulva kotor haemoroid tidak ada

Extremitas atas : tidak ada oedem, pucat

Bawah : tidak oedem, refleks patela positif

Pemeriksaan penun jang

HB :9,7 gr/dl
ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III SERING BUANG AIR
KECIL

ASUHAN KEPERAWATAN PADA IBU HAMIL TRIMESTER III

SERING BUANG AIR KECIL

I. Pengumpulan Data:

a. Identitas

Nama Ibu : Ny P

Umur : 25 Tahun

Suku Kebangsaan : Sunda

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Ibu Rumah Tangga

Alamat Rumah : Perum III Tangerang

Telp : 021 555 xxx xxx

Nama Suami : Tn J

Umur : 30 Tahun

Suku Bangsa : Sunda

Agama : Islam

Pendidikan : SMP

Pekerjaan : Tani

Alamat Rumah : Perum III Tangerang

Telp : 087 718 xxx xxx


b. Anamnesa (Data Subjektif)

Pada tanggal : 15 Mei 2014 Pukul : 16.30 WIB

1. Alasan kunjungan ini : Ibu mengatakan saat ini adalah jadwal untuk kunjungan ulang.

2. Keluhan-keluhan : ibu mengatakan sering buang air kecil, sejak kehamilan trimester III,
dalam sehari ibu buang air kecil bisa 8-12 kali sehari, dan ibu belum pernah mendapat
penanganan.

3. Riwayat Sosial Ekonomi

Status Perkawinan : Sah

Bahasa yang digunakan : Bahasa Sunda

Kebiasaan (merokok, konsumsi, alkohol, napza) : Ibu Tidak pernah merokok, mengkonsumsi
alkohol dan napza.

Dukungan Keluarga/suami : Suami dan Keluarga mendukung

Status Kesehatan Suami : Sehat

Imunisasi TT : 3 kali, TT I pada saat mau menikah, TT II pada saat umur


kehamilan 4 bulan, TT III saat umur kehamilan 5 bulan.

Kegiatan sehari-hari : Mengepel, mencuci dan menyapu

Pengambilan Keputusan dalam Keluarga : Suami

Hubungan Seks selamat kehamilan : 3 kali dalam seminggu

Rencana Tempat Bersalin : di Rumah Bersalin

4. Riwayat Kesehatan Keluarga : Tidak ada riwayat penyakit keluarga, seperti Hypertensi,
Diabetes, Keturunan Kembar, Sicte cell disease, alergi, epilepsy, Penyakit Jantung, Kelainan
Mental, Kelainan Kongenital.

5. Riwayat kesehatan ibu : Tidak ada riwayat penyakit seperti Hypertensi, Diabetes, Sickle
cell disease, Riwayat alergi, Penyakit jantung, Obat-obatan, Psycosa Postpartum, Asma,
Batuk Berkepanjangan, Penyakit Ginjal.

6. Riwayat Penyakit Menular Seksual : Tidak ada riwayat penyakit seperti Sexual
transmited infection (STI), AIDS, pengeluaran vagina abnormal, luka /bengkak pada vagina,
rasa nyeri saat berkemih, diare yang berkelanjutan.

7. Riwayat Operasi : Tidak ada

8. Riwayat Ginekologi : Tidak ada riwayat penyakit seperti Salpingektomy, infertilitas,


Kehamilan ektopik, operasi pada vagina. Pulvic/uterus.
9. Riwayat Menstruasi

Usia menarche : 15 Tahun

Siklus : 28 Hari

Lamanya : 7 Hari

Dismenorhea : Ibu mengatakan merasakan sakit hanya di hari pertama dan ke dua
pada saat menstruasi.

10. Riwayat Kontrasepsi : Ibu mengatakan sebelumnya tidak pernah menggunakan alat
kontasepsi apapun.

11. Riwayat Obstetrik

a. Riwayat kehamilan saat ini

HPHT : 10 september 2013 TP : 17 Juni 2014

Pergerakan janin pertama kali : Pada umur kehamilan 16 minggu

Pergerakan janin dalam 24 jam : Ibu mengatakan pergerakan janin kira-kira 10-20 kali
sehari.

Obat-obat yang dikonsumsi : Ibu hanya mengkonsumsi obat dari bidan

Kekhawatiran khusus : Ibu mengatakan sangat khawatir dan ibu merasakan


kegelisahan karena sering buang air kecil.

12. Diet/ Makan

Makanan yang dikonsumsi : Nasi, buah-buahan, sayuran dan susu

Frekuensi dalam sehari : 2-3 kali sehari

Masalah (pica) : Tidak ada

Keluhan-keluhan (kelelahan, sakit kepala, letih, lesu, sakit gusi, kehilangan selera makan,
mual, muntah) : Tidak ada

c. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum : Baik

2. Keadaan Emosional : Stabil


3. Tinggi badan : 155 cm

4. Berat badan :56 kg (saat ini), dan 50 kg (sebelum hamil), kenaikan 6


Kg.

