You are on page 1of 3

Umat Islam Akhir Zaman: Antar Kekufuran Barat Dan Kesyirikan Adat

Oleh Samir Musa Pada 1/04/2018 11:13

130

Share

Oleh: Abu Fatiah Al-Adnani | Pakar Kajian Akhir Zaman

(Arrahmah.com) – Ketika Rasulullah saw diutus pertama kalinya di Kota Mekah, maka ragam manusia
yang beliau hadapi bukanlah sekelompok manusia yang sunyi dari tradisi, budaya, dan adat istiadat.
Kaum yang dihadapi Nabi Shallallahu alaihi wa sallam. adalah kaum yang sebelumnya telah mengenal
berbagai budaya, memiliki keyakinaan dan kepercayaan, juga secara geografis diapit oleh sekian
banyak peradaban dunia luar lainnya. Walau kita menyebut penduduk Mekah adalah masyarakat
jahiliyah, namun kenyataannya tidak sedikit dari mereka yang berpendidikan dan berpengetahuan
luas, mengingat mereka juga merupakan bangsa yang juga sangat aktif berinteraksi dengan dunia
luar, khususnya dalam dunia perdagangan.

Namun secara umum, umat manusia di muka bumi berada dalam kondisi puncak keterpurukan.
Manusia berada dalam kubangan lumpur kenistaan yang hampir-hampir merata dalam semua aspek
kehidupan mereka.

Dari aspek keagamaan, umat manusia terjatuh dalam belenggu kesyirikan, kekafiran, bid’ah dan
kesesatan yang sangat parah. Mayoritas umat manusia pada saat itu menyembah matahari, bulan,
bintang, planet, patung, ataupun raja dan tokoh masyarakat. Keyakinan mereka dibangun diatas
landasan dongeng-dongeng, legenda-legenda, mitos-mitos dan khayalan-khayalan tak berlandaskan
dalil.

Dari aspek politik dan pemerintahan, umat manusia terjerembab dalam rawa-rawa perbudakan.
Kekuatan-kekuatan super power dunia yaitu imperium Romawi dan imperium Persia berlomba dalam
memerangi, menaklukkan, dan menjajah bangsa-bangsa lain di dunia. Kedua super power dunia
tersebut membelenggu kemerdekaan bangsa-bangsa lain, memperlakukan mereka sebagai budak
jajahan, dan menghisab sebagian besar potensi mereka demi membangun kejayaan imperium
mereka.
Dari aspek sosial, umat manusia hidup dalam kasta-kasta sosial yang sangat zalim. Kalangan tokoh
agama dan bangsawan menjadi warga negara kelas satu dan kasta tertinggi. Mereka memiliki
wewenang seluas-luasnya untuk menghina dan merendahkan kasta terendah yaitu kelompok petani
dan buruh. Golongan tokoh agama, bangsawan dan ksatria menikmati pelayanan kesehatan,
pendidikan dan jaminan penghidupan yang mewah. Namun akses pendidikan, kesehatan dan
penghidupan yang layak tak pernah bisa dinikmati oleh golongan rakyat jelata.

Dari aspek moral, kebobrokan akhlak melanda semua bangsa. Pelacuran, perzinaan, minuman keras,
perjudian dan mengundi nasib dianggap sebagai perbuatan yang biasa dan legal. Perampokan dan
pencurian menjadi mata pencaharian hidup. Pembunuhan secara semena-mena karena masalah-
masalah sepele kerap kali terjadi. Peperangan antar suku dan kelompok karena fanatisme buta
dibangga-banggakan.

Itulah kondisi umat manusia di muka bumi pada saat Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam diutus.
Bangsa Arab secara umum dan penduduk negeri Hijaz secara khusus, berkubang dalam kesesatan
akidah, politik, ekonomi, sosial dan moral yang sangat parah. Mereka benar-benar dalam keadaan
jahiliyah. Mereka hidup dalam naungan kemurkaan Allah Ta’ala, sebagaimana dijelaskan dalam hadits
shahih,

ِ ‫ع َج َم ُه ْم ِإ ََّّل َبقَا َيا مِ ْن أ َ ْه ِل ْال ِكت َا‬


‫ب‬ ِ ‫ظ َر ِإلَى أ َ ْه ِل ْاْل َ ْر‬
َ ‫ض فَ َمقَت َ ُه ْم‬
َ ‫ع َر َب ُه ْم َو‬ َ َ‫َّللاَ ن‬
َّ ‫َو ِإ َّن‬

