You are on page 1of 30

KESEHATAN SEKSUAL DAN KELUARGA BERENCANA

Disusun untuk memenuhi salah satu tugas

Mata Kuliah Keperawatan HIV/AIDS

Dosen : Ns. Dewa Ayu Saraswati, S.Kep, M.Kep

Disusun oleh :

1. Devi Andriani, Am.Keb

2. Niken sulistya, Am.Keb

3. Nilawati, Am.Keb

4. Suyati, SST

5. Umatum Khasanah, Am.Keb

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN

STIKES IMC BINTARO


2018

KATA PENGANTAR

Assalammualaikum Wr.Wb

Puji syukur penulis aturkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmat, nikmat,

taufik, serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini tepat

waktu.

Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada semua pihak yang telah

membantu dalam proses pengerjaan makalah ini. Adapun makalah ini membahas

tentang Kesehatan Seksual dan Keluarga Berencana, disusun untuk memenuhi

salah satu tugas mata kuliah Keperawatan HIV/AIDS.

Seperti halnya kata pepatah, “Tak Ada Gading Yang Tak Retak”. Meskipun

dalam penulisan makalah ini penulis telah mengoptimalkan kemampuan yang

penulis miliki, tentunya masih banyak kekurangan-kekurangan didalamnya. Untuk

itu penulis mohon maaf.

Akhir kata, semoga penyusunan dan penulisan makalah ini memberikan

manfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada umumnya.

Wassalammualaikum Wr.Wb

i
Ciputat, September 2018

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .................................................................................... 1

DAFTAR ISI ................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN ............................................................................... 3

A. Latar Belakang ............................................................................... 3

B. Rumusan Masalah .......................................................................... 5

C. Tujuan dan Manfaat ....................................................................... 5

BAB II PEMBAHASAN ................................................................................ 6

A. Kesehatan Reproduksi/ Sexual ....................................................... 6

B. Keluarga Berencana ( KB ) ............................................................ 8

C. Kontrasepsi dan HIV ...................................................................... 10

BAB III PENUTUP ........................................................................................ 25

A. Kesimpulan ................................................................................... 25

B. Saran .............................................................................................. 25

DAFTAR PUSTAKA ..................................................................................... 27

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Infeksi HIV/AIDS sampai saat ini belum ditemukan obat dan vaksin

(Pusat data dan Informasi Depkes,RI, 2006) jika perempuan yang masih dalam

usia produktif menderita HIV/AIDS hal ini akan mengakibatkan resiko

penularan kepada bayi disetiap kehamilannya.

Keluarga Berancana (KB) adalah program nasional yang bertujuan

meningkatkan derajat, kesejahteraan ibu, anak dan keluarga khususnya, serta

bangsa pada umumnya. Salah satunya yaitu dengan membatasi dan

menjarangkan kehamilan. Penularan dari ibu ke janin saat ini menjadi

penyebab kedua terbesar di dunia terjadinya penularan penyakit HIV (Hladik,

2009). Kontrasepsi merupakan komponen utama PMTCT ( Prevention Mother

to Child Transmission ) yang berguna untuk perempuan dan laki-laki yang

menderita HIV positif selain untuk pencegahan primer dan terjadinya inveksi

HIV berulang, kontrasepsi juga dapat mengurangi kejadian kehamilan yang

tidak direncanakan agar tidak meningkatkan resiko penularan kepada bayi

yang dikandung (Mbonye, 2012).

Pemilihan kontrasepsi pada perempuan dengan penyakit infeksi

HIV/AIDS memerlukan konseling untuk meningkatkan kesehatan

3
reproduksinya secara komprehensif dan yang paling penting kontrasepsi pada

pengguna HIV adalah untuk mencegah penularan virus HIV dari ibu ke janin

serta penularan kepada pasangan seksualnya.

Indonesia menyepakati definisi kesehatan reproduksi sejak tahun 1996

yaitu suatu keadaan sejahtera fisik, mental dan sosial secara utuh, tidak

semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam semua hal yang

berkaitan dengan sistem reproduksi menuntut penanganan secara lintas

program dan lintas sektor serta fungsi dan prosesnya. Adapun ruang lingkup

kesehatan reproduksi meliputi Kesehatan Ibu dan Anak, Keluarga Berencana,

Pencegahan dan Penanggulangan Infeksi Menular Seksual (IMS) dan Infeksi

Saluran Reproduksi (ISR), termasuk HIV/AIDS, Pencegahan dan

Penanggulangan Komplikasi Aborsi, Kesehatan Reproduksi Remaja, dan

berbagai aspek kesehatan reproduksi lainnya (BKKBN, 2005).

