Professional Documents
Culture Documents
DISUSUN OLEH :
KELOMPOK 1 : K3
ARMAN
M. ANWAR
GUTAP SURAJI
SITI MARIYAM
BANDAR LAMPUNG
2012
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “
FILARIASIS (KAKI GAJAH)“.
Kami menyadari makalah ini jauh dari kata sempurna, oleh karena itu
kritik dan saran yang dapat mendukung sangat kami harapkan. Jika ada kesalahan
dalam penulisan makalah ini kami mohon maaf.
Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
Latar Belakang
Filariasis (penyakit kaki gajah) atau juga dikenal dengan elephantiasis adalah
penyakit menular dan menahun yang disebabkan oleh infeksi cacing filaria yang
ditularkan melalui gigitan berbagai spesies nyamuk. Di Indonesia, vektor penular
filariasis hingga saat ini telah diketahui ada 23 spesies nyamuk dari genus
Anopheles,Cu lex, Mansonia, Aedes dan Armigeres. Filariasis dapat
menimbulkan cacat menetap berupa pembesaran kaki, tangan, dan organ kelamin.
A B C
Gambar 1. Mikrofilaria Wuchereria bancrofti (A), Brugia malayi (B), dan Brugia
timori (C).(Sumber : Juni Prianto L.A. dkk., 1999)
Pada Wuchereria bancrofti, mikrofilarianya berukuran ±250µ, cacing
betina dewasa berukuran panjang 65 – 100mm dan cacing jantan dewasa
berukuran panjang ±40mm (Juni Prianto L.A. dkk., 1999). Di ujung daerah kepala
membesar, mulutnya berupa lubang sederhana tanpa bibir (Oral stylet) seperti
terlihat pada Gambar 2. Sedangkan pada Brugia malayi dan Brugia timori,
mikrofilarianya berukuran ±280µ. Cacing jantan dewasa panjangnya 23mm dan
cacing betina dewasa panjangnya 39mm (Juni Prianto L.A. dkk., 1999).
Mikrofilaria dilindungi oleh suatu selubung transparan yang mengelilingi
tubuhnya. Aktifitas mikrofilaria lebih banyak terjadi pada malam hari
dibandingkan siang hari. Pada malam hari mikrofilaria dapat ditemukan beredar di
dalam sistem pembuluh darah tepi. Hal ini terjadi karena mikrofilaria memiliki
granula-granula flouresen yang peka terhadap sinar matahari. Bila terdapat sinar
matahari maka mikrofilaria akan bermigrasi ke dalam kapiler-kapiler paru-paru.
Ketika tidak ada sinar matahari, mikrofilaria akan bermigrasi ke dalam sistem
pembuluh darah tepi. Mikrofilaria ini muncul di peredaran darah pada waktu 6
bulan sampai 1 tahun setelah terjadinya infeksi dan dapat bertahan hidup hingga 5
– 10 tahun.
Hospes cacing filaria ini dapat berupa hewan dan atau manusia. Manusia
yang mengandung parasit dapat menjadi sumber infeksi bagi orang lain. Pada
umumnya laki-laki lebih mudah terinfeksi, karena memiliki lebih banyak
kesempatan mendapat infeksi (exposure). Hospes reservoar adalah hewan yang
dapat menjadi hospes bagi cacing filaria, misalnya Brugia malayi yang dapat
hidup pada kucing, kera, kuda, dan sapi.
Banyak spesies nyamuk yang ditemukan sebagai vektor filariasis,
tergantung pada jenis cacing filarianya dan habitat nyamuk itu sendiri. Wuchereria
bancrofti yang terdapat di daerah perkotaan ditularkan oleh Culex
quinquefasciatus, menggunakan air kotor dan tercemar sebagai tempat
perindukannya. Wuchereria bancrofti yang ada di daerah pedesaan dapat
ditularkan oleh berbagai macam spesies nyamuk.
Di Irian Jaya, Wuchereria bancrofti terutama ditularkan oleh Anopheles
farauti yang menggunakan bekas jejak kaki binatang untuk tempat perindukannya.
