You are on page 1of 33

Universitas Kristen Krida Wacana

Laporan Studi Kasus Pengawasan Sarana Pembuangan Air Limbah

UPTD Puskesmas DTP PONED Klari Kabupaten Karawang

Periode September 2018

Pembimbing:

Disusun oleh:

Margaretha Himawan

11.2016.251

Kepaniteraan Klinik Ilmu Kedokteran Komunitas

Fakultas Kedokteran Universitas Kristen Krida Wacana

Jakarta, September 2018

1
Kata Pengantar

Puji syukur saya panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas karunia-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini. Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu
kewajiban dalam Kepaniteraan Ilmu Kesehatan Komunitas Fakultas Kedokteran Universitas
Kristen Krida Wacana.

Makalah ini dibuat dengan pendekatan kedokteran keluarga. Semoga laporan yang saya
buat ini dapat berguna dan bermanfaat bagi para pembaca. Akhir kata, saya mengucapkan terima
kasih yang sebesar-besarnya atas segala bimbingan dan bantuan yang telah diberikan dalam
penyelesaian makalah ini.

Saya juga menyadari bahwa masih banyak kekurangan dalam makalah yang saya buat ini,
oleh karena itu saya mengharapkan kritik dan saran yang sehingga di masa mendatang dapat
diperbaiki menjadi lebih baik.

Jakarta, September 2018

Penyusun

2
Bab I
Pendahuluan

Menurut Undang-Undang Kesehatan No. 36 tahun 2009, Kesehatan adalah keadaan


sehat, baik secara fisik, mental, spritual maupun sosial yang memungkinkan setiap orang untuk
hidup produktif secara sosial dan ekonomis. Kesehatan merupakan hasil interaksi berbagai
faktor. Lingkungan merupakan salah satu faktor yang mempunyai peran mempengaruhi
kesehatan serta berkaitan erat dengan host (pejamu) dan agent (penyebab penularan).1
Dalam Epidemiologi pengertian penyebab timbulnya penyakit adalah suatu proses
interaksi antara: Pejamu (host), Penyebab (agent), dan Lingkungan (environment). Segitiga
epidemiologi (John Gordon) menggambarkan relasi tiga komponen penyebab penyakit seperti
pejamu, agent dan lingkungan.2,3
Menurut model ini perubahan salah satu komponen akan mengubah keseimbangan
interaksi ketiga komponen yang akhirnya berakibat bertambah atau berkurangnya penyakit.
Hubungan antara ketiga komponen tersebut digambarkan seperti tuas pada timbangan. Host dan
Agent berada di ujung masing-masing tuas, sedangkan environment sebagai penumpunya.2,3
Dalam menjelaskan hubungan antara faktor sosial dan kesehatan, kesehatan dalam hal ini
akan merujuk pada satu pengertian mengenai kesehatan. Menurut Blum “kesehatan manusia
terdiri dari tiga unsur yang saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarki, yaitu apa yang
dinamakannya kesehatan somatik yang ditandai berlangsungnya fungsi fisiologi dan integrasi
anatomi, kesehatan psikis yang mengacu pada berbagai kemampuan seperti kemampuan
mengetahui, mengamati, menyadari, dan menanggapi keadaan sehat somatiknya sendiri; dan
kesehatan sosial yang mengacu pada kesesuaian perilaku individu dengan anggota lain dalam
keluarganya, dengan keluarganya, dan dengan sistem sosial. Blum menggambarkannya sebagai
hubungan antara 4 faktor yaitu keturunan, lingkungan, perilaku dan pelayanan kesehatan.2,3
Penyelenggaraan pelayanan kesehatan bertujuan untuk mencapai keadaan sehat bagi
seluruh lapisan masyarakat. Secara umum pelayanan kesehatan dibagi 2 yaitu pelayanan
kesehatan personal atau pelayanan kedokteran dan pelayanan kesehatan masyarakat. Pelayanan
kedokteran keluarga adalah termasuk dalam p\elayanan kedokteran dimana pelayanan dokter
keluarga ini memiliki karakteristik tertentu dengan sasaran utamanya adalah keluarga.1

3
Gastroenteritis akut merupakan penyakit menular yang terutama terjadi akibat pengaruh
perilaku hidup yang tidak bersih dan sehat serta peranan lingkungan, dalam pengelolaan
penyakit selain dokter, perawat, ahli gizi, dan tenaga kesehatan lainnya, pentingnya peran pasien
dan keluarga dalam ikut ambil andil mengelola penyakit tersebut. Edukasi yang baik akan sangat
membantu meningkatkan keikutsertaan keluarga dalam usaha memperbaiki penyebab terjadinya
penyakit. Dalam pengelolaannya perlu juga usaha mengkoreksi faktor-faktor risiko penyebaran
dan tertularnya gastroenteritis akut untuk mencegah rekurensi kejadian penyakit baik pada
pasien, anggota keluarga lainnya serta masyarakat sekitar.
\

