Professional Documents
Culture Documents
Meddy Setiawan*
Abstrak
Cirrhosis Hepatis merupakan hasil akhir dari jejas hepatoseluler yang ireversibel dan menimbulkan fibrosis dan regenerasi nodular
pada hepar. Retensi air dan garam tampak jelas sebagai manifestasi klinis pada semua kasus Cirrhosis Hepatis disebut asites. Spontaneous
Bacterial Peritonitis adalah komplikasi ketiga terbesar pada pasien dengan Cirrhosis Hepatis walaupun komplikasi tersebut dapat tampak
pada pasien asites karena sebab yang lain.
Tujuan penelitian ini adalah membuktikan adanya hubungan antara asites pada penderita Cirrhosis Hepatis dengan komplikasi
Spontaneous Bacterial Peritonitis. Metode yang digunakan adalah deskriptif analitik dengan data yang diambil dari rekam medis pasien
asites rawat inap di Bagian Penyakit Dalam Rumah Sakit Syaiful Anwar Malang pada tahun 2006 (1 Januari 1 – 31 Desember 2006).
Data dianalisis dengan menggunakan Uji Chi-Square dan Uji Korelasi Kontingensi.
Hasil penelitian menunjukkan, dari tabulasi silang penderita asites dengan Cirrhosis Hepatis dan komplikasi Spontaneous Bacterial
Peritonitis, 48 % terdiagnosis Cirrhosis Hepatis dan 52 % non Cirrhosis. 51 % mengalami komplikasi Spontaneous Bacterial Peritonitis
dengan 63 % nya terdiagnosa Cirrhosis Hepatis. Hal ini menunjukkan bahwa Komplikasi Spontaneous Bacterial Peritonitis lebih banyak
muncul pada pasien Cirrhosis Hepatis daripada dengan pasien Non-Cirrhosis Hepatis.
Kesimpulan penelitian ini adalah adanya hubungan yang signifikan antara ascites pada penderita Cirrhosis Hepatis dengan
Komplikasi Spontaneous Bacterial Peritonitis dengan hasil uji Chi-Square (c2) = 9,066 dengan p = 0.003 (á < 0,05) dan hasil uji Korelasi
Kontingensi = 0.288 dengan p = 0.003 (á < 0,05) menunjukkan keeratan yang positif.
79
80 Vol.7 No. 15 Desember 2011
Abstract
Cirrhosis Hepatis is the end result of hepatocellular injury that is generally irreversible and leads to both fibrosis and nodular
regeneration throughout the liver. Sodium and water retention occur in virtually all cases of Cirrhosis Hepatis, even before fluid accumulation
is detectable clinically within the peritoneal space, and it is called ascites. Spontaneous Bacterial Peritonitis is the first three occur most
commonly in patients with Cirrhosis and ascites, although they may occur in patients with other causes of ascites.
The aim of this study is to prove the correlation between ascites in Cirrhosis Hepatis and its complication to Spontaneous
Bacterial Peritonitis from it approach with the clinical manifestasion of Cirrhosis Hepatis, ascites, and Spontaneous Bacterial Peritonitis.
Material and method are taken from ascitic patients’ medical report whose hospitalized at Syaiful Anwar Hospital Malang in 2006 (1 st
January – 31st December 2006). Datas were analyzed with descriptive analytic using Chi-Square study and Contingency Correlation approach.
Using cross tabulation method shows, that 48 % of the patients were diagnosed with Cirrhosis Hepatis and 52 % with non - Cirrhosis
Hepatis. 51 % had complication to Spontaneous Bacterial Peritonitis, with 62 % were diagnosed with Cirrhosis Hepatis. It explains that
Spontaneous Bacterial Peritonitis’ complication which appears in ascitic patients with Cirrhosis Hepatis is more prevalent compare to non-
Cirrhosis Hepatis ascitic patients.