Banyak perempuan mengalami kesulitan dalam menentukan pilihan

jenis kontrasepsi. Hal ini tidak hanya karena terbatasnya metode yang tersedia,

yaitu metode kontrasepsi sederhana dan modern, tetapi juga oleh

ketidaktahuan mereka tentang persyaratan dan keamanan metode kontrasepsi

tersebut. Banyak sekali yangharus dipertimbangkan untuk dapat memilih alat

kontrasepsi yangaman dan efektif, seperti, status kesehatan, efek samping,

konsekuensi kegagalan atau kehamilan yang tidak diinginkan, dll. Oleh karena

itu diperlukan konseling mengenai pelayanan keluarga berencana dengan

menggunakan metodekontrasepsi. (Abdul, 2005)

4
Dengan program keluarga berencana diharapkan dapat meningkatkan

derajat kesehatan dan mutu sumber daya manusia Indonesia sehingga dapat

meningkatkan kesejahteraan masyarakat.Salah satu masalah kependudukan

yang cukup besar di Indonesia adalah jumlah kepadatan penduduk yang sangat

besar.

B. Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah dalam makalah tentang Kesehatan

Reproduksi dan Keluarga Berencana adalah sebagai berikut :

1. Apakah yang dimaksud kesehatan reproduksi/sexual dan keluarga

Berencana

2. Apakah yang dimaksud dengan kontrasepsi bagaimana cara kerja,

efektifitasnya dan apa saja jenisnya

3. Seperti apakah alat kontrasepsi yang dipilih bagi penderita HIV/A IDS?

C. Tujuan dan Manfaat

1. Dapat mengetahui apa itu kesehatan reproduksi/sexual dan keluarga

Berencana

2. Dapat mengetahui tentang apa itu kontrasepsi, bagaimana cara kerja,

efektifitasnya dan apa saja jenisnya

3. Dapat mengetahui tentang alat kontrasepsi yang dipilih bagi penderita

HIV/AIDS.

5
BAB II

PEMBAHASAN

A. Kesehatan Reproduksi/Sexual

Kesehatan reproduksi adalah suatu keadaan sejahtera fisik,mental,dan sosial

secara utuh tidak semata-mata bebas dari penyakit atau kecacatan dalam suatu

yang berkaitan dengan system reproduksi, fungsi dan prosesnya (WHO).

Kesehatan Reproduksi adalah suatu keadaan sehat mental, fisik dan kesejahteraan

sosial secara utuh pada semua hal yang berhubungan dengan sistem dan fungsi

serta proses reproduksi dan bukan hanya kondisi yang bebas dari penyakit dan

kecacatan serta dibentuk berdasarkan perkawinan yang sah, mampu memenuhi

kebutuhan spiritual dan material yang layak, bertakwa kepada Tuhan Yang Maha

Esa, spiritual yang memiliki hubungan yang serasi, selaras dan seimbang antara

anggota keluarga dan antara keluarga dengan masyarakat dan lingkungan

(BKKBN,1996).

Ada empat komponen prioritas Kesehatan Reproduksi :

1. Kesehatan Ibu dan Bayi Baru Lahir

6
2. Keluarga berencana

3. Kesehatan Reproduksi Remaja

4. Pencegahan/penanggulangan Penyakit Menular Seksual (PMS), termasuk

HIV/AIDS.

Perilaku seksual adalah tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual baik

dengan lawan jenisnya maupun dengan sesama jenis (Sarwono, 2011). Perilaku

seksual remaja yang melewati batas dari kewajaran yang dilakukan remaja

mempunyai dampak besar bagi remaja dan pasangannya (UNFPA, 2009). Perilaku

seksual yang dilakukan remaja dengan pasangannya mulai dari ciuman bibir

sampai dengan hubungan seksual merupakan perilaku seksual berisiko, yang

mengakibatkan peningkatan masalah-masalah seksual seperti unprotected

sexuality, penyakit kelamin, HIV AIDS, kehamilan tidak dikehendaki, aborsi dan

tingkat mortalitas ibu dan bayinya (Sarwono, 2011; UNFPA, 2009).

Lima hal yang mempengaruhi perilaku seksual :

(a) keadaan kesehatan tubuh,

(b) dorongan seksual,

(c) psikis,

(d) pengetahuan tentang sexual dan

(e) pengalaman seksual.

