You are on page 1of 7

BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

A. Dasar Penelitian
Dalam penelitian ini menggunakan metode eksperimental
laboratorium. Metode eksperimental laboratorium marupakan
suatu penelitian yang dilakukan untuk mencari pengaruh
variabel tertentu terhadap variabel yang lain dengan kondisi
yang terkontrol secara ketat dan dilakukan di laboratorium
dengan urutan kegiatan yang sistematis dalam memperoleh
data sampai data tersebut berguna sebagai dasar pembuatan
keputusan/kesimpulan.
Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui kuat lentur
maksimum yang diterima oleh masing-masing variabel benda
uji. Benda uji adalah balok kayu meranti untuk mengetahui
penggunaan yang efektif dalam penentuan panjang
sambungan (d) balok kayu dengan model sambungan bibir
miring berkait yang diujikan.

B. Variabel Penelitian
Variabel penelitian adalah suatu atribut atau nilai dari
obyek atau kegiatan yang mempunyai variasi tertentu yang
diterapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik
kesimpulan. Pada penelitian ini terdapat 2 variabel diantaranya
adalah sebagai berikut:
1. Variabel Bebas
Variabel bebas merupakan variabel yang
mempengaruhi atau yang menjadi sebab perubahan atau
timbulnya variabel dependen (terikat).
Variabel bebas dalam penelitian ini adalah variasi
panjang sambungan (d) bibir miring berkait terhadap benda
uji balok kayu, dimana variasi panjang sambungannya
adalah: 2t, 2 ½t, 2,75t, 3t dan 3 ½t.

63
64

2. Variabel Terikat
Variabel terikat adalah variabel yang dipengaruhi atau
yang menjadi akibat karena adanya variabel bebas. Bisa juga
disebut sebagai variabel dependen, output, kriteria,
konsekuen atau endogen.
Variabel terikat dalam penelitian ini adalah perilaku
runtuh yang ditinjau dari kuat lentur benda uji pada masing-
masing variabel benda uji.

C. Perencanaan Model Struktur


Perencanaan benda uji berpedoman pada ketentuan-
ketentuan yang berlaku yang berhubungan dengan kuat lentur
kayu secara teori beserta ketentuan mengenai alat
penyambungnya.
Ukuran balok kayu pada prototype atau kondisi lapangan
yang diaplikasikan adalah memiliki lebar 8 cm, tinggi 14 cm
dan bentang panjang balok 3 meter. Untuk alat penyambung
terbuat dari baut baja St. 37 dengan diameter 12 mm sebagai
variabel kontrol. Sebelum dirangkai sambungan serta lubang
baut dulas terlebih dahulu dengan lood menie (cat dasar) dan
diberi pelat ring pada saat perakitan alat penyambung. Hal
yang perlu diperhatikan adalah pemeriksaan akhir kelayakan
benda uji sebelum dilaksanakan pengujian di laboraturium
(kondisi kayu dan kerapatan sambungan).
Penelitian ini memakai skala model 1:2 untuk mengatasi
bentang kayu yang terlalu panjang yang sesuai dengan
prototype, sehingga benda uji memiliki ukuran lebar (b) = 4 cm,
tinggi balok (h) = 7 cm dengan bentang bersih 150 cm, ditambah
10 cm pada masing-masing ujung balok sehingga panjang total
adalah 170 cm.
Berdasarkan teori dan aplikasi di lapangan, sambungan
balok ditempatkan pada peralihan momen positif dan momen
negatif, atau pada momen nol. Namun, karena pada
65

eksperimen bertujuan untuk mengetahui kuat lentur maka


untuk perencanaan set up pengujian adalah dengan
memaksimalkan beban lentur atau momen, sehingga dalam
pengujian di laboratorium benda uji balok kayu akan
diperlakukan lentur murni untuk menyimpulkan hasil terbaik
dari variabel bebas.
Pada penelitian ini, benda uji diletakkan pada dua
tumpuan sendi dan rol serta diberikan pembebanan di tengah
bentang beban terpusat dengan kelipatan 50 Psi pada
pembebanan awal, dan kelipatan 10 Psi pada pembebanan
setelah retak awal (first crack). Benda uji dilukis dengan pensil,
dengan menggambarnya kotak-kotak penuh untuk
mempermudah proses pengamatan pola retak dan pola runtuh
balok kayu saat pengujian. Perilaku runtuh yang diamati
adalah perilaku yang seperti apa yang terjadi pada sambungan
bibir miring berkait dimana terdapat beberapa gaya-gaya yang
terjadi pada sambungan balok tersebut seperti pada gambar xx.