The results of this research shows that, ascites in Cirrhosis Hepatis and its manifestation to Spontaneous acterial Peritonitis
have a significant correlation by Chi-Square (x 2) 9,066 with p = 0,003 (á < 0,05), and Contingency Correlation 0,288 with p = 0,003
(á < 0,05).
Cirrhosis), regenerasi nodul tidak lebih besar dari sentimeter dan bisa saja didapatkan dilatasi vena
lobulus pada umumnya, diameternya kira-kira tidak central.
lebih dari 1 mm. Macronodular Cirrhosis ditandai Klasifikasi Cirrhosis Hepatis menurut Child-
dengan nodul yang lebih besar, yang dapat pugh juga digunakan sebagai dasar diagnosis Cirrhosis
berkembang diameternya sampai beberapa Hepatis
Tabel 1
Klasifikasi Child-pugh :
Skor/parameter 1 2 3
Spontaneous Bacterial Peritonitis dapat disebabkan Peritonitis pada penderita Cirrhosis Hepatis dengan
karena perforasi usus yang dapat menyebabkan asites. Penelitian pada 127 penderita Cirrhosis Hepatis
masuknya organisme patogen ke dalam rongga dengan asites, ditemukan lima variabel yang berkaitan
peritoneum. (Lingappa, 2000) dengan tingginya resiko Spontaneous Bacterial Peritonitis,
Agen yang berperan dalam etiologi Spontaneous tetapi hanya protein cairan asites dibawah 1gr/dL
Bacterial Peritonitis kebanyakan adalah monobakterial, yang menguatkan prediksi. Dua penelitian selanjutnya
yang pada umumnya adalah flora intestinal (>90%). juga menemukan hasil yang sama.
¾ kasus Spontaneous Bacterial Peritonitis disebabkan
oleh organisme aerob gram negatif (50% nya Metodologi Penelitian :
adalah Eschericia coli), dan ¼ nya disebabkan oleh Rancangan Penelitian
organisme aerob gram positif (19% pneumococci).
Organisme anaerob jarang karena cairan asites Rancangan penelitian yang digunakan adalah
memiliki tekanan oksigen yang tinggi. (Bandy, 2006) deskriptif analitik dengan pendekatan cross sectional.
Cairan asites merupakan medium kultur yang
baik untuk beberapa patogen, ter masuk Populasi
Enteobacteriaceae (khususnya E coli), group D Seluruh penderita asites yang rawat inap di
streptokokus (enterokokus), Streptococcus pneumoniae, bagian Penyakit Dalam RSSA Malang pada tahun
dan Streptococcus viridan. (Lingappa, 2000) 2006 (1 Januari – 31 Desember 2006).
Ada sebuah argumen yang mengatakan
bahwa Spontaneous Bacterial Peritonitis terjadi akibat Sampel
migrasi transmural bakteri dari usus halus atau
Penderita Cirrhosis Hepatis, Congestive Heart
lumen organ, yaitu fenomena yang disebut
Failure, Nephrotic Syndrome, malnutrisi, Meig’s Syndrome
translokasi bakterial. Tetapi, kenyataan eksperimental
yang disertai asites, yang rawat inap di bagian
mengatakan, bahwa migrasi transmural secara
Penyakit Dalam RSSA Malang pada tahun 2006 (1
langsung belum tentu mengakibatkan Spontaneous
Januari – 31 Desember 2006) yang memenuhi
Bacterial Peritonitis. Mekanisme lain mengatakan,
kriteria inklusi dan eksklusi dari penelitian.
organisme infeksius dengan mudah menyebar secara
hematogen apabila dikaitkan dengan sistem
pertahanan imun yang kurang. Beberapa faktor Cara Pemilihan Sampel
yang mempengaruhi antara lain: pertumbuhan Menggunakan rumus perkiraan besar sampel,
bakteri dalam usus, disertai dengan fungsi fagositik, yang dipakai adalah rumus besar sampel untuk
serum yang rendah dan level komplemen dari data nominal untuk sampel tunggal dengan
asites, penurunan fungsi retikuloendotelial, dapat menggunakan ketepatan absolute.