Pengetahuan seksual yang benar dapat memberikan petunjuk pada seseorang

kearah perilaku seksual yang benar dan bertanggung jawab serta dapat

7
membantunya dalam membuat keputusan pribadi yang penting tentang

seksualitas. Sebaliknya pengetahuan seksual yang sangat kurang dapat

mengakibatkan penerimaan yang salah tentang seksualitas, sehingga

menimbulkan tingkah laku yang salah dengan segala akibatnya.

Manfaat besar dalam mempelajari seksualitas secara benar ialah memiliki

pengetahuan yang benar, menghindari berbagai mitos dan informasi yang salah,

dapat memahami perilaku seksual yang benar pada diri sendiri dan masyarakat,

dan dapat mengatasi berbagai masalah seksualitas..

B. Keluarga Berencana ( KB )

Keluarga Berencana (KB) merupakan salah satu pelayanan kesehatan preventif

yang utama bagi wanita. Keluarga Berencana menurut WHO (World Health

Organization) adalah tindakan yang membantu pasangan suami istri untuk

menghindari kelahiran yang tidak diinginkan, mengatur jarak kelahiran, dan

menentukan jumlah anak dalam keluarga. Tujuan program KB adalah

membentuk keluarga kecil sesuai dengan kekuatan sosial ekonomi (Rismawati,

2012).

Program keluarga berencana memberikan kesempatan untuk mengatur jarak

kelahiran atau mengurangi jumlah kelahiran dengan menggunakan metode

kontrasepsi hormonal atau non hormonal. Upaya ini dapat bersifat sementara

ataupun permanen, meskipun masing-masing jenis kontrasepsi memiliki

tingkat efektifitas yang berbeda dan hampir sama (Gustikawati, 2014).

8
CARA KERJA ALAT KONTRASEPSI ( ALKON )

a. Mengusahakan agar tidak terjadi konsepsi dengan cara menghambat

terjadinya ovulasi (pelepasan sel telur oleh indung telur) melalui

penekanan hormon LH ( Luteinizing Hormone ) dan FSH ( Follicle

Stimulating Hormone ).

Pencegahan ovulasi disebabkan karena gangguan pada sekresi hormon

LH oleh kelenjar hypofisis, sehingga tidak terjadi dipuncak mid-siklus

(pada kedaan normal terjadi puncak sekresi LH pada pertengahan siklus

dan ini menyebabkan pelepasan ovum dari folikelnya)

b. Melumpuhkan sperma dengan mempertebal/mengentalkan lendir

mukosa servikal (leher rahim)

Progestin mencegah penipisan lendir serviks pada pertengahan

siklus sehingga lendir serviks tetap kental dan sedikit, yang tidak

memungkinkan penetrasi spermatozoa. Atau bila terjadi penetrasi

spermatozoa, pergerakannya sangat lambat sehingga hanya sedikit atau

tidak ada spermatozoa yang mancapai cavum uteri.

c. Menghalangi pertemuan sel telur dengan sperma dengan membuat

dinding rongga rahim tidak siap menerima hasil pembuahan,

mengganggu pergerakan silia saluran tuba.

Progestin mengganggu berkembangnya siklus endometrium,

sehingga endometrium berada dalam fase yang salah atau menunjukan

9
sifat-sifat ireguler atau atrofis, sehingga endometrium tidak dapat

menerima ovum yang sudah dibuahi.

Efek samping ringan dari pemakaian alat kontrasepsi termasuk

ketidakteraturan menstruasi (aminorhea, spotting, perdarahan), mual,

muntah dan sakit kepala/pusing.

C. KONTRASEPSI DAN HIV

1. Informasi Dasar HIV

Human Immunodeficiency Virus (HIV) adalah virus yang

menyebabkan penyakit AIDS yang termasuk kelompok retrovirus.

Seseorang yang terinfeksi HIV, akan mengalami infeksi seumur hidup.

Kebanyakan orang dengan HIV/AIDS (ODHA) tetap asimtomatik (tanpa

tanda dan gejala dari suatu penyakit) untuk jangka waktu lama. Meski

demikian, sebetulnya mereka telah dapat menulari orang lain.

10
AIDS adalah singkatan dari Acquired Immune Deficiency

Syndrome. “Acquired” artinya tidak diturunkan, tetapi didapat; “Immune”

adalah sistem daya tangkal atau kekebalan tubuh terhadap penyakit;

“Deficiency” artinya tidak cukup atau kurang; dan “Syndrome” adalah

kumpulan tanda dan gejala penyakit. AIDS adalah bentuk lanjut dari

infeksi HIV, yang merupakan kumpulan gejala menurunnya sistem

kekebalan tubuh. Infeksi HIV berjalan sangat progresif merusak sistem

kekebalan tubuh, sehingga penderita tidak dapat menahan serangan infeksi

jamur, bakteri atau virus. Kebanyakan orang dengan HIV akan meninggal

dalam beberapa tahun setelah tanda pertama AIDS muncul bila tidak ada

pelayanan dan terapi yang diberikan.

