Professional Documents
Culture Documents
BAB I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang.
Begitu pula dengan laporan Badan Pusat Statistik (BPS) di Indonesia terjadi
peningkatan Umur Harapan Hidup. Pada tahun 2000 Umur Harapan Hidup di
Indonesia adalah 64,5 tahun dengan persentase populasi lanjut usia adalah 7,18%.
Angka ini meningkat menjadi 69,43 tahun pada tahun 2010 dengan persentase
populasi lanjut usia adalah 7,56% kemudian pada tahun 2011 menjadi 69,65 tahun
dengan persentase populasi lanjut usia adalah 7,58%. Hasil data Riset Kesehatan
dasar (Riskesdas) 2013, prevalensi hipertensi pada penduduk berumur 18 tahun ke
atas pada tahun 2013 sebesar (25,8%). Data tertinggi di Bangka Belitung (30,9%),
diikuti Kalimantan Selatan (30,8%), Kalimantan Timur (29,6%), Jawa Barat (29,4%)
dan Gorontalo (29,4%). Provinsi Sulawesi Utara mencapai (15,2%).
69 orang, Abses 2%; 48 orang, ISK 2%; 37 orang. (sumber laporan LB 1 PKM
Kahakitang 2016). Hipertensi tertinggi ke III dari 10 penyakit yang dikaji pada bulan
Februari 2016 sampai Oktober 2017 berjumlah 285 orang, hipertensi ini terjadi karna
pola makan yang tidak teratur serta kebiasaan masyarakat setempat yang sering
mengkonsumsi ikan garam dengan porsi yang banyak sehingga menyebabkan tekanan
darah meningkat sehingga dengan adanya peningkatan tekanan darah dapat
menyebabkan kecemasan pada lanjut usia, dalam penelitian ini total sampel
berjumlah 95 orang terdiri dari 12 orang laki-laki dan 83 orang perempuan.
Hasil survei pada hari senin 9 oktober 2017 saat wawancara pada 5 orang pasien
lanjut usia yang datang berobat ke puskesmas diketahui memiliki riwayat hipertensi
dengan hasil pemeriksaan tekanan darah diatas 140/90 mmHg. Mereka merasa cemas
karena penyakit hipertensi yang diderita sudah berlangsung lama, dan ada 2 diantara
mereka yang pernah mengalami stroke. Petugas kesehatan mengatakan bahwa selama
ini belum ada yang melakukan penelitian mengenai tingkat kecemasan pada pasien
lansia dengan hipertensi.
Penelitian Kadek Devi Pramana, Okatiranti dan Tita Puspita Ningrum (2016)
mengatakan ada hubungan antara tingkat kecemasan dengan kejadian hipertensi di
Panti Sosial Tresna Werdha Senjarawi Bandung. Hasil penelitian Laksita Dwi Indra
(2016) ditemukan ada hubungan lama penyakit hipertensi dengan tingkat kecemasan
pada lansia di Desa Praon Nusukan Surakarta. Demikian juga hasil penelitian
Uswandari Dian Baiq (2017) ditemukan ada hubungan antara kecemasan dengan
kejadian hipertensi pada lansia di Panti Sosial Tresna werdha. Penelitian Siwu
Chrisendi (2014) mengatakan ada hubungan penyakit hipertensi dengan tingkat
kecemasan pada lanjut usia di Wilayah Kerja Puskesmas Minanga Kecamatan
Malalayang.
Dari data yang diperoleh maka penulis tertarik melakukan penelitian dengan
judul hubungan penyakit hipertensi dengan tingkat kecemasan pada lanjut usia di
Wilayah Kerja Puskesmas Kahakitang Kecamatan Tatoareng.
3
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan pada latar belakang masalah yang telah diuraikan, maka rumusan
Kecamatan Tatoareng?
C. Tujuan penelitian
a. Tujuan umum
Mengetahui hubungan penyakit hipertensi dengan tingkat kecemasan pada lanjut usia
D. Manfaat Penelitian
a.Bagi Institusi Pendidikan.
