Professional Documents
Culture Documents
Disusun oleh :
3. Nilawati, Am.Keb
4. Suyati, SST
KATA PENGANTAR
Assalammualaikum Wr.Wb
Puji syukur penulis aturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat,
taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat
waktu.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah
membantu dalam proses pengerjaan makalah ini. Adapun makalah ini membahas
Seperti halnya kata pepatah, “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”. Meskipun
Wassalammualaikum Wr.Wb
i
Ciputat, September 2018
Penulis
DAFTAR ISI
A. Kesimpulan ................................................................................... 25
B. Saran .............................................................................................. 25
2
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Infeksi HIV/AIDS sampai saat ini belum ditemukan obat dan vaksin
(Pusat data dan Informasi Depkes,RI, 2006) jika perempuan yang masih dalam
menderita HIV positif selain untuk pencegahan primer dan terjadinya inveksi
3
reproduksinya secara komprehensif dan yang paling penting kontrasepsi pada
pengguna HIV adalah untuk mencegah penularan virus HIV dari ibu ke janin
yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak
semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang
program dan lintas sektor serta fungsi dan prosesnya. Adapun ruang lingkup
jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia,
konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, dll. Oleh karena
4
Dengan program keluarga berencana diharapkan dapat meningkatkan
derajat kesehatan dan mutu sumber daya manusia Indonesia sehingga dapat
yang cukup besar di Indonesia adalah jumlah kepadatan penduduk yang sangat
besar.
B. Rumusan Masalah
Berencana
3. Seperti apakah alat kontrasepsi yang dipilih bagi penderita HIV/A IDS?
Berencana
HIV/AIDS.
5
BAB II
PEMBAHASAN
A. Kesehatan Reproduksi/Sexual
secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu
Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan
sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi
serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan
kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara
(BKKBN,1996).
6
2. Keluarga berencana
HIV/AIDS.
Perilaku seksual adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik
dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2011). Perilaku
seksual remaja yang melewati batas dari kewajaran yang dilakukan remaja
mempunyai dampak besar bagi remaja dan pasangannya (UNFPA, 2009). Perilaku
seksual yang dilakukan remaja dengan pasangannya mulai dari ciuman bibir
sexuality, penyakit kelamin, HIV AIDS, kehamilan tidak dikehendaki, aborsi dan
(c) psikis,
kearah perilaku seksual yang benar dan bertanggung jawab serta dapat
7
membantunya dalam membuat keputusan pribadi yang penting tentang
pengetahuan yang benar, menghindari berbagai mitos dan informasi yang salah,
dapat memahami perilaku seksual yang benar pada diri sendiri dan masyarakat,
B. Keluarga Berencana ( KB )
yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health
2012).
kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara
8
CARA KERJA ALAT KONTRASEPSI ( ALKON )
Stimulating Hormone ).
siklus sehingga lendir serviks tetap kental dan sedikit, yang tidak
9
sifat-sifat ireguler atau atrofis, sehingga endometrium tidak dapat
tanda dan gejala dari suatu penyakit) untuk jangka waktu lama. Meski
10
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency
kumpulan tanda dan gejala penyakit. AIDS adalah bentuk lanjut dari
jamur, bakteri atau virus. Kebanyakan orang dengan HIV akan meninggal
dalam beberapa tahun setelah tanda pertama AIDS muncul bila tidak ada
terinfeksi dan virus mulai mereplikasi diri dalam sel orang tersebut
untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibodi yang
minggu dan disebut masa jendela (window period). Selama masa jendela,
pasien sangat infeksius, mudah menularkan kepada orang lain, meski hasil
11
mengalami masa infeksi akut pada masa infeksius ini, di mana gejala dan
Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap tanpa gejala dan tanda
orang lain. Kita hanya dapat mengetahui bahwa orang tersebut terinfeksi
diri secara cepat dan diikuti dengan perusakan sel limfosit T CD4 dan sel
seperti: usia kurang dari 5 tahun atau di atas 40 tahun, infeksi lainnya, dan
faktor genetik.
12
3. Cara Penularan HIV
melalui tiga cara, yaitu melalui (1) hubungan seksual, (2) penggunaan
jarum yang tidak steril atau terkontaminasi HIV, dan (3) penularan HIV
dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin dalam kandungannya, yang dikenal
a. Hubungan seksual
vaginal, anal, atau oral antara dua individu. Risiko tertinggi adalah
penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang
Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang ke luar dan masuk
perdarahan gusi, dan atau penyakit gigi mulut atau pada alat genital.
b. Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang
terinfeksi Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak
dan semprit suntikan, atau penggunaan alat medik lainnya yang dapat
13
menembus kulit. Kejadian di atas dapat terjadi pada semua pelayanan
(penasun). Pajanan HIV pada organ dapat juga terjadi pada proses
Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya. Virus
dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama
hamil, saat persalinan dan menyusui. Tanpa pengobatan yang tepat dan
dengan HIV
kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak
yang aman dan efektif serta penggunaan kondom secara konsisten akan
14
direncanakan. Perlu diingat bahwa infeksi HIV bukan merupakan indikasi
aborsi.
menggunakan kondom.
perempuan dengan HIV yang belum terindikasi untuk terapi ARV bila
memutuskan untuk hamil akan menerima ARV seumur hidupnya. Jika ibu
besar untuk memiliki anak HIV negatif. Ibu dengan HIV berhak
15
harus tetap dilakukan setiap hubungan seksual untuk pencegahan
perempuan yang berisiko tinggi, atau hidup dengan HIV. Di samping itu,
16
perempuan yang aktif secara seksual dan anak perempuan oleh petugas
kesehatan.
berencana yang belum terpenuhi antara 1,18 miliar wanita berusia 15-49
17
1) Kondom
dengan benar
anus / mulut.
injeksi).
kesehatan.
18
(IMS), termasuk infeksi HIV. Hal ini dapat dicapai baik
2) Pil
setiap hari.
berbahaya
3) KB Suntik
19
Merupakan metode kontrasepsi yang mengandung hormon
bokong.
dengan cara menarik keluar penis dari vagina saat terasa akan
adanya ejakulasi.
Butuh kerjasama
20
Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang dilakukan dengan
ejakulasi.
dibuahi.
ke dalam rahim.
rahim.
21
Perempuan dengan HIV dapat dengan aman menggunakan
Dapat dilepaska setiap kali pengguna ingin, dan dia bisa lagi
hamil.
7) Implan
Dapat dihapus setiap kali pengguna ingin, dan dia bisa lagi
hamil.
HIV/ AIDS
22
Spermisida : tidak diindikasikan untuk perempuan HIV-positif,
Pil, cincin, suntik kombinasi, atau mini-pil, JIKA pada ARV yang
1) Kondom saja
23
cara ini untuk membantu mencegah penularan HIV dan IMS lain
dan benar.
Jika kedua pasangan tahu bahwa mereka memiliki HIV, dan saling
a) Bantuan Mitra
jawab?
diinginkan.
24
c) Perlindungan dari IMS, termasuk HIV
HIV.
digunakan.
25
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
kearah perilaku seksual yang benar dan bertanggung jawab serta dapat
seksual yang sehat dapat mencegah dan menurunkan angka kejadian infeksi
pengguna HIV adalah untuk mencegah penularan virus HIV dari ibu ke janin
26
B. Saran
27
DAFTAR PUSTAKA
Yoga Tjandra, Wandara Toni, at all. 2011, Pedoman Pencegahan Penularan HIV
Pulungsih, Sri Pandam et all, 2011, Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu
Varney, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 1. Jakarta : EGC
YBS-SP
Sinar Harapan
28
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana
29