2. Perjalanan Infeksi HIV

Sesudah HIV memasuki tubuh seseorang, maka tubuh akan

terinfeksi dan virus mulai mereplikasi diri dalam sel orang tersebut

(terutama sel limfosit T CD4 dan makrofag). Virus HIV akan

mempengaruhi sistem kekebalan tubuh dengan menghasilkan antibodi

untuk HIV. Masa antara masuknya infeksi dan terbentuknya antibodi yang

dapat dideteksi melalui pemeriksaan laboratorium adalah selama 2-12

minggu dan disebut masa jendela (window period). Selama masa jendela,

pasien sangat infeksius, mudah menularkan kepada orang lain, meski hasil

pemeriksaan laboratoriumnya masih negatif. Hampir 30-50% orang

11
mengalami masa infeksi akut pada masa infeksius ini, di mana gejala dan

tanda yang biasanya timbul adalah: demam, pembesaran kelenjar getah

bening, keringat malam, ruam kulit, sakit kepala dan batuk.

Orang yang terinfeksi HIV dapat tetap tanpa gejala dan tanda

(asimtomatik) untuk jangka waktu cukup panjang bahkan sampai 10 tahun

atau lebih. Namun orang tersebut dapat menularkan infeksinya kepada

orang lain. Kita hanya dapat mengetahui bahwa orang tersebut terinfeksi

HIV dari pemeriksaan laboratorium antibodi HIV serum. Sesudah jangka

waktu tertentu, yang bervariasi dari orang ke orang, virus memperbanyak

diri secara cepat dan diikuti dengan perusakan sel limfosit T CD4 dan sel

kekebalan lainnya sehingga terjadilah gejala berkurangnya daya tahan

tubuh yang progresif. Progresivitas tergantung pada beberapa faktor

seperti: usia kurang dari 5 tahun atau di atas 40 tahun, infeksi lainnya, dan

faktor genetik.

Infeksi, penyakit, dan keganasan dapat terjadi pada individu yang

terinfeksi HIV. Penyakit yang berkaitan dengan menurunnya daya tahan

tubuh pada orang yang terinfeksi HIV, misalnya infeksi tuberkulosis

(TB), herpes zoster (HSV), oral hairy cell leukoplakia(OHL), oral

candidiasis (OC), papular pruritic eruption (PPE), Pneumocystis carinii

pneumonia (PCP), cryptococcal meningitis (CM), retinitis

Cytomegalovirus (CMV), danMycobacterium avium (MAC).

12
3. Cara Penularan HIV

Human immunodeficiency virus (HIV) dapat masuk ke tubuh

melalui tiga cara, yaitu melalui (1) hubungan seksual, (2) penggunaan

jarum yang tidak steril atau terkontaminasi HIV, dan (3) penularan HIV

dari ibu yang terinfeksi HIV ke janin dalam kandungannya, yang dikenal

sebagai Penularan HIV dari Ibu ke Anak (PPIA).

a. Hubungan seksual

Penularan melalui hubungan seksual adalah cara yang paling dominan

dari semua cara penularan. Penularan melalui hubungan seksual dapat

terjadi selama sanggama laki-laki dengan perempuan atau laki-laki

dengan laki-laki. Sanggama berarti kontak seksual dengan penetrasi

vaginal, anal, atau oral antara dua individu. Risiko tertinggi adalah

penetrasi vaginal atau anal yang tak terlindung dari individu yang

terinfeksi HIV. Kontak seksual oral langsung (mulut ke penis atau

mulut ke vagina) termasuk dalam kategori risiko rendah tertular HIV.

Tingkatan risiko tergantung pada jumlah virus yang ke luar dan masuk

ke dalam tubuh seseorang, seperti pada luka sayat/gores dalam mulut,

perdarahan gusi, dan atau penyakit gigi mulut atau pada alat genital.

b. Pajanan oleh darah, produk darah, atau organ dan jaringan yang

terinfeksi Penularan dari darah dapat terjadi jika darah donor tidak

ditapis (uji saring) untuk pemeriksaan HIV, penggunaan ulang jarum

dan semprit suntikan, atau penggunaan alat medik lainnya yang dapat

13
menembus kulit. Kejadian di atas dapat terjadi pada semua pelayanan

kesehatan, seperti rumah sakit, poliklinik, pengobatan tradisional

melalui alat penusuk/jarum, juga pada pengguna napza suntik

(penasun). Pajanan HIV pada organ dapat juga terjadi pada proses

transplantasi jaringan/organ di fasilitas pelayanan kesehatan.

c. Penularan dari ibu-ke-anak

Lebih dari 90% anak yang terinfeksi HIV didapat dari ibunya. Virus

dapat ditularkan dari ibu yang terinfeksi HIV kepada anaknya selama

hamil, saat persalinan dan menyusui. Tanpa pengobatan yang tepat dan

dini, setengah dari anak yang terinfeksi tersebut akan meninggal

sebelum ulang tahun kedua.