Sebagai contoh dalam penelitian lanjutan dan bahan pertimbangan bagi yang
mutu aspek komprehensif, Menguasai kebijakan, kuesioner yang ada dan pelayanan
Ada pengaruh hipertensi bagi klien jika berobat dengan benar supaya
A. Hipertensi
1. Definisi
Hipertensi atau tekanan darah tinggi adalah peningkatan tekanan persistem
pada pembuluh darah arteri, dimana tekanan darah sistolik di atas 140 mmHg dan
tekan diastolic diatas 90 mmHg (LeMone, Burke,& Baudoff, 2013; World Health
yang berlangsung terus-menerus dan terjadi dalam jangka waktu yang lama.
Hipertensi adalah suatu kondisi saat nilai tekanan sistolik lebih tinggi dari 140
mmHg atau nilai tekanan diastolic lebih tinggi dari 90 mmHg. untuk menegahkan
dengan jarak 1 minggu bila tekanan darah kurang dari 160/100 mmHg (Garnadi,
2012).
Lingga (2012) mengatakan hipertensi umumnya dialami oleh orang tua.
hipertensi lebih besar dari pada wanita, namun setelah memasuki usia 60 tahun,
berjalan sesuai dengan pertambahan usia. Saat usia bertambah wanita lebih
stress yang dialami oleh wanita lanjut usia menyebabkan dirinya beresiko sebagai
menyempit dan menjadi kaku (Anggraini dkk, 2009). Berbagai faktor yang
aktivitas fisik, faktor genetik (keturunan), asupan makan, kebiasaan merokok, dan
seperti stroke. Menurut Hawari (2007) penyakit kronis dapat menyebabkan stress
psikologis yang dapat berlanjut menjadi kecemasan. Gangguan ini sering dialami
oleh individu yang berusia diatas 60 tahun dan lebih banyak menyerang wanita
daripada pria.
2. Etiologi
Hipertensi berdasarkan etiologinya dibagi menjadi dua yaitu hipertensi
hipertensi esensial ini masih belum diketahui, tetapi faktor genetik dan
hipertensi antara lain konsumsi garam berlebihan, obesitas dan aktifitas hidup
b. Hipertensi sekunder
Hipertensi sekunder diderita sekitar 5% pasien hipertensi (Weber dkk, 2014).
serta sindrom cushing atau penyakit yang disebabkan oleh hormone kortisol yang
abnormal.
3. Gejala klinis Hipertensi.
Menurut WHO (2013) sebagian besar penderita hipertensi tidak merasakan
nafas pendek, pusing, nyeri dada, palpasi, dan epistaksis gejalan ini sering
diketahui melalui pemeriksaan tekanan darah atau terjadi karena penyakit lain.
Beberapa gejala tersebut berbahaya jika diabaikan, tetapi bukan merupakan tolak
stigmomanometer air raksa atau dengan tensimeter digital. Hasil dari pengukuran
tersebut adalah tekanan darah sistolik maupun diastolic yang dapat digunakan
tekanan darah tersebut menurut JNC VII 2003 sebagai berikut seperti yang
5. Patofisiologi Hipertensi
Menurut Wijaya (2013) proses terjadinya hipertensi adalah menurunnya tonus
otot vaskuler merangsang saraf simpatis untuk diturunkan ke sel jugularis. Sel
jugularis ini yang menyebabkan meningkatnya tekanan darah, jika sel jugularis ini
diteruskan pada ginjal akan mempengaruhi ekskresi renin yang berkaitan dengan
pada organ seperti ginjal dan mata sehingga jika hipertensi tidak ditangani dan
dikontrol dengan baik dapat mengakibatkan akibat lanjut seperti stroke, gagal
6. Komplikasi Hipertensi.
Wijaya (2013) mengatakan tekanan darah tinggi jika tidak ditangani atau
diobati, maka dalam jangka panjang akan merusak pembuluh darah diseluruh
a. Stroke
(dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) timbul gejala
dan tanda yang sesuai dengan daerah fokal diotak yang terganggu. Stroke
b. Retinopati Diabetik
c. Kerusakan ginjal
dengan baik.
Gagal ginjal dibagi 2 golongan yaitu gagal ginjal akut dan kronik. Gagal
fungsi ginjal yang bersifat menahun dan akhirnya akan mencapai gagal ginjal
terminal.