4
BAB II
Tinjauan Pustaka

2.1 Definisi Air Limbah


Air limbah merupakan air bekas yang berasal dari kamar mandi, dapur atau cucian yang
dapat mengotori sumber air seperti sumur, kali ataupun sungai serta lingkungan secara
keseluruhan. Air limbah dapat menyebabkan pencemaran pada air terutama sumber air bersih
sehingga dapat menyebabkan meningkatnya prevalensi penyakit-penyakit yang terkait dengan
air. Air limbah juga dapat menimbulkan bau busuk sehingga mengurangi kenyamanan khususnya
orang yang melintas sekitar rumah tersebut. Air limbah juga bisa dijadikan sarang nyamuk yang
dapat menularkan penyakit seperti demam berdarah dan malaria serta yang tidak kalah penting
adalah adanya air limbah yang melebar membuat luas tanah yang seharusnya dapat digunakan
menjadi berkurang.4,5
2.2 Jenis, Sumber dan karakteristik Air Limbah
Jenis air limbah dibagi menjadi4,5
- Air sabun (GreyWater)
Air sabun umumnya berasal dari limbah rumah tangga, hasil dari cuci baju, piring atau pel
lantai. Air sabun mengandung bahan berat pembunuh kuman seperti karbol, atau
mengandung minyak yang sulit terurai seperti air hasil cuci mobil yang umumnya tercemar
oli.
- Air Tinja/Air limbah padat (Black Water)
Air tinja merupakan air yang tercemar tinja, umumnya berasal dari WC. Volumenya dapat
cair atau padat, umumnya seorang dewasa menghasilkan 1,5 L air tinja/hari. Air ini
mengandung bakteri coli yang berbahaya bagi kesehatan, oleh sebab itu harus disalurkan
melalui saluran tertutup ke arah pengolahan/penampungan. Air tinja bersama tinjanya
disalurkan ke dalam septic tank. Septic tank dapat berupa 2 atau 3 ruangan yang dibentuk
oleh beton bertulang sederhana. Air yang sudah bersih dari pengolahan ini barulah dapat
disalurkan ke saluran kota, atau lebih baik lagi dapat diresapkan ke dalam tanah sebagai
bahan cadangan air tanah.4,5

5
Sumber air limbah berasal dari :4,5
- Air buangan yang bersumber dari rumah tangga (domestic waste water)
Air limbah yang berasal dari pemukiman penduduk. Pada umumnya air limbah ini terdiri dari
ekskreta ( tinja dan air seni) , air bekas cucian dapur dan kamar mandi umumnya terdiri dari
bahan organik.
- Air buangan dari industri (industrial waste water)
Air buangan yang berasal dari berbagai jenis industri akibat proses produksi. Zat-zat yang
terkandung di dalamnya sangat bervariasi, sesuai dengan bahan baku yang dipakai industri
antara lain : nitrogen, sulfida, amoniak, lemak, garam-garam, zat pewarna, mineral logam
berat, zat pelarut dan sebagainya. Oleh karena itu pengelolaan jenis air limbah ini, agar tidak
menimbulkan polusi lingkungan. Permasalahan ini lebih rumit daripada air limbah rumah
tangga.
- Air buangan kotapraja (manucipal wastes water), yaitu air buangan yang berasal dari
perkantoran, perdagangan, hotel, restoran, tempat-tempat umum, tempat ibadah dan
sebagainya.
2.3 Karakteristik air limbah
Karakteristik fisik
Sebagian besar terdiri dari bahan-bahan padat dan suspensi, terutama air limbah rumah tangga
biasa berwarna suram seperti larutan sabun, sedikit berbau, kadang-kadang mengandung sisa-sisa
kertas, berwarna bekas cucian beras dan sayur, bagian-bagian tinta dan sebagainya.4,5
Karakteristik kimiawi
Biasanya air buangan ini mengandung campuran zat- zat kimia anorganik yang berasal dari air
bersih serta bermacam-macam zat organik yang berasal dari penguraian tinja, urine dan sampah-
sampah lainnya. Oleh sebab itu pada umumnya bersifat basah pada waktu masih baru, dan
cenderung bau asam apabila sudah mulai membusuk.4,5
Karakteristik bakteriologis
Kandungan bakteri pathogen serta organisme golongan coli terdapat juga dalam air limbah
tergantung dari mana sumbernya, namun keduanya tidak berperan dalam proses pengolahan air
buangan.4,5

6
2.4 Sarana Pembuangan Air Limbah (SPAL) Rumah Tangga

Syarat SPAL sederhana yang baik

a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari jamban
b) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor
c) Tidak boleh menimbulkan bau
d) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan kecelakaan
e) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan.2

2.5 Cara Pembuatan SPAL

2.5.1 Metode I

2.5.1.1 Bahan

a) Bak ½ bis
b) Batu bata
c) Pasir
d) Semen
e) Batu koral
f) Pralon leher angsa
g) Pasir

2.5.1.2 Alat

a) Gergaji
b) Cetok (sendok semen)
c) Cangkul
d) Parang
e) Besi runcing (linggis)
f) Ember
g) Skop
7
h) Meteran