meningkatkan jumlah mikroorganisme dan Apabila tingkat kepercayaan yang dikehendaki
menurunkan kapasitas untuk membersihkan sebesar 95%, PxQ mempunyai nilai paling tinggi
organisme-organisme tersebut melalui peredaran untuk P=0,50, ketepatan absolut yag diinginkan
darah. Menariknya, pasien dewasa dengan sebesar 10%, dan bila proporsi sebelumnya tidak
Spontaneous Bacterial Peritonitis pada umumnya disertai diketahui, maka besar sampel minimal yang
asites, tapi kebanyakan pasien anak-anak tidak diperlukan adalah :
disertai asites. Alasan dan mekanisme dibalik sumber n = (1,960)2 x (0,50) x (1-0,50)
ini masih menjadi investigasi selanjutnya. (Bandy,
2006) (0,10)2
Perhitungan sel polimorfonuklear diatas 250 n = 96, 04
sel/mm3 pada cairan asites sudah menunjukkan n = 97
diagnosis Spontaneous Bacterial Peritonitis dan segera
memerlukan pengobatan antibiotika. (Parsi, 2004) Kriteria Inklusi
Kultur bakteri aerob dan anaerob dapat Adalah : Penderita dengan asites (Cirrhosis
menjadi tuntunan dalam penatalaksanaan Spontaneous Hepatis, Congestive Heart Failure, Malnutrisi, Nephrotic
Bacterial Peritonitis. Studi lain yang perlu diperhatikan: Syndrome, Meig’s Syndrome), Pria dan wanita, tanpa
Sitologi, Laktat; level laktat asites >25 mg/dL dan batasan usia.
pH cairan asites <7,35 (Bandy, 2006)
Konsentrasi protein yang rendah
(hipoalbumin) pada cairan asites berkaitan dengan
tingginya resiko terjadinya Spontaneous Bacterial
84 Vol.7 No. 15 Desember 2011
Kriteria Eksklusi Teknik Pengumpulan Data
Adalah : Penderita Spontaneous Bacterial Diperoleh dari data sekunder yaitu Rekam
Peritonitis dengan riwayat parasentesa, penderita Medik penderita asites, yang akan diolah berdasarkan
peritonitis sekunder akibat enteritis, dan infeksi :Karakteristik penderita, gejala klinis, pemeriksaan
organ abdomen. fisik, dan pemeriksaan laboratorium.
Tabel 3
Distribusi Jenis Kelamin Responden
Jenis kelamin Frekuensi Persentase (%)
Laki-laki 57 57%
Perempuan 43 43%
Total 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2009
Dyspepsia 73 73 27 27 100
Tabel 5
Distribusi Frekuensi Pendekatan Diagnosa Cirrhosis Hepatis
Pendekatan Diagnosa Frekuensi Persentase (%)
Non Cirrhosis Hepatis 52 52%
Cirrosis Hepatis 48 48%
Total 100 100%
Sumber : Data yang diolah, 2009
86 Vol.7 No. 15 Desember 2011
Gejala Klinis Spontaneous Bacterial abdomen, demam, peningkatan leukosit diatas
Peritonitis 10.000 sel/mm3, dan penurunan kadar albumin
Gejala klinis Spontaneous Bacterial Peritonitis dibawah 3,5%.