9
7. Pengendalian Hipertensi.
(2013) pola hidup sehat yang dianjurkan untuk mencegah dan mengontrol
hipertensi adalah :
a. Gizi seimbang dan pembatasan gula, garam dan lemak (Dietary Approaches
(2013)
18,5-22,9 kg/m2, lingkar pinggang <90 cm untuk laki-laki atau <80 cm untuk
perempuan.
Berolaraga seperti senam aerobic atau jalan cepat selama 30-45 menit sejauh 3
kilometer lima kali per minggu dapat menurunkan tekanan darah sistol 4
d. Berhenti merokok
1. Inisiatif sendiri
3. Kelompok program
8. Pencegahan Hipertensi
(2013) pencegahan hipertensi dapat dilakukan dengan jenis obat anti hipertensi
antara lain :
a. Diuretik
11
Obat jenis diuretik bekerja dengan mengeluarkan cairan tubuh (lewat kencing)
sehingga volume cairan tubuh berkurang, tekanan darah turun dan beban
Mekanisme kerja obat antihipertensi ini adalah melalui penurunan laju nadi
Obat yang termasuk golongan ini adalah Valsartan, lisinopril dan Ramipril.
B. Kecemasan
1. Definisi
Kecemasan adalah suatu perasaan subjektif mengenai ketegangan mental
masalah atau tidak adanya rasa aman. Perasaan yang tidak menentu tersebut pada
Kecemasan sangat berkaitan dengan perasaan tidak pasti dan tidak berdaya.
Keadaan emosi ini tidak memiliki objek yang spesifik. Namun kondisi dialami
merupakan konflik emosional. Fungsi dari ego atau aku adalah menengahi
tuntutan dari dua elemen yang bertentangan, dan fungsi ansietas adalah
c. Pandangan perilaku
Ansietas merupakan suatu yang mengganggu kemampuan untuk
suatu keluarga ada tumpang tindih dalam gangguan ansietas dengan depresi.
e. Kajian Biologis
Dalam kajian ini menunjukan bahwa otak mengandung reseptor khusus
Menurut Kusnadi Jaya (2015) faktor presipitasi dari kecemasan adalah sebagai
berikut :
a. Ancaman terhadap integritas diri
Ketidakmampuan fisiologis yang akan dating atau menurunkan kapasitas
hipertensi, gelisah, tremor, gangguan lambung, diare, takut akan apa yang
hatian atau kewaspadaan yang tidak jelas, gejala kecemasan yang muncul dapat
14
berbeda pada masing-masing orang.(Kaplan, Sadock, & Grebb dalam Fitri Fauziah
kecemasan sedang, kecemasan berat, dan panik. (Stuart & Laraia 2005 dalam Eka
Angelina, 2010).
a. Kecemasan ringan (Mild anxiety)
Merupakan kecemasan yang terjadi akibat kejadian sehari-hari selama
hidup. Pada level ini seorang akan merasa waspada dan pandangan perseptual
orang tersebut meningkat. Seseorang itu lebih peka dalam melihat, mendengar
dan merasakan. Level kecemasan ini dapat memotivasi diri untuk belajar dan
belajar dengan baik, motivasi meningkat, dan tingkah laku sesuai situasi.