2.5.1.3 Proses pembuatan

Saluran air limbah bisa dibuat dari pasangan bak bis yang dibagi 2 (tengahan) atau dapat
juga dari pasangan batu bata dengan pasangan semen dan pasir. Kemudian, dibuat bak
penampung air limbah dan bak peresapan yang diisi batu bata dan koral. Batas antara bak air
limbah dan bak peresapan harus diberi saluran. Pada bagian atas diberi tutup yang dapat dibuat
dari bambu. Saluran antara tempat pencucian ke bak air limbah sebaiknya agak ada kemiringan,
sehingga air akan lancar mengalir. 2

Gambar 1. Bak Penampung Air Bekas2

8
Gambar 2. Saluran Air Bekas ke Bak2

2.5.1.4 Pemeliharaan

Perlu dibersihkan setiap hari terutama pada saluran yang terbuka dan pada bak kontrol.
Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastik, dan sebagainya.

2.5.1.5 Keuntungan dan Kerugian

Keuntungannya adalah mudah dibuat, sederhana dan bahan-bahan serta alat-alat mudah
didapat. Kerugiannya adalah kadang-kadang baunya masih terasa karena SPAL nya jenis yang
terbuka sehingga bisa mengganggu lingkungan sekitarnya.

2.5.2 Metode II

2.5.2.1 Bahan

a) Drum
b) Koral

9
c) Kayu
d) Ijuk
e) Pipa pralon

2.5.2.2 Alat

a) Palu
b) Besi runcing
c) Cangkul
d) Parang
e) Gergaji

2.5.2.3 Proses pembuatan

Pertama sekali, drum harus dilubangi dengan garis tengah 1 cm, jarak antara lubang 10 cm.
Pembuatan lubang di luar dapur dengan ukuran panjang, lebar dan dalam masing-masing 110
cm. Di dasar lubang diberi koral/ijuk setebal 20 cm dan drum dimasukkan ke dalam lobang
tersebut. Sela-sela drum diselingi dengan koral/ijuk. Kemudian dibuat saluran air limbah ukuran
½ bis, atau dari pasangan batu bata. Drum ditutup dengan kayu/bambu atau kalau ingin lebih
tahan lama dicor dengan campuran semen dan pasir yang diberi penguat besi.

10
Gambar 3. Drum yang Dilubangi2

11
Gambar 4. Pembuatan Lubang2

Gambar 5. Drum di dalam Lubang Bangunan2

12
Gambar 6. Tutup Bak Penampung2

2.5.2.4 Pemeliharaan

Jangan memasukkan buangan berupa benda padat seperti kertas, kain, plastik dan
sebagainya.

2.5.2.5 Keuntungan dan Kerugian

Keuntungannya adalah mudah dibuat dengan bahan yang tidak mahal dan merupakan
pemanfaatan bahan-bahan bekas.

Kerugiannya pula, air yang meresap ke tanah akan mempengaruhi air tanah di sekitarnya
apabila struktur tanah merupakan tanah liat yang berbongkah-bongkah pada waktu musim
kemarau, serta jaraknya kurang diperhatikan dengan sumur bersih, kadang bisa terlalu dekat.

2.5.3 Metode III

2.5.3.1 Bahan

a) Besi beton ½-25 cm


b) Batu bata
c) Kerikil
d) Semen
13
e) Pasir

2.5.3.2 Alat

a) Gergaji
b) Cetok
c) Cangkul
d) Skop
e) Parang
f) Ember
g) Besi runcing
h) Meteran

2.5.3.3 Proses pembuatan

Tempat mandi dan cuci dibuat dari batu bata, campuran semen dan pasir. Bak kontrol dibuat
terutama untuk saluran yang berbelok, karena pada saluran berbelok lama-lama terjadi
pengikisan ke samping sedikit demi sedikit, selain dari bisa terjadi suatu pengendapan kotoran.

Selanjutnya, dibuat sumur resapan yang terbuat dari susunan batu bata kosong yang diberi
kerikil dan lapisan ijuk. Sumur resapan diberi kerikil dan pasir. Jarak antara sumur air bersih ke
sumur resapan minimum 10 meter agar air yang kotor tidak mencemari air bersih.

14
Gambar 7. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci2

Gambar 8. Bak Saluran Bekas Mandi dan Cuci. Saluran air bekas mandi dan cuci : A : Kamar
mandi dan cuci B : Bak kontrol C : Bak resapan2

15
2.5.3.4 Pemeliharaan

Saluran setiap hari perlu dibersihkan dengan memakai alat sapu. Selain itu, jangan
membuang benda-benda padat seperti batu kerikil, kertas, kain, plastik dan barang-barang
lainnya. Semua resapan perlu sering dikontrol, agar bagian-bagian yang tersumbat bisa
dibersihkan.

2.5.3.5 Keuntungan dan Kerugian

Keuntungannya adalah pembuatannya mudah, bahan-bahan ada disekitar kita dan


konstruksinya sederhana.

Kerugiannya pula adalah pembuangan air kotor ini juga tergantung dari struktur lapisan
tanah. Tanah yang liat pada musim kemarau akan bongkah-bongkah hal ini mungkin
berpengaruh pada sumber air bersih. Untuk mengatasi hal ini agar jaraknya perlu lebih
diperpanjang lagi.