5. LILA : 25 cm

6. Tanda vital

Tekanan darah : 120/80 mmHg

Denyut nadi : 80x/menit

Pernafasaan : 15x/menit

Suhu tubuh : 36,5ºC

7. Kepala hingga leher

a. Kepala : Bersih, rambut tidak ada ketombe, tidak tampak alopesia,


tidak rontok, dan tidak terdapat benjolan.

b. Wajah : Tidak ada oedema dan terdapat cloasma

c. Mata

Konjungtiva : Tampak berwarna merah muda

Sclera : Tampak berwarna putih

d. Mulut

Bibir dan Lidah : Tidak kering, dan tidak terdapat inflamasi pada bibir.

Gigi : Tidak ada karies

e. Leher : Tidak terjadi pembesaran kelenjar thyroid dan kelenjar


getah bening.

8. Payudara

Bentuk : Simetris kiri dan kanan

Ukuran : Payudara kanan dan kiri sama, mengalami pembesaran

Tanda kehamilan : Hiperpigmentasi aerola.

Putting susu : Menonjol.

Kondisi kulit : Normal / tidak ada kelainan

9. Tangan dan kaki


a. Ekstremitas atas

Nyeri menggengam : Tidak ada

Oedema : Tidak ada

Kuku jari : Tidak pucat

b. Ekstremitas bawah

Oedema : tidak ada.

Varises : tidak ada.

Reflek patella : normal

10. Punggung

Oedema daerah sacral : Tidak ada

Posisi tulang belakang : Lordisis karena Kehamilan

11. Abdomen

Bekas luka operasi : Tidak ada

Bentuk : Bundar

Tanda kehamilan : ada striae gravidarum

Gerakan janin : 10x gerakan

Massa : Ada

Pembesaran hati : Tidak ada

Pemeriksaan obstrektrik

TFU : 30 cm

Leopold I : TFU pertengahan antara pusat dan fundus pada bagian fundus teraba
bagian yang lunak, bulat, dan tidak melenting.

Leopold II : Disebelah kanan abdomen ibu teraba bagian yang keras, datar,
memapan (punggung), di sebelah kiri abdomen ibu teraba tonjolan-tonjolan kecil tidak
penuh/bagian-bagian kecil janin (ekstremitas)

Leopold III : Bagian bawah teraba bulat, keras, melenting (kepala), dan dapat
digoyangkan.

Leopold IV : Tidak dilakukan


DJJ : 130x/ menit teratur

Punctum Maximum : Kuadran kanan atas pusat.

TBJ : (TFU – N) x 155

(30 – 12) x 155

= 18 x 155

= 2790 gram

12. Anogenital

a. Lipat paha

Kelenjar limfe : tidak terjadi pembesaran.

Genetalia Luar

Labia, klitoris dan perineum : Tidak ada varises, tidak ada pembesaran dan infeksi
kelenjar bartolini.

Rectum : tidak ada hemorid dan varises

Ekstremitas bawah : tidak ada udema, varises, dan refleks patella positif kanan
dan kiri.

d. Pemeriksaan penunjang

Pemeriksaan laboratorium (jika ada indikasi albumin)

1. Darah

a. Hemoglobin : 10,9 gr

b. Golongan Darah :A

2. Urine

a. Protein : Negatif

b. Glukosa : Negatif

II. Interpretasi data

Diagnosa : Ny P, usia 25 tahun, G1 P0 A0, Usia Kehamilan 35 minggu 2 hari, Janin


tunggal hidup, punggung kanan, persentasi kepala, belum mauk PAP
Dasar : Ny P mengatakan ini adalah kehamilan yang pertama dan tidak pernah
keguguran, HPHT 10 september 2013,

Masalah : Ibu khawatir dan gelisah karena sering buang air kecil.

Dasar : Ibu mengatakan buang air kecil 8-12 kali sehari.

Kebutuhan :

- Kurangi konsumsi cairan yang memicu terbentuknya air kemih yang mengandung
kafein seperti kopi, teh dan soda.

- Support Ibu

III. Antisipasi diagnosa dan masalah potensial

Tidak Ada

IV. Identifikasi Kebutuhan Akan Tindakan Segera Atau Kolaborasi

Tidak Ada

V. Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh

Pukul : 16.45 WIB

a. Beritahu ibu tentang keadaan ibu saat ini sesuai dengan pemeriksaan, agar ibu
mengetahui tentang keadaannya dan janin yang dikandungnya, sehingga dapat mengurangi
kecemasan ibu.

b. Beritahu ibu tentang masalah yang dialami ibu saat ini, agar ibu bisa mengetahui
keadaanya saat ini.

c. Berikan informasi ibu tentang tanda – tanda bahaya kehamilan trimester III, agar ibu bisa
berhati-hati dan menjaga kehamilannya,

d. Anjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup, dan menjaga pola makan yang sehat, agar
kesehatan ibu dan janin bisa terjaga.

e. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, agar genitalia ibu bisa terawat dengan
baik.