b. Kecemasan sedang (Moderate anxiety)
Pada level ini seseorang hanya focus pada urusan yang akan dilakukan
yang dilihat, didengar dan dirasakan menjadi lebih sempit, pada level ini
seseorang akan fokus pada sumber kecemasan yang dihadapi mulai membuat
perencanaan tetapi dia masih dapat melakukan hal lain jika menginginkan
Seseorang akan menjadi focus pada sumber kecemasan yang dia rasakan dan
tidak berfikir lagi tentang hal lain. Semua perilaku yang muncul kemudian
Manifestasi yang muncul pada tingkat ini adalah mengeluh pusing, sakit
kepala, mual, tidak dapat tidur (insomnia). Sering kencing, diare, palpitasi,
tidak dapat belajar secara efektif berfokus pada dirinya sendiri, munculnya
mampu melakukan sesuatu meskipun diberi pengarahan. Tanda dan gejala yang
terjadi pada keadaan in adalah susah bernafas. Dilatasi pupil palpitasi, pucat,
8. Pengendalian kecemasan
Menurut Kusnadi Jaya (2015) pengendalian kecemasan adalah upaya dalam
merupakan bagian dari pengendalian diri. Metode yang dikenal didunia psikologi
adalah salah satu Teknik dalam terapi perilaku yang dapat mengurangi
17
usia (lansia) adalah seseorang yang telah memasuki usia 60 tahun keatas. Lansia
merupakan kelompok umur pada manusia yang telah memasuki tahapan akhir dari
fase kehidupannya. Kelompok yang dikategorikan lansia ini akan terjadi suatu
fungsi normalnya sehingga tidak dapat bertahan terhadap jejas (termasuk infeksi)
Menurut Azizah (2011) Lansia atau dikenal dengan lanjut usia merupakan
suatu proses yang alami yang ditentukan oleh Tuhan Yang Maha Esa. Semua
orang akan mengalami proses menjadi tua dan masa hidup manusia yang terakhir.
normalnya secara perlahan sehingga daya tahan tubuh tidak dapat bertahan untuk
menghadapi rangsangan dari dalam maupun dari luar tubuh. Hal ini disebut
tahapan menurunnya berbagai fungsi organ tubuh, yang ditandai dengan semakin
meningkatnya usia sehingga terjadi perubahan dalam struktur dan fungsi sel,
jaringan, serta sistem organ. Perubahan tersebut pada umumnya mengaruh pada
kemunduran kesehatan fisik dan psikis yang pada akhirnya akan berpengaruh
pada ekonomi dan social lansia. Sehingga secara umum akan berpengaruh pada
Hal ini dideskripsikan oleh Burnside (1979), Duvall (1977) dan Havirghust
(1953) dikutip oleh Potter dan Perry (2005), Tujuh kategori utama tugas
2. Sistem persarafan
dengan stress.
3. Presbiakusis (gangguan pada pendengaran)
Hilangnya kemampuan (daya) pendengaran pada telinga dalam
terutama terhadap bunyi suara atau nada-nada yang tinggi, suara yang
tidak jelas, sulit mengerti kata-kata, 50% terjadi pada usia diatas 65
kornea lebih terbentuk sferis (bola), lensa lebih suram (kekeruhan pada
mmHg.
6. Sistem pengaturan temperature tubuh.
Pada pengaturan suhu hipotalamus dianggap bekerja sebagai suatu
kesehatan gigi yang buruk dan gizi yang buruk, indera pengecap
aliran darah.
9. Sistem reproduksi.
Perubahan system reproduksi lansia ditandai dengan menciutnya
ovary dan uterus terjadi atrofi payudara, pada laki-laki testi masih
dapat
angsur.
10. Sistem perkemihan
Pada system perkemihan terjadi perubahan yang siginifikan,
dan vaskularisasi.
13. Sistem musculoskeletal
Dewasa lansia yang melakukan aktifitas secara teratur tidak
kehilangan massa atau tonus otot dan tulang sebanyak lansia yang
kenangan buruk
2. Intellegentian Qusntion (iq) tidak berubah dengan informasi
dan family
9. Penyakit kronis dan ketidakmampuan
10. Hilangnya ketakutan dan kelengkapan fisik
11. Perubahan konsep gambaran diri dan konsep diri.
23
D. Kerangka Konsep
Derajat Penyakit
hipertensi - Ringan
- Sedang
- Berat
- Panik
lanjut usia )
E. Hipotesis Penelitian
Ha : Ada hubungan penyakit hipertensi dengan tingkat kecemasan pada lanjut usia
24
A. Jenis Penelitian
sectional artinya obyek diobservasi satu kali saja dan pengukuran menggunakan
variabel independen dan dependen dilakukan pada saat penelitian. Hal ini dilakukan
lanjut usia.
1. Lokasi
2. Waktu
Adapun waktu pelaksanaan penelitian yaitu bulan September 2017 sampai dengan
C. Variabel Penelitian
D. Definisi Operasional.
Tabel 5. Variabel, defisini operasional, parameter, alat ukur, skor, dan skala
penelitian.