2.6 Penyakit akibat SPAL yang tidak memenuhi syarat kesehatan

2.6.1 Gastroenteritis
Diare adalah buang air besar dengan frekuensi 3 kali atau lebih per hari, disertai
perubahan tinja menjadi cair, dengan atau tanpa lendir dan darah.1
Diare akut adalah diare yang pada awalnya terjadi secara mendadak dan berlangsung
dalam beberapa jam sampai 14 hari.1
2.6.2 Etiologi
90% diare akut pada dewasa disebabkan oleh infeksi dan 10% oleh non- infeksi. Etiologi
diare dibagi dalam beberapa faktor, yaitu:
1. Faktor infeksi.
a. Infeksi enteral yaitu infeksi saluran pencernaan yang merupakan penyebab utama
diare pada anak dan negara berkembang.2
b. Infeksi enteral meliputi:
i. Infeksi bakteri : Vibrio, E.colli, Salmonella, Shigella, Campylobacter,
Yersinia, Aeromonas dan sebagainya.3

16
ii. Infeksi virus : Enterovirus (Virus ECHO, Coxcakie, Poliomyelitis),
Adenovirus, Rotavirus, Astrovirus dan lain-lain.
iii. Infeksi parasit : Cacing (Ascaris, Trichiuris, Oxyuris, Strongyloides),
Protozoa (Entamoeba hystolitica, Giardia lamblia, Trichomonas hominis),
jamur (Candida albicans).3
2. Faktor malabsorbsi
a. Malabsorbsi karbohidrat : disakarida (intoleransi laktosa, maltosa dan sukrosa),
monosakarida (intoleransi glukosa, fruktosa, dan galaktosa). Pada bayi dan anak
yang terpenting dan tersering ialah intoleransi laktosa.4
b. Malabsorbsi lemak.
c. Malabsorpsi protein.
3. Faktor makanan : makanan basi, beracun, alergi terhadap makanan.
4. Faktor psikologis : rasa takut dan cemas.

2.6.3 Patofisiologi
Mekanisme dasar yang menyebabkan timbulnya penyakit diare adalah1:
1. Gangguan osmotik
Akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan
tekanan osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan
elektrolit ke dalam rongga usus. Isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang
usus untuk mengeluarkannya sehingga terjadi penyakit diare.4
2. Gangguan sekresi
Akibat rangsangan tertentu (misal oleh toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekresi air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya terjadi diare
timbul karena karena terdapat peningkatan isi rongga usus.4
3. Gangguan motalitas usus
Hiperperistaltik akan mengakibatkan bekurangnya kesempatan usus untuk
menyerap makanan, sehingga timbul diare. Sebaliknya bila peristaltik usus menurun akan
menyebabkan bakteri tumbuh belebihan yang dapat menimbulkan diare juga.

17
2.6.4 Diagnosis
2.6.4.1 Anamnesis
Pasien dengan diare akut datang dengan berbagai gejala klinik tergantung
penyebab penyakit dasarnya. Keluhan diarenya berlangsung kurang dari 15 hari. Diare
karena penyakit usus halus biasanya berjumlah banyak, diare air, dan sering
berhubungan dengan malabsorbsi, dan dehidrasi sering didapatkan.1 Diare karena
kelainan kolon sering berhubungan dengan tinja berjumlah kecil tetapi sering,
bercampur darah dan ada sensasi ingin ke belakang. Pasien dengan diare akut infektif
datang dengan keluhan khas yaitu: nausea, muntah, nyeri abdomen, demam, dan tinja
yang sering, bisa air, malabsorbtif, atau berdarah tergantung bakteri pathogen yang
spesifik. Secara umum, pathogen usus halus tidak invasive, dan patpgen ileokolon lebih
mengarah ke invasive.3 Pasien yang memakai toksin atau pasien yang mengalami infeksi
toksigenik secara khas mengalami nausea dan muntah sebagai gejala prominen
bersamaan dengan diare air tetapi jarang mengalami demam. Muntah yang mulai
beberapa jam dari masuknya makanan mengarahkan kita pada keracunan makanan
karena toksin yang diahsilkan. Parasit yang tidak menginvasi mukosa usus, seperti
Giardia lamblia dan Cryptosporidium, biasanya menyebabkan rasa tidak nyaman di
abdomen yang ringan. Giardiasis mungkin berhubungan dengan steatorea ringan, perut
bergas dan kembung.
Bakteri invasif seperti Campylobacter, Salmonella, dan Shigella, dan organism
yang menghasilkan sitotoksin seperti Clostridium difficile dan enterohemorragic E.coli
(serotype O157:H7) menyebabkan inflamasi usus yang berat.3 Organism Yersinia
seringkali menginfeksi ileum terminal dan caecum dan memiliki gejala nyeri perut
kuadran kanan bawah, menyerupai apendisitis akut. Infeksi Compylobacter jejuni sering
bermanifestasi sebagai diare, demam dan kadangkali kelumpuhan anggota badan dan
(GBS). Kelumpuhan lumpuh pada infeksi usus ini sering disalahtafsirkan sebagai
malpraktek dokter karena ketidaktahuan masyarakat.
Diare air merupakan gejala tipikal dari organism yang menginvasi epitel usus
dengan inflamasi minimal, seperti virus enteric, atau organism yang menempel tetapi
tidak menghancurkan epitel, seperti enteropathogenic E.coli, protozoa, dan helminthes.2