yang sering dijumpai adalah ditemukannya distensi
Tabel 6
Distribusi Frekuensi Gejala Klinis Spontaneous Bacterial Peritonitis
SBP
Chi square Korelasi
No Gejala Klinis (-) (+)
dan p dan p
n=49 n=51
1 Distensi Abdomen
(-) 29 4 29,792 r= 0,479
(+) 20 47 p=0,000 p=0,000
2 Leukosit >10.000sel/mm3
(-) 33 14 15,968 r= 0,371
(+) 16 37 p=0,000 p=0,000
3 Albumin <3,5 %
(-) 9 2 5,327 r= 0,225
(+) 40 49 p=0,021 p=0,021
4 Suhu tubuh >37,5 oC
< 37oC 39 1 62,752 r=0,621
= 37oC 10 50 p=0,000 p=0,000
Sumber : Data yang diolah, 2009
Pendekatan Diagnosa Spontaneous responden yang telah didapatkan data gejala klinis
Bacterial Peritonitis yang menyertai, menurut distribusi di atas,
Pada penelitian ini, penulis meneliti gejala didapatkan hasil sebagai berikut.
klinis yang diambil dari rekam medis responden,
yang akan digunakan untuk pendekatan diagnosis
Spontaneous Bacterial Peritonitis. Dari 100 orang
Tabel 7
Distribusi Frekuensi Pendekatan Diagnosis
Spontaneous Bacterial Peritonitis
Dari data diatas dapat dijelaskan bahwa, dari Hasil Analisa Gejala Klinis terhadap
100 orang responden, ditemukan sebanyak 51 Cirrhosis Hepatis
responden (51%) mengalami komplikasi Spontaneous Cirrhosis Hepatis dengan gejala klinis asites,
Bacterial Peritonitis, sedangkan 49 responden (49%) nyeri abdomen, Dyspepsia, dan Shifting Dullness positif,
tidak mengalami komplikasi Spontaneous Bacterial memiliki hubungan yang dapat dilihat dari tabulasi
Peritonitis. silang sebagai berikut.
Hubungan Antara Kejadian Asites 87
Tabel 8
Hubungan antara Gejala Klinis dengan Pendekatan
Diagnosis Cirrhosis Hepatis
CH
Chi square Korelasi
No Gejala Klinis (-) (+) dan p dan p
n=52 n=48
1 Asites
(-) 0 0 - -
(+) 52 48
2 Nyeri Abdomen
(-) 35 27 1,295 r= 0,113
(+) 17 21 p=0,255 p=0,255
3 Dyspepsia
(-) 18 9 3,188 r= 0,176
(+) 34 39 p=0,074 p=0,074
4 Shifting Dullness
(-) 20 21 0,289 r=0,054
(+) 32 27 p=0,591 p=0,591
Berdasarkan Uji Chi-Square dari data diatas, Berdasarkan Uji Korelasi dari data di atas,
dapat diuraikan satu per satu sebagai berikut : gejala klinis nyeri abdomen, Dyspepsia, dan Shifting
Untuk gejala klinis asites, tidak ditemukan nilai Chi- Dullness pada responden dengan asites, tidak
Square dan nilai korelasi, karena semua responden menunjukkan adanya keeratan hubungan (korelasi
mengalami asites, sebagaimana asites masuk ke = r) yang kuat dan signifikan. Namun Dyspepsia
dalam kriteria inklusi dalam pengambilan sampel masih cenderung memiliki keterkaitan yang lebih
penelitian ini. Pada responden dengan gejala klinis besar terhadap Cirrhosis Hepatis dengan asites dengan
nyeri abdomen, Dyspepsia, dan Shifting Dullness, korelasi sebesar 0,176.
ditemukan nilai p > 0,05 yang berarti, tidak
menunjukkan adanya suatu hubungan yang signifikan Hasil Analisa Gejala Klinis Terhadap
terhadap Cirrhosis Hepatis. Hal ini disebabkan karena Komplikasi Spontaneous Bacterial
diagnosis Cirrhosis Hepatis ditegakkan melainkan Peritonitis
berdasarkan gejala klinis yang didapat, juga
berdasarkan pemeriksaan laoratorium dan USG Spontaneous Bacterial Peritonitis dengan gejala
abdomen. Oleh karena itu, masih banyak aspek klinis yang paling sering dijumpai berupa distensi
yang perlu diteliti lagi untuk memastikan diagnosa abdomen, peningkatan leukosit diatas 10.000 sel/
Cirrhosis Hepatis. mm3, penurunana kadar albumin dibawah 3,5 %,
dan peningkatan suhu tubuh >37 oC, memiliki
hubungan yang dapat dilihat dari tabel berikut.
