You are on page 1of 7

3

BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Pengertian caput suksedaneum

Gambar2.1(http://slideplayer.com/slide/5963678/ )

caput suksedanum adalah edema kulit kepala anak yang terjadi


karena tekanan dari jalan lahir kepada kepala anak. Caput suksedaneum
adalah pembengkakan difus jaringan lunak kepala yang dapat melampaui
sutura.
Kejadian caput suksedaneum pada bayi sendiri adalah benjolan
pada kepala bayi akibat tekanan uterus atau dinding vagina dan juga pada
persalinan dengan tindakan vakum ekstrasi, persalinan lama dapat
menyebabkan caput suksedaneum karena terjadi tekanan pada jalan lahir
yang terlalu lama, menyebabkan pembuluh darah vena tertutup, tekanan
dalam vena kapiler mininggi hingga cairan masuk kedalam cairan longgar
di bawah lingkaran tekanan dan pada tempat yang terendah. Persalinan
dengan ekstara vakum pada bayi yang di lahirkan fakum yang cukup berat,
sering terlihat adanya caput vakum sebagai edema sirkulasi berbatas
dengan sebesar alat penyedot vakum yang digunakan.
Caput suksedaneum ini ditemukan biasanya pada presentasi kepala,
sesuai dengan posisi bagian yang bersangkutan. Pada bagian tersebut
4

terjadi oedema sebagai akibat pengeluaran serum dari pembuluh darah.


Caput suksedaneum tidak memerlukan pengobatan khusus dan biasanya
menghilang setelah 2 sampai 5 hari. (Marianti, 2011).

B. Etiologi
Caput suksedaneum terjadi karena adanya tekanan yang kuat pada
kepala pada saat memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi
perifer dan limfe yang disertai dengan pengeluaran cairan tubuh kejaringan
ekstravaskuler. Keadaan ini dapat terjadi karena:
1. Persalinan lama.
persalinan yang lama dan sukar, dapat menyebapkan adanya
tekanan tulang pelvis ibu terhadap tulang kepala bayi, yang
memyebabkan robekannya pembuluh darah.
2. Tarikan vakum atau cunam.
Persalinan yang di bantu dengan vakum atau cuam yang kuat dapat
menyebapkan penumpukan darah akibat robeknya pembuiuh darah
yang melintas tulang kepala ke jaringan periosteum.
3. Kelahiran sungsang
Kelahiran sungsang yang mengalami kesukaran melahirkan kepala
bayi.

C. Faktor predisposisi
Menurut prawiroharjo (2009 : 720) faktor predisposisi yang terjadi
pada trauma lahir antara lain :
1. Makrosomia
Makrosomia adalah istilah yang digunakan untuk menggambarkan
bayi baru lahir dengan berat yang berlebihan (4000 gram – 4500
gram).
2. Disproporsi sefalopelvik.
Disproporsi sefalopelvik adalah keadaan yang menggambarkan
ketidaksesuain antara kepala janin dan panggul ibu sehingga janin
tidak bisa keluar melalui vagina.
3. Distosia.
Distosia adalah keterlambatan atau kesulitan persalinan yang dapat
disebabkan oleh kelalaian tenaga kesehatan, kelainan letak, bentuk
janin serta jalan lahir.
5

4. Persalinan lama.
Persalinan lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dri 24
jam primi dan lebih 18 jam pada multi.
5. Persalinan dengan alat (ekstraksi vakum ).
Penggunaan ekstraksi vakum bertujuan untuk mempercepat
persalinan dalam keadaan tertentu

Gambar 2.2 https://lh4.googleusercontent.com/proxy/

6. Kelahiran sunsang.

Gambar 2.3 https://www.google.co.id/search?q=gambar+kelahiran+sungsang

7. Presentasi bokong.

Gambar 2.4 http://durarida.blogspot.com/2012/06/letak-sungsang.html?m=1

8. Presentasi muka.
6

Gambar 2.5 http://reproduksiumj.blogspot.co.id/2011/10/presentasi-muka.html

9. Persalinan dengan sectio caesaria.

Gambar 2.7 http://syemfr88.blogspot.com/2014/11/sectio-caesaria-sc_14.html?


m+14

D. Patofisiologi
Patofisiologi kelainan ini timbul karena tekanan yang keras kepada
kepala ketika memasuki jalan lahir sehingga terjadi bendungan sirkulasi
kapiler dan limfe disetai pengeluaran cairan tubuh ke jaringan eksta
vaskuler.Benjolan caput ini berisi cairan serum dan sering bercampur
dengan sedikit darah.Benjolan dapat terjadi sebagai akibat bertumpang
tindihnya tulang kepala di daerah sutura pada suatu proses kelahiran
sebagai salah satu upaya bayi untuk mengecilkan lingkaran kepalanya agar
dapat melalui jalan lahir.
Pada kala II lama terjadi penekanan otot diafragma pelvis
mengakibatkan spasme pintu panggul. Dengan adanya gaya berat,
mengakibatkan kontraksi uterus sehingga tulang kepala tertekan. Sehingga
fontanel meregang dan CSS (Central Canal of Spinal cord) tidak bisa
mengalir ke seluruh otak.Sehingga CSS menerobos ke jaringan atau
7

intraviber.Sehingga potensial (cairan) tedorong ke bagian ubun-ubun besar


dan terjadi timbunan CSS dibawah kulit kepala.Sehingga menyebabkan
Caput Succedaneum.