4. Pencegahan kehamilan yang tidak direncanakan pada perempuan

dengan HIV

Perempuan dengan HIV berpotensi menularkan virus kepada bayi

yang dikandungnya jika hamil. Karena itu, ODHA perempuan disarankan

untuk mendapatkan akses layanan yang menyediakan informasi dan sarana

kontrasepsi yang aman dan efektif untuk mencegah kehamilan yang tidak

direncanakan. Konseling yang berkualitas, penggunaan alat kontrasepsi

yang aman dan efektif serta penggunaan kondom secara konsisten akan

membantu perempuan dengan HIV agar melakukan hubungan seksual

yang aman, serta menghindari terjadinya kehamilan yang tidak

14
direncanakan. Perlu diingat bahwa infeksi HIV bukan merupakan indikasi

aborsi.

 Perempuan dengan HIV yang tidak ingin hamil dapat menggunakan

kontrasepsi yang sesuai dengan kondisinya dan disertai penggunaan

kondom untuk mencegah penularan HIV dan IMS.

 Perempuan dengan HIV yang memutuskan untuk tidak mempunyai

anak lagi disarankan untuk menggunakan kontrasepsi mantap dan tetap

menggunakan kondom.

Sejalan dengan kemajuan pengobatan HIV dan intervensi PPIA,

ibu dengan HIV dapat merencanakan kehamilannya dan diupayakan agar

bayinya tidak terinfeksi HIV. Petugas kesehatan harus memberikan

informasi yang lengkap tentang berbagai kemungkinan yang dapat terjadi,

terkait kemungkinan terjadinya penularan, peluang anak untuk tidak

terinfeksi HIV. Dalam konseling perlu juga disampaikan bahwa

perempuan dengan HIV yang belum terindikasi untuk terapi ARV bila

memutuskan untuk hamil akan menerima ARV seumur hidupnya. Jika ibu

sudah mendapatkan terapi ARV, jumlah virus HIV di tubuhnya

menjadi sangat rendah (tidak terdeteksi), sehingga risiko penularan

HIV dari ibu ke anak menjadi kecil, Artinya, ia mempunyai peluang

besar untuk memiliki anak HIV negatif. Ibu dengan HIV berhak

menentukan keputusannya sendiri atau setelah berdiskusi dengan

pasangan, suami atau keluarganya. Perlu selalu diingatkan walau

ibu/pasangannya sudah mendapatkan ARV demikian penggunaan kondom

15
harus tetap dilakukan setiap hubungan seksual untuk pencegahan

penularan HIV pada pasangannya.

Beberapa kegiatan untuk mencegah kehamilan yang tidak

direncanakan pada ibu dengan HIV antara lain:

 Mengadakan KIE tentang HIV-AIDS dan perilaku seks aman;

 Menjalankan konseling dan tes HIV untuk pasangan;

 Melakukan upaya pencegahan dan pengobatan IMS;

 Melakukan promosi penggunaan kondom;

 Memberikan konseling pada perempuan dengan HIV untuk ikut KB

dengan menggunakan metode kontrasepsi dan cara yang tepat;

 Memberikan konseling dan memfasilitasi perempuan dengan HIV

yang ingin merencanakan kehamilan.

5. Kontrasepsi bagi Penderita HIV/ AIDS

WHO telah mengumumkan pada bulan Februari 2012 mengenai

rekomendasi tidak ada pembatasan pada penggunaan kontrasepsi

hormonal untuk menghindari kehamilan yang tidak diinginkan bagi

perempuan yang berisiko tinggi, atau hidup dengan HIV. Di samping itu,

juga merekomendasikan bahwa wanita yang menggunakan kontrasepsi

suntik progestogen juga menggunakan kondom atau langkah-langkah lain

untuk mencegah infeksi HIV. Informasi ini harus dikomunikasikan kepada

16
perempuan yang aktif secara seksual dan anak perempuan oleh petugas

kesehatan.