18
Beberapa organism sperti Campylobacter, Aeromonas, Shigella, dan Vibrio spesies
(missal, V parahaemolyticus) menghasilkan enterotoksin dan juga menginvasi mukosa
usus; sehingga diikuti diare berdarah dalam beberapa jam/hari.
Sindrom Hemolitik-uremik dan purpura trombositopenik trombotik (TTP) dapat
timbul pada infeksi dengan bakteri E.coli enterohemorrhagik dan Shigella, terutama
anak kecil dan orang tua. Infeksi Yersinia dan bakteri enteric lain dapat disertai sindrom
Reiter (arthritis, uretritis, dan konjungtivitis), tiroiditis, perikarditis, atau
glomerulonefritis. Demam enteric, disebabkan Salmonella parathypi, merupakan
penyakit sistemik yang bermanifestasi sebagai demam tinggi yang lama, prostrasi,
bingung, dan gejala respiratorik, diikuti nyeri tekan abdomen, diare dan kemerahan.1
Dehidrasi dapat timbul jika diare berat dan auspan oral terbatas karena nausea dan
muntah, terutama pada anak kecil dan lanjut usia.2 Dehidrasi bermanifestasi sebagai rasa
haus yang meningkat, berkurangnya jumlah buang air kecil dengan warna urin gelap,
tidak mampu berkeringat, dan perubahan ortostatik. Pada keadaan berat, dapat mengarah
ke gagal ginjal akut dan perubahan status jiwa seperti kebingungan dan pusing kepala.
Dehidrasi menurut keadaan klinisnya dapat dibagi 3 tingkatan1:
1) Dehidrasi ringan (hilang cairan 2-5% BB): gambaran klinisnya turgor kurang, suara
serak, pasien belum jatuh dalam presyok.
2) Dehidrasi sedang (hilang cairan 5-8% BB): turgor buruk, suara serak, pasien jatuh
dalam presyok atau syok, nadi cepat, napas cepat dan dalam.
3) Dehidrasi berat (hilang ciaran 8-10% BB): tanda dehidrasi sedang ditambah
kesadaran menurun (apatis sampai koma), otot-otot kaku, sianosis
2.6.4.2 Pemeriksaan Fisik
Kelainan – kelainan yang ditemukan pada pemeriksaan fisik sangat berguna dalam
menentukan penyebab diare. Status volume dinilai dengan memperhatikan perubahan
ortostatik pada tekanan darah dan nadi, temperature tubuh dan tanda toksisitas.
Pemeriksaan abdomen yang seksama merupakan hal yang penting.2
2.6.4.3 Pemeriksaan Penunjang
1) Pemeriksaan darah tepi lengkap: hemoglobin, hematokrit, leukosit, hitung jenis
leukosit, kadar elektrolit serum,

19
2) Ureum dan Creatinin: memeriksa adanya kekurangan volume cairan dan mineral.
3) Pemeriksaan tinja: melihat adanya leukosit pada tinja yang menunjukkan adanya
infeksi bakteri, adanya telur cacing dan parasit dewasa.3
Pasien dengan diare karena virus, biasanya memiliki jumlah dan hitung jenis
leukosit normal atau limfositosis. Pasien dengan infeksi bakteri terutama pada infeksi
bakteri yang invasif ke mukosa, memiliki leukositosis dengan kelebihan darah putih
muda. Neutropenia dapat timbul pada salmonellosis. Untuk mengetahui mikroorganisme
penyebab diare akut dilakukan pemeriksaan feses rutin dan pada keadaan dimana feses
rutin tidak menunjukkan adanya miroorganisme atau ova, maka diperlukan pemeriksaan
kultur feses dengan medium tertentu sesuai dengan mikroorganisme yang dicurigai
secara klinis dan pemeriksaan laboratorium rutin.4
Indikasi pemeriksaan kultur feses antara lain, diare berat, suhu tubuh > 38,50C, adanya
darah dan/atau lender pada feses, ditemukan leukosit pada feses, laktoferin, dan diare
persisten yang belum mendapat antibiotic.4
2.6.5 Tatalaksanan Diare Akut
Prinsip tatalaksana penderita diare5:
1. Mencegah terjadinya dehidrasi: berikan oralit atau cairan rumah tangga sejak awal diare.
Cairan rumah tangga antara lain air matang, air tajin etc.
2. Mengatasi dehidrasi: segara rehidrasi oral atau intravena sesuai derajat dehidrasi.
3. Pemberian makanan: pemberian makanan yang lunak, rendah serat sejak awal untuk
pemulihan keadaan penderita
4. Mengobati penyebab, komplikasi dan penyakit penyerta
5. Edukasi sangat penting sebagai langkah pencegahan (sanitasi lingkungan dan hygiene
perorangan)
6. Pemberian zinc