Menurut Sarwono Prawiraharjo dalam Ilmu Kebidanan 2002, proses


perjalanan penyakit caput succedaneum adalah sebagi berikut :

1. Pembengkakan yang terjadi pada kasus caput succadeneum


merupakan pembengkakan difus jaringan otak, yang dapat
melampaui sutura garis tengah.
2. Adanya edema dikepala terjadi akibat pembendungan sirkulasi
kapiler dan limfe disertai pengeluaran cairan tubuh. Benjolan
biasanya ditemukan didaerah presentasi lahir dan terletak periosteum
hingga dapat melampaui sutura.

E. Pemeriksaan Penunjang
Sebenarnya dalam pemeriksaan caput succedaneum tidak perlu
dilakukan pemeriksaan diagnostik lebih lanjut melihat caput succedaneum
sangat mudah untuk dikenali. Namun juga sangat perlu untuk melakukan
diagnosa banding dengan menggunakan foto rontgen (X-Ray) terkait
dengan penyerta caput succedaneum yaitu fraktur tengkorak, koagulopati
dan perdarahan intrakranial. (Meida.2009)

F. Komplikasi – komplikasi yang mungkin terjadi pada caput suksedaneum


antara lain:
1. Infeksi
Infeksi pada caput sucedaneum bisa terjadi karena kulit kepala
terluka. Kepala bayi bisa saja terluka karena gesekan dijalan lahir yang
sangat kuat sehingga bisa menyebakan kepala bayi menjadi terluka.
2. Ikterus
Pada bayi yang terkena caput sucedaneum dapat menyebapkan
ikterus karena inkompatibilitas faktor Rh atau golongan darah A, B, O
antara ibu dan bayi.
3. Anemia
Anemia bisa terjadi pada bayi yang terkena caput sucedaneum
karena pada benjolan terjadi perdarahan yang hebat atau perdarahan
8

yang banyak. Hal ini bisa terjadi karena tekanan pada saat persalinan
yang di bantu dengan vakum yang dapat menyebabkan penumpukan
darah akibat robeknya pembuluh darah yang melintas tulang kepala ke
jaringan periosteum.

G. Tanda dan Gejala


1. Adanya oedema di kepala, hal ini disebabkan karena adanya
penggumpalan cairan di bawah kulit kepala bayi sehingga kepala bayi
terlihat bengkak atau edema.
2. Pada perabaan terasa lembut dan lunak. Benjolan ini terlokalisir, dapat
tunggal atau lebih dari satu(multiplet). Tempat lunak ini akan
edberdenyut seirama dengan jantung. Ketika seorang bayi aktif atau
mendapat demam, daerah ini akan berdenyut lebih cepat.
3. Odema melampaui sela-sela tulang tengkorak, semua bayi memiliki
daerah lunak di kepala mereka (fontanel), yang mungkin tidak akan
menutup sampai 18 bulan. Ini adalah tenpat dimana tulang tengkorak
belum menyatu. Fontanel yang terbuka ini memberi tengkorak lebih
banyak kelenturan selama proses kelahiran atau ketika bayi
membenturkan.
4. Batas tidak jelas, biasanya pembengkakan akan melewati garis tengah
kepalah dan menyeberangi ubun-ubun. Kepala yang tidak bisa rata bisa
juga di sebabkan pecahnya pembuluh darah akibat proses persalinan,
ciri-cirinya benjolan tidak akan melewati garis ubun-ubun. Bila
darahnya banyak bayi bisa kekurangan darah dan kulitnya mejadi
kuning.
5. Biasanya menghilang dalam waktu 2-3 hari tanpa pengobatan.

H. Pentalaksanaan
Pembengkakan pada caput succedaneum dapat meluas
menyeberangi garis tengah atau garis sutura. Dan edema akan menghilang
sendiri dalam beberapa hari. Pembengkakan dan perubahan warna yang
analog dan distorsi wajah dapat terlihat pada kelahiran dengan presentasi
wajah. Dan tidak diperlukan pengobatan yang spesifik, tetapi bila terdapat
9

ekimosis yang ektensif mungkin ada indikasi melakukan fisioterapi dini


untuk hiperbilirubinemia.
Moulase kepala dan tulang parietal yang tumpah tindih sering
berhubungan dengan adanya caput succedaneum dan semakin menjadi
nyata setelah caput mulai mereda, kadang-kadang caput hemoragik dapat
mengakibatkan syok dan diperlukan transfusi darah.
Berikut adalah penatalaksanaan secara umum yang bisa diberikan
pada anak dengan caput succedaneum :
1. Bayi dengan caput succedaneum diberi ASI langsung dari ibu tanpa
makanan tambahan apapun, maka dari itu perlu diperhatikan
penatalaksanaan pemberian ASI yang adekuat dan teratur.
2. Bayi jangan sering diangkat karena dapat memperluas daerah edema
kepala.
3. Atur posisi tidur bayi tanpa menggunakan bantal.
4. Mencegah terjadinya infeksi dengan :
a. Perawatan tali pusat.
b. Personal hygiene baik.
c. Memberikan penyuluhan pada orang tua tentang :
1) Perawatan bayi sehari-hari, bayi dirawat seperti perawatan bayi
normal.
2) Keadaan trauma pada bayi, agar tidak usah khawatir karena
benjolan akan menghilang 2-3 hari.
3) Berikan lingkungan yang nyaman dan hangat pada bayi.
4) Awasi keadaan umum bayi.

You might also like