Variabel Difinisi Parameter Alat Ukur Skor Skala
Operasional
Variabel Hipertensi pada Sistolik Tensimete Ringan Ordina
bebas lanjut usia diastolic r air raksa
sistolik : l
(independen merupakan 140-159
) : Derajat suatu keadaan mmHg
Penyakit penurunan Diastolik :
hipertensi fungsi tubuh 90-99
akibat mmHg
pertambahan Sedang
usia Sistolik :
160-169
mmHg
Diastolik :
100-109
mmHg
Berat
Sistolik :
≥180
mmHg
Diastolic
≥110
mmHg
Variabel Kecemasan - Somati Kuesioner Tidak ada Ordina
terikat merupakan c GAS kecemasa l
(dependen) perasaan - Kogniti n :0-13
:Tingkat khawatir yang f Kecemasa
kecemasan dirasakan lansia - Afektif n ringan :
pada lanjut yang - Perilak 14-24
usia menimbulkan u Kecemasa
gejala n sedang :
1. 25-49
Perasaan Kecemasa
- Cemas n Berat :
- Ketakuta 50-75
n
2. Tidur
3. Kecerdasan
4. Perilaku
26
1. Populasi
Populasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah semua lanjut usia yang
2. Sampel
a. Lansia dengan riwayat penyakit hipertensi tetapi pada saat penelitian tidak
hipertensi
b. Lansia yang ketergantungan dalam memberikan keputusan
c. Lansia yang tidak berada ditempat saat penelitian
d. Lansia yang tidak bersedia jadi responden.
F. Instrumen Penelitian
darah. Untuk mengetahui tingkat kecemasan pada lanjut usia menggunakan kuesioner
GAS (Geriatric Anxiety Scale) yang terdiri dari 30 pernyataan tetapi yang hanya
responden.
27
Cara mengisi setiap pernyataan. diberi nilai 0 (tidak ada gejala sama sekali), nilai 1
kadang-kadang ( 1-2 kali dalam seminggu, nilai 2 seringkali (3-5 kali dalam
seminggu), nilai 3 sepanjang waktu (6-7 kali dalam seminggu). Rentang penilaian
skor 0-13 (tidak ada kecemasan), 14-24 (kecemasan ringan), 25-49 (kecemasan
pada lanjut usia dilakukan pengukuran tekanan darah dengan menggunakan stetoskop
dan tensimeter air raksa merek GEA, hasil penilaian didapatkan melalui pengukuran
dengan rentang ringan Sistolik 140-159 mmHg Diastolik 90-99 mmHg, sedang
Sistolik 160-169 mmHg Diastolik 100-109 mmHg, berat Sistolik ≥ 180 mmHg
Dalam penelitian ini ada 2 jenis dan sumber data yang digunakan antara lain :
1. Data primer
Data primer adalah data yang diperoleh melalui hasil penelitian secara
langsung terhadap objek yang sedang diteliti. Data ini diperoleh melalui
2. Data sekunder.
Data sekunder berupa profil dokumen rekam medis pasien yang didapat
dipuskesmas kahakitang
dilakukan
pengukuran tekanan darah pada responden oleh peneliti dan petugas
H. Jalannya Penelitian
Dalam penelitian ini ada beberapa tahap yang dilakukan antara lain :