20
Bab III
Laporan Kasus Hasil Kunjungan Rumah

UPTD Puskesmas DTP PONED Klari


Tanggal kunjungan : 7 September 2018

I. Identitas Pasien :
 Nama : Ny. C
 Umur : 35 tahun
 Jenis kelamin : Perempuan
 Pekerjaan : Ibu Rumah tangga
 Pendidikan : SD
 Alamat : Desa Sumur Kondang 005/004 , Kecamatan Klari,
Kabupaten Karawang

II. Riwayat Biologis Keluarga :


 Keadaan kesehatan sekarang : Baik
 Kebersihan perorangan : Kurang
 Penyakit yang sering diderita : Gastroenteritis akut
 Penyakit keturunan : Tidak ada
 Penyakit kronis/menular : Tidak ada
 Kecacatan anggota keluarga : Tidak ada
 Pola makan : Sedang
 Jumlah anggota keluarga : 4 orang

III. Psikologis Keluarga :


 Kebiasaan buruk : Tidak ada
 Pengambilan keputusan : Kepala Keluarga
 Ketergantungan obat : Tidak ada
21
 Tempat mencari pelayanan kesehatan : Puskesmas dan Bidan
 Pola rekreasi : Kurang

IV. Keadaan Rumah /lingkungan :


 Jenis bangunan : Permanen
 Lantai rumah : Semen
 Luas rumah : tidak diketahui
 Penerangan : kurang
 Kebersihan : kurang
 Ventilasi : kurang
 Dapur : ada
 Jamban keluarga : ada
 Sumber air minum : air sumur jet pump yang direbus
 Sumber pencemaran : ada
 Pemanfaatan pekarangan : tidak ada
 Sistem pembuangan air limbah : ada, tidak memenuhi syarat
 Tempat pembuangan sampah : ada
 Sanitasi lingkungan : kurang

V. Spiritual Keluarga :
 Ketaatan beribadah : Cukup
 Keyakinan tentang kesehatan : Cukup

VI. Keadaan Sosial Keluarga


 Tingkat pendidikan : Rendah
 Hubungan antar aggota keluarga : Baik
 Hubungan dengan orang lain : Baik
 Kegiatan organisasi sosial : Sedang
 Keadaan ekonomi : Kurang

22
VII. Kultural Keluarga
 Adat yang berpengaruh : Sunda
 Lain – lain : Tidak ada

VIII. Daftar anggota keluarga

1 2

3 4

No Nama Hub Umur Pendi- Pekerjaan Agama Keadaan Keadaan Imunisasi K Kete-
dgn KK dikan kesehatan gizi B rangan
1 Tn. A KK 38 th SD Buruh Islam Cukup Cukup Tidak - -
Pabrik lengkap
2 Ny. C Istri 35 th SD IRT Islam Cukup Cukup Tidak - -
lengkap
3 An. E Anak 13 th SMP Buruh Islam Cukup Cukup Lengkap - -
4. An. A Anak 8 th SMP Belum Islam Cukup Cukup Lengkap - -
Bekerja

IX. Keluhan Utama :


Buang air besar cair sebanyak 5 kali sejak 2 hari sebelum pemeriksaan

X. Keluhan Tambahan :
Perut mulas, nyeri kepala dan lemas

XI. Riwayat Penyakit sekarang :


Pasien perempuan berusia 35 tahun mengeluh buang air besar cair sebanyak
lebih dari 5 kali sehari sejak 2 hari sebelum pemeriksaan. Buang air besar cair disertai

23
ampas, berwarna coklat kekuningan, tidak disertai lendir dan darah. Pasien merasakan
perutnya mulas dan semakin bertambah apabila pasien makan. Selain itu pasien juga
mengeluh nyeri kepala dan lemas. Pasien mengaku tidak merasakan adanya demam
dan keluhan lainnya. Pasien menyangkal adanya riwayat makan pedas maupun makan
makanan sembarangan.
Pasien tidak memiliki riwayat penyakit menahun. Pasien tidak memiliki
kebiasaan merokok. Pasien juga tidak memiliki alergi obat ataupun makanan tertentu.

XII. Riwayat penyakit dahulu :


 Tidak ada

XIII. Pemeriksaan fisik :


Status Generalis
 Keadaan umum : Sakit sedang
 Kesadaran : Compos Mentis
 Tekanan darah : 120/70 mmHg
 Pernapasan : 22×/menit
 Nadi : 82×/menit
 Suhu : 36,9ºC
Keadaan Regional
Kulit Kulit berwarna sawo matang, ikterus (-), sianosis (-).
Kepala Bentuk normal, tidak teraba benjolan, rambut berwarna hitam
terdistribusi merata, tidak mudah dicabut.