“Sesungguhnya Allah telah melihat kepada penduduk bumi, maka Allah memurkai mereka, bangsa
Arab maupun bangsa Ajam (non-Arab), kecuali sisa-sisa Ahlul Kitab (yang masih memegang teguh
ajaran dakwah para nabi dan rasul)…” (HR. Muslim no. 2865)

Allah Ta’ala mengutus Muhammad bin Abdullah Shallallahu alaihi wa sallam sebagai penutup para
nabi dan rasul. Allah Ta’ala mengutus beliau kepada seluruh manusia dan jin. Beliau memulai
tugasnya untuk menuntun umat manusia kepada jalan kebahagian, dengan mendakwahi dan
memperbaiki kebobrokan total bangsa Arab, negeri tempat beliau dilahirkan dan dibesarkan. Allah
Ta’ala membekali beliau dengan wahyu Al-Qur’an, yang turun secara berangsur-angsur selama 23
tahun. Dalam rentang waktu yang amat singkat itu Al-Qur’an sukses merubah bangsa Arab, dari
bangsa paling terbelakang di dunia, menjadi bangsa bertauhid, bangsa yang paling religius, adil, aman,
tertib, makmur, dan maju di dunia.
Namun, Rasulullah Shallallahu alaihi wa sallam juga mengingatkan bahwa umat ini akan kembali
terperosok pada lumpur jahiliyah sebagaimana umat lainnya. Beliau mengingatkan:

َ‫اس إِ ََّّل أُولَئِك‬


ُ َّ‫وم فَقَا َل َو َم ْن الن‬
ِ ‫الر‬
ُّ ‫س َو‬ ِ ‫َّللاِ َكف‬
َ ‫َار‬ َّ ‫سو َل‬ ِ ‫عةُ َحتَّى ت َأ ْ ُخذَ أ ُ َّمتِي بِأ َ ْخ ِذ ْالقُ ُر‬
ُ ‫ون قَ ْبلَ َها ِشب ًْرا بِ ِشب ٍْر َوذ َِراعًا بِذ َِراعٍ فَقِي َل يَا َر‬ َ ‫“ ََّل تَقُو ُم السَّا‬

Kiamat ini tidak akan terjadi sampai umatku kelak meniru bangsa-bangsa sebelumnya seperti sama
persisnya jengkal dengan jengkal dan hasta dengan hasta. ” Maka, ada yang bertanya : “Wahai
Rasulullah, seperti bangsa Persia dan Romawi?” Beliau bersabda : “Siapakah manusia itu selain
mereka?[1] Dalam riwayat lain dari Abu Sa’id : “Kami bertanya kepada Rasulullah : “Yahudi dan
Nasrani?” Beliau menjawab : “Siapa (jika bukan mereka) ?[2]

Untuk mengurai hadits di atas memang membutuhkan banyak lembaran kertas. Namun
menyimpulkan bahwa hari ini kita hidup pada era jahiliyah modern, adalah sesuatu yang mudah
untuk dibuktikan. Ya, nubuwat di atas bisa disimpulkan telah mewujud nyata pada kehidupan kaum
muslimin hari ini, baik yang di timur maupun yang di barat. Dalam hal tradisi, budaya dan praktik
beragama, umat Islam banyak meniru ritual kaum Yahudi dan Nashrani. Sedang dalam hal tata
negara, politik dan pemerintahan, umat Islam banyak berkiblat kepada Persia dan Romawi.

Uraian di atas seperti yang disimpulkan oleh Dr. Al-Mubayyadh, “Dapat disimpulkan bahwa yang
ditiru oleh umat Islam akhir zaman adalah cara pemerintahan atau sistem politik Kisra (Persia) dan
Kaisar (Romawi) dalam menjalankan pemerintahan negara. Sedangkan dalam berinteraksi dengan
ajaran agamanya, umat Islam akan meniru cara interaksi orang-orang Yahudi dan Nasrani, baik dalam
masalah ajaran pokok atau masalah percabangan dari ajaran pokok tersebut”.

Ya, secara umum hari ini kaum muslimin terjepit di antara kekufuran barat dan kesyirikan adat.
Wallahu a’lam bish shawab

[1] HR. Bukhari (7319) Al-I’tisham bil-Kitab was-Sunnah.

[2] HR. Bukhari (3456) Muslim (2669)

You might also like