1. Tahap persiapan.
b. Pengajuan judul
d. Pengumpulan referensi
e. Menyusun proposal
f. Seminar proposal
2. Tahap pelaksanaan
Jurusan Keperawatan
dan
g. Data dimasukan ke master tabel dan data diolah melalui analisis statistik
1. Editing, yaitu setiap lembar jawaban diteliti kembali, apakah jawaban pada
3. Transferring, yaitu pemindahan data atau penyusunan yang telah diberi kode
4. Entry Data, proses memasukan data dalam master table dan pengolahan
5. Cleaning yaitu proses pengecekan ulang dan pembersihan data dari kesalahan.
Analisa Data
30
1. Analisa Univariat
Dalam penelitian ini menguji setiap variabel dan disajikan dalam bentuk
tabel antara lain umur, jenis kelamin, tingkat kecemasan, dan penyakit
2. Analisa Bivariat
Analisa yang dilakukan terhadap dua variabel yaitu variabel dependen dan
derajat
kemaknaan (α) < 0,05, dan tingkat siginifikan > 95% dengan rumus :
X2 : ∑ ( fo – fe)2
Fe
Keterangan :
X2 = harga nilai chi-square
Fo = frekuensi observasi
Fe = frekuensi harapan (Alimul, 2007)
Dimana :
a. Jika X2 hitung < X2 rabel, maka ada hubungan yang bermakna antara
b. Jika X2 hitung > X2 rabel, maka tidak ada hubungan yang bermakna antara
J. Etika Penelitian
1. Informed consent
31
lembar alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan
3. Kerahasiaan (confidentiality)
Kampung yaitu :
1. Kampung Kahakitang
2. Kampung Dalako Bembanehe
3. Kampung Taleko Batusaiki
4. Kampung Kalama
5. Kampung Mahengetang
6. Kampung Para
7. Kampung Para I
Wilayah ini sebagian besar terdiri dari lautan dan dataran yang berbukit-bukit
b. Tenaga
Fasilitas tenaga kesehatan puskesmas kahakitang pada tahun 2018 berjumlah
19 orang yang terdiri atas Dokter Umum 2 orang, Bidan 7 Orang, Perawat 5
dengan laki-laki 2758 jiwa, perempuan 2599 jiwa dengan jumlah KK adalah 1731
kepadatan paling tinggi berada di kampung Kalama 8,6 Km². dan yang terendah
B. Hasil Penelitian
pada lanjut usia terdapat pada umur 60 - 74 tahun berjumlah 35 orang ( 52, 25%)
pada lanjut usia dalam penelitian ini ditemukan jumlah terbanyak penderita
hipertensi pada lanjut usia dengan jenis kelamin perempuan sebanyak 59 orang
lanjut usia dalam penelitian ditemukan jumlah tertinggi penderita hipertensi pada
orang (4,47%).
lanjut usia dalam penelitian ini ditemukan jumlah tertinggi penderita hipertensi
pada lanjut usia dengan pekerjaan IRT sebanyak 54 orang (80,60%), sedangkan
b. Penyakit Hipertensi
orang (36%) berada pada tingkat hipertensi ringan dan berat, sedangkan yang
sedang.
c. Tingkat kecemasan
penderita hipertensi pada lanjut usia ditemukan yang tertinggi dengan jumlah
30 orang (44,78%) pada tingkat kecemasan sedang dan yang terendah dengan
Tabel 12. Tabulasi Silang Antara Penyakit Hipertensi Dengan Tingkat Kecemasan
Pada Lanjut Usia
Dari tabel diatas menunjukan tabulasi silang antara variabel penyakit hipertensi
dan tingkat kecemasan pada lanjut usia, ternyata dari 24 lanjut usia dengan
ringan dan 7 (29,2%) lanjut usia dengan tingkat kecemasan sedang. Dari 19
lanjut usia dengan hipertensi sedang terdapat 4 (21,1%) lanjut usia dengan
sedang dan 1 (5,3%) lanjut usia dengan tingkat kecemasan berat. Dari 24 lanjut
usia dengan hipertensi berat terdapat 9 (37,5%) lanjut usia dengan tingkat
kecemasan sedang dan 15 (62,5%) lanjut usia dengan tingkat kecemasan berat.
Dari hasil uji pearson Chi-square didapat nilai x² = 48,719 dengan p (asmp.sig)
= 0,000 <0,05 berarti bermakna, Jadi Ho ditolak dan Ha diterima. Hal ini
Kahakitang.
38
C. Pembahasan
Setelah dilakukan penyajian data dalam bentuk tabel distribusi, dilakukan
pembahasan hasil penelitian sesuai dengan variabel yang diteliti, dari hasil penelitian
ini diperoleh :
1. Analisa Univariat
a. Karakteristik Responden.
Berdasarkan hasil penelitian Di Wilayah Kerja Puskesmas Kahakitang
hipertensi berat 24 orang dengan total lanjut usia yang menjadi responden 67
orang. Menurut Maryan Ekasari, dkk (2010), dalam perkembangan lanjut usia
penurunan fungsi tubuh akan banyk terjadi. Penurunan fungsi tubuh pada
sistem kekebalan tubuh dalam menghadapi gangguan dari dalam maupun luar
tubuh, salah satu gangguan kesehatan yang paling banyak dialami pada lansia
(marliani, 2007).