Mata OD : Bentuk normal, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak


ikterik, palpebra superior et inferior tidak edema, pupil bulat
dengan diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+)
OS : Bentuk normal, konjungtiva tidak anemis, sklera tidak
ikterik, palpebra superior et inferior tidak edema, pupil bulat

24
dengan diameter kurang lebih 3 mm, reflek cahaya (+)
Telinga Bentuk normal, liang telinga lapang, tidak ada sekret, terdapat
serumen lunak, jumlah sedikit.
Hidung Bentuk normal, tidak ada sekret, tidak ada deviasi septum nasi.
Mulut Bentuk normal, perioral tidak sianosis, bibir lembab, lidah tidak
kotor, arkus faring simetris, letak uvula di tengah, faring tidak
hiperemis, tonsil T1-T1 tenang, mukosa mulut tidak ada kelainan.
Leher Tidak teraba pembesaran kelenjar getah bening.

Thorax Paru-paru : Suara napas vesikuler, Rhonki (-), Wheezing (-)


Jantung : Bunyi jantung I dan II reguler, Gallop (-), Murmur (-)
Abdomen Tampak datar, teraba supel, bising usus (++), nyeri tekan (+)

Ekstremit Superior : Bentuk normal, edema (-)


as Inferior : Hiperemis (-/-), Edema (-/-).

XIV. Diagnosis Penyakit :


Gastroenteritis Akut

XV. Diagnosis keluarga :


Tidak ada.

XVI. Anjuran penatalaksanaan penyakit :


a. Promotif :
Memberikan penyuluhan dan pengertian kepada pasien tentang apakah yang
dimaksud dengan penyakit gastroenteritis akut, penyebabnya, gejala – gejalanya
serta komplikasinya.

25
b. Preventif :
Memotivasi pasien agar mau meminum obat untuk menghentikan gejala-gejala
buang air besar cair yang dialami. Memberikan pengetahuan kepada keluarga
bahwa penyakit gastroenteritis ini dapat menular terutama apabila sumber air dan
makanan tercemar. Memberikan pengertian kepada keluarga bahwa sumber air
dan makanan yang tercemar akan menyebabkan gejala yang sama dapat dialami
oleh seluruh anggota keluarga sehingga penting adanya fasilitas saluran
pembuangan air limbah dan jamban sehat yang memenuhi syarat bagi keluarga.
Memotivasi pasien dan anaknya untuk menerapkan pola hidup sehat dan PHBS
dalam keluarga, terutama pengadaan saluran pembuangan air limbah yang
memenuhi syarat.
c. Kuratif :
Terapi medikamentosa :
- Atapulgite 4 x 1 tablet (setiap kali diare)
- Oralite 1 sachet setiap kali diare
Terapi non medikamentosa :
1. Mengkonsumsi makanan rendah serat sementara waktu saat konsistensi tinja
masih berupa cairan atau lunak serta banyak meminum air putih.
2. Menghindari makanan yang berlemak, pedas, asam dan yang dapat memicu
peningkatan gerak peristaltik seperti makanan yang mengandung banyak
cabai, santan, dan sebagainya
3. Memperbaiki gaya hidup yang kurang sehat. Anjurkan kepada pasien untuk
mempraktikkan pola hidup bersih sehat terutama cuci tangan sebelum dan
sesudah makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah menyentuh barang-
barang kotor, setelah memegang hewan peliharaan dan sebagainya. Selain itu
selalu memastikan bahwa sumber air minum dan makanan tidak tercemar
dengan air limbah domestik.
d. Rehabilitatif : -

26
XVII. Prognosis :
Penyakit : bonam
Keluarga : dubia ad bonam
Masyarakat : dubia ad bonam

XVIII. Resume
Dari kunjungan rumah tanggal 7 September 2018 didapatkan seorang Perempuan
berumur 35 tahun memiliki keluhan buang air besar cair lebih dari 5 kali sehari sejak
2 hari sebelum pemeriksaan. Keluhan juga disertai dengan perut mulas, nyeri kepala
dan lemas. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran compos mentis, TD 120/70 mmHg, pernapasan 22×/menit, nadi
82×/menit, suhu 36,9ºC. Pada pemeriksaan fisik ditemukan bising usus meningkat
dan adanya nyeri tekan abdomen. Pasien didiagnosa dengan gastroenteritis akut.
Pasien kurang memiliki pengetahuan tentang penyebab penyakitnya sehingga
penyakit ini seringkali berulang terjadi pada pasien dan anggota keluarga. Rumah
pasien tergolong tidak sehat dilihat dari kebersihan dan ventilasi yang kurang di
dalam rumah, dan pembuangan air limbah yang tidak memenuhi syarat. Ditinjau dari
spiritual keluarga keluarga pasien merupakan keluarga yang taat beribadah dan rajin
Sholat. Pasien disarankan untuk meminum banyak air guna mencegah dehidrasi,
mengurangi makan makanan berserat tinggi selama buang air besar masih dengan
konsistensi cair atau lunak. Keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi,
dianjurkan untuk berperilaku hidup sehat dengan mencuci tangan sebelum makan
dan sesudah makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah menyentuh barang
kotor, dan setelah menyentuh hewan peliharaan. Untuk mencapai kesehatan yang
menyeluruh hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena
itu pasien disarankan untuk lebih menjaga kebersihan di dalam rumah terutama
membuat saluran pembuangan air limbah yang sehat dan memenuhi syarat untuk
keluarga.