Sebuah penelitian yang diselenggarakan oleh Organisasi Kesehatan

Dunia (WHO) di Jenewa telah mengkaji semua yang berhubungan dengan

penularan HIV dan akuisisi oleh wanita yang menggunakan kontrasepsi

hormonal. Sementara hanya kontrasepsi kondom, pria dan wanita, yang

memberikan perlindungan ganda dengan menghentikan transmisi HIV dan

mencegah kehamilan yang tidak diinginkan. Tingkat kebutuhan keluarga

berencana yang belum terpenuhi antara 1,18 miliar wanita berusia 15-49

tahun di seluruh dunia diperkirakan 11%.

Program Bersama PBB untuk HIV / AIDS (UNAIDS) dan WHO

merekomendasikan bahwa orang yang aktif secara seksual-terutama

perempuan dan gadis-memiliki akses penuh terhadap informasi dan

konseling tentang kebutuhan seksual dan kesehatan reproduksi mereka.

Perempuan dan anak perempuan juga harus memiliki akses pilihan

kontrasepsi terhadap pencegahan dan HIV. Layanan tersebut harus

disediakan secara terpadu oleh petugas kesehatan.

Kurangnya metode pencegahan HIV dan rendahnya tingkat

penggunaan kondom menempatkan perempuan dan anak perempuan pada

tingkat kerentanan terhadap infeksi HIV. Wanita membutuhkan pilihan

kontrasepsi pencegahan HIV.

a. Jenis Metode Kontrasepsi yang disarankan

17
1) Kondom

 Merupakan alat kontrasepsi yang bekerja dengan

mengumpulkan air mani ( cairan sperma ) agar tidak masuk ke

saluran reproduksi wanita. Sangat efektif bila digunakan

dengan benar

 Dapat digunakan SETIAP WAKTU

 Melindungi Anda dan pasangan Anda dari kehamilan dan

IMS, termasuk HIV

 Dapat digunakan sendiri atau dengan metode KB lain

 Mudah untuk mendapatkannya, mudah digunakan

 Gunakan selama SEMUA kontak antara penis dan vagina /

anus / mulut.

 Juga digunakan sebagai cadangan metode keluarga berencana

lain (Misalnya, jika klien kehilangan pil atau terlambat untuk

injeksi).

 Dijual di banyak toko-toko dan tersedia gratis di banyak klinik

kesehatan.

 Khusus untuk kondom wanita, mungkin relatif mahal dan sulit

untuk ditemukan serta membutuhkan kerjasama dengan

pasangan dalam memasangnya.

 Dapat digunakan sebagai perlindungan ganda. Perlindungan

ganda berarti mengambil langkah untuk melindungi terhadap

kehamilan yang tidak diinginkan dan infeksi menular seksual

18
(IMS), termasuk infeksi HIV. Hal ini dapat dicapai baik

dengan menggunakan kondom (pria dan wanita), atau dengan

kombinasi metode kondom ditambah metode kontrasepsi lain,

seperti alat kontrasepsi (IUD), implan, pil atau injeksi.

Kondom adalah satu-satunya metode kontrasepsi yang terbukti

juga melindungi terhadap IMS transmisi termasuk HIV.

Namun, kondom pria dan wanita hanya melindungi jika

mereka digunakan secara konsisten dan benar.

2) Pil

 Merupakan alat kontrasepsi yang mengandung hormon

estrogen dan progesteron, digunakan secara oral/diminum rutin

setiap hari.

 Kebanyakan wanita, termasuk wanita dengan HIV atau ARV

(kecuali untuk ARV dengan ritonavir), dapat digunakan

dengan aman dan efektif

 Tidak melindungi terhadap IMS atau penularan HIV. Gunakan

kondom untuk mencegah IMS / HIV

 perdarahan sedikit dan kram

 Beberapa wanita memiliki efek samping pada awalnya-tidak

berbahaya

3) KB Suntik

19
 Merupakan metode kontrasepsi yang mengandung hormon

progesteron ( progestin ), biasanya digunakan dengan cara

disuntikkan secara intra muscular pada bagian tubuh paha atau

bokong.

 Aman digunakan pada perempuan dengan HIV atau ARV

(kecuali untuk ARV dengan ritonavir)

 Tidak melindungi terhadapIMS atau transmisi HIV

 Efek samping yang paling umum: perubahan menstruasi, tidak

ada pendarahan bulanan, kenaikan berat badan

4) Metode Alamiah ( Senggama Terputus / Coitus Interuptus )

 Merupakan cara kontrasepsi non-hormonal yang dilakukan

dengan cara menarik keluar penis dari vagina saat terasa akan

adanya ejakulasi.