Di daerah pantai di NTT, Wuchereria bancrofti ditularkan oleh Anopheles
subpictus. Brugia malayi yang hidup pada manusia dan hewan ditularkan oleh
berbagai spesies Mansonia seperti Mansonia uniformis, Mansonia bonneae, dan
Mansonia dives yang berkembang biak di daerah rawa di Sumatera, Kalimantan,
dan Maluku. Di daerah Sulawesi, Brugia malayi ditularkan oleh Anopheles
barbirostris yang menggunakan sawah sebagai tempat perindukannya. Brugia
timori ditularkan oleh Anopheles barbirostris yang berkembang biak di daerah
sawah, baik di dekat pantai maupun di daerah pedalaman. Brugia timori hanya
ditemukan di daerah NTT dan Timor Timur.
Tanda dan Gejala
1. Filariasis Akut
a. Demam berulang-ulang selama 3 - 5 hari, Demam dapat hilang bila
istirahat dan muncul lagi setelah bekerja berat
b. pembengkakan kelenjar getah bening (tanpa ada luka) didaerah lipatan
paha, ketiap (lymphadenitis) yang tampak kemerahan, panas dan sakit
c. radang saluran kelenjar getah bening yang terasa panas dan sakit yang
menjalar dari pangkal kaki atau pangkal lengan kearah ujung
(retrograde lymphangitis)
d. filarial abses akibat seringnya menderita pembengkakan kelenjar getah
bening, dapat pecah dan mengeluarkan nanah serta darah
e. pembesaran tungkai, lengan, buah dada, buah zakar yang terlihat agak
kemerahan dan terasa panas (early lymphodema).
2. Filariasis Kronis
elefantiasis (penebalan kulit dan jaringan-jaringan di bawahnya yang
menetap) pada tungkai, lengan, buah dada, buah zakar (elefantiasis skroti).
D. Epidemiologi
Filariasis ditemukan di daerah tropis Asia, Afrika, Amerika Tengah dan
Selatan, dengan 120 juta manusia terjangkit. WHO mencanangkan program dunia
bebas filariasis pada tahun 2020. Di Indonesia penyakit Kaki Gajah tersebar luas
hampir di Seluruh propinsi. Berdasarkan laporan dari hasil survei pada tahun 2000
yang lalu tercatat sebanyak 1553 desa di 647 Puskesmas tersebar di 231
Kabupaten 26 Propinsi sebagai lokasi yang endemis, dengan jumlah kasus kronis
6233 orang. Hasil survai laboratorium, melalui pemeriksaan darah jari, rata-rata
Mikrofilaria rate (Mf rate) 3,1 %, berarti sekitar 6 juta orang sudah terinfeksi
cacing filaria dan sekitar 100 juta orang mempunyai resiko tinggi untuk ketularan
karena nyamuk penularnya tersebar luas.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
1. Filariasis adalah penyakit yang disebabkan oleh cacing filaria yang hidup
dalam sistem limfe dan ditularkan oleh nyamuk. Bersifat menahun dan
menimbulkan cacat menetap. Gejala klinis berupa demam berulang 3-5
hari, pembengkakan kelenjar limfe, pembesaran tungkai, buah dada, dan
skrotum.
2. Mekanisme penularan yaitu ketika nyamuk yang mengandung larva
infektif menggigit manusia, maka terjadi infeksi mikrofilaria. Tahap
selanjutnya di dalam tubuh manusia, larva memasuki sistem limfe dan
tumbuh menjadi cacing dewasa. Kumpulan cacing filaria dewasa ini
menjadi penyebab penyumbatan pembuluh limfe. Akibatnya terjadi
pembengkakan kelenjar limfe, tungkai, dan alat kelamin.
3. Pencegahan filariasis dapat dilakukan dengan menghindari gigitan nyamuk
dan melakukan 3M. Pengobatan menggunakan DEC dikombinasikan
dengan Albendazol dan Ivermektin selain dilakukan pemijatan dan
pembedahan. Upaya rehabilitasi dapat dilakukan dengan operasi.
B. Saran
Diharapkan pemerintah dan masyarakat lebih serius menangani kasus filariasis
karena penyakit ini dapat membuat penderitanya mengalami cacat fisik sehingga
akan menjadi beban keluarga, masyarakat dan Negara. Dengan penanganan kasus
filariasis ini pula, diharapkan Indonesia mampu mewujudkan program Indonesia
Sehat Tahun 2010.
DAFTAR PUSTAKA