a
b
b

d c d

Jika balok dengan sambungan bibir miring berkait


menerima beban terpusat di tengah bentang, maka pada
sambungan balok tersebut terdapat gaya-gaya pada
sambungan diantaranya:
 Daerah a : terjadi gaya tekan kayu sejajar serat.
 Daerah b : terjadi gaya geser bibir sambungan di sebelah kiri
dan sebelah kanan.
 Daerah c : terjadi gaya tarik kayu sejajar serat.
66

 Daerah d : terjadi gaya geser baut ketika terjadi pembebanan


Dari beberapa gaya yang terjadi pada sambungan balok kayu
yang menerima gaya terpusat di tengah bentang, sehingga
akan di diketahui kerusakan di daerah mana jika balok
menerima gaya lentur/momen.

D. Prosedur Standar Penelitian


Standar tentang prosedur pelaksanaan pada penelitian ini
adalah sebagai berikut:
1. PKKI NI-5 1961 (Persyaratan mutu kayu)
2. SK SNI M-05-1993-03 (Metode pengujian geser kayu)
3. SK SNI M-06-1993-03 (Metode pengujian kuat lentur kayu)
4. SK SNI M-06-1993-03 (Metode uji modulus elastisitas kayu)
5. PKKI NI-5 1961 (Metode pengujian kadar lengas kayu)
6. PKKI NI-5 1961 (Persyaratan sambungan baut pada kayu)

E. Standar dan Kualifikasi Benda Uji


Total jumlah benda uji adalah 15 benda uji, dengan
klasifikasi benda uji sebagai berikut:
a. Tiga buah untuk balok kayu dengan panjang sambungan
2 t.

b. Tiga buah untuk balok kayu dengan panjang sambungan


2 ½ t.
67

c. Tiga buah untuk balok kayu dengan panjang sambungan


2,75 t.

d. Tiga buah untuk balok kayu dengan panjang sambungan


3 t.

e. Tiga buah untuk balok kayu dengan panjang sambungan


3½t

F. Prosedur Penelitian
1. Pengujian Kadar Lengas Kayu
Pengujian ini dilakukan untuk mendapatkan berat
kayu yang konstan. Cara pengujian kadar lengas kayu
dilakukan dengan cara memotong kayu dengan ukuran
2x2x2 cm yang di oven selama 24 jam, dan setelah di oven,
kayu di timbang dan di ukur secara aktual. Kadar lengas
kayu dapat dihitung dengan rumus:
1,15 Gx−Gku
X= × 100%
Gku
X = Kadar lengas kayu (%)
Gx = Berat benda coba mula-mula (gram)
68

Gku = Berat benda coba setelah konstan (gram)

2. Pengujian Kuat Lentur Kayu


Benda uji balok kayu yang telah diberi sambungan
kayu sesuai perencanaan kualifikasi benda uji diletakkan di
bawah Universal Testing Machine dengan posisi horizontal
diantara dua tumpuan, kemudian diberikan beban terpusat
pada tengah bentang sampai kayu tersebut mengalami
keruntuhan. Dengan demikian di dapat tegangan lentur
kayu tegak lurus serat kayu dengan rumus:
3PL
σlt⊥ =
2bh2
Dimana:
lt = Tegangan lentur (kg/cm²)
P = Beban terfaktor (kg)
L = Panjang bentang balok (cm)
b = Lebar balok (cm)
h = Tinggi balok

3. Pengujian Modulus Elastisitas Lentur


Pengujian ini dimaksudkan untuk memperoleh nilai
modulus elastisitas lentur kayu. Benda uji harus berukuran
(50 x 50 x 760) mm dengan di beri beban terpusat di tengah
bentang, dan kadar air maksimum 20%.
Pembacaan lendutan harus memenuhi ketentuan yaitu
pembacaan dilakukan pada setiap kenaikan beban uji
sebesar 500 N dan dengan ketelitian 0,02 mm, atau setiap
kenaikan 250 N, apabila lendutan yang diukur masih terlalu
besar. Modulus elastisitas lentur dari benda uji dihitung
dengan rumus:
PL3
Eb = (MPa)
4ybh3
Keterangan:
69

b = lebar benda uji


h = tinggi benda uji
P = selisih pembebanan dari satu tahap pembebanan ke
tahap pembebanan berikutnya
y = selisih lendutan dari satu tahap pembebanan ke
tahap pembebanan berikutnya
L = jarak tumpuan
Eb = modulus lentur

You might also like