 Untuk menghindari kehamilan, IMS / HIV, gunakan kondom

 efektif bila digunakan dengan benar

 aman digunakan oleh wanita, termasuk perempuan dengan

HIV atau ARV

 Tidak ada efek samping

 Butuh kerjasama

5) Vasektomi dan tubektomi

20
 Vasektomi adalah metode kontrasepsi yang dilakukan dengan

memotong saluran sperma yang membawa sperma dari testis

ke penis hingga tidak ada sperma yang keluar pada saat

ejakulasi.

 Tubektomi adalah pemotongan saluran indung telur ( Tuba

Fallopii ) sehingga sel telur tidak bisa memasuki rahim untuk

dibuahi.

 prosedur bedah sederhana

 pria atau pasangan Sangat efektif dan permanen untuk yang

tidak lagi menginginkan anak.

 Pria/ wanita dengan HIV dan sedang penggunaan ARV, dapat

menggunakan metode vasektomi.

 Tidak dianjurkan untuk pria dengan gejala AIDS.

 Tidak mempengaruhi ereksi atau ejakulasi

6) IUD ( Intrauterine device )

 Sebuah alat kontrasepsi yang berukuran kecil, sering berbentuk

‘T’ mengandung tembaga atau levonogestrel yang dimasukkan

ke dalam rahim.

 Kontrasepsi jangka panjang

 Perangkat yang bentuknya fleksibel Kecil yang sesuai di dalam

rahim.

21
 Perempuan dengan HIV dapat dengan aman menggunakan

IUD jika resiko IMS rendah.

 Wanita dengan AIDS dapat menggunakan IUD jika secara

klinis baik pada ARV, atau penggunaan sebelumnya, dan jika

risiko IMS rendah.

 Sangat efektif untuk setidaknya 12 tahun.

 Dapat dilepaska setiap kali pengguna ingin, dan dia bisa lagi

hamil.

 Dapat meningkatkan perdarahan menstruasi dan kram.

7) Implan

 tabung plastik kecil yang mengandung hormon progesterone

yang ditempatkan/dipasang dibawah kulit lengan atas.

 perempuan HIV-negatif yang berisiko HIV dapat dengan aman

menggunakan implan. Juga selalu menggunakan kondom

untuk menghindari IMS / HIV.

 Sangat efektif selama 4 sampai 7 tahun, tergantung pada

wanita berat badan dan jenis implan.

 Dapat dihapus setiap kali pengguna ingin, dan dia bisa lagi

hamil.

 Biasanya perubahan pendarahan bulanan

b. Jenis metode kontrasepsi yang tidak disarankan bagi penderita

HIV/ AIDS

22
 Spermisida : tidak diindikasikan untuk perempuan HIV-positif,

maupun untuk perempuan HIV-negatif yang berisiko tinggi HIV,

karena dapat meningkatkan risiko penularan HIV.

 Pil, cincin, suntik kombinasi, atau mini-pil, JIKA pada ARV yang

mengandung ritonavir. Perempuan mengambil ARV lain (NRTI /

Nucleoside Analogue Reserve Transcriptase Inhibitors*, NNRTI /

Non-Nucleoside Reserve Transcriptase Inhibitors *) BISA

menggunakan metode ini, jika perempuan memakai ARV tidak

mengandung ritonavir memilih pil, mereka harus mengambil sediaan

yang mengandung minimal 30 mikrogram etinilestradiol.

 IUD, jika wanita mungkin memiliki cervicitis purulen, gonore atau

klamidia, atau pengobatan kanker serviks, atau sedang sakit dengan

penyakit terkait AIDS. Seorang wanita dengan AIDS tidak harus

menggunakan IUD kecuali dalam penggunaan ARV yang baik. Jika

IUD dimasukkan sebelumnya, maka dapat terus digunakan.

 Semua metode lain dapat digunakan. Umumnya, ARV, antimikroba

dan kontrasepsi dapat dilakukan dan tidak bertentangan.

 Beberapa obat antiretroviral (PI / Protease Inhibitors dan NNRTI)

dapat menurunkan efektivitas metode hormonal.

c. Strategi Mencegah kehamilan pada HIV

1) Kondom saja

23
 cara ini untuk membantu mencegah penularan HIV dan IMS lain

selama hubungan vagina atau dubur.

 Efektif untuk mencegah kehamilan bila digunakan secara konsisten

dan benar.