f. Beritahu ibu informasi tentang persiapan persalinan, agar ibu dapat mengetahui apa saja
yang diperlukan pada saat persalinan.

g. Anjurkan ibu untuk menyepakati kunjungan ulang untuk mengetahui perkembangan ibu
dan janin, agar keadaan ibu dan janin terpantau.
VI. Pelaksanaan

Pukul : 16.50 WIB

a. Menjelaskan pada ibu tentang keadaan ibu sesuai hasil pemeriksaan, diantaranya:
Keadaan Umum ibu baik, Kesadaran nya Composmentis, Status Emosi ibu Stabil, Tekanan
Darah ibu 120/80 mmHg, denyut Nadi 80x/menit, pernafasan ibu 15x/menit, Suhu badan
36,5ºC, Tinggi Fundus Uteri ibu yaitu Pertengahan antara pusat dan fundus.

b. Menjelaskan kepada ibu tentang masalah ibu bahwa sering buang air kecil yang dialami
ibu adalah keadaan pada ibu hamil yang normal, karena semakin bertambah usia kehamilan
ibu, semakin besar pula janin ibu, sehingga lebih menekan kandung kencing ibu,
mengakibatkan ibu sering buang air kecil.

c. Memberitahu kepada ibu tentang tanda – tanda bahaya kehamilan pada trimester III,
misalnya yaitu terjadi Ketuban Pecah Dini, Persalinan Prematur dan gerakan janin berkurang,
jika terjadi salah satu tanda bahaya kehamilan tersebut ibu diharapkan segera melapor
kepetugas kesehatan terdekat, agar ibu segera mendapat penanganan.

d. Menganjurkan ibu untuk beristirahat yang cukup, dan menjaga pola makan yang sehat
yaitu makan makanan yang bergizi, dan mengurangi aktifitas yang terlalu berat seperti
mengangkat benda yang terlalu berat, dan menyempatkan waktu untuk beristirahat malam 7-
8 jam dan siang 2 jam.

e. Menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene, yaitu dengan mengganti celana
dalam setiap kali basah dan terasa lembab, dan jika cebok baiknya dari depan kebelakang lalu
keringkan dengan tissue atau kain bersih dan kering setiap habis BAK maupun sehabis BAB.

f. Memberitahu ibu informasi tentang persiapan persalinan serta keluarga bisa


mempersiapkan persalinan, yaitu terdiri dari biaya persalinan, tempat persalinan, penolong
persalinan, dan kebutuhan bayi.

g. Menganjurkan ibu untuk menyepakati kunjungan ulang yaitu pada tanggal 22 mei 2014.

VII. Evaluasi

Pukul : 17.00 WIB

a. Ibu mengerti dengan penjelasan yang diberikan mengenai keadaannya saat ini

b. Ibu mengerti tentang masalah yang dialami ibu saat ini

c. Ibu mengerti tentang tanda – tanda bahaya kehamilan trimester III dan bersedia datang
kepetugas kesehatan jika terjadi tanda bahaya kehamilan tersebut.

d. Ibu mengerti tentang manfaat dari beristirahat yang cukup, dan menjaga pola makan
yang sehat.
e. Ibu mengerti cara merawat personal hygiene dan ibu mampu dan bersedia
mempraktekannya pada kehidupan sehari-hari.

f. Ibu mengerti dan telah mempersiapkan apa saja yang diperlukan pada saat persalinan.

g. Ibu mengerti akan kunjungan ulang pada waktu yang ditentukan yaitu 2 kali dalam
seminggu.
ANALISA DATA

Nama pasien : Ny P

Umur : 25 tahun

No. Register : 190AROP671

Kemungkinan
Kelompok Data Masalah
(Penyebeab masalah)
DS : Ibu mengatakan sering Gangguan pola eliminasi urine
buang air kecil, sejak pada masa kehamilan
kehamilan trimester III, trismester III
Perubahan pada ibu hamil
dalam sehari ibu buang air
kecil bisa 8-12 kali sehari,
dan ibu belum pernah
mendapat penanganan. Perubahan Fisiologis

DO: Keadaan Ibu :Baik Sistem perkemihan

Keadaan emosional Ibu :


Stabil
Janin berkembang
Tinggi badan : 155 cm

Berat Badan : 56 kg
Penekanan pada VU
TTD

TD : 120/80mmhg
Peningkatan frekuensi BAK
N : 80x/menit

RR : 15x/menit
Gangguan Eliminasi Urin
S : 36,5ºC
DAFTAR PUSTAKA

Huliana, Mellyna, 2003, Perawatan Ibu Pasca Melahirkan, Jakarta : Puspaswara

Farrer, Helen, 1999, Perawatan Maternitas, Jakarta : EGC

Mansjoer Arief, 2000, Kapita Selekta Kedokteran, Jakarta : Media Assculapius

Wiknjoasastro Hanifa, 2005, Ilmu Kebidanan, Jakarta : YBP-SP

Fakultas Kedokteran UNPAD, 1983, Obstetri Fisiologi, Bandung : Eleman

You might also like