27
Bab IV
Pembahasan

Menurut teori Blum, didapatkan bahwa kesehatan manusia terdiri beberapa unsur yang
saling berinteraksi dan saling terkait secara hirarki yaitu lingkungan, pelayanan kesehatan,
perilaku dan keturunan.
Dari hasil kunjungan rumah pada penderita gastroenteritis akut, didapati bahwa pasien
memiliki pola hidup yang kurang sehat yaitu dengan tidak mencuci tangan sebelum makan dan
sesudah makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah menyentuh barang kotor, dan setelah
menyentuh hewan peliharaan. Dilihat dari hasil kunjungan rumah pasien, didapatkan bahwa
tempat tinggal pasien, termasuk dalam kategori tidak sehat, sebab jumlah ventilasi kurang dalam
rumah, pencahayaan kurang, lantai rumah masih berupa semen, kebersihan rumah kurang, serta
tidak terdapatnya saluran pembuangan air limbah yang memenuhi syarat sehingga sumber air
bersih dan makanan dapat tercemar dengan air limbah domestik dan menjadi sarana penularan
penyakit gastroenteritis akut.
Maka terbukti bahwa kesehatan manusia sangat dipengaruhi oleh beberapa unsur menurut
Teori Blum. Oleh karena itu sebagai dokter keluarga yang bekerja di Puskesmas sebaiknya dapat
memberikan penyuluhan perorangan dan keluarga untuk dapat memperbaiki pola hidup pasien,
memotivasi perilaku hidup bersih sehat dan memperbaiki kualitas lingkungan di antaranya
dengan pengadaan sarana pembuangan air limbah yang memenuhi syarat.

28
Bab V
Kesimpulan dan Saran

5.1 Kesimpulan
Dari kunjungan rumah tanggal 7 September 2018 didapatkan seorang Perempuan
berumur 35 tahun memiliki keluhan buang air besar cair lebih dari 5 kali sehari sejak
2 hari sebelum pemeriksaan. Keluhan juga disertai dengan perut mulas, nyeri kepala
dan lemas. Dari pemeriksaan tanda vital didapatkan keadaan umum tampak sakit
sedang, kesadaran compos mentis, TD 120/70 mmHg, pernapasan 22×/menit, nadi
82×/menit, suhu 36,9ºC. Pada pemeriksaan fisik ditemukan bising usus meningkat
dan adanya nyeri tekan abdomen. Pasien didiagnosa dengan gastroenteritis akut.
Pasien kurang memiliki pengetahuan tentang penyebab penyakitnya sehingga
penyakit ini seringkali berulang terjadi pada pasien dan anggota keluarga. Rumah
pasien tergolong tidak sehat dilihat dari kebersihan dan ventilasi yang kurang di
dalam rumah serta tidak memiliki pembuangan air limbah rumah tangga yang tidak
memenuhi syarat.

5.2 Saran
Pasien disarankan untuk meminum banyak air guna mencegah dehidrasi, mengurangi
makan makanan berserat tinggi selama buang air besar masih dengan konsistensi cair
atau lunak. Keluarga pasien sebagai kelompok resiko tinggi, dianjurkan untuk
berperilaku hidup sehat terutama dengan mencuci tangan sebelum makan dan sesudah
makan, sebelum menyiapkan makanan, setelah menyentuh barang kotor, dan setelah
menyentuh hewan peliharaan. Untuk mencapai kesehatan yang menyeluruh
hendaknya didukung pula oleh kondisi rumah yang sehat, oleh karena itu pasien
disarankan untuk lebih menjaga kebersihan di dalam rumah terutama membuat
saluran pembuangan air limbah yang sehat dan memenuhi syarat untuk keluarga.

29
Daftar Pustaka

1. Sunarto, K. Sosiologi Kesehatan. Jakarta: Pusat Penerbitan Universitas Indonesia; 2007.


H. 2,3-2,5
2. Budiarto,E dan Anggraeni, D. Pengantar epidemiologi edisi 2. Jakarta: EGC; 2009.
3. Chandra, Budiman. Ilmu Kedokteran Pencegahan dan Komunitas. Jakarta: EGC; 2008.
4. WHO dan UNICEF. Joint Monitoring Programme for Water Supply and Sanitation.
Indonesia : 2015.
5. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan (Ditjen P2PL)
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Road Map Percepatan Program STBM 2013-
2015. Jakarta: Ditjen P2PL Kemenkes RI. 2013. Diunduh dari http://stbm-
indonesia.org/dkconten.php?id=7156 pada tanggal 16 September 2016.
6. Direktorat Jendral Pengendalian Penyakit dan Penyehatan Lingkungan. Pedoman Teknis
Pengelolaan Limbah Cair Rumah Tangga. Jakarta: Departemen Kesehatan RI. 2007.

30
LAMPIRAN

Foto Ny. C

Foto kamar
31
Foto dapur

Foto Dapur

Foto Jamban

32
Foto Rumah Tampak Depan

Foto saluran pembuangan air limbah

33

You might also like