Tabel 9
Hubungan antara Gejala Klinis dengan Pendekatan
Diagnosis Spontaneous Bacterial Peritonitis
SBP
Chi square Korelasi
No Gejala Klinis (-) (+) dan p dan p
n=49 n=51
1 Distensi Abdomen
(-) 29 4 29,792 r= 0,479
(+) 20 47 p=0,000 p=0,000
2 Leukosit >10.000sel/mm3
(-) 33 14 15,968 r= 0,371
(+) 16 37 p=0,000 p=0,000
88 Vol.7 No. 15 Desember 2011
3 Albumin <3,5 %
(-) 9 2 5,327 r= 0,225
(+) 40 49 p=0,021 p=0,021
4 Suhu tubuh >37,5 oC
< 37o C 39 1 62,752 r=0,621
= 37 Co 10 50 p=0,000 p=0,000
Sumber : Data primer yang diolah, 2009
Tabel 10
Hubungan antara Cirrhosis Hepatis dengan Komplikasi
Spontaneous Bacterial Peritonitis
CH
Chi square Korelasi
No Gejala Klinis SBP (-) (+)
dan p dan p
n=52 n=48
1 Distensi Abdomen
(-) 24 9 8,478 r= 0,280
(+) 28 39 p=0,004 p=0,004
2 Leukosit >10.000sel/mm3
(-) 30 17 4,972 r= 0,218
(+) 22 31 p=0,026 p=0,026
3 Albumin <3,5 %
(-) 10 1 7,497 r= 0,264
(+) 42 47 p=0,006 p=0,006
4 Suhu tubuh >37,5o C
< 37oC 27 13 6,417 r=0,246
= 37oC 25 35 p=0,011 p=0,011
Tabel 11
Tabulasi Silang antara Cirrhosis Hepatis dengan Komplikasi
Spontaneous Bacterial Peritonitis
Crosstab
Co unt
SBP
(-) (+) Total
CH (-) 33 19 52
(+) 16 32 48
Total 49 51 100
Berdasarkan hasil pengujian pada data di menyatakan adanya keeratan hubungan antara
atas, dihasilkan nilai Chi-Square sebesar 9,066 yang Cirrhosis Hepatis dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis,
lebih besar dari c2 tabel dengan df=1, yaitu sebesar dapat diterima. Dengan kata lain antara Cirrhosis
3,841, dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0.003 Hepatis dengan Spontaneous Bacterial Peritonitis
yang lebih kecil dari á 0.05. Sehingga dapat mempunyai keeratan hubungan yang signifikan,
disimpulkan bahwa antara Cirrhosis Hepatis dengan dengan arah korelasi yang positif.
Spontaneous Bacterial Peritonitis mempunyai hubungan Adanya kaitan erat antara Cirrhosis Hepatis
yang signifikan. Berdasarkan tabel di atas, didapatkan dengan terjadinya komplikasi Spontaneous Bacterial
nilai koefisien korelasi kontingensi sebesar 0,288 Peritonitis dapat digambarkan dalam bentuk
dengan nilai signifikansi (p) sebesar 0,003 yang histogram sebagai berikut.
lebih kecil dari á 0,05. Hal ini berarti hipotesa yang
Grafik 1
Hubungan Antara Cirrhosis Hepatis Dengan Terjadinya Komplikasi
Spontaneous Bacterial Peritonitis
33
Jumlah orang yang menderita
35
32
Cirrhosis Hepatis (CH)
30
25
20 19
(-)
16
15 (+)
10
(-) (+)
Komplikasi SBP