2) Kondom dan metode KB lain

 perlindungan lebih efektif daripada kondom saja

 seks Non-penetratif bukan hubungan seksual. Ada seks (penundaan

debut seksual atau berpantang)

 Jika kedua pasangan tahu bahwa mereka memiliki HIV, dan saling

setia, pasangan ini dapat menggunakan Metode selain kondom

d. Perbandingan efektivitas metode

Untuk beberapa metode, efektivitas tergantung pada pengguna.

a) Bantuan Mitra

 kondom laki-laki dan vasektomi yang digunakan oleh laki-laki.

 parter sex harus bekerja sama untuk kondom wanita.

 Apakah pasangan menyetujui, membantu, atau bertanggung

jawab?

b) Metode kb Permanen, jangka panjang, atau jangka pendek

 Sterilisasi dan vasektomi bersifat permanen.

 IUD dan implan bisa tinggal di tempat selama bertahun-tahun jika

diinginkan.

24
c) Perlindungan dari IMS, termasuk HIV

 Hanya kondom pria dan wanita yang membantu melindungi

terhadap kehamilan dan IMS / HIV-jika digunakan secara

konsisten dan benar.

 Spermisida atau diafragma dengan spermisida: Sebaiknya tidak

digunakan oleh perempuan dengan HIV atau yang berisiko tinggi

HIV.

 IUD tidak dapat digunakan jika seorang wanita memiliki HIV,

kecuali kondisi klinis ARVnya baik, tidak memiliki servisitis

purulen, gonorrhea atau klamidia, dan tidak berisiko tinggi

terhadap infeksi ini. Jika IUD disisipkan sebelumnya, ia bisa terus

digunakan.

25
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Pengetahuan seksual yang benar dapat memberikan petunjuk pada seseorang

kearah perilaku seksual yang benar dan bertanggung jawab serta dapat

membantunya dalam membuat keputusan pribadi yang penting tentang

seksualitas. Sebaliknya pengetahuan seksual yang sangat kurang dapat

mengakibatkan penerimaan yang salah tentang seksualitas, sehingga

menimbulkan tingkah laku yang salah dengan segala akibatnya. Kehidupan

seksual yang sehat dapat mencegah dan menurunkan angka kejadian infeksi

HIV/AIDS dan penurunan IMS.

Pemilihan kontrasepsi pada perempuan dengan penyakit infeksi

HIV/AIDS memerlukan konseling untuk meningkatkan kesehatan

reproduksinya secara komprehensif dan yang paling penting kontrasepsi pada

pengguna HIV adalah untuk mencegah penularan virus HIV dari ibu ke janin

serta penularan kepada pasangan seksualnya.

26
B. Saran

Diharapkan tenaga kesehatan dapat memberikan penyuluhan yang

maksimal berupa KIE ( Komunikasi, Informasi dan Edukasi ) tentang

kesehatan reproduksi dan kontrasepsi yang sebaiknya digunakan oleh

perempuan HIV/AIDS, dan memberikan informasi pada masyarakat tentang

cara-cara penularan HIV/AIDS serta pencegahannya dan memberikan

dorongan untuk mendukung bagi keluarga yang mempunyai ODHA.

27
DAFTAR PUSTAKA

Yoga Tjandra, Wandara Toni, at all. 2011, Pedoman Pencegahan Penularan HIV

dari Ibu ke Anak.Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Robinson, J, Jamshidi, R & Burke, A, 2012 “Contraception for the HIV-Positive

Woman, A Review of Interactions between Hormonal Contraception and

Antiretroviral Therapy, Deborah Cohan, 21 Februari, h. 15.

Pulungsih, Sri Pandam et all, 2011, Pedoman Pencegahan Penularan HIV dari Ibu

ke Anak, Jakarta: Kementrian Kesehatan Republik Indonesia

Prawirohardjo. 2008. Ragam Metode Kontrasepsi. Jakarta : YBS-SP

Varney, dkk. 2007. Buku Ajar Asuhan Kebidanan volume 1. Jakarta : EGC

Saifuddin, dkk. 2006. Buku Panduan Praktis Pelayanan Kontrasepsi. Jakarta :

YBS-SP

William, dkk. 2006. Obstetri Willian volume 2. Jakarta : EGC

Hartanto, Hanafi. 2004. Keluarga Berencana dan Kontrasepsi. Jakarta : Pustaka

Sinar Harapan

Baziad, Ali. 2002. Kontrasepsi Hormonal. Jakarta : YBS-SP

28
Manuaba. 1998. Ilmu Kebidanan, Penyakit Kandungan dan Keluarga Berencana

untuk Pendidikan Bidan.Jakarta : EGC

29

You might also like