39
(Anggraini, 2009).
c. Pendidikan
Berdasarkan frekuensi Pendidikan menunjukan bahwa tingkat Pendidikan
berlangsung dalam lingkungan dan sepanjang hidup serta segala situasi hidup
yang ada. Menurut Lodahl & Kejner dalam Aryaningtyas & suharti (2013).
diri individu.
e. Tingkat Hipertensi
Berdasarkan tingkat hipertensi didapat bahwa dari 67 lanjut usia yang
hipertensi tingkat ringan 24 lanjut usia (36%) dan hipertensi tingkat berat 24
lanjut usia (36%). Hasil penelitian tersebut menunjukan bahwa sebagian besar
tekanan darahnya, jadi orang yang lebih tua cenderung mempunyai tekanan
darah yang tinggi dibanding dengan yang berusia lebih muda, pada lanjut usia
140 mmHg dan diastolik 90 mmHg maka diperlukan perhatian serius untuk
stress.
f. Tingkat Kecemasan
Berdasarkan frekuensi tingkat kecemasan, didapat bahwa dari 67 sampel
pada usia lanjut kecemasan akan kematian menjadi masalah psikologis yang
penting pada lanjut usia, khususnya lanjut usia yang mengalami penyakit
kronis.
2, Analisa Bivariat
hipertensi dan tingkat kecemasan pada lanjut usia, ternyata dari 24 lanjut usia
dengan hipertensi ringan terdapat 17 (70,8%) lanjut usia dengan tingkat kecemasan
41
ringan dan 7 (29,2%) lanjut usia dengan tingkat kecemasan sedang. Dari 19 lanjut
usia dengan hipertensi sedang terdapat 4 (21,1%) lanjut usia dengan tingkat
kecemasan ringan, 14 (73,7%) lanjut usia dengan tingkat kecemasan sedang dan 1
(5,3%) lanjut usia dengan tingkat kecemasan berat. Dari 24 lanjut usia dengan
hipertensi berat terdapat 9 (37,5%) lanjut usia dengan tingkat kecemasan sedang
(asmp.sig) = 0,000 <0,05 berarti bermakna, Jadi Ho ditolak dan Ha diterima. Hal
ini menunjukan bahwa ada hubungan yang bermakna antara penyakit hipertensi
penelitian yang dilakukan Laksita Dwi Indra (2016). Mengatakan ada Hubungan
lama penyakit hipertensi dengan tingkat kecemasan pada lansia Di Desa Praon
hipertensi dengan tingkat kecemasan pada lanjut usia Di Wilayah Kerja Puskesmas
antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia Di Panti Sosial Tresna
werdha.
Hal ini didukung oleh pendapat lingga (2012). Bahwa pertambahan usia
Penyakit kronis seperti hipertensi dapat menyebabkan stress psikologis yang dapat
42
Raharisti Rufaidah, (2009). Kecemasan yang terjadi pada lanjut usia terjadi karena
ekonomi dan waktu berkumpul dengan keluarga sangat sedikit dikarenakan anak-
A. Kesimpulan
43
hipertensi pada lanjut usia yang berumur 45-90 tahun keatas yang menderita
hipertensi 24 orang (36%) masing-masing berada pada hipertensi ringan dan berat
dengan tingkat kecemasan sedang 30 lanjut usia (44,78%) sehingga pada hasil
penelitian yang di analisis melalui uji chi-square ditemukan p = 0,000 yang lebih
kecil dari α = 0,05 yang berarti bahwa ada hubungan yang sangat bermakna pada
penyakit hipertensi dengan tingkat kecemasan pada lanjut usia Di Wilayah Kerja
B. Saran
Berdasarkan kesimpulan diatas maka penulis mamberikan saran sebagai berikut :
1. Bagi Petugas Kesehatan Di Wilayah Kerja Puskesmas Kahakitang agar
mengajurkan lanjut usia untuk tetap mengontrol tekanan darah dan menjaga
usia.
penelitian lainnya.